Anda di halaman 1dari 6

KOMPETENSI, STANDAR PROFESIONAL DAN KODE ETIK

AUDITING SYARIAH
Dosen Pengampu : Baso Akib, S.Kom., M. Ak.

Oleh:
Sapir (200201013)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA (IPI) GOWA
2022
Kompetensi, standar profesional dan kode etik auditing syariah

A. Konsep dasar kompetensi profesional 


Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
Kerjaan, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Kompetensi menurut Konsorsium Organisasi Profesi
Audit Internal yang disingkat KOPAI (2004 : 33) adalah kemampuan auditor
untuk mengaplikasikan kapabilitas, keahlian, pengalaman, keterampilan, sikap,
kecakapan, dan pengetahuan yang dimiliki dalam melakukan tugasnya dengan
teliti, cermat, dan objektif. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas berdasarkan atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut.
B. Kompetensi Wajib Auditor Syariah

Kompetensi yang harus dimiliki auditor syariah menurut Izzatika

dan Lubis:78

a. Mempunyai keterampilan, pengetahuan serta sikap profesional di bidang


akuntansi dan proses audit (auditing).
b. Memahami pengetahuan syariah berkenaan dengan prinsip dan hukum islam,
khususnya pada fikih muamalah.
c. Memahami As-Sunnah dan ilmu fikih islam seperti ushul fiqh.
d. Menguasai standar akuntansi internasional yang telah diadopsi dengan standar
akuntansi dan proses audit (auditing) di dalam wilayah nasional berlaku, dilanjut
standar yang diadopsi oleh negara-negara muslim lain apabila akan mengambil
pekerjaan audit di negara tersebut.
e. Terampil dalam berbahasa Arab dan Inggris.
f. Memahami secara baik dalam bidang keuangan dan bisnis.

g. Mengetahui teori dan praktik manajemen


h. Mempunyai akhlak yang baik, berwibawa, mampu berpendapat tentang
ketentuan dan tujuan syariah.
Auditor syariah harus menguasai lima pengetahuan (knowledge) yang tercantum
dalam common body of knowledge (CBOK), yaitu:82

1) Ilmu Audit
Auditor paham terhadap proses dan prosedur audit dalam perbankan
syariah yang auditor kelola. Pengetahuan auditor harus dapat memadai profesinya
dan mendukung pekerjaannya dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan.
Banyaknya pengetahuan yang dimiliki auditor mengenai kekeliruan
menjadikannya lebih ahli dalam melaksanakan tugasnya, terutama untuk
membedakan antara kesalahan dengan kecurangan (fraud) yang berakibat
terjadinya salah saji (miss statement) dalam pelaporannya. Oleh karena hal
tersebut, auditor diharuskan memiliki pengetahuan yang memadai untuk
mengahadapi permasalahan tersebut.
2) Etika Profesi
Auditor harus memahami dan mampu menerapkan kode etik dalam
melaksanakan audit. Auditor syariah berada pada posisi sebagai orang yang
dipercaya dan akan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan
sehingga diharuskan memahami standar etika. Pemahaman kode etik oleh auditor
syariah berfungsi untuk mempertahankan diri dari godaan-godaan dalam
pengambilan keputusan yang sulit.
Auditor yang tidak memahami kode etik, bisa dipastikan terjadinya pelanggaran
terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi. Sehingga
pada akhirnya, auditor syariah diharapkan selalu menjaga kewaspadannya
terhadap godaan dan tekanan yang mampu membawanya ke dalam pelanggaran
prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi sehingga auditor syariah
mampu untuk mengambil keputusan dan tindakan yang tepat.
3) Fraud awareness
Auditor syariah memiliki kemampuan untuk mendeteksi letak kecurangan
(fraud) terjadi. Tidak hanya mendeteksi kecurangan (fraud), auditor syariah juga
harus bisa membedakannya dengan kesalahan (error). Lahirnya suatu sistem
untuk mencegah terjadinya kecurangan (fraud) diharapkan juga datang dari
auditor.
4) Penguasaan standar audit syariah
Menguasai standar-standar apa saja yang berlaku dan dapat
menerapkannya dalam pengawasan dan pemeriksaan pada perbankan syariah
merupakan keharusan bagi setiap auditor syariah. Auditor syariah harus
menguasai standar pelaksanaan fungsi audit intern yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai regulator dan menerapkannya pada perbankan syariah yang
diawasi dan diperiksanya. Salah satu peraturan Bank Indonesia yang harus
dikuasai yaitu mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah Nomor 13/23/PBI/2011.
5) Memahami jenis industri atau perusahaan
Pemahaman terhadap sektor perusahaan yang sedang diawasi merupahan
keharusan auditor sehingga auditor mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang
harus diterapkan. Selain itu, auditor harus dapat memahami di mana letak
kelebihan dan kekurangan industri tersebut sehingga dapat mengoptimalkan
kelebihan yang dimiliki dan mengatasi kekurangan yang ada untuk mewujudkan
tujuan perusahaan.
C. Kode Etik Aditor dan Akuntan Syariah
Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), prinsip etika profesi
akuntan sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Profesi,
b. Kepentingan Publik,
c. Integritas,
d. Objektivitas,
e. kompetensi dan kehati-hatian profesional,
f. kerahasiaan,
g. perilaku profesi,
h. standar teknis.
1. Prinsip Etika

Pada bagian kedua dari struktur kode etik yang dibuat AAOIFI dijelaskan
prinsip etika akuntan dan auditor yang berupa kode etik profesi sebagai berikut:

a. Dapat dipercaya (trustworthinies)


Dapat dipercaya mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkat
integritas dan kejujuran yang tinggi dan akuntan juga harus dapat menghargai
kerahasiaan informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa baik
kepada organisasi atau langganannya.
b. Legitimasi
Semua kegiatan professi harus yang dilakukannya harus memiliki
legitimasi dari hukum syariah maupun peraturan dan perudang-undangan yan
berlaku.
c. Objektivitas
Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, bebas dari konflik
kepentingan dan bebas dalam kenyataan maupun dalam penampilan.
d. Kompetensi professi dan rajin

Akuntan harus memiliki kompetensi professional dan dilengkapi dengan


latihan-latihan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan jasa professi
tersebut dengan baik.

e. Perilaku yang didorong keimanan


Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai islam yang
berasal dari prinsip dan aturan syariah.
f. Perilaku professional dan standar teknik
Akuntan harus memperhatikan peraturan professi termasuk didalamnya
standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan syariah.
Daftar pustaka:
Aini, N. A. (2021). Peranan Kompetensi Auditor Syariah dalam Penerapan
Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) di BPRS.
Akbar, Muhammad Sandi dan Ida Suraida. “Competence and Professional Care of
External Auditor on Information Technology Audit”, Trikonomika 16/ 1,
2017.
Ali, Nor Aishah Mohd, et. al. “Competency of Shariah Auditors in Malaysia:
Issues and Challenges”, Journal of Islamic Finance 4/ 1, 2015. .
“Knowledge, Skills and Characteristis Requirements for Shari’ah
Auditors”, Asian Journal of Accounting and Governance 9, 2018. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada. Alu, ‘Abdulah bin Muhammmad. Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 2. Kairo: Pustaka Imam Syafi’I, 2
https://www.gustani.id/2012/11/shariah-accounting_21.html
Ritonga, A. A. (2016). Analisa Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja, Independensi,
dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Akuntansi, International Bank School.

Anda mungkin juga menyukai