Anda di halaman 1dari 15

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Matakuliah Auditing

Disusun oleh:

DINY FARIHA ZAKHIR


Matrikulasi AK A

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Diny Fariha Zakhir


Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 165 Malang, Jawa Timur
Email: diny.fariha@gmail.com

PENDAHULUAN
Sistem Ekonomi Islam dewasa ini telah banyak di praktikan dan diterapkan
di berbagai sektor, termasuk di Indonesia, bermula dari sektor perbankan yang
ditandai dengan munculnya bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akta pendiriannya, berdiri pada tanggal 1
Nopember 1991, sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi.1 Kemudian
merampabt pada keuangan lainnya seperti Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS), asuransi syariah, pasar modal syariah, dan bisnis syariah lainnya.
Perkembangannyapun sanggat pesat, pada saat ini banyak terdapat lembaga
keuangan Islam telah beroperasi menerapkan sistem ekonomi Islam yang terdapat
di berbagai belahan dunia. Bukan saja di negara mayoritas muslim namun di
negara-negara dengan penduduk muslim yang minoritas.2
Berkenaan dengan lembaga keuangan Islam, tiap lemabah yang
menawarkan jasa keuangan Islam diharapkan dapat beroperasi sesuai kode etik
syariah dan harus berfungsi dalam batasan-batasan yang sesuai aturan syariah.
Untuk memastikan operasi lembaga keuangan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
syariah, maka harus ada lembaga yang berfungsi sebagai penasihat dan pengawas
kegiatan tersebut, antara lain: Shari’ah Advisory Council (SAC), Shari’ah
Supervisory Board (SSB), atau Shari’ah Supervisory Committee (SSC). Secara
internasional, Accounting and Auditing Organizations of Islamic Financial
Intitutions and Islamic Financial Service Board, serta secara nasional di Indonesia
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101-106 telah

1
Sejarah Perbankan Syariah, diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-
syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx, pada pukul 20.00 tanggal 2 Agustus 2019.
2
Hasan, A. Audit dalam Perspektif Islam, diakses dari http://www.kbknews.id/2016/10/31/audit-
dalam-perspektif-islam/, pada pukul 20.00 tanggal 2 Agustus 2019.

1
mengeluarkan sejumlah standar dan pedoman tata kelola berkaitan dengan jsa
keuangan Islam.3
Dengan munculnya lembaga keuangan Islam pastinya memiliki
karakteristik yang berbeda dengan lembaga keuanga pada umumnya yang ada di
Indonesia yang berbasis konvensional. Operasional usahanya didasarkan pada
prinsip Islam dan menerapkan nilai-nilai Islam secara konsisten. Oleh karena itu,
sistem audit audit Islami sangat diperlukan untuk melakukan fungsi audit terdapat
lembaga keuangan Islam tersebut sesuai dengan prinsip syariah.4
Perkembangan audit berbasis syariah di Indonesia terbentuk akibat
terjadinya penyimpangan beberapa penyimpangan pada lembaga keuangan yang
menerapkan prinsip syariah. Salah satunya adalah pada tahun 2013, terjadi kasus
kredit fiktif pada salah satu bank syariah di Indonesia. Kasus tersebut
mengakibatkan kerugian pada bank sebesar Rp102Milyar. Penyimpangan
dilakukan atas kerja sama antara pihak nasabah dan beberapa oknum pihak bank.
Hal tersebut berimbas pada reputasi lembaga keuangan syariah yang pada saat itu
sedang dalam era perkembangan, sehingga dikhawatirkan lembaga keuangan
syariah akan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu dibutuhkan suatu lembaga audit atau pemeriksaan bagi entitas syariah.5
Secara tugas tidak ada perbedaan antara audit antar audit konvensional dan
syariah, mereka berkewajiban memberikan jaminan bahwa laporan keuangan telah
tersaji sesuai dengan standar yang berlaku. Bagi lembaga keuangan syariah,
kegiatan audit yang dilakukan diharapkan akan memberikan jaminan aktivitas dan
pelaporan keuangan entitas telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi syariah
yang telah dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).6
Berdasarkan pemaparan di atas maka diperlukan pengaturan tentang Kode
Etik Akuntan Islam. Kode Etik Akuntan Islam merupakan komponen yang tidak
teerpisah dari kegiatan yang dilakukan lembaga keuangan syariah.

3
Ibid
4
Ibid
5
Nuha, GA. Riview Audit dengan perspektif Syariah. Vol 2. No 2, Oktober 2017, Hlm 77.
6
Ibid

2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika memiliki berbagai macam pengertian dan pemahaman. Kata etika berasal
dari bahasa Yunani Kuno yaitu: “Ethikos” yang berarti “timbul dati kebiasaan”
adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik. Buruk, dan tanggung jawab. Etika juga dapat
diartikan sebagai “ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentanng yang baik
dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.7
Etika disebut dengan budi pekerti, moral akhlak, merupakan jiwa, mental, sifat
dan wilayah moral, hati nurani sebagai pedoman perilaku yang ideal yang
sehatusnya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk moral atau moral being. Etika
dalam hal ini menyangkut tentang pemilihan dikotomis antrara adil dan tidak adil,
buruk dan baik, benar dan salah, terpuji dan terkutuk yang positif dan negatif.8
Menurut Ibnu Maskawih, seorang moralis yang mendapatkan julukan bapak
etika Islam, etika atau akhlak adalah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu dengan pikir dan pertimbangan. Sementara
tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan
unsur kebiasaan dan latihan. Ibnu Maskawih menolak pandangan orang-orang
Yunani yang mengatakan bahwa etika atau akhlak manusia tidak dapat berubah.
Baginya etika atau akhlak yang tercela bisa berubah menjadi perbuatan yang terpuji
dengan jalan pendidikan dan latihan-latihan. Pemikiran tersebut sejalan dengan
ajaran Islam, karena kandungan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan
kearah yang benar dan pada hakikatnya syariah agama bertujuan untuk
mengokokhkan dan memperbaiki akhlak manusia. 9

B. Pengertian Etik Profesi Akuntan Publik

7
Pravitasari, D. Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia. Vol.01. No. 02, April
2015. Hlm 88.
8
Ibid
9
Andriani. Skripsi "Etika Auditor Ditinjau dari Perspektif Islam pada Kantor Akuntan Publik
(Kap) Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo, dan Rekan (Cab) Kota Makassar” (Makassar: UIN
Alauddin Makasar, 2017), Hlm 14.

3
Etika Profesi akuntan yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku atau perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan khusus terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai akuntan.10
Etika yang juga disebut sebagai moral akhlak dan budi pekerti adalah sifat dan
wilayah moral, mental, jiwa, hati nurani yang merupakan pedoman perilaku yang
idial yang seharusnya dimiliki oleh manusia sebagai mahluk moral. Seorang
akuntan dan auditor muslim dituntut untuk menjalani profesinya dengan akhlak
yang baik untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:11
1. Untuk membantu mengembangkan kesadaran etika profesi dengan
membawa peerhatian mereka pada isu-isu etika yang terdapat dalam praktek
profesi dan bertindak sebagaimana perilaku yang beretika sesuai dengan
sudut pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar komitmen etika
profesi yang normal.
2. Untuk meyakinkan kekauratan dan keandalan laporan keuangan, sehingga
daoat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan kepada jasa yang
diberikan akuntan. Selain itu dapat meningkatkan perlindungan baik
institusi maupun pihak-pihak yang terkait dengan institusi tersebut.
C. Kode Etik Profesi Akuntan
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap
mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut
menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional
bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari prinsip etika yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAI). Kode Etik IAI di bagi menjadi empat

10
Amalia, D. 7 Etika Profesi dalam Bidang Akuntansi, diakses dari
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-8-prinsip-dasar-etika-profesi-akuntansi/, pada pukul 10.00
tanggal 4 Agustus 2019.
11
Suhartono. Audit dalam Perspektif Islam, diakses dari
http://spi.uinalauddin.ac.id/index.php/2016/09/16/audit-dalam-perspektif-islam/, pada pukul 11.00
tanggal 4 Agustus 2019.

4
bagian: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4)
Tanya jawab. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:12
1. Independensi, integritas, dan objektivitas
2. Standar umum dan prinsip akuntansi
3. Tanggung jaawab kepada klien
4. Tanggung jawab pada rekan seprofesi
5. Tanggung jawab dan praktik lain.
Terdapat 5 kewajiban akuntan publik, yaitu pertama, bebas dari kecurangan,
ketidakjujuran, dan kelalaian, setta menggunakna kemahiran jabatannya dalam
menjalankan tugas profesinya. Kedua, menjaga kerahasiaan informasi/data yang
diperoleh dan tidak dibenarkan memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang
tidak berhak. Pembocoran rahasia data/informasi klien kepada pihak ketiga secara
sepihak merupakan tindakan tercela. Ketika, mempunyai staf atau tenaga auditor
yang profesional dan memiliki pengalaman yang cukup. Para auditor tersebut harus
mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan sebagai upaya unyuk selalu
mengingkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang audit dan proses
bisnis. Dalam rangka peningkatan kapasitas auditor, organisasi profesi
menyaratkan pencapaian poin tertentu dalam kurun/periode waktu tertentu. Hal ini
menjadik penting karena auditor harus senantiasa mengikuti perkembangan bisnis
dan profesi audit secara terus-menerus. Keempat, memiliki kerta kerja audit dan
dokumentasinya dengan baik. Kertas kerja audit merupakan perwujudan dari
langkah-langkah audit yang telah dilakukan oleh auditor dan sekaligus berfungsi
sebagai pendukung dari temuan-temuan audit dan opini laporan audit. Kertas kerja
audit sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang
pengadilan.13
Sedangkan terdapat tiga hal yang dilarangan bagi seorang akuntan publik, yakni
pertama, dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan untuk klien
yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari tiga tahun. Hal ini

12
Yuwono, ID. Memahami Berbagai Etika Profesi dan Pekerjaan. (Yogyakarta: Penerbit
Medpress Digital, 2013), Hlm 224-228
13
Ibid

5
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kolusi antara akuntan publik dan klien
yang merugikan pihak lain. Kedua, apabila akuntan publik tidak dapat bertindak
independen terhadap pemberi penugasan (klien) maka dilarang untuk memberikan
jasa. Ketiga, akuntan publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak
diperbolehkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan/organisasi profesi
seperti sebagai pejabat negara, pimpinan, atau pegawai pada instansi pemerintah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta, atau badan hukum lainnya,
kecualiyang diperbolehkan seperti jabatan sebagai doesn perguruaan tinggi yang
tidak menduduki jabatan struktural dan komisaris atau komite yang bertanggung
jawab kepada komisaris atau pimpinan usaha konsultan managemen. Sementara itu
Kantor Akuntan Publik (KAP) harus menjahui empat larangan, yaitu pertama,
memberikan jasa kepada suatu pihak apabila KAP tidak dapat bertindak
independen. Kedua, memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan untuk
klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari lima tahun. Ketiga,
memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen. Kelima, memperkerjakan atau menggunakan jasa pihak terasosiasi
yang menolak atau tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam
rangka pemeriksaan terhadap akuntan publik dan kantor akuntan publik.14
Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran akuntan
publik dan kantor akuntan publik dalam memberikan jasanya, dapat menuntut ganti
rugi secara perdata kepada akuntan publik ataupun kantorakuntan publik. Selain
perdata, akuntan publik dan kantor akuntan publik juga dapat dituntut dalam
pelanggaran pidana, yaitu:15
1. Memberikan pernyataan yang tidak benar dan atau dokumen palsu atau
yang dipalsukan untuk mendapat dan atau memperbarui izin akuntan publik
2. Melakukan kecurangan (fraud), ketidakjujuran, atau kelalaian dalam
memeberikan jasanya, baik untuk kepentingan atau keuntungan akuntan
publik, klien, maupun pihak lain atua mengakibatkan kerugian pihak lain.

14
Ibid
15
Ibid

6
3. Menghancurkan dan/atau menghilangkan kertas kerja dan/atau dokumen
lain yang berkaitan dengan pemberian jasanya untuk
kepentingan/keuntungan kantor akuntan publik, klien, ataupun pihak lain,
atau mengakibatkan kerugian pihak lain. Apabila akuntan publik atau kantor
akuntan publik melanggar Standar Auditing dan Standar Profesional
Akuntan Publik dalam audit terdapat laporan keuangan suatu perusahaan
(klien) maka pemerintah berhak mencabut izin praktik kantor akuntan
publik tersebut melalui Keputusan Menteri Keuangan. Salama masa
pembekuan izin, kantor akuntan publik tersebut dilarang memberikan jasa
akuntan, yang meliputi jasa atestasi yang termasuk audit umum atas laporan
keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan prospektif, dan jasa pemeriksaan
atas pelaporan informasi keuangan proforma. Selain itu yang bersangkutan
juga dilarang memberikan jasa audit lainnya serta jasa yang berkaiatan
dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan
konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis
di Indonesia maka akuntan publik selalu menjaga integritas (integrity) dan
profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara
konsekuen dan konsisten. Dalam setiap penugasan yang diberikan, akuntan publik
harus selalu bersikap independen dan menggunakan kemahiran jabatannya secara
profesional (due professional care). Akuntan publik dan kantor akuntan publik agar
menghindar diri dari tindakan tercela, seperti kolusi (Collusion) dengan klien atau
menutupi terjadinya tindakan kecurangan (fraud) yang sangat merugikan berbagai
pihak.16
D. Kode Etik Profei Akuntans Menurut Islam
Kode etik profesi akuntan menurut Islam diambil dan dirumuskan dari prnsip-
prinsip dan syariat Islam. Kode etik akan membantun membangun kehati-hatian
akuntan dalam menarik kesimpulan pada isu etika dalam praktek professional

16
Ibid

7
sehingga dia dapat memisahkan mana perilaku yang etis dan non etis sesuai dengan
ketentuan syariah sebagai dimensi lain dari praktik professi yang umum.17
Kode etik ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, aspek Syariah sebagai
prinsip dasar dari kode etik akuntan. Kedua, prinsip etika untuk kauntan. Ketika,
peraturan dari perilaku etika untuk akuntan. Beberapa landasan kode etik mulim ini
adalah:18
1. Integritas, merupakan nilai tertinggi yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi seluruh perilakunya. Diperlukan kemampuan, kompetensi dan
kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu kewajiban, sebagaimana
tertuang dalam Al-Quran yang berbunyi: “Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya.”19 serta Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan bertanggung
jawab terhadap yang dipimpin.”
2. Prinsip kekhalifahan manusia di bumi, Allah berfirma: “aku akan
menciptakan Khalifah di bumi.”20
3. Keikhlasan, akuntan harus mencari keridhaan Allah dalam melaksanakan
pekerjaannya bukan mencari nama, berpura-pura, kipokrit, dan berbagai
bentuk kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu tunduk
pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama,
ibadah dalam melaksnakan fungsi profesinya.
4. Ketakwaan, sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan tersembunyi
maupun terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi dari
akibat negatif dan perilaku yang bertentangan dari syariah. Allah berfirma
dalam Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepadanya.”21

17
Pravitasari, D. Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia. Vol.01. No. 02,
April 2015. Hlm 95
18
Ibid
19
Al-Quran Surah Al-Qashash (28) Ayat 26
20
Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) Ayat 26
21
Al-Quran Surah Ali Imran (3) Ayat 102

8
5. Kebenaran dan bekerja secara sempurna, dalam melaksanakan tugasnya
seorang akuntan ditugaskan untuk mencari dan menegakkan kebenaran dan
kesempurnaan dengan melaksanakan semua tugas yang dibebankan
kepadanya dengan sebaik-baik dan sesempurna mungkin. Hal tersebut tidak
akan bisa direalisasikan terkecuali melalui kualifikasi akademik,
pengalaman praktik, dan pemahaman serta pengalamankeagamaan yang
diramu dalam pelaksanaan tugas profesinya. Hal ini ditegaskan dalam
firman Allah, yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kmau)
berbuat adil dan berbuat kebajikan.”22 dan dalam firman yang lain, yang
berbunyi: “dan berbuat baiklah, kerena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.”23
6. Takut pada Allah dalam setiap hal, dalam menjalankan tugasnya seorang
auditor/akuntan harus berperilaku “takut” kepada Allah tanpa harus
menunggu dan mempertimbangkan apakah orang lain atau atasnnya setuju
atau menyukai, hal ini karena perasaan tingkah lakunya selalu diawasi oleh
Allah. Sikap ini ditegaskan dalam firman Allah: “Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.”24 Dalam fiman lain Allah
mengatakan: “Sesungguhnya dia mengetahui rahasia dan apa yang lebih
tersembunyi.”25
7. Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah, akuntan muslim harus
menyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan
mempertanggungjawabkansemua tingkah lakunya kedapa Allah nanti di
hari akhir. Karena akuntan muslim harus berupaya untuk selalu
menghindari pekerjaan yang tidak disukai oleh Allah karea dia takut akan
mendapat hukuman nantinya. Sebagaimana firman Allah: “Barang sipa
yang mengerjakan kebaikan seberat zarahniscaya dia akan melihat

22
Al-Quran Surah An-Nahl (16) Ayat 90
23
Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) Ayat 195
24
Al-Quran An-Nisa (4) Ayat 1
25
Al-Quran Thaha (20) Ayat 7

9
(balasn)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarahpun niscaya dia akanmelihat balasnya pula.”26
Berdasarkan kerangka dasar syariah kode etik akuntan diatas maka prinsip kode
etik akuntan sebagai prinsip yang menjabarkan dan tidak bertentangan dengan
fondasi etika yang didasarkan pada syariah. Beberapa prinsip kode etik akuntan
Islam menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) adalah sebagai berikut:27
1. Dapat dipercaya, mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkat
integritas dan kejujuran yang tinggi dan akuntan juga harus menghargai
kerahasiaan informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa
baik kepada organisasi atau pihak lain yang berkepentingan.
2. Legitimasi, semua kegiatan profesi yang dilakukannya harus memilki
legitimasi dari hukum syariah maupun peraturan dan perundang-
undanganyang berlaku di negara tersebut.
3. Objektivitas, akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, bebas dari
konflik kepentingan dan bebas dalam kenyataan maupun dalam
penampilan.
4. Kompetensi profesi dan rajin, akuntan harus memilki kompetensi
profesional dan dilengkapi dengan latihan-latihan yang dibutuhkan untuk
menjalankan tugas dan jasa profesi tersebut dengan baik.
5. Perilaku yang didorong keimanan, akuntan harus konsisten dengan
keyakinan akan nilai Islam yang berasal dari prinsip dan aturan syariah
6. Perilaku profesional dan standar teknik, akuntan harus memperhatikan
peraturan profesi termasuk di dalamnya standar akuntansi dan aduting untuk
lembaga keuangan syariah.
Dapat disimpulkan, kode etik akuntan dalam menjalankan proses kegiatan
akuntansi, bahwa akuntan harus adil, efisien, dan independen, akuntan harus
memiliki karakter yang baik, jujur, dan dapat dipercaya, akuntan harus meyakini

26
Al-Quran Surah Al- Zalzalah (99)Ayat 7-8
27
Pravitasari, D. Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia. Vol.01. No. 02,
April 2015. Hlm 98.

10
Islam sebagai way of life, dalam aktivitas bisnis, dan akuntan harus
bertangungjawab pada masyarakat.
Standar AAOIFI hanya diberlaku di beberapa negara saja antara lain Sudan dan
Bahrain, sedangkan untuk di Indonesia standar sayriah telah diatur oleh Dewan
Standar Syariah dengan mengeluarkan PSAK syariah, selain itu Bank Indonesia
juga mengeluarkan pedoman terkait transaksi bank syariah melalui Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI). Standar tersebut mengacu dan diadaptasi
dari standar yang dikeluarkan oleh AAOIFI. Dalam hal pengawasan terkait praktik
syariah juga dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) sehingga setiap entitas
syariah akan melaksanakan akitivitas yang sesuai dengan syariah dan tidak keluar
dari prinsip serta aturan yang telah ditetapkan.28
E. Auditing Menurut Al-Quran
Dalam Al-Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur sevara adil, tidak
boleh melebihkan dan tidak moleh mengurangi. Kita dilarang untuk menuntut
keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita
menguranginya. Dalam hal ini Al-Quran menyatakan dalam berbagai ayat yang ada
di dalam AL-Quran, antara laian yang berbunyi: “Sempurnakanlah takaran dan
janganlah kamu termasuk orah-orang yang merugikan dan timbanglah dengan
timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat
terdaahulu.”29
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang
dijelaskan dalam Al-Quran yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas peerbuatan itu.”30

28
Nuha, GA. Riview Audit dengan perspektif Syariah. Vol 2. No 2, Oktober 2017, Hlm 82.
29
Al-Quran Asy-Syu’ara (26) Ayat 181-184
30
Al-Quran Al-Hujuraat (49) Ayat 6

11
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran kita harsu
menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam
Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran yang berbunyi: “dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”31
Dari paparan beberapa ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa kaidah Akuntansi
dalam konsep Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang
baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan
dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam
pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi
pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
F. Pebedaan Audit Konvensional dan Audit Syariah
Pada dasarnya keduanya memiliki tujuan bersama untuk menjamin laporan
keuangan yag disusun oleh pihak manajemen apakah telah sesuai disajikan
berdasarkan prinsip dan standar yang telah ditentukan. Akan tetapi objek yang
diaudit berbeda, di mana audit syariah dikhususkan untuk entitas yang berlandaskan
syariah dan menggunakan standar pelaporan syariah. Secara ringkas perbedaan
audit konvensional dengan audit syariah dipaparkan pada tabel di bawah ini.32
Tabel 1. Perbedaan Audit Konvensional dengan Audit Audit Syariah
No Audit Konvensional Audit Syariah
Objeknya LKS Bank maupun Non Objeknya LKS Bank maupun Non
1 bank yang beroperasi dengan Bank yang beroperasi dengan prinsip
tidak menerapkan prinsip syariah syariah
Tidak ada peran Dewan Pengawas
2 Mengharuskan adanya Peran DPS
Syariah (DPS)
Audit dilakukan oleh Auditor
Audit dilakukan oleh Auditor
umum tanpa bersertifikasi
3 bersertifikat Sertifikasi Akuntansi
(Sertifikasi Akuntansi Syariah)
Syariah (SAS)
SAS
4 Standar Audit IAI Standar Audit AAOIFI
Opini berisi tentang kewajaran Opini berisi tentang Sharia
5 atau tidaknya atas penyajian Compliance atau tidaknya laporan
laporan keuangan perusahaan keuangan perusahaan

31
Al-Quran Al-Israa (17) Ayat 35
32
Nuha, GA. Riview Audit dengan perspektif Syariah. Vol 2. No 2, Oktober 2017, Hlm 83.

12
Berdasarkan tabel di atas kita dapat mengetahui hal utama yang
membedakan adalah dari sisi auditornya dimana untuk audit syariah mereka
ditunttut tidak hanya memilki pengetahuan akuntansi tetapi juga pengetahuan
terkait syariah yang dibuktikan dengan adanya sertifikasi SAS. Selain itu opini yang
dikeluarkan untuk audit konvensional adanya opini kewajaran, sedangkan audit
syariah opininya harus berisi Sharia Compliance atau tidaknya suatu entitas yang
artinya pihak auditor menilai apakah aktivitas entitas telah dijalankan sesuai dengan
syariah melalui indikator yang telah diadaptasi dari standar audit AAOIFI.

PENUTUP
Berdasarkan dari kajian teoritis yang telah disajikan pada pembahasan
sebelumnya maka dapat diambil sebagai kesimpulan yaitu etika merupakan nilai
moral untuk menilai baik buruknya perilaku individu atau kelompok. Dalam Islam
etika merupakan akhlak seseorang dalam melakukan sesuatu berdasarkan yang
telah diajarkan dalam Al-Quran.
Etika profesi akuntan pada dasarnya merupakan aturan berperilaku untuk
akuntan dalam menjalankan profesinya sesuai prinsip yang berlaku yaitu yang telah
diatur pada kode etik IAI. Sedangkan menurut Islam seorang akuntan dalam
menjalankan tugasnya harus berdasarkan prinsip-prinsip yang bernilai islam yang
telah diatur dalam Al-Quran yang telah tersaji pada AAOIFI.
Banyak ayat di dalam Al-Quran yang menerangkan pelaksanaan audit, pada
dasarnya pelaksanaan audit harus berdasarkan etika yang diatur dalam Al-Quran,
seperti berlaku jujur dan adil, tabayyun, menyempurnakan ukuran atau timbangan.
Karena pada dasarnya tidak ada perbedaan pelaksanaan audit konvensional
dan audit syariah. Perbedaan terletak pada objek yang diaudit, akuntan publik yang
melakukan audit pada entitas syariah harus memiliki sertifikat SAS, sedangkan
konvensional tidak mewajibkan hal tersebut, selain itu opini yang diberikan oleh
audit syariah harus menyampaikan Sharia Compliance atas laporan keuangan
perusahaan yang mereka audit.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan. 2006. Jakarta: Departemen Agama RI.
Amalia, D. 7 Etika Profesi dalam Bidang Akuntansi, (Online)
(https://www.jurnal.id/id/blog/2017-8-prinsip-dasar-etika-profesi-
akuntansi/), diakses 4 Agustus 2019.
Andriani. 2017. Etika Auditor Ditinjau dari Perspektif Islam pada Kantor Akuntan
Publik (Kap) Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo, dan Rekan (Cab) Kota
Makassar. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Alauddin Makassar.
Hasan, A. Audit dalam Perspektif Islam, (online)
(http://www.kbknews.id/2016/10/31/audit-dalam-perspektif-islam/), diakses
2 Agustus 2019.
Nuha, GA. 2017. Riview Audit dengan perspektif Syariah. Dalam Jurnal Ilmiah
Akuntansi Indonesia (JIAI). Vol 2. No 2, Oktober 2017.
Pravitasari, D. 2015. Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia.
Dalam Jurnal An-Nisbah. Vol.01. No. 02, April 2015.
Sejarah Perbankan Syariah, (Online), (https://www.ojk.go.id/id/kanal/
syariah/tentang-syariah/Pages/SejarahPerbankan-Syariah.aspx), diakses 2
Agustus 2019.
Suhartono. Audit dalam Perspektif Islam, (Online)
(http://spi.uinalauddin.ac.id/index.php/2016/09/16/audit-dalam-perspektif-
islam/), Diakses 4 Agustus 2019.
Yuwono, ID. 2013. Memahami Berbagai Etika Profesi dan Pekerjaan. Yogyakarta:
Penerbit Medpress Digital.

14

Anda mungkin juga menyukai