No. 1
a.
Offshore banking
Dalam tahap ini, bank menerima deposito, menyalurkan pinjaman
dan menerima investasi dariEuro Currency. Contohnya adalah bank-bank di
Bahama atau Pulau Cayman atauinternational banking facilities (IBFs) di
USA. Bank jenis offshore aktif dalam membeli dan menyalurkan dana-dana
jangaka pendek, pinjaman sindikasi dan perdagangan valas. Deposan dan
kreditur umumnya berada di negara di luar negeri asal bank tersebut.
Host country banking (multinational banking)
Pada tahap ini bank menawarkan segala jasa pelayanan di negara
lain lewat cabang dari bank induknya. Bank ini bersaing dengan bank-bank
local dalam menarik deposito dan menyalurkan kredit dalam mata uang local
suatu negara.
Perkembangan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) menjadi Pasar
Tunggal Eropa pada awal tahun 1993 terbukti membawa dampak yang
signifikan terhadap struktur pasar perbankan di negara-negara MEE. Single
European Act tahun 1985 telah menelorkan apa yang dikenal dengan Single
Banking License, yaitu peraturan yang memperbolehkan bank untuk
beroperasi disemua negara anggota MEE tanpa ijin khusus maupun harus
menyuntikan modal bagi cabang-cabangnya.
Negara-negara maju yang tergabung dalam Kelompok Sepuluh (G 10)
pada tahun 1998 di Luxemburg menandatangani persetujuan Basle Accord,
yaitu kesepakatan yang menggariskan ketentuan mengenai permodalan
bank secara internasional serta menetapkan standar minimum kecukupan
modal. Permodalan bank dibagi menjadi:
a.
modal inti, yang terdiri dari saham milik pemegang saham dan
cadangan;
b. modal pelengkap, yang terdiri atas sejumlah surat-surat berharga baik
yang berciri utang maupun equity.
Menurut Basle Accord, kecukupan modal minimum adalah 4% untuk
masing-masing kategori permodalan bank, atau 8% untuk seluruh modal
bank, pada akhir tahun 1992.
No. 6
Lembaga Keuangan Internasional adalah lembaga keuangan yang telah ditetapkan
oleh lebih dari satu negara, dan merupakan subyek hukum internasional. Pemiliknya
atau pemegang saham umumnya pemerintah nasional, meski lain lembagalembaga internasional dan organisasi lain kadang-kadang sosok sebagai pemegang
saham. Jenis dari Lembaga Keuangan Internasional ada beberapa yaitu Bank Dunia,
IMF, IDB, ADB dsb.
No. 7
a.
b.
c.
d.
NO. 8
Peran Lembaga Keuangan Internasional Terhadap Perekonomian Indonesia
Bank Dunia adalah sebuah lembaga keuangan global yang secara struktural berada di
bawah PBB dan diistilahkan sebagai "specialized agency". Bank Dunia dibentuk tahun 1944
sebagai hasil dari Konferensi Bretton Woods yang berlangsung di AS. Konferensi itu diikuti oleh
delegasi dari 44 negara, namun yang paling berperan dalam negosiasi pembentukan Bank Dunia
adalah AS dan Inggris. Tujuan awal dari dibentuknya Bank Dunia adalah untuk mengatur
keuangan dunia pasca PD II dan membantu negara-negara korban perang untuk membangun
kembali perekonomiannya.
Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara-negara non-Eropa untuk
membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang, supaya negara yang bersangkutan bisa
membayar kembali hutangnya, misalnya proyek pembangunan pelabuhan, jalan tol, atau
pembangkit listrik. Era 1968-1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan kepada negaranegara Dunia Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara
tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia meningkat 20%
setiap tahunnya.
NO 9
Dalam status pendirian IMF disebut enam butir tujuan yang ingin dicapai oleh IMF, yaitu
Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek
atau jangka menengah yang dibutuhkan guna mempertahankan kurs valuta asing yang
stabil selama neraca pembayaran mengalami deficit yang sifatnya sementara sampai
dapat diatasi dengan jalan menyesuaikan tingginya kurs devisa
Untuk memperpendek dan memperkecil besarnya deficit atau surplus neraca pambayaran
NO. 10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perbankan syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan nama Mit Ghamr Bank. Bank
tersebut beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di
Indonesia) di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan
masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis perkembangan sistem
finansial dan ekonomi Islam.
Saat sidang Menteri Luar Negeri Negara - Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi,
Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.
Proposal yang disebut studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan
Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian
Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks) dikaji para ahli dari 18 negara Islam.
Pada intinya sidang tersebut mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus
digantikan dengan sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugiannya.
Setelah melaksanakan sidang beberapa kali akhirnya pada sidang Menteri Keuangan OKI di
Jeddah 1975 menyetujui berdirinya Islamic Development Bank (IDB). Dan semua anggota OKI
menjadi anggota IDB.
Berdirinya IDB mengilhami pendirian bank-bank syariah di negara - negara Islam. Bank-bank
yang termasuk kategori awal dalam pendiriannya adalah 1 :
Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)
Kuwait Finance House
Dubai Islamic Bank
Jordan Islamic Bank for Finance and Investment
Bahrain Islamic Bank
Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir)
Indonesia merupakan negara yang tergabung dalam anggota Bank Dunia dan IMF.
Hingga saat ini walaupun negara Indonesia telah banyak mendapat pinjaman baik itu dari
Bank Dunia maupun IMF yang pinjaman tersebut digunakan untuk menstabilkan
perekonomian di Indonesia yang tidak ada henti-hentinya perekonomian Indonesia tidak
pernah terlepas dari masalah.
Meskipun Bank Dunia dan IMF sampai saat ini masih beroperasi di Indonesia, angka
kemiskinan di Indonesia masih tetap tinggi. Bahkan dengan Indonesia menerima
Pinjaman baik dari Bank Dunia maupun IMF, Indonesia dijerat dengan kerugian hutang
1
a.
b.
c.
d.
e.
yang terus bertambah tinggi. Dalam hal ini Indonesia mengalami kerugian baik dari
bidang ekonomi maupun didalam rana politik.
Adapun kerugian bidang ekonomi yang ditimbulkan akibat dari pinjaman Bank
Dunia dan IMF, yakni meliputi :
Indonesia kehilangan hasil dari pengilangan minyak dan penambangan mineral (karena
diberikan untuk membayar hutang dan karena proses pengilangan dan penambangan itu
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan transnational partner Bank Dunia).
Jebakan hutang yang semakin membesar, karena mayoritas hutang diberikan dengan
konsesi pembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan AS dan negara donor lainnya.
Hutang yang diberikan akhirnya kembali dinikmati negara donor karena Indonesia harus
membayar biaya konsultasi kepada para pakar asing, yang sebenarnya bisa dilakukan
oleh para ahli Indonesia sendiri.
Hutang juga dipakai untuk membiayai penelitian-penelitian yang tidak bermanfaat bagi
Indonesia melalui kerjasama-kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitasuniversitas.
Bahkan, sebagian hutang dipakai untuk membangun infrastuktur demi kepentingan
perusahaan-perusahaan asing, seperti membangun fasilitas pengeboran di ladang minyak
Caltex atau Exxon Mobil. Pembangunan infrastruktur itu dilakukan bukan di bawah
kontrol pemerintah Indonesia, tetapi langsung dilakukan oleh Caltex dan Exxon.
HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH
NO 2.
Tugas Gubernur adalah sebagai berikut :
1. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
2. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
3. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan
rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama
DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;
4. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan
rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama
DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;
5. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
6. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan
No. 6
Tiga Instumen hukum pemda,
No. 7
Perbedaan mekanisme pembatalan perda menurut UU No. 22, No. 32, No 23
tentang pemda:
Menurut UU No. 22/1999
(1) Pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan perundangundangan lainnya.
(2) Keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Daerah
yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan-alasannya.
(3) Selambat-lambatnya satu minggu setelah keputusan pembatalan
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah tersebut
dibatalkan pelaksanaannya.
(4) Daerah yang tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan
Daerah dan keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung setelah
mengajukannya kepada Pemerintah.
Menurut UU No. 32/2004
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
disebutkan bahwa pembatalan Perda Kabupaten/Kota ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
Terkait dengan pembatalan Peraturan Daerah, Pasal 136 ayat (4) Undangundang Nomor 32 Tahun 2004, menentukan bahwa:
Peraturan Daerah dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 145 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004,
menyebutkan Peraturan Daerah yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah.
Pasal 145 ayat (3) ditentukan Keputusan pembatalan Peraturan
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 145 ayat (4) ditentukan Apabila Provinsi/Kabupaten/Kota tidak
dapat
menerima
keputusan
pembatalan
Peraturan
Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan alasan yang dapat
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah dapat
mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.
Pasal 145 ayat (7) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ditentukan
bahwa Apabila Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden
untuk membatalkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku.
Menurut UU No. 23/2014
Dalam UU N0. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mencabut
UU Pemerintahan Daerah sebelumnya, disebutkan bahwa kewenangan
Pembatalan Perda Kabupaten/Kota didelegasikan kepada Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat dan pembatalannya ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 251 ayat (2) dan ayat (4) UU
Pemerintahan Daerah yang baru. Selanjutnya dalam Pasal 251 ayat (3) UU
Pemerintahan Daerah diatur pula bahwa apabila Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat tidak membatalkan Perda Kabupaten/Kota yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi,kepentingan umum, dan/atau kesusilaan, Menteri Dalam Negeri
mengambil alih kewenangan membatalkan Perda Kabupaten/Kota.
Ada beberapa konsekuensi yang kemudian muncul terkait pengaturan
tersebut, antara lain :
1. Sejak adanya Keputusan Pembatalan, maka paling lama 7 (tujuh)
Hari setelah keputusan pembatalan diterbitkan, Bupati/Walikota
harus menghentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
bersama kepala daerah mencabut Perda dimaksud (Pasal 251 ayat
(5)).