Anda di halaman 1dari 20

Nama : Maylina Fitriyana

NIM : 2015 30 082

ETIKA DALAM AUDITING

Pengertian Etika dalam Auditing

Definisi etika secara garis besar merupakan serangkain prinsip atau nilai moral

yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam berbagai hal etika sangat dijunjung tinggi oleh

kebanyakan orang. Etika dianggap sebagai sesutu yang bernilai tinggi dalam kehidupan

sehari-hari.

Pengertian auditing menurut (Mulyadi, 2002) “Suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa auditng adalah proses yang dilakukan

secara sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas

ekonomi dan menyampaikan dalam bentuk laporan kesesuaian antara informasi yang

diperoleh dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Proses auditing hanya dilakukan oleh

seraong yang kompeten dan independen.

Pengertian etika dalam auditing dapat diartikan sebagai suatu prinsip untuk

melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang

dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang


dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Seorang auditor

bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan untuk

memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah

saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuragan.

Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga

menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan

publik. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam

menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Dengan adanya etika profesi akuntan, maka fungsi akuntan sebagai penyedia informasi

untuk proses pembuatan keputusan bisnis dapat dijalankan oleh para pelaku bisnis.

Tanggungjawab Auditor

- Tanggungjawab Dasar Auditor

Tanggungjawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan

Dalam pelaksanaan audit seorang auditor harus memulai dengan

perencaanaan, kemudian mengendalikan dan mencatat setiap pekerjaan.

b. Sistem Akuntansi

Auditor harus memahami dan dapat mengetahui dengan pasti bagaiman sistem

dan pemprosesan transaksi dan memiliki kecukupannya sebagai dasar

penyusunan laporan keuangan.

c. Bukti Audit
Auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dan reliable untuk

memberikan suatu kesimpulan yang rasional

d. Pengendalian Intern

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian

internal, hendaknya memastikan dan megevaluasi pengendalian itu dan

melakukan compliance test. Compliance test atau tes ketaatan adalah tes

terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang

terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang di

tetapkan oleh manajemen.

e. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan

Auditor melaksanakan tinjauan ulang laporan keuangan yang relevan

seperlunya, dalam hubungannya dengan keseimpulan yang diambil

berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional

atas pendapat mengenai laporan keuangan.

- Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik

PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki tanggungjawab untuk

merencanakan dan menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai

apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh

kesalahan ataupun kecurangan. Karena sifat dari bahan bukti audit dan karatkeristik

kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun

bukan absolute, bahwa salah saji material telah didteksi. Auditor tidak memiliki
tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan

keyakinan yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan

terhadap laporan keuangan telah terdeteksi.

Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga

menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan

publik.Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab

terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga

terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang

dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi

tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional

AKDA.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi

yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi

tanggung jawabnya dengan integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan

kepentingan untuk melayani publik. Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang

berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa

dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik yang diberikan

inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk

mencapai profesionalisme yang tinggi.

Justice Buger dalam (Claudya Shelviana Angelina,2015) mengungkapkan bahwa

akuntan publik yang independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan
keuangan perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui

hubungan antara auditor dengan kliennya.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan

oleh auditor kepada publik, antara lain:

a. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif

b. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

c. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung

jawab mereka kepada publik.

Pengertian Etika Berdasarkan Bahasa

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul

dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas

yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi

menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi

penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika/

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan

independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang

terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan

melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan.


Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan

tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian

hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Independensi

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak

lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).

Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya

tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan

umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut.

(1) Independence in fact (independensi dalam fakta)

Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat

dengan objektivitas.

(2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan

pelaksanaan audit.

(3) Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)


Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan

profesional auditor.

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi

auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk

menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat

maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya

telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan

auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan

adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut

dalam periode sebelumnya.

Perbedaan tanggung jawab auditor independen dengan tanggung jawab

manajemen.

Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk

memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji

material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.1 Oleh karena sifat bukti
audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai,

namun bukan mutlak, bahwa salah saj i material terdeteksi.2 Auditor tidak bertanggung

jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan

bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang

tidak material terhadap laporan keuangan.

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam

melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatansuatu perusahaan atau organisasi.

Tanggung Jawab Auditor

The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing

Practices Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab

auditor:

 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,

mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

 Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan

dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan.

 Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk

memberikan kesimpulan rasional.


 Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan

pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi

pengendalian itu dan melakukan compliance test.

 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan

tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya

dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan

untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

Opini Auditor

Munawir (1995) terhadap hasil audit memberikan beberapa pendapat sepotong-

sepotong auditor, antara lain:

 Pendapat Wajar Tanpa Bersyarat. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor

berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing,

penyajian laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima

Umum (PABU), tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi

(konsisten) dan mengandung penjelasan atau pengungkapan yang memadai

sehingga tidak menyesatkan pemakainya, serta tidak terdapat ketidakpastian

yang luar biasa (material).

 Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor

menaruh keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian

laporan keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara

keseluruhan adalah wajar tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu
yuang menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak

wajar).

 Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang

disyaratkan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Hal ini diberikan

auditor karena pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian

bersifat materialnya (terdapat banyak rekening yang tidak wajar).

 Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti

bahwa laporan audit tidak memuat pendapat auditr. Hal ini bisa diterbitkan apabila:

auditor tidak meyakini diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor

hanya mengkompilasi pelaporan keuangan dan bukannya melakukan audit

laporan keuangan, auditor berkedudukan tidak independent terhadap pihak yang

diauditnya dan adanya kepastian luar biasa yang sangat mempengaruhi

kewajaran laporan keuangan.

 Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat

sepotong-sepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa

laporan keuangan yang diaudit secara keseluruhan.

Dalam praktek sehari-hari, tidak jarang ditemukan kesalahpahaman klien yang

menganggap laporan keuangan adalah merupakan tanggung jawab auditor sepenuhnya

karena merupakan produk dari hasil pekerjaan auditor. Dalam proses penerbit audit

report, auditor memang sering membantu klien mempersiapkan draft laporan keuangan,
sebagaian ataupun seluruhnya, sehingga klien menganggap bahwa laporan keuangan

adalah merupakan tanggung jawab auditor.

Independensi

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak

lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam

menyatakan hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan

keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh

setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen,

artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).

Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan publik dari

segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan.

Independensi meliputi:

1 Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang

profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.

2 Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya

dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti

sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:

1. Independence in fact (independensi dalam fakta)

Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan

objektivitas.

2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan

audit.

3. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)

Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional

auditor

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat

pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

menilai mutu jasa audit.

Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :

1. Independensi sikap mental


2. Independensi penampilan.

Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam

mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak

di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.

Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan

publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor

yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi

penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan

publik (Mautz, 1961:204-205).

Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz

mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi :

 Independensi Praktisi (practitioner independence)

Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual

untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan

program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan.

Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran,

independensi investigatif, dan independensi pelaporan.

 Independensi profesi (Profession independene)

Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi

akuntan publik.
2.8 Peraturan Pasar Modal dan Regulator Mengenai Independensi Akuntan Publik

Undang undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar

modal yang lebih spesifik yaitu, “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia.

institusi yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan

sehari-hari kegiatan pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau

Bapepam. Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan,

pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka

penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di

bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan

kepada investor dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan

laporan keuangan, window dressing,serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan

pelaksana di bidang pasar modal. Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data

atau informasi, Bapepam sebagai regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan

yang berhubungan dengan kereablean data yang disajikan emiten baik dalam laporan

tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten. Ketentuan-ketentuan yang telah

dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan

Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang


Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal. Ketentuan tersebut memuat hal-hal sebagai

berikut: Jangka waktu Periode Penugasan Profesional.

1. Periode Penugasan Profesional dimulai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau

penandatanganan penugasan, mana yang lebih dahulu.

2. Periode Penugasan Profesional berakhir pada saat tanggal laporan Akuntan atau

pemberitahuan secara tertulis oleh Akuntan atau klien kepada Bapepam bahwa

penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.

Dilema Etika Seorang Auditor

Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika

Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa

bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang perilaku apa yang seharusnya

dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema etika, hanya saja

diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk menghindari rasionalisasi

tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.

Kode Etika Profesional Dalam Profesi Akuntan

Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-

hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA/Akuntan Publik kepada

publik.

1. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.


2. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung

jawab mereka kepada publik.

Hubungan Manajerial atau Karyawan – Jasa Akuntansi Untuk Audit Klien

Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan

untuk klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah

bahwa uditor menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan

kebijaksanaan dari keputusan. Syarat- syaratnya:

1. Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika diperlukan,

auditor harus membantu kliennya untuk memahami masalah-masalah akuntansi

secukupnya agar klien dapat menjalankan tanggnug jawabnya.

2. Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya

auditor tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau

kuasa penugasan pada kepentingan klien.

3. Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh

auditor, auditor tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.

Akuntan Publik dan Auditor Independen

Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan

publik bagi masyarakat berdasarkan SPAP. Kantor akuntan publik dapat menyediakan

jasa:
1. Audit atas laporan historis

2. Atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi lain

3. Jasa akuntansi dan review

4. Jasa konsultasi.

Perlu dibedakan istilah akuntan publik dan auditor independen. Akuntan publik

menyediakan berbagai jasa yang diatur SPAP (auditing, atestasi, akuntansi dan review,

dan jasa akuntasi).Auditor independen menyediakan jasa audit atas dasar standar

auditing yang tercantum pada SPAP.

Sistem Pengendalian Mutu KAP

Sistem pengendalian mutu suatu KAP menetapkan sembilan unsur kendali mutu

yang harus dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya, yaitu:

1. Independensi

Independensi merupakan kebijakan yang menetapkan bahwa kantor akuntan publik

memperoleh keyakinan yang layak bahwa para auditor, pada semua tingkatan atau

jenjang, mempertahankan independensi sesuai dengan yang ditetapkan dalam

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).

2. Penugasan para auditor

Kebijakan ini ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang

layak bahwa pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh para auditor yang telah
mendapat latihan teknis dan keterampilan yang memadai yang sesuai dengan

penugasan.

3. Konsultasi

Ditetapkan dengan maksud agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang

layak bahwa auditor pada kantor akuntan publik akan meminta bantuan sepanjang

diperlukan dari orang yang mempunyai pertimbangan yang lebih matang ataupun

otoritas.

4. Supervisi

Kebijakan dan prosedur dalam melaksanakan supervisi atas semua pekerjaan pada

jenjang organisasi harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh

keyakinan yang layak bahwa pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi norma

pegendalian mutu yang ditentukan.

Luas supervisi dan penelaahan yang tepat untuk suatu keadaan tergantung pada

banyak faktor, termasuk kerumitan masalah yang dihadapi, kualifikasi auditor yang

ditugasi, serta tersedia tidaknya dan dimanfaatkan tidaknya tenaga yang dapat

memberikan konsultasi.

5. Pengangkatan auditor

Hal ini harus ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak

bahwa auditor yang diangkat memiliki karakter yang sesuai sehingga mereka mampu

melaksanakan tugas secara kompeten.


6. Pengembangan profesional

Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang

layak bahwa para auditor memiliki pengetahuan yang diperlukan sehingga mereka

mampu melaksanakan tugas yang diberikan.

7. Promosi

Ditetapkan dengan alasan agar kantor akuntan publik dapat memperoleh keyakinan

yang layak bahwa para auditor yang dipilih untuk dipromosikan telah memiliki

kualifikasi yang diperlukan untuk memikul tanggung jawab yang akan diserahkan

padanya. Tata cara dalam mempromosikan auditor mempunyai pengaruh besar atas

mutu pekerjaan suatu kantor akuntan publik.

8. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien

Ditetapkan dalam menerima atau memelihara hubungan dengan klien, agar sejauh

mungkin dihindarkan terlibatnya nama kantor akuntan tersebut dengan klien yang

mempunyai itikad kurang baik.


9. Inspeksi

Ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak bahwa

prosedur yang ada hubungannya dengan unsur pengendalian mutu lainnya telah

ditetapkan secara selektif.

Anda mungkin juga menyukai