Anda di halaman 1dari 15

Dr. JUSMI AMID, SE.,MBA.,M.Si.

,Akt

PS
3B
Pengertian Auditing
Auditing : proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.

Auditee adalah orang yang di audit atau pihak yang menerima


pelayanan audit oleh auditor. Orang yang melakukan
audit disebut dengan auditor.
Makna Arti Auditing
1. Memperoleh (menghimpun) dan mengevaluasi secara objektif

Sebagai seorang Audit anda harus menekankan objektifitas. Ketika


mengumpulkan bukti dan juga mengevaluasi, harus menjadi pihak yang objektif
dan juga netral, anda tidak boleh memihak pada siapapun dan dimanapun.
Auditor tidak dapat ditekan atau tidak boleh ditekan oleh pihak manapun terkait
audit. Dimana pekerjaan auditor dinilai ke-objektifitan nya terhadap hasil
pekerjaan orang lain.
2. Sistematis

Proses auditing berjalan maka haruslah terarah dan terstruktur, mereka tidak bisa
melakukannya secara acak. Selain itu, prosedur dalam auditing memiliki tujuan
yang jelas dan dilakukan dengan sistematis. Dengan proses yang teratur
mengandung makna bahwa auditing dilakukan dengan perencanaan yang
matang, jelas arah yang dilakukan untuk menentukan tujuannya.
3. Menentukan Standar

Menentukan standar atau tingkat kesesuaian sangatlah penting, dimana mereka


bisa menentukan standar sebelum membandingkan dengan asersi atau informasi
yang terkandung dalam sebuah laporan manajemen atau laporan keuangan.
Standar sudah mendapat kesepakatan sebelumnya, sehingga semua auditor
mendapatkan standar yang sama untuk perbandingan ketika bekerja. Selain itu
audit juga membandingkan antara output atau outcomes dari sebuah perusahaan
dengan input atau antara biaya dan manfaat atau antara anggran dan juga
relisasi.

4. Kriteria yang Ditentukan

Kriteria yang ditentukan dapat berupa sistem atau prosedur yang disepakati atau
juga ditetapkan sebelumnya, dapat berupa standar keuangan, aturan tetap, pagu
anggaran maupun ukuran kinerja manajemen yang dapat perbandingan.
5. Menyampaikan Hasil-Hasilnya

Hasil audit bisa disampaikan dalam bentuk laporan tertulis, yang menjelaskan
kriteria dan yang harus diperbaiki dalam laporan. Pengaruh laporan ini bisa saja
memperkuat atau memperlemah kredibilitas asersi yang sudah dibuat. Dalam
laporan keuangan semua bisa memberikan dampak yang positif maupun negatif.
6. Pemakai dan Kepentingannya

Pemakai yang berkepentingan merupakan pengambil keputusan yang


menggunakan atau mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan
audit yang telah disampaikan. Para pemakai laporan biasanya meliputi
manajemen, pemerintah, investor, bank dan juga pemegang saham, termasuk
masyarakat atau publik bisa menjadi pemakai yang berkepentingannya.
Jenis Jasa Audit
Jasa Audit umum adalah pemeriksaan laporan keuangan dan catatan
akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan/organisasi yang dilakukan oleh
akuntan dan dilakukan secara sistematis dan independen untuk
1 memberikan pendapat atas kewajaran dalam pelaporan keuangan
perusahaan/organisasi tersebut

Jasa atestasi : suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang


yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu
2 entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan criteria
yang telah ditetapkan.
Asersi : pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implicit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).
3 Audit, pemeriksaan, review, prosedur yang disepakati.

Assurance services sendiri merupakan jasa profesional independen


yang mampu meningkatkan mutu informasi melalui peningkatan
keandalan dan relevansi sehingga dapat digunakan untuk
4 pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Jasa nonassurance : jasa yang dihasilkan oleh akuntan public yang


didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan
5 negative, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Contoh : jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Pengertian Audit Syariah
Audit syariah adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
dan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan kepatuhan syariah.
Pelaksanaan audit syariah yang baik, tidak terlepas dari aspek
regulasi berupa peraturan perundang-undangan dan standar audit
sebagai pedoman.

Tujuan utama audit syariah adalah memastikan perusahaan telah


melaksanakan semua hukum ekonomi yang berlaku, termasuk
hukum dan prinsip yang Islami.
Standar Pelaksanaan Audit Syariah
Tujuan Audit Syariah

Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Untuk melakukan
1 audit, harus ada informasi dalam bentuk terverifikasi dan beberapa standar
(kriteria) dimana auditor dapat mengevaluasi informasi. Informasi diperoleh dan
diambil dari semua lini. Auditor Islam melakukan audit atas dua tujuan informasi
obyektif (misalnya informasi keuangan bagi hasil) dan informasi subjektif
(informasi syariah) untuk memastikan kepatuhan syariah dengan bank Islam
Bukti Audit Syariah

Bukti atau bukti audit syariah dapat didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk tujuan penjaminan syariah. Kriteria

2
untuk mengevaluasi informasi berbeda-beda tergantung pada informasi yang
diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh auditor, kriterianya
biasanya standar laporan keuangan

Dalam proses audit syariah, kriteria dapat dikembangkan berdasarkan opini tertulis
dari Shariah Supervisory Agency (SSA), manual produk dan standar prosedur
operasi. Instruksi atau bukti dalam audit syariah antara lain: kesaksian lisan dari
auditor, komunikasi tertulis dengan pihak luar, observasi oleh auditor, dan transaksi
data elektronik. Audit syariah akan mengembangkan program audit yang sistematis
dan komprehensif (Harahap, 2007).
Program Atau Prosedur Audit Syariah

3
Program audit syariah juga perlu ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh
pemegang saham potensial. Tiga fase Audit Syariah, yaitu (Harahap, 2002):
a. Perencanaan

Perencanaan. Auditor harus memahami bisnis lembaga keuangan Islam termasuk sifat kontrak
yang digunakan untuk berbagai jenis layanan keuangan Islam. Kemudian, auditor syariah perlu
mengidentifikasi teknik, sumber daya, dan ruang lingkup yang tepat untuk mengembangkan
program audit. Program audit kemudian akan mengidentifikasi kegiatan utama yang akan
dilakukan, tujuan dari setiap kegiatan dan teknik yang akan digunakan, termasuk teknik
pengambilan sampel untuk mencapai tujuan audit. Di antara teknik yang dapat digunakan antara
lain pemeriksaan makalah, wawancara, benchmarking, survei, studi kasus, diagram alir, dll.

b, Inspeksi

Teknik audit yang tepat perlu diidentifikasi dan dijelaskan. Diperlukan teknik yang tepat untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mencapai
kesimpulan yang wajar sesuai dengan syariah. Aspek utama pemeriksaan di lapangan
membutuhkan teknik pengambilan sampel. Pemeriksaan dokumentasi yang lebih rinci akan
diperlukan apakah metodologi pengambilan sampel digunakan atau tidak. Kertas kerja dan catatan
audit adalah dua hal terpenting dalam tahap pemeriksaan. Tujuan dari kertas kerja adalah untuk
memberikan catatan sistematis tentang pekerjaan yang dilakukan selama audit dan merupakan
catatan informasi dan fakta yang diperoleh untuk mendukung temuan dan kesimpulan.

c. Laporan
Hasil dari pelaksanaan audit termasuk penyusunan laporan audit syariah yaitu komunikasi yang
baik dari auditor kepada pengguna atau pembaca. Secara umum laporan akan berbeda, tetapi
semua harus menginformasikan kepada pembaca tentang tingkat kesesuaian antara informasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan kecurangan dan kesalahan dalam


audit laporan keuangan. Standar ini memberikan panduan tentang karakteristik

4 kecurangan dan kesalahan dan tanggung jawab auditor dalam menetapkan prosedur
minimum yang berkaitan dengan kecurangan dan kesalahan. Tanggung jawab
auditor terletak pada pernyataan pendapat tentang apakah laporan keuangan
disusun dalam semua hal yang material, sesuai dengan aturan Islam dan prinsip
Syariah, standar akuntansi AAOIFI dan standar nasional yang relevan serta
persyaratan perundang-undangan.
A.Al Qur’an
1. Al Qur’an Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
2. Al Qur’an surat Al A‟ raaf (7) ayat 85:

A 3. Al Qur’an Surat Al An‟aam 6 ayat 152:


4. Al Qur’an Surat Al Hujuraat (49) ayat 6 :
5. Al Qur’an Surat Al-Insyiqaq (84): Ayat 6-9.
6. Al Qur’an Surat An-Nisa (4): Ayat 82
Al Hadis
1). Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda: Artinya : Aku jadi yang
ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada yang
lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

2) Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya : Perdamaian dapat dilakukan

B
diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

3) Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam sunannya/Kitab Al-
Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari
Yahya) Artinya : Rasulullah s.a.w. menetapkan : Tidak boleh membahayakan/merugikan
orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang
lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).

Anda mungkin juga menyukai