Disusun oleh:
DINY FARIHA ZAKHIR
196020300111004
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
A. Proses Pengukuran
Menurut Conceptual Framework for Financial Reporting oleh IASB, pengukuran adalah
proses penentuan jumlah moneter di mana unsur-unsur laporan keuangan harus diakui dan
dicatat dalam neraca dan laporan laba rugi. Ini melibatkan pemilihan dasar pengukuran
tertentu.
Pengukuran merupakan masalah yang sangat mendasar dalam akuntansi keuangan.
Pengukuran memungkinkan kita untuk menghubungkan angka dengan item yang muncul
dalam keuangan laporan. Tanpa pengukuran, kita mungkin cukup menyediakan lembar
deskripsi berbagai aset dan liabilitas yang dikendalikan oleh organisasi, dan hal tersebut dapat
menimbulkan pertanyaan untuk para pembacanya. Sehingga dibutuhkan pengukuran untuk
penyajian laporan keuangan.
Ada berbagai basis pengukuran yang dapat digunakan, antara lain:
1. Historical Cost, biaya yang didasarkan pada harga yang dibayarkan di masa lalu, atau
nilai wajar dari imbalan yang dibayarkan.
2. Current Cost, biaya yang mungkin didasarkan pada biaya untuk mengganti item dengan
item yang identik, atau berdasarkan jumlah yang akan dibayarkan sekarang untuk
menggantikan manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dihasilkan oleh item
tersebut.
3. Realisable value, misalnya: fair value, yang dapat dianggap sebagai contoh ‘nilai
keluar’.
4. Present value, yang bergantung pada berbagai penilaian subjektif seperti ekspektasi
tentang arus kas masa depan dan waktu mereka, serta penilaian terkait sehubungan
dengan memilih tingkat diskonto yang sesuai. ‘Value-in-use’, yang dipertimbangkan
saat menentukan ‘jumlah pemulihan’ dari suatu aset.
5. Deprival value, yang akan mencerminkan kerugian yang akan terjadi jika suatu
organisasi ‘kehilangan’ aset yang sedang diukur. Itu akan ditentukan sebagai lebih
rendah dan biaya pengganti aset dan jumlah yang akan dipulihkan.
Penentuan pengukuran suatu aset atau liabilitas idealnya tergantung pada tujuan dibuatnya
laporan keuangan tersebut. Menurut Conceptual Framework for Financial Reporting oleh
IASB, tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk memberi informasi keuangan tentang
entitas pelapor yang berguna bagi investor, pemberi pinjaman dan kreditor lain yang ada dan
potensial dalam mengambil keputusan tentang penyediaan sumber daya ke entitas. Keputusan-
keputusan tersebut melibatkan pembelian, penjualan, atau kepemilikan instrumen ekuitas dan
utang, dan penyediaan atau penyelesaian pinjaman dan bentuk kredit lainnya.
1
Tiga prinsip dasar pengukuran berdasarakan prinsip tujuan pelaporan keuangan:
1. Prinsip pertama
Tujuan pengukuran adalah untuk menyajikan dengan setia informasi yang paling
relevan tentang sumber daya ekonomi entitas pelapor, klaim terhadap entitas, dan
seberapa efisien yang dimiliki manajemen dan dewan pimpinan entitas melepaskan
tanggung jawab mereka untuk menggunkan sumber daya entitas.
2. Prinsip kedua
Pengukuran pada umumnya dimulai dengan item dalam laporan posisi keuangan,
relevansi informasi disediakan oleh metode pengukuran tertentu juga tergantung pada
bagaimana hal itu mempengaruhi laporan laba rugi komprehensif dan jika ada laporan
arus kas dan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan
3. Prinsip ketiga
Biaya pengukuran tertentu harus dibenarkan oleh manfaat informasi yang ada dan
potensial bagi investor, kreditur, dan kreditor lain yang melaporkan informasi tersebut.
2
2. Confidence level, tingkat kepercayaan yang dapat ditempatkan pada pengukuran
alternatif sebagai representasi dari aset atau liabilitas yang diukur (indikasi representasi
yang tepat)
3. The measurement of similar items. Hal-hal yang sifatnya serupa harus diukur dengan
cara yang serupa (indikasi keterbandingan)
4. The measurement of items that generate cash flows together. Item-item yang
menghasilkan arus kas sebagi satu unit harus diukur dengan cara yang sama (indikasi
untuk dapat dimengerti)
5. Cost-benefit. Penilaian rasio manfaat yang akan diperoleh dari pengukuran alternatif
hingga persiapan biaya penggukurannya (indikasi faktor pembatasan utama dalam
pelaporan keuangan)
Pada akhirnya IASB dan FASB tidak hanya mendukung satu basis pengukuran daripada
alternatif pengukuran yang ada, karena pandangan bahwa teknik pengukuran yang berbeda
akan sesuai dalam keadaan yang berbeda pula.
3
nilai riil dari suatu entitas. Dimana secara riil entitas bisa menggambil risiko mendistribusikan
sebagian modal. Saat penerapan konsep ini maka indeks harga dibutuhkan. Indeks harga adalah
rata-rata tertimbang harga dalam periode sebelumnya. Indeks harga yang digunkan dalam
konsep ini dapat indeks harga umum maupun indeks harga khusus.
Penyesuaian CPPA dilakukan akhir periode akuntansi atau biasanya dilakukan pada saat
akhir tahun, penyesuaiannya dilakukan ke semua akun biaya historis sebagai penyesuaian
terhadap keadaan saat ini. Akun kewajiban dianggap sebagai akun moneter, yaitu akun yang
tidak berpengaruh nilainya terhadap kenaikan harga, sehingga tingkat kepastiannya jelas.
Apabila keadaan inflasi, keuntungan atau kerugian daya beli yang timbul dicatat dalam laba
rugi periode berjalan.
Kekurangan CPPA yaitu perubahan dalam harga barang dan jasa yang termasuk dalam
indeks harga umum mingkin tidak merefleksikan barang dan jasa di industri yang berbeda, hal
ini membuat tingkat perbandimgan antar industri tidak valid. Kekurangan lainnya yaitu
pengguna akan mengira nilai yang disesuaikan adalah aset tertentu, padahal semua aset
menggunakan indeks yang sama sehingga hal ini akan membuat pengguna menjadi bingung.
Dengan banyaknya kekurangan tersebut maka banyak yang beranggapan bahwa data yang
disajikan CPPA tidak relevan terhadap penggambilan keputusan.
4
G. Exit Price Accounting (Sistem Nilai Keluar)
Konsep ini didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value) dalam
keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas discounted future cash flow.
Net realizable value adalah estimasi harga penjualan atas aktiva setelah didukung biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut. Sedangkan discounted future cash flow adalah
nilai sekarang dari estimasi pemasukan kas atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga
yang sesuai.
5
Laporan keuangan bertujuan umum tidak didesian untuk menujukkan nilai entitas pelapor,
tetapi menyediakan informasi baik untuk membantu investor saat ini, investor potensial,
pemberi pinjaman dan kreditor lainnya dalam mengestimasi nilai entitas pelapor.
Pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam
laporan keuangan. Dasar pengukuran tersebut sebagai berikut:
1. Biaya historis (historical cost)
2. Biaya kini (current cost)
3. Nilai terealisasi/ penyelesaian (realisable/settlement value)
4. Nilai sekarang (present value)
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas dalam penyusunan laporan keuangan
adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Sebagai
contoh persediaan biasanya dicatat sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai
terealisasi neto, sekuritas yang dapat dipasarkan dapat dicatat sebesar nilai pasarnya, dan
liabilitas dicatat sebesar nilai sekarang. Selain itu, beberapa entitas menggunakan dasar biaya
kini sebagai respon dari ketidakmampuan model akuntansi biaya historis dalam menghadapi
dampak perubahan harga aset non-moneter.