TUJUAN PENGAJARAN
Setelah selesai mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu untuk :
1. Menyebutkan definisi konsep materialitas yang digunakan dalam auditing.
2. Menerangkan bagaimana auditor membiat penetapan awal tentang
3.
4.
5.
6.
7.
materialitas pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat saldo rekening.
Menjelasakan hubungan antara materialitas denga bukti audit.
Menjelaskan arti penting konsep risiko serta ketiga komponennya.
Menjelaskan hubungan antara risiko audit dengan bukti audit.
Menjelaskan hubungan antara materialitas. Risiko audit, dan bukti audit
Membedakan dua alternative strategi audit awal yang bias digunakan untuk
perancanaan audit.
MATERIALITAS
Materialitas mendasari penerapan standar uditing, terutama yang berkaitan
dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena
itu materialitas merupakan factor yang sangat penting dalam suatu audit atas
laporan keuangan. PSA No. 25, risiko audit dan meterialitas dalam melaksanakan
audit
(SA
312.
08)
menyatakan
bahwa
auditor
harus
mempertimbangkan
materialitas dalam (a) merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan (b)
mengevakuasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,
umum. Arti konsep ini dan relevansinya terhadap perencanaan audit akan dibahas
di bawah ini.
KONSEP MATERIALITAS
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinasiakan materialitas sebagai
:
Besarnya suatu pembilangan atau salah saji informasi akutansi yang,
dipandang dari keadaan-keadaan yang melengkapinya, memungkinkan
pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi
menjadi berubah atau dipengaruhi oleh pembilangan atau salah saji tersebut.
Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (1) keadaankeadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahan klien), dan (2)
informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan
keuangan yang telah diaudit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi
laporan keuangan suatu perusahan tertentu, mungkin tidak material bagi laproran
keuangan perusaham lain yang berbeda ukuran atau sufatnya. Selain itu, apa yang
material bagi laporan keuangan suatu perusahan , bias beruba dari period eke
periode. Oleh karena itu, auditor misalnya dapat menyimpulkan bahwa tingkat
materialitas untuk rekening-rekening modal kerja (working capital account) pada
sebuah perusahan yang hanmpir bangkrut harus lebih rendah bila dibandingkan
dengan materialitas yang memiliki risiko lancar 4 : 1. Dalam pertimbangan
informasi yang diperlukan bagi pemakai laporan keuangan, hendaknya dilandasi
dengan asumi yang tepat, misalnya bahwa pemakai laporan keuangan adalah
investor-investor yang memahami informasi keuangan.
audit.
Pertimbangan
ini,
sering
disebut
materialitas
yang
berubah, dan (2) tambahan informasi tentang klien yang diperoleh selama audit
berlansung. Sebagai contoh, klien kita mendapat tambahan dana yang diperlukan
untuk mampu melangsungkan kegiatan usahanya
dulu audit direncanakan , dan hasil audit member penegasan bahwa kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya telah berubah secara
sugnifikan selama audit berlansung. Dalam keadaan semacam itu, tingkat
materialitas yang digunakan untuk mengevluasi temuan-temuan audit bias menjadi
lebih tinggi dari pada materialitas yang direncanakan.
Dalam
melaksanakan
suatu
audit,
auditor
harus
mempertimbangkan
untuk
dapat
memperoleh
kesimpulan
menyeluruh
mengenai
tepat
apabila
auditor
menggunakan
materialitas
neraca
dalam
Pada saat ini tidak ada standar akuntansi ataupun standar auditing yang berisi
pedoman tentang pengukuran materialitas secara kuantitatif. Contoh berikut ini
adalah pedoman yang sering digunakan oleh kantor-kantor akuntansi dalam praktik:
5% sampai 10% dari labah bersih (10% untuk labah bersih kecil, dan 5%
Pertimbangan kualitatif
Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab salah saji. Suatu salah
saji yang secara kuantitatif tidak material, bias menjadi material secara kualitatif.
Hal ini terjadi, misalnya apabila suatu salah saji berhubungan dengan ketidak
besaran atau tindakan melawan hokum oleh klien. Ditemukannya hal demikian
dalam audit, akan berakibat auditor menarik kesimpulan bahwa terdapat risiko
signifikan sebagai tanbahan atas risiko untuk salah saji yang sama tetapi tidak
berhubungan dengan ketidak besaran atau tindakan melawan hukum. SA 312.13
menyatakan bahwa walau editor harus waspad terhadap salah saji yang mungkin
maerial secara kualitatif, pada umumnya tidaklah parktis untuk merangsang
prosedur pendeteksinya.
sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang bias
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Saldo rekening yang tercatat pada pembukuan disebut material bila saldo tersebut
menggambarkan batas atas waktu jumlah dan diatas jumlah itu rekening tersebut
bisa terlalu tinggi (overstated). Namun demikian, tidak ada batasa mengenai jumlah
suatu rekening
(understated). Oleh karena itu perlu dipahami bahwa bias terjadi suatu rekening
yang keliatannya memiliki saldo tidak material, sebenarnya telah dilaporkan terlalu
rendah yang melebihi materialitas.
Dalam
membuat
pertimbangan
tentang
materialitas
pada
tingkat
saldo
rekening rugi-laba juga berpengaruh pada neraca, dank area rekening neraca
biasanya lebih sedikit, maka auditor umumnya melakukan alokasih berdasarkan
rekening-rekening neraca.
Dalam
melakukan
pengalokaisian,
auditor
harus
mempertimbangkan
(1)
kemungkinan salah saji dalam rekeng, dan (2) biaya yang mungkn diperlukan untuk
memriksa suatu rekening. Sabagai contoh, salah saji lebih mungkin terjadi pada
persediaan dibandingkan dengan aktiva tetap, dan biasanya audit persediaan lebih
memakai biaya dari pada audit terhadap aktiva tetap.
Rekening
Saldo
Kas
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
Rp
500.000
1.500.000
3.000.000
5.000.000
Rp.
10.000.000
5
15
30
50
100
Aditor menduka terdapat sedikit salah saji dalam kas dan aktiva tetap dan
semua salah saji dalam piutang dagang dan persediaan. Berdasarkan pengalaman
di masa lalu dengan klien, auditor memperkirakan bahwa kas dan aktiva tetap
hanya sedikit memakan biaya untuk pemeriksaannya di banbingkan dengan
rekening lainnya. Dengan asumsi bahwa taksiran awal materialitas laporan
keuangan adalah 1% dari total aktiva Rp 1.000.000.00, maka auditor bisa membuat
dua rencana pengalokasian sebagai berikut
Pengalokasian materialitas
Rekening
Rencana A
Kas
Rp
5.000.00
Rencana B
Rp
2.000.00
Piutang dagang
15.000.00
15
18.000.00
18
Persediaan
30.000.00
30
50.000.00
50
Aktiva tetap
50.000.00
50
30.000.00
30
Total
Rp
1.000.000.00
100
Rp
100.000.00
100
Dalam
rencana
B,
pengalokasian
materialitas
lebih
besar
diberikan pada piutang dan persediaan karena di perkirakan memiliki salah saji
lebih besar dan biaya pendeteksinyta juga besar. Oleh karena itu, jumlah bukti yang
diperlukan untuk rekening- rekening ini juga lebih sedikit (bandingkan dengan
rencana A) karena terdapat hubungan terbalik antara materialitas saldo rekening
dengan bukti. Sebagai akibatnya, auditor menetapkan proporsi lebih besar dari total
salah saji yang di perkirakan pada rekening- rekening tersebut yangbiaya
pendeteksian salah sajinya lebih mahal. Meskipun pengalokasian materialitas untuk
kas dan aktiva tetap yang lebih kecil menyebabkan bertambahnya jumlah bukti
yang di perlukan untuk rekening- rekening tersebut ( bandingkan rencana A),
namun karena biaya pendeteksiannnya rendah, maka secara keseluruhan tetap
akan lebih hemat.
Pengalokasian
taksiran
awal
materialitas
bisa
direvisi
sejalan
dengan
Selain itu, benar pula untuk dikatakan bahwa semakin besar ataw lebih signifikan
saldo suatu rekening, akan lebih banyak juga jumlah bukti yang diperlukan
( berhubungan langsung). Hal ini sama saja dengan mengatakan bahwa bukti untuk
persediaan dibutuhkan lebih banyak bila rekening tersebutmencerminkan 30% dari
total aktiva, di bandingkan dengan jika hanya 10%.
RISIKO AUDIT
Dalam merencanakan audit, auditor harus juga mempertimbangkan risiko audit.
SA312.02 merumuskan risiko audit sebagai berikut:
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
Semkain besar keinginan auditor untuk menyatakan pendapat yang benar,
semakin rendah risiko audit yang akan bisa ia terima. Apabila keyakinan 99% benar
ia inginkan, maka hanya 1% risiko audit yang akan ia terima. Demkan pula, jika
95%, benar ia pandang memuaskan, maka risisko auditnya
sebaiknya memilih untuk menetapkan risiko audit pada tingkat yang rendah,
apabila ia mengaudit perusahaan publik yang banyak pemakai laporan keuangan
dan laporan auditnya, dibandingkan denga perusahaan privat yang sedikit pemakai
laprannya. Selain itu, auditor sebaiknya juga menetapkan risiko audit yang rendah,
jika ia mengaudit perusahaaan yang diperkirakan
bukti
yang
ia
peroleh
melalui
pemeriksaan
atas
asersi-asersi
yang
Risiko audit
risiko pengendalian ( control risk), dan risiko deteksi ( detection risk). Berikut ini
akan dibahas masing-masing risiko tersebut.
Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Perhitungan tentang risiko bawaan membutuhkan pertimbangan tetang berbagai
hal yang bisa berpengaruh terhadap asersi- asersi dari semua atau banyak rekening
dan hal-hal yang berhubungan hanya dengan asersi-asersi untuk rekening tertentu.
Contoh hal-hal yang bisa berpengaruh pada berbagai rekening adalah:
perdebatan.
Ketentuan terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan.
Kompleksitas perhitungan.
Kebutuhan akan pertimbangan yang berhubungan dengan asersi-asersi.
Sensitivitas penilaian terhadap factor-faktor ekonomi.
Sifat penyebab, dan jumlah salah saji yang diketahui atau mungkin terjadi
yang terdeteksi pada audit tahun lalu.
Risiko bawaan bisa lebih besar untuk beberapa asersi dibandingkan dengan
untuk aseri lainnya. Contoh, asersi keberadaan atau keterjadian untuk kas lebih
rentan
terhadap
salah
saji
melalui
penyelahgunaan
atau
penyelewengan,
dibandikan dengan sersi yang sama untuk aktiva tetap. Demikian pula, asersi
penilaian atau pengalokasian untuk aktiva sawa guan (leased asset) lebih rentan
terhadap
salah
saji
berhubung
dengan
perhitungan-perhitungannya
cukup
kompleks. Dibandingkan dengan asersi yang sama untuk akumulasi sepresiasi yang
dilakukan dengan metode garis lurus yang sederhana.
Risiko bawaan merupakan factor independen terhadap audit laporan keuangan.
Ini berarti bahwa auditor tidak dapat mengubah tingkat sesungguhnya (actual
level) dari risiko bawaan pada tingkat yang sesuai dengan memilih tinggkat
maksimum. Hal ini dilakukan auditor apabila ia berkesimpulan bahwa yang
diperlukan untuk mengefaluasi risiko bawaan untuk sesuatu asersi, lebih besar dari
pengurangn prosedur audit potensial yang bisa diperoleh dari penggunaan tingkat
risiko yang lebih rendah.
Auditor biasanya melakukan risiko bawaan terutama pada tahap perencanaan
audit.
Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa salah satu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern suatu usaha.
Risiko pengen dalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian tntern klien. Keefektifan pengendalian intern atas suatu
asersi
akan
mengurangi
risiko
pengendalian
sebeliknya
kertidakefektifan
sersi-asersi
Prosedurprosedur
auditor
untuk
memeriksa
Saah saji
Salah saji
material
material yang
dalam laporan
tetap tak
keuangan
terdeksi dalam
dengan
asersi-asersi
pendapatan
individual
wajar tanpa
pengecualian
dalam laporan
auditor
DETEKSI RISIKO
RISIKO
AUDIT
bawah ini.
Salah saji
material
tidak dapat
dicegah atau
didetaksi
oleh struktur
material Kerentanan
pengendalian
asersi-asersi
intern klien
individual
pengendalia Struktur
terhadap
n intern
salah saji
klien
RISIKO
PENGENDALI
BAWAAN RISIKO
menghubungkan
komponen-komponen
risiko
audit,
auditor
bisa
audit sangat penting dalam menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang
dapat diterima.
Model risiko audit
Model risiko audit menyatakan hubungan antara komponen-komponen risiko
audit sebagai berikut :
RA = RB x RD
Dalam model diatas symbol-simbol berarti sebagai berikut :
RA = Risiko audit
RB = Risiko bawaan
RP = Risiko pengendalian
Rd = Risiko deteksi
Untuk menggambarkan penggunaan model diatas, misalkan auditor telah membuat
perhitungan risiko berikut untuk suatu asersi tertentu, seperti misalnya asersi
penilaian atau pengalokasian atas persediaan:
RB = 50%
RP= 50%
Misalkan auditor telah menetapkan risiko audit (RA) keseluruhan sebesar 5%
risiko deteksi dapat ditentukan dengan menggunakan model untuk RD sebagai
berikut :
RD
`
= RA/(RB x RP)
= 0,05/(0,5 x 0,5)
= 20%
(100%). Dalam situasi demikian, dengan asumsi factor-faktor lain dalam contoh
yang lalu tetap, maka model akan menghasilkan RD sebesar 10% [yaitu: 0,05/(1,0 x
0,5)]. Apabila auditor juga memperhitungkan RP pada tingkat maksimum, maka RD
akan menjadi 5% [yaitu: 0,5/(1,0 x 1,0)].
Jika model risiko audit digunakan dalam tahap perencanaan untuk menentukan
risiko deteksi direncanakan untuk suatu asersi, RP didasarkan pada perhitungan
tingkat risiko pengendalian direncanakan. Apabila kemidian ditentukan bahwa
perhitungan tingkat risiko pengendalian sesungguhnya berbeda dari tingkat risiko
direncanakan, maka model dapat diteraokan kembali dengan menggunakan
perhitungan tingkat risiko sesungguhnya untuk RP risiko deteksi yang telah direvisi
selanjutnya digunakan untuk menyelasaikan rancangan pengujian subtantif.
Dalam praktik, banyak auditor tidak berusaha untuk mengkuantifikasi setiap
komponen
risiko,
sehingga
tidak
memunkinkan
untuk
secara
matematis
risiko
deteksi
yang
dapat
diterima
berhubungan
terbalik
dengan
Matrix ini didasarkan pada asumi bahwa risiko audit dibatasi pada tingkat
rendah, matrix ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menentukan risiko deteksi
pada tingkatan risiko audit yang lain.
Perhitungan
risiko
bawaan
Maksimum
Maksimum
Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Rendah
Rendah
Sangat Rendah
Rendah
Rendah
Moderat
Moderat
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Tinggi
Seperti halnya materialitas, risiko yang juga disinggung pada bab 4, merupakan
salah satu factor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan
bukti. Untuk membuat generalisasi tentang hubungan ini, kita harus hati-hati dalam
merumuskan istilah risiko yang akan dibuat generalisasinya.
Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat pendapat auditor atas laporan keuangan.
Artinya, untuk klien tertentu , semakin rendah tingakat risiko audit yang ingin
dicapai, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan untuk membatasi tingkat
risiko deteksi pada tingkat tersebut. Sebaliknya, risiko bawaan dan risiko
pengendalian mempunyai hubungan lansung dengan jumlah bukti yang diperlukan.
Bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risikonya redah karena dalam situasi
demikian risiko deteksinya dapat menjadi tinggi.
Namun demikian, perlu diingat bahwa menurut standar audit, auditor tidak bisa
dibenarkan untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko pengendalian sedemikian
rendah sehingga tidak diperlukan lagi untuk melakukan pengujian subtantif untuk
seluruh asersi yang berkenaan dengan suatu rekening. Betapapun setidaknya,
sejumlah bukti tetap harus di peroleh melalui pengujian subtantif untuk setiap saldo
rekening yang signifikan, meskipun tidak harus untuk setiap asersi
yang
menaikan bukti audit, sementara tingkat materialitas tetap, atau (3) melakukan
sedikit kenaikan pada jumlah bukti audit dan pada tingkat materialitas.
BUKTI AUDIT
TINGKAT
MATERIALITAS
RESIKO AUDIT
untuk
asersi-asersi,
auditor
PENDEKATAN
RESIKO PENGENDALIAN
DITETAPKAN
MAKSIMUM
STRATEGI AUDIT
PENDEKATAN
RESIKO PENGENDALIAN
DITETAPKAN
LEBIH RENDAH
TINGGI
MODERAT
PENGUJIAN PENDELAIAN
TINGKAT
PENGUJIAN SUBSTANSI
DIRENCANAKAN
Suatu stragi audit awal tidak merinci spesivikasi prosedur audit yang harus
dilakukan dalam melakukan audit.stragi ini mencerminkan pertimbangan awal
auditor tentang pendekatan audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu
mengenai pelaksanaan audit. Sabagai contoh, dalam audit pertama kali komponenkomponen strategi audit biasanya tidak mencakup pengujian pengendalian tertentu
dan pengujian substatif yang akan dilakukan, melainkan hanya kesimpulan
samantara tentang penekanan yang harus dilakukan terhadap dua kelompok
pengujian tersebut. Dalam audit ulangan, penentuan kompone-kompoen ini
mencakup kesimpulan sementara auditor bahwa pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif yang digunakan pada periode yang lalu akan dapat digunakan
juga pada tahun ini. Keputusan mengenai hal ini dilakukan sejalan dengan
perkembangan audit.
Cara begaimana auditor merumuskan keempat komponen strartegi audit akan
diuraikan untuk dua alternatif strategi audit pada bagian berikut. Kedua strategi
tersebut
adalah
pendekatan
tingkat
risiko
pengandalian
ditetapkan
PENDEKATAN
MAKSIMUM
TINGKAT
RISIKO
PENGENDAIAN
DITETAPKAN
ekstensif
pengujian
pengendalian
untuk
mendukung
perhitungan
tingkat
risiko
pengendalian yang lebih rendah akan lebih besar dibandangkan dengan biaya yang
perlukan untuk melakukan pengujian substantif yangf lebih ekstensif. Keadaan
tersebut bersangkutan dengan esersi-esersi untuk rekening-rekening yang terutama
dipengaruhi oleh :
substantive.
Hal
ini
terutama
sering
terjadi
pada
asersi
yang
Siklus
kelompok
Pendapatan
penjualan,
penerimaan
kas,
dan
penyesuaian
penjualan
Pengeluaran
Jasa personil
penggajian
Produksi
manufaktur
Investasi
Keuangan
Dalam tiga beb berikut, akan dibahas secara lebih rinci tentang bagaimana
auditor
menerapkan
pendakatan
tingkat
risiko
pengendalian
ditetapkan
diatas.
Bab
menguraikan
tentang
metodologi
untuk
pengujian
RINGKASAN
Tiga komponen penting dalam perencanaan audit adalah membuat pertimbangan
awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit, dan menetapkan
strategi audit. Materialitas harus dipertimbangkan baik untuk tingkat laporan
keuangan maupun pada tingkat saldo rekening dan bisa dinyatakan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Tingkat materialitas mempunyai hubungan terbalik
dengan sejumlah bukti yang diperlukan.
Risiko audit terdiri dari tiga komponen. Risiko bawaan dan risiko pengendalian
berada diluar control auditor dan hanya ditetapkan oleh auditor. Risiko deteksi
berhubungan terbalik dengan komponen risiko audit lainya. Auditor menetapkan
risiko audit pada tingkat rendah yang sesuai dengan mengendalikan risiko deteksi
seperti halnya materialitas, risiko audit bisa dinyatakan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, dan mempunyai hubungan terbalik dengan sejumlah bukti yang
diperlukan.