Standard setter merupakan mediator antara konflik kepentingan investor dan manajer.
Masalah fundamental dari teori akuntansi keuangan adalah bagaimana memimpin mediasi
tersebut, bahaimana merekonsiliasi pelaporan keuangan dan peran pengontrakan efisien dari
informasi akuntansi, atau secara ekuivalen, bagaimana menentukan jumlah informasi yang
tepat secara sosial.
Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen, dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah melalui
pemeriksaan akuntan.
Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan
pengaturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan peningkatan efesiensi
ekonomi, dan tujuan-tujuan makro lainnya.
Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.
Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin
bergairah untuk berdebat, berpolemik, dan melakukan penelitian
1. Prinsip Pengungkapan
Argumen yang simpel dapat membuat sugesti manajer kehilangan seluruh informasi,
baik atau buruk. Jika investor tahu bahwa manajer mempunyai informasi, tapi tidak
tahu informasi apa, mereka akan mengasumsikan bahwa : jika itu menguntungkan
maka manajer harus mengumumkannya. Namun jika investor tidak mengamatinya,
mereka akan asumsikan bahwa penawaran harga pasar saham akan turun.
Ini dijelaskan oleh Verecchia (1983).
Dia mencoba untuk merekonsiliasi prinsip pengungkapan dengan observasi empiris,
dimana manajer tidak selalu mengungkap secara lengkap. Informasi yang
disampaikan, sesuai dengan prinsip pengungkapan adalah harus kredibel.
Sering terjadi bahwa satu perusahaan dengan perusahaan yang lain mempunyai
perbedaan dalam kualitas. Misalnya sebuah perusahaan memiliki peluang investasi
yang lebih baik daripada perusahaan lainnya.
Signal adalah tindakan yang diambil oleh tipe seorang manajer tingkat tinggi yang
dirasa tidak masuk akal jika dilihat dari sisi tipe manajer tingkat rendah.
Kebutuhan yang paling penting untuk signal adalah bahwa signal menjadi lebih
murah bagi tipe seorang manajer tingkat tinggi daripada tipe manajer tingkat rendah.
Beberapa signal telah disarankan karena relevan dengan ilmu akuntansi. Salah
satunya adalah direct disclosure (pengungkapan langsung). Beberapa investor
mengobservasi arus kas perusahaan pada akhir periode.
Berbagai macam sinyal tidak langsung (indirect signals) telah dipelajari untuk
memahami issu tentang pengungkapan, misalnya :
Forecast, Struktur modal perusahaan, Kebijakan dividen, Pemilihan kebijakan
akuntansi.
DECENTRALIZED REGULATION
Informasi tentang segmen perusahaan – di mana pensegmenan berbasis
productlines,subsidiary companies,geografi –kadang- kadang telah menjadi pengungkapan
yang disyaratkan dalam laporan tahunan perusahaan.
Dua aspek yang disyaratkan dalam informasi :
KESIMPULAN
Teori memberi beberapa alasan mengapa perusahaan memproduksi informasi dalam
ketiadaan standar. Hal ini diderivasi dari kebutuhan informasi tentang kontrak dan
dari kekuatan pasar.Pihak-pihak yang mengontrak menginginkan informasi untuk
memotivasi usaha dan memberikan reward atas pencapaian hasil.
Pasar tenaga manajerial dan pasar pengambilalihan berinteriaksi dengan pasar sekuritas untuk
memotivasi manajer untuk release information sehingga meningkatkan market value.
Signalling merupakan sarana penting untuk merilis informasi yang kredibel.
ASIMETRI INFORMASI : Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi yang
lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal.
Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya
Frequently, one type of participant in the market (sellers, for example) will know something about the assets
being traded the another type of participant (buyers) does not know. When this situation exits, the market is
said to be characterized by information asymmetry
MORAL HAZZARD: yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnyadiketahui
oleh investor (pemegang saham, kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan
atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat
mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan
pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar
ADVERSE SELECTION: yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui
lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-
fakta yang tidak disampaikan kepada principal.
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena
beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
EXTERNALITIES AND FREE RIDING : Eksternalitas merupakan tindakan yang diambil
oleh perusahaan atau individu yang menimbulkan biaya atau manfaat pada pihak lain di mana
pihak yang menciptakan eksternalitas tidak terbebani atau memperoleh pendapatan.
Pasar informasi juga dapat mengalami kegagalan
dalam memastikan diproduksinya informasi dalam jumlah yang tepat. Kegagalan ini di
antaranya disebabkan oleh masalah externalities dan freeriding.
Apabila masalah ini cukup serius, maka dapat menjadi alasan bagi central authority untuk
melakukan intervensi. Selain itu, mengingat kekuatan pasar tidak mendorong pengungkapan
seluruh informasi, maka pasar sekuritas dan pasar tenaga kerja tidak akan sepenuhnya
melindungi investor dari masalah adverse selection dan moral hazard. Sebagai dampaknya
adalah timbul masalah ketidaksepakatan (unanimity) yaitu jumlah informasi yang akan
diproduksi oleh perusahaan tidak akan menyamai jumlah informasi yang dibutuhkan investor
POLITICAL ISUUE
Teori regulasi yang pertama adalah public interest theory. Memandang regulasi sebagai
respon terhadap tuntutan publik untuk mengoreksi kegagalan pasar. Penyusun regulasi
diasumsikan menjadi representasi penuh bagi kepentingan publik, yang akan melakukan
berbagai macam upaya untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, yakni meraih first-best
amount bagi informasi akuntansi yang dihasilkan sektor privat. Regulasi dipandang sebagai
timbal balik antara biaya dengan manfaat sosial yang dihasilkan berupa meningkatnya kinerja
pasar.
Public interest theory memiliki permasalahan dalam tataran implementasi. Yang pertama
adalah bahwa menentukan taraf regulasi yang mesti diberikan adalah hal yang kompleks.
Terutama jika memandang informasi sebagai sebuah komoditas, yang secara efektif tidak
mungkin mampu menjawab keinginan semua pihak.
Di sisi lain dibutuhkan rantai informasi yang panjang serta biaya yang harus dikeluarkan
untuk memastikan bahwa penyusun regulasi telah bekerja sebaik-baiknya. Dari sinilah timbul
problematika moral hazard, yakni adanya kemungkinan bahwa regulator akan bertindak atas
kepentingannya sendiri, alih-alih menjadi represents bagi kepentingan publik.
Maka, teori yang kedua muncul sebagai penjelasan alternatif bagi public interest theory.
Memandang bahwa industri beroperasi dengan hadirnya beragam kelompok kepentingan
(interest groups). Konstituen-konstituen inilah yang akan berperan dalam mengajukan
tuntutan atas regulasi, entah itu mendukung atau menentang sebuah regulasi. Persaingan bisa
saja timbul di antara kelompok-kelompok kepentingan ini, yang untuk memenangkannya
tentu saja dibutuhkan pengorganisasian dan biaya yang dikeluarkan. Sebagai alternatif,
interest group theory memberikan beberapa prediksi yang tidak diberikan oleh public interest
theory, yaitu:
Perumusan tujuan akuntansi bergantung pada penyelesaian konflik kepentingan yang terdapat
di pasar informasi. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh interaksi tiga kelompok yaitu:
(Belkoui, 2004:210-211)
1. Perusahaan (firm) membentuk kelomok utama yang terlibat dalam proses akuntansi.
Aktivitas-aktivitas operasional, keuangan, dan nonoperasional yang mereka lakukan
menjadi justifikasi dari pembuatan laporan keuangan. Keberadaan dan perilaku
mereka menimbulkan hasil keuangan yang sebagian dapat diukur ole proses
akuntansi.
2. Pengguna (user) membentuk kelompok kedua. Pembuatan informasi akuntansi
dipengaruhi oleh kepentingan dan kebutuhan pengguna. Meskipun tidak mungkin
untuk mengumpulkan suatu daftar pengguna namun dapat dipastikan daftar tersebut
sudah mencantumkan para pemegang saham, analisis keuangan, kreditor, dan badan-
badan pemerintah.
3. Profesi akuntansi (accounting profession) membentuk kelompok ketiga yang dapat
mempengaruhi informasi yang akan dimasukan ke dalam laporan keuangan.
Paraakuntan bertindak sebagai “auditor” yang bertanggungjawab untuk memverifikasi
bahwa laporan sudah menerapkan dan mematuhi prinsip-prinsip berterima umum.
Menurut Belkaoui (2007:30), akuntansi ekonomi politis adalah sebuah pendekatan normatif,
deskriptif dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Yang memberikan kerangka kerja yang
lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan
akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan.
Menurut Cooper dan Sherer (1984) menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi
politis:
1. Akuntansi Ekonomi Politis hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi
dalam masyarakat dan maka dari itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak dari
laporan akuntnasi pada pembedaaan laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
Fitur ini secara langsung bertentangan dengan konsep pluralis yang cenderung unuk
memiliki pandangan bahwa masyarakat dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi
dengan jelas atau terdapat konflik sosial yang terus-menerus antara golongan-
golongan yang pada dasaranya antagonistis.
2. Akuntansi Ekonomi Politis hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional
yang spesifik dari masyarakat di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi
didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, (b) ketidaksetaraan (diseqilibrium)
merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi, dan (c) negara memainkan peran yang
sangat penting dalam mengelola ekonomi, dalam ketidakmampuan untuk
mengedalikan tingkat pembelaaannya, dalam melindungi kepentingan-kepentingan
komersial dari perusahaan-perusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan
legitimasinya sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3. Akuntansi Ekonomi Politis hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif
akan memotiasi manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui
sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi
maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri seta
memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.
Standar harus menjadi keputusan yang berguna, tapi juga harus diterima oleh konstituen lain,
khususnya manajemen. Hal ini menempatkan penyusun standar akuntansi dalam situasi
konflik dan sulit untuk memprediksi resolusi penyelesaian konflik yang dapat diterima.
Setidaknya beberapa kriteria berikut ini, menurut Scott (2015) patut diingat dalam
penyusunan standar akuntansi.
Menggunakan model Laffont dan Tirole (1993), Scott (2015) menarik tiga kesimpulan
berkaitan dengan asimetri informasi antara penyusun dan objek regulasi ini, yaitu:
Manakala penyusun standar akuntansi mengikuti public interest theory, maka ketika
standar yang disusun telah samai pada taraf optimal secara sosial bisa mengurangi
kualitas earnings yang dilaporkan dan pada gilirannya akan membatasi ruang gerak
manajer untuk memperoleh kompensasi kinerja yang lebih banyak dari yang
diperlukan untuk mempertahankan reservation utility.
Pada tingkatan di mana akuntan dapat mengurangi jumlah insider information,
permasalahan kompensasi manajer yang berlebih dapat dibendung. Tentu saja
pengurangan tersebut tidak bisa dilakukan secara menyeluruh menimbang entitas
harus menanggung biaya yang cukup besar untuk menyingkirkan seluruh insider
information.
Regulasi akan optimal jika bersifat firm-specific, oleh karena tiap entitas dan
manajemen memiliki karakteristiknya masing-masing. Hal ini menyarankan bahwa
alih-alih menerapkan standar yang berlaku secara omnibus (diterapkan pada setiap
entitas), regulator perlu memungkinkan adanya fleksibilitas pada kualitas pelaporan.
Contohnya adalah standar yang bersifat principle-based, dengan bertumpu pada
peranan akuntan dan auditor dalam menggunakan judgement untuk merenda standar
yang bersifat umum pada situasi yang spesifik.
Pasar modal semakin terintegrasi secara mendunia. Dan investor semakin banyak berinvestasi
pada pasar sekuritas di luar negeri, yang tentu saja memiliki budaya, institusi pemerintah dan
standar akuntansi yang tentu saja berbeda. Konsekuensinya, evaluasi atas aspek politis dalam
penyusunan standar akuntansi mesti juga mempertimbangkan integrasi internasional ini.
Salah satu respon terhadap integrasi pasar modal adalah adanya wacana bagi standar
akuntansi yang berlaku secara internasional.
Penerapan standar akuntansi yang berlaku secara internasional tentu akan mengurangi biaya
bagi stock exchange listings. Biaya pembuatan laporan keuangan akan berkurang, juga
mengurangi cost of capital oleh sebab perusahaan mampu memperoleh sumber pendanaan
lain yang liquid. Penerapan standar akuntansi yang berlaku internasional juga mampu
mengurangi network externalities, yakni bahwa meningkatnya komparabilitas laporan
keuangan secara internasional akan mengurangi biaya untuk analis dan pengguna laporan
keuangan yang lainnya yang tidak perlu mengakrabkan diri mereka dengan lebih dari sau
prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
Perlu pula ditekankan betapa pelaporan keuangan sangat dipengaruhi oleh budaya dan
institusi lokal. Scott (2015) mengutip penelitian Ball, Kothari dan Robin (BKR) di tahun
2000 yang membandingkan kualitas pelaporan keuangan di beberapa negara yang menganut
sistem common law dengan beberapa negara yang menganut sistem code law. Di negara
common law, standar akuntansi berorientasi pada kepentingan investor. Sementara di negara
code law, standar akuntansi ditetapkan oleh pemerintah, sehingga terpapar lebih banyak
pengaruh politis dibandingkan di negara common law. Oleh sebab itu, ada beberapa
konstituen tambahan yang terwakili di tata kelola korporasi pada negara code law. Contohnya
adalah sektor perbankan, asosiasi pengusaha, serta serikat pekerja. Efeknya, menurut BKR,
terdapat lebih sedikit asimetri informasi di negara code law, oleh karena konstituen yang
penting telah menjadi bagian dari insider, bukan lagi outsider.
Prediksi penting juga diketengahkan oleh BKR bahwa pelaporan lebih tidak konservatif di
negara penganut code law. Oleh karena insider berpengaruh dapat secara cepat bereaksi
dengan memberikan tekanan terhadap manajemen pada kondisi kerugian besar, untuk segera
mengambil tindakan. Hal ini alih-alih menunggu timbulnya tekanan yang berasal dari
pelanggaran debt covenants atau dari reaksi pasar terhadap publikasi kabar buruk. Akibatnya,
biaya keagenan yang timbul antara manajer dan pemilik lebih rendah di negara penganut
code law.
uatu penetapan standar merupakan hal yang sangat penting dan dianggap sebagai variasi
suatu proses politik ketika pertentangan akan kepentingan masing-masing pihak tidak dapat
terselesaikan dengan perjanjian atau suatu aturan. Asimetri informasi akibat moral hazard
menimbulkan permintaan untuk pengolahan informasi oleh perusahaan dan menimbulkan
permintaan akan peraturan (standard setting) yang mengolah informasi (Scott, 1997). Isu-isu
politik dalam proses penetapan standar akuntansi semakin penting karena isu-isu politik
tersebut (kepentingan kelompok) muncul akibat koreksi dari kegagalan pasar yang digunakan
sebagai acuan dalam penetapan standar akuntansi (standard setting) yang diterapkan dalam
suatu negara.
Dalam penelitian Astika (2008) dijelaskan bahwa pada awalnya akuntansi merupakan
masalah non-politis sama dengan ilmu pengetahuan alam lainnya. Pernyataan tersebut selaras
dengan definisi akuntansi yang melihat akuntansi dari sisi proses seperti yang disampaikan
oleh A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT), akuntansi sebagai suatu proses
identifikasi, pengukuran, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi untuk memberikan
pertimbangan-pertimbangan dan keputusan-keputusan kepada pemakai informasi.
Sejak pembahasan penetapan standar akuntansi oleh regulator yang secara formal dimulai
tahun 1933 di Amerika, kegiatan akuntansi dianggap sudah mengarah pada masalah politis
dan angka-angka yang dilaporkan manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan
berdampak pada perilaku ekonomi. Wolk et al. (2001) menyatakan bahwa regulator
menyusun standar-standar akuntansi dengan mempertimbangkan secara langsung 3 (tiga)
kondisi, yaitu kondisi ekonomi, kondisi politik, dan teori akuntansi. Pengaruh kondisi-kondisi
ini menjadikan standar akuntansi yang dihasilkan regulator digunakan menjadi suatu
pedoman dalam praktik-praktik akuntansi dalam suatu negara. Karena standar akuntansi tidak
murni turun dari teori, tetapi juga standar-standar disusun dalam suatu kancah politik melalui
kesepakatan bersama konsensus. Tidak dapat dihindarkan bahwa kondisi ekonomi dan
kondisi politik suatu negara menggeser pengguna informasi dari pemegang saham
(shareholder) menjadi Stakeholder. Regulator pada masanya sudah mengantisipasi
perkembangan tersebut dan telah juga menuangkannya dalam definisi akuntansi yang
berorientasi pada pengguna informasi sebagai berikut, akuntansi adalah kegiatan atau fungsi
penyediaan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha
ekonomik, terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan ekonomik (APB Statement No. 4, 1970). Perkembangan Akuntansi
transalsi pada translasi mata uang asing.
Praktik akuntansi translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas
kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter
internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi
translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai inisiatif pelaporan keuangan
di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.
FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS
dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan
penggunaan metode translasi temporal, untuk tujuan konsolidasi aset dan utang moneter anak
perusahaan di luar negeri harus diubah dalam suatu nilai pertukaran saat itu sesuai dengan
neraca. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus
diakui dalam laba selama periode perubaahan kurs nilai tukar. Sedangkan menurut GAAP
aset-aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan dinilai dan dibukukan sebagai nilai kost. Untuk
perusahhaan yang sebelumnya menggunakan klasifikasi aset-aset lancar atau aset-aset tidak
lancar pada laporan posisi keuangannya maka perubahan penting untuk mendapat kan
perhatian adalah nilai persediaan dan utang jangka panjang.
Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar
teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan
dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak
sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan
menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan
terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan
demikian akan menekan harga saham perusahaan,.multinasional.Mereka mengkhawatirkan
laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba
perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.
Disimpulkan bahwa proses penetapan standar paling konsisten dipengaruhi oleh unsur teori
kepentingan kelompok. Perkembangan bisnis dan kondisi ekonomi secara umum memberikan
kontribusi yang sangat kuat kepada regulator untuk menciptakan, menyempurnakan, dan
memperbaharui standar akuntansi yang berlaku di suatu negara. Perkembangan bisnis dan
kondisi ekonomi tersebut juga memberi dampak secara langsung pada dewan standar untuk
mengambil kebijakan tertentu yang berhubungan dengan standar akuntansi untuk
kepentingan-kepentingan tententu pula.
Apabila diperhatikan dari pihak regulator atau pembuat standar akuntansi sebagai pihak atau
badan yang memiliki kewenangan mengatur standar akuntansi bahwa lembaga atau pihak
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang baik untuk menjaga independensinya dalam
menciptakan standar-standar akuntansi yang didasarkan pada teori yang kuat. Dalam sejarah
menunjukkan bahwa lembaga ini dapat dengan mudah dibubarkan atau diganti dengan yang
baru karena akan banyak kepentingan kelompok yang berpengaruh di dalamnya dan
membuat lembaga ini menjadi bekerja demi kepentingan kelompok tertentu bukan untuk
kepentingan publik.
Sedangkan dalam penelitian Normal (2007) dijelaskan bahwa dalam pembuatan standar
akuntansi, anggota profesi akuntansi percaya bahwa penetapan kebijakan akuntansi
seharusnya netral dan tidak mengandung unsur kepentingan politik. Proses penetapan standar
akuntansi didasarkan pada komponen-komponen tertentu yang berkaitan dengan teori
akuntansi keuangan. Empat komponen yang terkandung dalam penerapan standar akuntansi
adalah ideal condition, adverse selection, moral hazard, dan standard setting (Scott, 1997).
Teori-teori regulasi yang berperan dalam penerapan standar akuntansi adalah The Public
Interest Theory (Teori Kepentingan Publik) dan The Interest Group Theory (Teori
Kepentingan Kelompok). Dimana di dalam Teori Kepentingan Publik terdapat pandangan
bahwa regulasi seharusnya dapat memaksimumkan kesejahteraan sosial karena regulasi
merupakan hasil dari permintaan publik atas koreksi kegagalan pasar. Kemampuan pihak
legislatif mendorong regulator bekerja demi kepentingan publik menjadi lemah karena dalam
menciptakan regulasi memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga seringkali regulator juga
bekerja demi kepentingannya sendiri. Sedangkan Teori Kepentingan Kelompok merupakan
teori yang menyatakan suatu industri beroperasi mewakili sejumlah kepentingan kelompok.
Jadi, berbagai kepentingan kelompok akan melobi legilatif untuk ikut terlibat dalam
penerapan regulasi.
Proses perapan standar akuntansi merupakan peran beberapa badan akuntansi untuk bersama-
sama menetapkan standar akuntansi baru. Standar baru tersebut harus mengandung
kepentingan kelompok-kelompok pengguna informasi. Proses penerapan standar akuntansi
harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya standar akuntansi dibuat harus menjamin
bahwa keputusan-keputusan tersebut harus bermanfaat bagi pengguna-pengguna informasi
dalam menghasilkan suatu informasi keuangan yang dibutuhkan, standar akuntansi
diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi atau perbedaan pemahaman informasi yang
diterima oleh pengguna informasi, standar akuntansi harus memperhitungkan akibat-akibat
ekonomi yang mungkin akan muncul apabila diterapkan suatu standar akuntansi yang baru
misalnya dengan adanya suatu standar baru mengakibatkan akan ada anggaran baru untuk
pengeluaran perusahaan. Dengan bertambahnya beban perusahaan, maka akan memperkecil
laba dan akan menjadi hambatan bagi manajer dalam memperoleh bonus dari perolehan laba
tersebut. Akibat akhirnya akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk bersaing. Kriteria
terkahir yang harus ada dalam penerapan standar adalah adanya aspek politik yang artinya
adalah penetapan standar akuntansi lebih banyak didukung oleh kepentingan kelompok yang
berhasil melobi legislatif dalam menyusun regulasi yang akhirnya dapat memengaruhi dalam
proses pembuatan dan penetapan standar akuntansi.
Sedangkan menurut penelitian Gaffikin (2009), pada mulanya terdapat pandangan bahwa
suatu regulasi (aturan) tidak diperlukan. Alasan yang mendukung produksi informasi tanpa
regulasi adalah keyakinan adanya mekanisme pasar yang mengatur banyaknya informasi
yang diproduksi dan disajikan manajemen sesuai dengan kebutuhan pemakai informasi.
Tetapi seiring berjalannya waktu anggapan tersebut berubah bahwa pasar efisien tidak akan
selamanya menyediakan informasi sesuai dengan kepentingan publik. Maka ada beberapa
pihak atau kepentingan kelompok tertentu memiliki pandangan bahwa regulasi diperlukan
karena pasar yang tidak akan selalu berjalan dengan sempurna. Apabila terjadi kegagalan
pasar maka manajemen tidak akan memberikan informasi sesuai kebutuhan pemakai,
akibatnya terjadi asimetri informasi antara manajemen dan pemakai yang pada akhirnya
dapat merugikan pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Suatu kegagalan pasar dapat
terjadi apabila produsen informasi tidak bersedia memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan pemakai, adanya penyelewengan informasi, dan penyajian akuntansi secara tidak
semestinya. Kegagalan dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya adalah produsen
informasi memonopoli pasokan informasi sedangkan informasi memiliki sifat sebagai barang
publik dan yang menjadi masalah adanya adverse selection dan moral hazard.
Sebagai contoh, karena masalah adverse selection dan moral hazard adalah suatu peristiwa
fraud yang dilakukan beberapa perusahaan besar yang ada di Amerika Serikat seperti Enron,
WorldCom (MCI), Citigroup, Xerox. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi karena adanya
kepentingan kelompok tertentu yang berdampak buruk bagi pasar. Sehingga para legislatif
mengeluarkan suatu regulasi yang berbentuk undang-undang Sarbanes-Oxley (SOX) untuk
membatasi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan oleh kepentingan publik dan agar
informasi-informasi dapat seluruhnya tersaji sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
pemakainya.
Pihak-pihak yang menyetujui adanya regulasi akan menggunakan teori kepentingan publik
(The Public Interest Theory) dan teori kepentingan kelompok (The Interest Group Theory)
untuk menyukseskan keinginannya karena pada dasarnya, baik kegagalan pasar maupun
kebutuhan untuk tercapainya tujuan sosial memaksa adanya regulasi akuntansi (Scott, 2000).
Hal yang menjadi masalah dalam penetapan regulasi adalah pada motivasti dari regulator,
karena sangat sulit untuk memonitor operasi regulastor dan kekuatan publik untuk memaksa
regulator beroperasi demi kepentingan publik adalah lemah. Kelemahan tersebut juga akan
menimbulkan kemungkinan bahwa badan tersebut akan beroperasi untuk kepentingan pribadi
dan tidak untuk kepentingan umum.
5. SIMPULAN
Konsekuensi ekonomi meyakinkan untuk menjadi dasar dalam proses penyusunan standar
akuntansi. Pihak yang terkait akan melakukan proses politik guna memperoleh solusi yang
menguntungkan dirinya atau kelompoknya. Bahkan proses politik sendiri sudah benar-benar
menjadi suatu permainan ketika politisi membuat regulasi akuntansi untuk mengamankan
kepentingan mereka.
Perkembangan bisnis dan kondisi ekonomi secara umum memberikan kontribusi yang sangat
kuat kepada regulator untuk menciptakan, menyempurnakan, dan memperbarui standar
akuntansi yang berlaku di suatu negara. Perkembangan bisnis dan kondisi ekonomi ini juga
memberikan kontribusi pada kondisi politik yang berdampak langsung pada permasalahan
standar dalam pembuatan informasi. Permasalahan standar ini menjadi suatu masalah yang
kompleks karena standar akuntansi di seluruh dunia secara terus menerus akan mengalami
perkembangan pada dunia akuntansi. Standar secara umum diterima sebagai aturan
perusahaan yang diikuti dengan sanksi terhadap ketidakpatuhan. Berlakunya suatu standar
akan dapat bermanfaat bagi sebagian pihak dan akan merugikan bagi pihak lainnya.
Banyaknya standar akuntasi dalam jumlah banyak, terlalu sempit dan kaku dapat
mempengaruhi kinerja akuntan dan auditing. Akuntan dan auditing akan kehilangan
orientasinya terhadap tugas yang sesungguhnya. Banyaknya ketentuan akutansi yang
komples, dapat menyebabkan ketidaptuhan dunia binsis terhadap ketentuan tertentu. Karena
para pengguna akan dibingungkan dengan jumlah dan kompleksitas catatan yang digunakan
untuk menjelaskan persyaratan yang ada dalam setiap standar. Akibatnya, mereka tergoa
untuk mengubah kontrak dan mengbubah bisnis sedemikian rupa sehingga tidak harus
mengikuti sejumlah standar akuntansi. Perubahan ini dapat menyebabkan biaya penyajian
dan verifikasi informasi menjadi besar. Sehingga sebuah standar dapat diharapkan dibuat
dengan memenuhi kriteria standar yang baik, yang dalam proses penyusunannya harus
dilakukan secara cermat, melihat berbagai sudut pandang, dan dapat meminimalkan conflict
of interest.
Konsekuensi ekonomi mengarah langsung ke kriteria yang terakhir, yaitu aspek politik atas
standar pengaturan. Pembuat standar pada dasarnya harus insinyur konsensus yang cukup
kuat bahkan konstituen yang tidak seperti standar baru, meskipun demikian akan pergi
bersama-sama dengan itu. Disimpulkan bahwa proses pengaturan standar tampaknya paling
konsisten dengan teori kelompok kepentingan regulasi. Tentu saja, teknis, dan bahkan
teoritis, Kebenaran tidak cukup untuk memastikan keberhasilan standar. Sementara perhatian
atas proses hukum bisa memakan waktu, perhatian tersebut tampaknya penting jika mahal
dan pembatalan yang membingungkan harus diminimalkan. Terlalu banyak dari ini akan
mengancam keberadaan badan standar-pengaturan itu sendiri.
CICA berisi standar akuntansi keuangan dan audit, sebagaimana ditetapkan oleh dewan
standar akuntansi (AcSB) dan The Auditing and Assurance Standards Boards (AASB),
masing-masing dari lembaga Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA). CICA
adalah sumber utama dari standar akuntansi dan audit di Kanada. AcSB dan AASB
dikeluarkan atau disahkan oleh dewan gubernur Ikatan Akuntan canadian (CICA) untuk
menerbitkan laporan dalam tanggung jawab mereka sendiri. Disini ada juga
penetapan standar yang ketiga oleh CICA yaitu, Public Sector Accounting Board (PSAB).
Penetapan AcSB disarankan pada prioritas dan agenda oleh badan pengawas, Standar
dewan pengawas akuntansi (AcSOC). Ini adalah badan dengan basis keanggotaan
luas. Itu menunjuk anggota AcSB untuk memberikan perspektif diluar pada prioritas
standar baru.
Selain perspektif dari AcSOC, ada cara lain untuk sebuah standar baru yang mungkin
untuk ditempatkan pada agenda AcSB. Misalnya, anggota dewan dan lembaga staf
sepenuhnya dapat mengatur berbagai topik yang berkaitan pada kepentingan
masyarakat. Saran juga dapat berasal dari isu-isu komite yang muncul.
Maksimal ada sembilan anggota AcSB yang dipilih untuk mewakili konstituen yang
beragam. keanggotaan bersifat sukarela, yaitu dengan pengecualian ketua, ini tidak
berlangsung terus menerus. Berdasarkan posisi gaji yang berlaku, organisasi yang
mempekerjakan anggota dewan yang menanggung biaya (seperti anggota FASB di
United Stated).
Sebagaimana telah disebutkan, AcSB menerbitkan standar akuntansi “tanggung jawab
sendiri.” mungkin, ini adalah untuk memberikan pengukuran independensi dari CICA
itu sendiri dan mengurangi kemungkinan gangguan dalam langkah-langkahnya.
Standar baru memerlukan persetujuan dari setidaknya setidaknya duapertiga dari
anggota dewan. Hal ini merupakan contoh dari suara mayoritas yang dapat
mengurangi kemungkinan dari tidak diterimanya standar yang diajukan. Hal ini juga
akan cenderung menghasilkan proses kompromi dalam penciptaan sebuah standar
baru.
AcSB mengikuti proses karena untuk merumuskan standar baru, hal pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan sebuah draft exponsure dan didistribusikan secara luas
untuk memungkinkan pihak yang berkepentingan untuk bereaksi sebelum standar
selesai.
AcSB mengakui bahwa proses jatuh tempo dalam membangun standar baru
membawa hukuman waktu. Kemampuan ini membuat dewan lambat untuk merespon
isu-isu baru. Dalam efeknya, dewan dapat bereaksi terhadap masalah hanya setelah
mereka muncul.
Emerging Issues Committee (EIC) didirikan pada tahun 1988 untuk menyediakan
sebuah forum untuk melakukan review secara tepat waktu sehubungan dengan
munculnya isu-isu akuntansi yang cenderung menerima perlakuan yang berbeda atau
tidak memuaskan dalam praktek tanpa adanya panduan. Pernyataan perusahaan
mensyaratkan konsensus, yang didefinisikan sebagai keberadaan tidak lebih dari dua
anggota setuju dari mereka yang hadir pada pertemuan tersebut. Sedangkan
pernyataan ini tidak mengubah atau mengganti CICA, mereka mewakili sebuah
langkah besar untuk meningkatkan garis waktu standar – proses pengaturan.
Di Kanada, efek regulasi berada di bawah kewenangan provinsi. Kanada pada saat tidak
memiliki efek nasional administrator mirip dengan SEC di United States. Di sini, dilakukan
pemeriksaan komisi sekuritas Ontario. Ontario Securities Commission (OSC) mengelola
legalistation efek di Ontario, tempat bursa saham terbesar di negara (TSX) dan merupakan
salah satu komisi efek paling aktif.
1. Peran dan kewenangan OSC
OSC terdiri dari 9—14 anggota, ditunjuk oleh Letnan Gubernur Ontario Council untuk
jangka waktu yang tidak melebihi lima tahun. Kewenangannya berasal dari Securities Act of
Ontario. sesuai dengan penetapan ini, OSC akan menetapkan:
Menurut Undang-Undang Keamanan Ontario, penerbit efek di bawah yurisdiksi OSC itu
harus mengajukan laporan keuangan sesuai dengan GAAP. Seperti yang disebutkan di atas,
OSC memiliki kekuatan untuk menetapkan persyaratan pengungkapan tepat waktu, akurat,
dan efisien. Untuk saat ini, OSC telah menerima GAAP sebagaimana tercantum dalam CICA
yang memenuhi syarat tersebut.
Financial Accounting Standards Board (FASB) keuangan di Amerika Serikat didirikan pada
tahun 1973. Tujuannya adalah untuk membangun dan meningkatkan standar akuntansi
keuangan dan pelaporan untuk bimbingan dan pendidikan masyarakat. Untuk mencapai hal
ini, FASB berupaya untuk meningkatkan kegunaan pelaporan keuangan dengan berfokus
pada relevan dan keandalan, dengan memperbarui standar (jika perlu) untuk perubahan
termasuk peraturan dalam lingkungan bisnis dan ekonomi, meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang sifat dan tujuan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, dan
mempromosikan konvergensi dari kualitas standar akuntansi internasional.
1. Struktur FASB
FASB merupakan kelompok struktur organisasi operasional tiga bagian untuk pengaturan
standar akuntansi keuangan, dua lainnya adalah Financial Accounting Foundation (FAF) dan
Financial Accounting Standard Advisory Council (FASAC).
SEC didirikan di Amerika Serikat pada 1934 untuk mengatur perdagangan efek perusahaan,
sekuritas yang diperdagangkan melebihi dari pada keadaan dan tes yang memenuhi ukuran
tertentu. Sebagai bagian dari amanah, SEC memiliki tanggung jawab untuk memastikan
bahwa investor telah disertakan dengan informasi yang memadai. Akibatnya, seperti OSC, ia
memiliki wewenang untuk menerbitkan standar akuntansi bagi perusahaan-perusahaan di
bawah hukumnya. Namun, di ASR 150, SEC mendelegasikan tanggung jawab ini kepada
FASB. Delegasi ini ditegaskan kembali oleh SEC pada bulan April 2003, setelah pengesahan
Undang-Undang Sarbanes-Oxley.
The International Accounting Standards Boards (IASB)
Perwalian IASC menunjuk 14 anggota IASB yang mana dari 12 memiliki posisi purna waktu.
Pendanaan diberikan oleh IASC. Tidak ada persyaratan geografis untuk anggota IASB.
Namun, konstituen yang berbeda harus diwakili sekurang kurangnya oleh lima anggota yang
harus memiliki latar belakang audit. Konstituen lain termasuk pembuat laporan keuangan,
pengguna, dan akademisi. Mayoritas 8 dari 14 suara diperlukan untuk pernyataan setuju pada
pembuatan standar baru. Dalam merancang dan menetapkan standar, IASB harus mengikuti
proses karena, mirip dengan AcSB dan FASB.
Tidak seperti AcSb dan FASB, kepatuhan pada standar IASB tidak wajib. Kepatuhan ini
mencakup negara-negara individu dan perusahaan yang terlibat. Banyak negara memang
membutuhkan berbagai tingkat kesesuaian dengan standar IASB, negara tersebut seperti
negara-negara bersatu. Namun, persatuan eropa berencana untuk mewajibkan perusahaan
publik dalam yurisdiksinya kepada perusahaan dengan standar IASB pada tahun 2005. The
International Organization of Securities Commissions (IOSCO) merupakan regulator
sekuritas dunia, termasuk regulator Kanada dan SEC di Amerika Serikat. Hal ini
merekomendasikan kepada para anggotanya yang mereka gunakan standar IASB, meskipun
negara-negara anggota inividual mungkin memerlukan rekonsiliasi standar IASB dengan
GAAP sendiri. Misalnya perusahaan asing yang ingin perdagangan efek mereka di Amerika
Serikat atau Canada saat ini harus memenuhi persyaratan SEC atau OSC. Ini termasuk
pengajuan laporan keuangan baik sesuai dengan GAAP lokal atau, jika laporan disusun
berdasarkan GAAP dari beberapa yurisdiksi lainnya, dengan rekonsiliasi laba bersih dan item
neraca sesuai dengan GAAP lokal.
4. Relationship To Theories Of Regulation
Pada bagian ini dideskripsikan bahwa pengaturan standar dapat dicirikan oleh beberapa
proses. Misalnya, di Kanada, United States, dan dunia internasional, konstituen utama yang
berkepentingan dengan pelaporan keuangan adalah diwakili oleh badan pengaturan standar.
Selain itu, ada ketentuan untuk audiensi publik, rancangan risiko, dan umumnya untuk
keterbukaan, serta persyaratan untuk suara mayoritas yang sangat mendukung sebelum
standar-standar baru yang dikeluarkan. Karakteristik dari proses ini konsisten dengan teori-
teori konflik berdasarkan interaksi konstituen. Kita hanya tidak tahu bagaimana
memperhitungkan tradeoff terbaik yang bertentangan antara informasi yang digunakan oleh
invesrtor dan manajer dari teori public interest dalam pengaturan. Inilah mengapa standar
akuntansi dipilih karena lebih memperhatikan konflik antara jumlah pemilih dari pada
memperhatikan proses. AcSB, FASB, dan IASB merupakan pemain dalam suatu permainan
dimana mempengaruhi jumlah pemilih dalam memilih strategi dengan melakukan lobi dari
atau berlawanan dengan yang diusulkan oleh standar yang baru. Saran yang diperlukan dalam
mempertimbangkan teori kepentingan kelompok dalam pengaturan mungkin lebih baik
meramalkan dalam standar yang baru dari pada dengan teori kepentingan publik dimana sejak
teori kepentingan publik mengakui secara formal eksistensinya dalam perselisihan jumlah
pemilih.