Anda di halaman 1dari 6

AUDIT KEUANGAN SYARIAH

Dosen Penganpuh: Baso Akib, S.Kom.,M.Ak

Disusun Oleh Kelompok 3:

Sofyan

Andi Aswar Al Hady

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA

2022
PEMBAHASAN

1. Pengertian Audit Syariah

Audit syariah adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan
kepatuhan syariah. Pelaksanaan audit syariah yang baik, tidak terlepas dari aspek regulasi
berupa peraturan perundang-undangan dan standar audit sebagai pedoman. Audit syariah
merupakan salah satu cara untuk menjaga dan memastikan integritas lembaga keuangan
syariah dalam menjalankan prinsip syariah.

2. Tujuan Audit Syariah

Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Untuk melakukan
audit, harus ada informasi dalam bentuk terverifikasi dan beberapa standar (kriteria)
dimana auditor dapat mengevaluasi informasi. Informasi diperoleh dan diambil dari
semua lini. Auditor Islam melakukan audit atas dua tujuan informasi obyektif (misalnya
informasi keuangan bagi hasil) dan informasi subjektif (informasi syariah) untuk
memastikan kepatuhan syariah dengan bank Islam.

3. Bukti Audit Syariah

Bukti atau bukti audit syariah dapat didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan penjaminan syariah. Kriteria untuk
mengevaluasi informasi berbeda-beda tergantung pada informasi yang diaudit. Dalam
audit atas laporan keuangan historis oleh auditor, kriterianya biasanya standar laporan
keuangan (FRS).

Harahap menjelaskan, dalam proses audit syariah, kriteria dapat dikembangkan


berdasarkan opini tertulis dari Shariah Supervisory Agency (SSA), manual produk dan
standar prosedur operasi. Instruksi atau bukti dalam audit syariah antara lain: kesaksian
lisan dari auditor, komunikasi tertulis dengan pihak luar, observasi oleh auditor, dan
transaksi data elektronik. Audit syariah akan mengembangkan program audit yang
sistematis dan komprehensif (Harahap, 2007).

4. Program Atau Prosedur Audit Syariah


Program audit syariah juga perlu ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh
pemegang saham potensial. Tiga fase Audit Syariah, yaitu (Harahap, 2002):

a. Perencanaan

Pertama, perencanaan. Auditor harus memahami bisnis lembaga keuangan Islam


termasuk sifat kontrak yang digunakan untuk berbagai jenis layanan keuangan Islam.
Kemudian, auditor syariah perlu mengidentifikasi teknik, sumber daya, dan ruang lingkup
yang tepat untuk mengembangkan program audit. Program audit kemudian akan
mengidentifikasi kegiatan utama yang akan dilakukan, tujuan dari setiap kegiatan dan
teknik yang akan digunakan, termasuk teknik pengambilan sampel untuk mencapai tujuan
audit. Di antara teknik yang dapat digunakan antara lain pemeriksaan makalah,
wawancara, benchmarking, survei, studi kasus, diagram alir, dll.

b. Inspeksi

Kedua, inspeksi. Teknik audit yang tepat perlu diidentifikasi dan dijelaskan.
Diperlukan teknik yang tepat untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan baik
secara kualitas maupun kuantitas untuk mencapai kesimpulan yang wajar sesuai dengan
syariah. Aspek utama pemeriksaan di lapangan membutuhkan teknik pengambilan
sampel. Pemeriksaan dokumentasi yang lebih rinci akan diperlukan apakah metodologi
pengambilan sampel digunakan atau tidak. Kertas kerja dan catatan audit adalah dua hal
terpenting dalam tahap pemeriksaan. Tujuan dari kertas kerja adalah untuk memberikan
catatan sistematis tentang pekerjaan yang dilakukan selama audit dan merupakan catatan
informasi dan fakta yang diperoleh untuk mendukung temuan dan kesimpulan.

c. Laporan

Ketiga, laporan. Hasil dari pelaksanaan audit termasuk penyusunan laporan audit
syariah yaitu komunikasi yang baik dari auditor kepada pengguna atau pembaca. Secara
umum laporan akan berbeda, tetapi semua harus menginformasikan kepada pembaca
tentang tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

5. Standar Audit Syariah

Standar yang dapat mendukung proses audit yang dibuat oleh AAOIFI adalah sebagai
berikut (AAOIFI, 2017):
a. Tujuan dan Prinsip Audit

Pertama, Tujuan dan Prinsip Audit (Tujuan dan Prinsip Audit). Tujuan utama dari
audit IFI terletak pada pernyataan pendapat tentang apakah laporan keuangan disusun
dalam semua hal yang material sesuai dengan Aturan Prinsip Syariah dan standar
akuntansi AAOIFI dan relevan dengan standar dan praktik akuntansi nasional di negara-
negara di mana institusi beroperasi. Hal ini dilakukan agar auditor memberikan
pandangan yang benar dan wajar atas laporan keuangan. Auditor harus mematuhi kode
dan etika sebagai akuntan profesional yang diterbitkan oleh AAOIFI dan Federasi
Akuntan Internasional yang tidak bertentangan dengan kaidah dan prinsip Islam. Prinsip
etika yang mengatur tanggung jawab profesional auditor meliputi: kebenaran, integritas,
kepercayaan, keadilan, kejujuran, independen, objektivitas, kompetensi profesional,
kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis.

b. Standar Pelaporan

Kedua, Laporan Auditor. Auditor harus me-review dan menilai kesimpulan yang
diambil dari bukti audit yang diperoleh sebagai dasar untuk menyatakan opini atas
laporan keuangan. Elemen dasar laporan Auditor adalah sebagai berikut: Judul, Alamat
yang akan dituju, paragraf pembuka atau pengantar, paragraf ruang lingkup, referensi ke
standar nasional yang relevan dan relevan, uraian tugas auditor, paragraf opini, tanggal
laporan, alamat auditor , dan tanda tangan auditor.

c. Tanggung Jawab Auditor

Ketiga, tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan kecurangan dan kesalahan


dalam audit laporan keuangan. Standar ini memberikan panduan tentang karakteristik
kecurangan dan kesalahan dan tanggung jawab auditor dalam menetapkan prosedur
minimum yang berkaitan dengan kecurangan dan kesalahan. Tanggung jawab auditor
terletak pada pernyataan pendapat tentang apakah laporan keuangan disusun dalam semua
hal yang material, sesuai dengan aturan Islam dan prinsip Syariah, standar akuntansi
AAOIFI dan standar nasional yang relevan serta persyaratan perundang-undangan.

d. Prosedur Audit Berkelanjutan

Keempat, Prosedur Audit Berkelanjutan. Ada beberapa metodologi langkah penting


yang harus dilakukan untuk memiliki Standar Hasil Audit dari Lembaga Keuangan Islam.
Metodologi tersebut harus didahului dengan pertimbangan awal karena pertimbangan
awal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam menjaga tata kelola perusahaan
yang baik dan memastikan kepatuhan syariah. Yang terdiri atas:

1) Pemantauan dan Audit Terus Menerus

Pemantauan ini akan membantu memastikan bahwa kebijakan, prosedur, dan proses
bisnis beroperasi secara efektif dan membantu manajemen menilai efektivitas
pengendalian internal. Ini biasanya melibatkan pengujian otomatis aktivitas sistem dalam
proses bisnis yang diberikan terhadap aturan kontrol dan frekuensi berdasarkan siklus
bisnis yang mendasarinya. Sedangkan audit kontinu adalah pengendalian kinerja otomatis
dan penilaian risiko setiap hari secara terus menerus.

2) Meta Control

Meta Control adalah extra level of control sebagai sistem peringatan, misalnya: jika
fasilitas pembiayaan Bank Islam meningkat tanpa otorisasi manajemen yang tepat,
Departemen Pengendalian Intern dapat membantu mengingatkan manajemen.

3) Independensi dan Objektivitas

Proses audit mungkin perlu dikonsep ulang sebelum menerapkan audit berkelanjutan.
Hal ini dikarenakan aktivitas audit kontinu berbeda dengan aktivitas audit pada umumnya
yang seringkali menempatkan auditor di tengah-tengah proses audit. Dalam audit
berkelanjutan, auditor harus diberitahu jika transaksi dihentikan setelah permintaan audit
tertentu dipenuhi. Hal ini penting bagi auditor untuk memastikan bahwa proses audit tetap
memiliki sistem check and balances untuk menjaga objektivitas pekerjaannya selama
melakukan audit.

Pentingya audit syariah bagi LKS tidak lain adalah untuk menjaga terlestarikannya
penerapan prinsip syariah pada lembaga keuangan syariah. Selain itu, juga mengontrol
lembaga agar tetap pada jalurnya dan tetap menjalankan kepatuhan syariah dalam segala
aspek operasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mujahidin , Akhmad. 2017 Pengawas LKS  cet. Ke-4. Depok: RajaGrafindo


Persada Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2006.

 Audit lembaga keuangan Jakarta: KencanaRahardjo, Dawam. 1999.

 Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS Jakarta:Lembaga Studi Agama dan FilsafatRivai,


Veithzal dan Andi Buchari. 2013

 https://hukumline.com/audit-syariah/ Diakses pada tanggal 29 September 2022

Anda mungkin juga menyukai