Anda di halaman 1dari 17

Isu isu etika dalam auditing

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini sangat tinggih, setiap pengambilan keputusan-
keputusan bisnis, informasi keuangan sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputasan. Informasi keuangan yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari
Laporan Keuangan.
Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan hasil pemeriksaan auditor independent
(laporan audit). Tujuan dari laporan keuangan audit bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks. Walaupun
sekarang ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan, tetapi mereka tetap butuh
orang yang memiliki keahlian profesional untuk menguji informasi dalam Laporan Keuangan
tersebut.
2. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran laporan keuangan,
untuk meminimalisir kesalahan.
3. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
4. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
5. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.

Semakin tingginya kepercayaan pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi juga tuntutan
independensi seroang auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini tentu saja
diiring dengan etika baik seorang pemeriksa.
Seorang auditor diperhadapkan dalam independensi auditor dan kepentingan auditor terhadap audit
fee. Audit fee seharusnya tidak menginterfensi/mempengeruhi keputusan-keputusan dalam
melakuakan pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan opini.Penelitian yang dilakukan oleh
Sem Paulus Silalahi (2013) mengemukakan bahwa koefisien etika sebesar 0,744 yang menunjukkan
adanya pengaruh positif antara etika terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin tinggi tingkat
kesadaran etis atau tidak etisnya tindakan yang dipakai dalam pengambilan keputusan maka akan
semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa etika seorang
auditor menunjang kinerja auditor dalam menghasilakan kualitas audit laporan keuangan.
Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara profesional dan independen sesuai
dengan etika dan aturan yang ada. Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional seorang auditor
telah di tetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM.
Berdasarkan dari uraian diatas, makalah ini akan membahas etika dalam auditing.
Permasalahan
Pada penulisan makalah ini yang menjadi rumusan masalah dan akan dicari pemecahan dengan
penjelasan penjabarannya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan etika dalam auditing ?
2. Bagaimana tanggungjawabab Auditor?
3. Bagaimana Independesi Auditor ?
4. Bagaimanan Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan Publik ?

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini tidak hanya sebatas memenuhi tugas
perkuliahan akan tetapi juga diharapakan bertujuan untuk :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan infromasi bagi mahasiswa atau pembaca lainnya mengenai etika
dalam auditing
2. Dapat memberikan informasi untuk seorang yang berprofesi sebagai auditor untuk tidak
melanggar etika dan aturan yang berlaku.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan makalah yang berhubungan dengan etika
auditing.

ETIKA DALAM AUDITING


Pengertian Etika dalam Auditing
Definisi etika secara garis besar merupakan serangkain prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh
setiap orang. Dalam berbagai hal etika sangat dijunjung tinggi oleh kebanyakan orang. Etika
dianggap sebagai sesutu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian auditing menurut (Mulyadi, 2002) “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa auditng adalah proses yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi
dan menyampaikan dalam bentuk laporan kesesuaian antara informasi yang diperoleh dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Proses auditing hanya dilakukan oleh seraong yang kompeten dan
independen.
Pengertian etika dalam auditing dapat diartikan sebagai suatu prinsip untuk melakukan proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Seorang auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan
untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuragan.
Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Dengan adanya etika profesi akuntan, maka fungsi
akuntan sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis dapat dijalankan oleh
para pelaku bisnis.
Tanggungjawab Auditor
– Tanggungjawab Dasar Auditor
Tanggungjawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan
Dalam pelaksanaan audit seorang auditor harus memulai dengan perencaanaan, kemudian
mengendalikan dan mencatat setiap pekerjaan.
b. Sistem Akuntansi
Auditor harus memahami dan dapat mengetahui dengan pasti bagaiman sistem dan pemprosesan
transaksi dan memiliki kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
c. Bukti Audit
Auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dan reliable untuk memberikan suatu
kesimpulan yang rasional
d. Pengendalian Intern
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya
memastikan dan megevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test. Compliance test atau
tes ketaatan adalah tes terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang di tetapkan oleh
manajemen.
e. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan
Auditor melaksanakan tinjauan ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan keseimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk
memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
– Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik
PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan
menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah
bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena sifat
dari bahan bukti audit dan karatkeristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan
yang memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah didteksi. Auditor tidak
memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan
keuangan telah terdeteksi.
Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.Dalam kode etik
diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja,
akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional
AKDA.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan
integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani publik. Para
akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik
yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Justice Buger dalam (Claudya Shelviana Angelina,2015) mengungkapkan bahwa akuntan publik yang
independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan
memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan
kliennya.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada
publik, antara lain:
1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab mereka
kepada publik.

Independensi Auditor
Independensi menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) independesi dapat diartikan
sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan
hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001)
auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).
Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
1. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
3. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Dalam kenyataanya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental
independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor
menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) adalah sebagai berikut :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya
atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecendrungan untuk memuaskan keingina
kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila
keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor
menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan
apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Indonesia mengharuskan auditor
menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan informasi keuangan saat ini sangat tinggih, setiap pengambilan keputusan-
keputusan bisnis, informasi keuangan sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputasan. Informasi keuangan yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari
Laporan Keuangan.
Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan hasil pemeriksaan auditor independent
(laporan audit). Tujuan dari laporan keuangan audit bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks. Walaupun
sekarang ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan, tetapi mereka tetap butuh
orang yang memiliki keahlian profesional untuk menguji informasi dalam Laporan Keuangan
tersebut.
2. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran laporan keuangan,
untuk meminimalisir kesalahan.
3. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
4. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
5. Identifikasi terhadap kelemahan sistem.
Semakin tingginya kepercayaan pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi juga tuntutan
independensi seroang auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini tentu saja
diiring dengan etika baik seorang pemeriksa.
Seorang auditor diperhadapkan dalam independensi auditor dan kepentingan auditor terhadap audit
fee. Audit fee seharusnya tidak menginterfensi/mempengeruhi keputusan-keputusan dalam
melakuakan pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan opini.Penelitian yang dilakukan oleh
Sem Paulus Silalahi (2013) mengemukakan bahwa koefisien etika sebesar 0,744 yang menunjukkan
adanya pengaruh positif antara etika terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin tinggi tingkat
kesadaran etis atau tidak etisnya tindakan yang dipakai dalam pengambilan keputusan maka akan
semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa etika seorang
auditor menunjang kinerja auditor dalam menghasilakan kualitas audit laporan keuangan.
Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara profesional dan independen sesuai
dengan etika dan aturan yang ada. Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional seorang auditor
telah di tetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM.
Berdasarkan dari uraian diatas, makalah ini akan membahas etika dalam auditing.
Permasalahan
Pada penulisan makalah ini yang menjadi rumusan masalah dan akan dicari pemecahan dengan
penjelasan penjabarannya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan etika dalam auditing ?
2. Bagaimana tanggungjawabab Auditor?
3. Bagaimana Independesi Auditor ?
4. Bagaimanan Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan Publik ?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini tidak hanya sebatas memenuhi tugas
perkuliahan akan tetapi juga diharapakan bertujuan untuk :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan infromasi bagi mahasiswa atau pembaca lainnya mengenai etika
dalam auditing
2. Dapat memberikan informasi untuk seorang yang berprofesi sebagai auditor untuk tidak
melanggar etika dan aturan yang berlaku.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penulisan makalah yang berhubungan dengan etika
auditing.
ETIKA DALAM AUDITING
Pengertian Etika dalam Auditing
Definisi etika secara garis besar merupakan serangkain prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh
setiap orang. Dalam berbagai hal etika sangat dijunjung tinggi oleh kebanyakan orang. Etika
dianggap sebagai sesutu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian auditing menurut (Mulyadi, 2002) “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa auditng adalah proses yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi
dan menyampaikan dalam bentuk laporan kesesuaian antara informasi yang diperoleh dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Proses auditing hanya dilakukan oleh seraong yang kompeten dan
independen.
Pengertian etika dalam auditing dapat diartikan sebagai suatu prinsip untuk melakukan proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Seorang auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan
untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuragan.
Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Dengan adanya etika profesi akuntan, maka fungsi
akuntan sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis dapat dijalankan oleh
para pelaku bisnis.
Tanggungjawab Auditor
– Tanggungjawab Dasar Auditor
Tanggungjawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan, Pengendalian, dan Pencatatan
Dalam pelaksanaan audit seorang auditor harus memulai dengan perencaanaan, kemudian
mengendalikan dan mencatat setiap pekerjaan.
b. Sistem Akuntansi
Auditor harus memahami dan dapat mengetahui dengan pasti bagaiman sistem dan pemprosesan
transaksi dan memiliki kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
c. Bukti Audit
Auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dan reliable untuk memberikan suatu
kesimpulan yang rasional
d. Pengendalian Intern
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya
memastikan dan megevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test. Compliance test atau
tes ketaatan adalah tes terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang di tetapkan oleh
manajemen.
e. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan
Auditor melaksanakan tinjauan ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan keseimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk
memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
– Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik
PSA 1 (SA 110) revisi, menyatakan bahwa Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan
menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah
bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena sifat
dari bahan bukti audit dan karatkeristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan
yang memadai, namun bukan absolute, bahwa salah saji material telah didteksi. Auditor tidak
memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap laporan
keuangan telah terdeteksi.
Profesi akuntan memiliki peranan yang sangat penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.Dalam kode etik
diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja,
akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional
AKDA.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan
integritas, obyektifitas, keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani publik. Para
akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas, mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan publik
yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Justice Buger dalam (Claudya Shelviana Angelina,2015) mengungkapkan bahwa akuntan publik yang
independen dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan
memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara auditor dengan
kliennya.
Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada
publik, antara lain:
1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab mereka
kepada publik.
Independensi Auditor
Independensi menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) independesi dapat diartikan
sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan
hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001)
auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).
Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
1. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
3. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Dalam kenyataanya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental
independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor
menurut mulayadi dalam (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2012) adalah sebagai berikut :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya
atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecendrungan untuk memuaskan keingina
kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila
keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor
menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan
apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Indonesia mengharuskan auditor
menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Indepedensi Akuntan Publik
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal yang
lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. institusi yang
bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar
modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM. Kita tentu masih
mengingat kasus endron, bagaimana dampak dari kasus ini hingga mempengaruhi perekonomian
dunia oleh karena itu sehingga peran BAPEPAM sangat penting.
Berdasarkan Undang-udangan No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, BAPEPAM mempunyai
kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal,
memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal Indonesia mencakup beberapa
komponen analisa yaitu :
1. Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus disampaikan kepada publik
dan Bapepam
2. Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen atau perusahaan publik
3. Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen atau perusahaan publik
4. Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.
Seperti regulator pasar modal lainnya Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin,
persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka
penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar
modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor dari
kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing, serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal. Dalam
melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai regulator telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan keaslian data yang disajikan emiten
baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor:VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan
yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Aturan ini terdiri dari 7 point induk yakni
a. Definisi dari istilah-istilah yang digunakan
b. Jangka waktu periode penugasan profesional
c. Independensi
d. Sistem Pengendalian Mutu
e. Pembatasan penugasan audit
f. Weweang sanksi oleh Bapapem kepada yang melanggar ketentuan ini.
Seorang auditor dalam peraturan ini dikatakan tidak Independensi adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung yang material terhadap klien
2. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien
3. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien
atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegan saham utama klien.
4. Memberikan jasa astetasi selain yang sedang mendapat penugasan dan jasa non astetasi
kepada klien
5. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee. Kontinjen atau komisi, atau
menerima fee kontinjen atau komisi dari klien.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Etika dalam auditing merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
1. Tanggungjawab auditor dapat ditinjau dari :
 Tanggungjawab Dasar Auditor
Kemampuan yang dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan proses audit.
 Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik
Tanggungjawab seorang auditor dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan
perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara
auditor dengan kliennya.
1. Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
 Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
 Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
 Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
1. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM yang mengatur Independensi Akuntan Publik
dengan mengeluarkan Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal

Rekomendasi
1. Standar untuk pemberian izin akuntan di perketat, artinya bahwa bukan hanya kualitas
kompetensi yang dijadikan standar tetapi juga kualitas emosional.
2. Kurangnya kantor akuntan publik di daerah-daerah diluar pulau jawa memungkin banyaknya
praktek-praktek audit yang dilakukan bukan oleh auditor yang memiliki izin, hal ini bisa
mempengaruhi kualitas audit laporan keuangan.
3. Perlu dipertimbangkan untuk pemerataan kantor akuntan publik di daerah-daerah.
4. Perlu dilakukan pemeriksaan kertas kerja audit secara berkala oleh pemerintah.
5. Pelaporan hasil audit perlu disampaikan kepada institusi yang terkait secara berkala untuk
dijadikan monitoring oleh pemerintah.
6. Pemerataan fee audit bagi auditor agar tercipta suasan kondusif bagi auditor dalam
melaksanakan auditing.
7. Sanksi yang keras perlu diberlakukan bagi auditor yang menyalahi aturan profesi dan melanggar
undang-undang yang berlaku.
Sumber :
1. Buku
 Harmtman Laura P dan Desjardins Joe. 2011. Etika Bisnis:Penerbit Erlangga Jakarta
 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), per 31 Maret 2011. Salemba Empat. Jakarta
1. Dokumen
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-
310/Bl/2008 Tentang Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa Di Pasar Modal
1. Sumber Lain
 Claudya Shelviana Angelina, Hubungan Antara Motivasi dan Stres Kerja Terhadap Kinerja
Auditor : Peran Rekan Kerja Sebagai Variabel Moderating: Jom FEKON.2 No. 1 Februari 2015
 Lauw Tjun Tjun, dkk,Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit:Jurnal Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012: 33-56
 Sem Paulus Silalahi,Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Situasi Audit Terhadap
Skeptisme Profesional Auditor:Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013
 http://albantantie.blogspot.nl/2013/11/etika-dalam-auditing.html
 https://kuntowibi.wordpress.com/2012/11/17/etika-dalam-auditing/
 https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/
 https://enomutzz.wordpress.com/2012/01/27/etika-dalam-auditing/
 http://adimo22.blogspot.nl/2014/10/etika-dalam-auditing.html
 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138922&val=2268
 http://harnityastuti.blogspot.nl/2010/11/etika-dalam-auditing.html

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Indepedensi Akuntan Publik


Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal yang
lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. institusi yang
bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar
modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM. Kita tentu masih
mengingat kasus endron, bagaimana dampak dari kasus ini hingga mempengaruhi perekonomian
dunia oleh karena itu sehingga peran BAPEPAM sangat penting.
Berdasarkan Undang-udangan No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, BAPEPAM mempunyai
kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal,
memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal Indonesia mencakup beberapa
komponen analisa yaitu :
1. Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang harus disampaikan kepada publik
dan Bapepam
2. Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen atau perusahaan publik
3. Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emitmen atau perusahaan publik
4. Ketentuan tentang aktivitas profesi jasa auditor independen.
Seperti regulator pasar modal lainnya Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin,
persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka
penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar
modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor dari
kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window
dressing, serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal. Dalam
melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai regulator telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan keaslian data yang disajikan emiten
baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten.
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor:VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan
yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Aturan ini terdiri dari 7 point induk yakni
a. Definisi dari istilah-istilah yang digunakan
b. Jangka waktu periode penugasan profesional
c. Independensi
d. Sistem Pengendalian Mutu
e. Pembatasan penugasan audit
f. Weweang sanksi oleh Bapapem kepada yang melanggar ketentuan ini.
Seorang auditor dalam peraturan ini dikatakan tidak Independensi adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung yang material terhadap klien
2. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien
3. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien
atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegan saham utama klien.
4. Memberikan jasa astetasi selain yang sedang mendapat penugasan dan jasa non astetasi
kepada klien
5. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee. Kontinjen atau komisi, atau
menerima fee kontinjen atau komisi dari klien.
Contoh Kasus
Auditor BPKP Akui Terima Duit dari Kemendikbud
Ferdinan - detikNew
Jakarta – Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Tomi
Triono mengaku menerima duit dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan
pemeriksaan di Kemendikbud. Tomi mengaku sudah mengembalikan duit ke KPK.
Tomi saat bersaksi untuk terdakwa mantan Irjen Kemendikbud Mohammad Sofyan
mengaku bersalah dengan penerimaan duit dalam kegiatan warsik sertifikasi guru
(sergu) di Inspektorat IV Kemendikbud. Duit yang dikembalikan Rp. 48 juta.
“Saudara dari BPKP, seharusnya melakukan pengwasan,” tegur hakim ketua
Guzrizal di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (25/07/13).
“Kami bertugas sebagai tim pengendali pusat, jadi harus monitoring. Jadi memang
ada kesalahan,” ujar Tomi yang tidak melanjutkan jawabannya.
Menurutnya ada 10 auditor BPKB yang ikut dalam joint audit. Mereka bertugas untuk
6 program, diantaranya penyusunan SOP warsik, penyusunan monitoring, dan
evaluasi sertifikasi guru.
“Dari hasil audit nasional, kita bikin summary terhadap sertifikasi. Kita simpulkan apa
permasalahan – permasalahan dari sasaran auditnya,” jelas Tomi.
Tomi juga ditanya penuntut umum KPK terkait adanya penyimpangan penggunaan
anggaran dalam joint audit Kemendikbud-BPKP. “Itu memang kesalahan kami,” ujar
dia.
Adanya aliran duit ke Auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi
Bendahara Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud, Tini Suhartini pada
11 Juli 2011.
Sofyan didakwa memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan
pencairan anggaran dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan.
Dia juga memerintahkan pemotongan sebesar 5 persen atas biaya perjalanan dinas
yang diterima para peserta pada program joint audit Inspektorat I, II, III, IV dan
investigasi Irjen Depdiknas tahun anggaran 2009.
Dari perbuatannya, Sofyan memperkaya diri sendiri yakni Rp 1,103 miliar. Total
kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar.
Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus di atas:
Auditor BPKP merupakan auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas
entitas yang menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip
auntansi yang berlaku umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib
pula mengetahui dan menaati Kode Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit
sebagai mana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
IAI.
Kasus diatas menunjukan adanya pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dalam
kasus suap kepada auditor dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu) di
Inspektorat IV Kemendikbud. Adapun prinsip etika profesional auditor:
1. Tanggungjawab Profesi : Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai
profesional, setiap anggota hrus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilaksankannya.
2. Kepentingan Publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atau profesionalisme.
3. Integritas : Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4. Objektivitas : Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional : Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati – hatian, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang palng mutakhir.
6. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
8. Standar Teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran
kode etik prinsip Tanggungjawab Profesi, integritas, objektivitas, perilaku
profesional. Hal ini menunjukan bahwa auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip
kode etik seorang auditor, sehingga terjadinya penyimpangan yang melanggar
hukum.
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif
agar ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008
tanggal 31 Maret 2008 meneapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP
(Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) ini, antara lain:
Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, meskipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi. Auditor tidak diperbolehkan untuk
melakukan atau memaksa karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau
tidak etis. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor
kepada pimpinan organisasi.
Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh
Badan Kehormatan Profesiyang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang
berjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan
profesi diangkat dan diberhentikan oleh APIP.
Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh
pimpinan APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk
sanksi yang direkomendasikan oleh badab kehormatan profesi, yakni:
1. Teguran tertulis
2. Usulan pemberhentian dari tim audit
3. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu
4. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan
1. Etika dalam auditing merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
1. Tanggungjawab auditor dapat ditinjau dari :
 Tanggungjawab Dasar Auditor
Kemampuan yang dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan proses audit.
 Tanggungjawab Auditor Terhadap Publik
Tanggungjawab seorang auditor dalam memberikan laporan penilaian mengenai laporan keuangan
perusahaan memandang bahwa tanggung jawab kepada publik itu melampaui hubungan antara
auditor dengan kliennya.
1. Tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
 Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
 Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
 Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut
pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
1. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM yang mengatur Independensi Akuntan Publik
dengan mengeluarkan Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal
Rekomendasi
1. Standar untuk pemberian izin akuntan di perketat, artinya bahwa bukan hanya kualitas
kompetensi yang dijadikan standar tetapi juga kualitas emosional.
2. Kurangnya kantor akuntan publik di daerah-daerah diluar pulau jawa memungkin banyaknya
praktek-praktek audit yang dilakukan bukan oleh auditor yang memiliki izin, hal ini bisa
mempengaruhi kualitas audit laporan keuangan.
3. Perlu dipertimbangkan untuk pemerataan kantor akuntan publik di daerah-daerah.
4. Perlu dilakukan pemeriksaan kertas kerja audit secara berkala oleh pemerintah.
5. Pelaporan hasil audit perlu disampaikan kepada institusi yang terkait secara berkala untuk
dijadikan monitoring oleh pemerintah.
6. Pemerataan fee audit bagi auditor agar tercipta suasan kondusif bagi auditor dalam
melaksanakan auditing.
7. Sanksi yang keras perlu diberlakukan bagi auditor yang menyalahi aturan profesi dan melanggar
undang-undang yang berlaku.
Sumber :
1. Buku
 Harmtman Laura P dan Desjardins Joe. 2011. Etika Bisnis:Penerbit Erlangga Jakarta
 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), per 31 Maret 2011. Salemba Empat. Jakarta
1. Dokumen
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-
310/Bl/2008 Tentang Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa Di Pasar Modal
1. Sumber Lain
 Claudya Shelviana Angelina, Hubungan Antara Motivasi dan Stres Kerja Terhadap Kinerja
Auditor : Peran Rekan Kerja Sebagai Variabel Moderating: Jom FEKON.2 No. 1 Februari 2015
 Lauw Tjun Tjun, dkk,Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit:Jurnal Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012: 33-56
 Sem Paulus Silalahi,Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Situasi Audit Terhadap
Skeptisme Profesional Auditor:Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013
 http://albantantie.blogspot.nl/2013/11/etika-dalam-auditing.html
 https://kuntowibi.wordpress.com/2012/11/17/etika-dalam-auditing/
 https://datakata.wordpress.com/2013/12/04/etika-dalam-auditing/
 https://enomutzz.wordpress.com/2012/01/27/etika-dalam-auditing/
 http://adimo22.blogspot.nl/2014/10/etika-dalam-auditing.html
 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138922&val=2268
 http://harnityastuti.blogspot.nl/2010/11/etika-dalam-auditing.html

Anda mungkin juga menyukai