,Akt
PS
3B
Pengertian Auditing
Auditing : proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Proses auditing berjalan maka haruslah terarah dan terstruktur, mereka tidak bisa
melakukannya secara acak. Selain itu, prosedur dalam auditing memiliki tujuan
yang jelas dan dilakukan dengan sistematis. Dengan proses yang teratur
mengandung makna bahwa auditing dilakukan dengan perencanaan yang
matang, jelas arah yang dilakukan untuk menentukan tujuannya.
3. Menentukan Standar
Kriteria yang ditentukan dapat berupa sistem atau prosedur yang disepakati atau
juga ditetapkan sebelumnya, dapat berupa standar keuangan, aturan tetap, pagu
anggaran maupun ukuran kinerja manajemen yang dapat perbandingan.
5. Menyampaikan Hasil-Hasilnya
Hasil audit bisa disampaikan dalam bentuk laporan tertulis, yang menjelaskan
kriteria dan yang harus diperbaiki dalam laporan. Pengaruh laporan ini bisa saja
memperkuat atau memperlemah kredibilitas asersi yang sudah dibuat. Dalam
laporan keuangan semua bisa memberikan dampak yang positif maupun negatif.
6. Pemakai dan Kepentingannya
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Untuk melakukan
1 audit, harus ada informasi dalam bentuk terverifikasi dan beberapa standar
(kriteria) dimana auditor dapat mengevaluasi informasi. Informasi diperoleh dan
diambil dari semua lini. Auditor Islam melakukan audit atas dua tujuan informasi
obyektif (misalnya informasi keuangan bagi hasil) dan informasi subjektif
(informasi syariah) untuk memastikan kepatuhan syariah dengan bank Islam
Bukti Audit Syariah
Bukti atau bukti audit syariah dapat didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan penjaminan syariah. Kriteria
2
untuk mengevaluasi informasi berbeda-beda tergantung pada informasi yang
diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh auditor, kriterianya
biasanya standar laporan keuangan
Dalam proses audit syariah, kriteria dapat dikembangkan berdasarkan opini tertulis
dari Shariah Supervisory Agency (SSA), manual produk dan standar prosedur
operasi. Instruksi atau bukti dalam audit syariah antara lain: kesaksian lisan dari
auditor, komunikasi tertulis dengan pihak luar, observasi oleh auditor, dan transaksi
data elektronik. Audit syariah akan mengembangkan program audit yang sistematis
dan komprehensif (Harahap, 2007).
Program Atau Prosedur Audit Syariah
3
Program audit syariah juga perlu ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh
pemegang saham potensial. Tiga fase Audit Syariah, yaitu (Harahap, 2002):
a. Perencanaan
Perencanaan. Auditor harus memahami bisnis lembaga keuangan Islam termasuk sifat kontrak
yang digunakan untuk berbagai jenis layanan keuangan Islam. Kemudian, auditor syariah perlu
mengidentifikasi teknik, sumber daya, dan ruang lingkup yang tepat untuk mengembangkan
program audit. Program audit kemudian akan mengidentifikasi kegiatan utama yang akan
dilakukan, tujuan dari setiap kegiatan dan teknik yang akan digunakan, termasuk teknik
pengambilan sampel untuk mencapai tujuan audit. Di antara teknik yang dapat digunakan antara
lain pemeriksaan makalah, wawancara, benchmarking, survei, studi kasus, diagram alir, dll.
b, Inspeksi
Teknik audit yang tepat perlu diidentifikasi dan dijelaskan. Diperlukan teknik yang tepat untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mencapai
kesimpulan yang wajar sesuai dengan syariah. Aspek utama pemeriksaan di lapangan
membutuhkan teknik pengambilan sampel. Pemeriksaan dokumentasi yang lebih rinci akan
diperlukan apakah metodologi pengambilan sampel digunakan atau tidak. Kertas kerja dan catatan
audit adalah dua hal terpenting dalam tahap pemeriksaan. Tujuan dari kertas kerja adalah untuk
memberikan catatan sistematis tentang pekerjaan yang dilakukan selama audit dan merupakan
catatan informasi dan fakta yang diperoleh untuk mendukung temuan dan kesimpulan.
c. Laporan
Hasil dari pelaksanaan audit termasuk penyusunan laporan audit syariah yaitu komunikasi yang
baik dari auditor kepada pengguna atau pembaca. Secara umum laporan akan berbeda, tetapi
semua harus menginformasikan kepada pembaca tentang tingkat kesesuaian antara informasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tanggung Jawab Auditor
4 kecurangan dan kesalahan dan tanggung jawab auditor dalam menetapkan prosedur
minimum yang berkaitan dengan kecurangan dan kesalahan. Tanggung jawab
auditor terletak pada pernyataan pendapat tentang apakah laporan keuangan
disusun dalam semua hal yang material, sesuai dengan aturan Islam dan prinsip
Syariah, standar akuntansi AAOIFI dan standar nasional yang relevan serta
persyaratan perundang-undangan.
A.Al Qur’an
1. Al Qur’an Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
2. Al Qur’an surat Al A‟ raaf (7) ayat 85:
2) Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya : Perdamaian dapat dilakukan
B
diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
3) Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam sunannya/Kitab Al-
Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari
Yahya) Artinya : Rasulullah s.a.w. menetapkan : Tidak boleh membahayakan/merugikan
orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang
lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).