Anda di halaman 1dari 18

Nama : Ira Amelia Santika

Kelas : AK-2B
No : 10

MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT


PENDAHULUAN

A. KONSEP MATERIALITAS
Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik (1)
situasi yang berkenaan dengan entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka
yang akan bergantung pada laporan keuangan yang di audit. Contohnya, suatu jumlah
yang material bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi laporan
keuangan entitas lainnya yang memiliki ukuran atau sifat yang berbeda. Juga apa yang
material bagi laporan keuangan entitas tertentu mungkin akan berubah dari satu
periode lainnya. Oleh karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat
materialitas untuk akun modal kerja seharusnya lebih rendah untuk suatu perusahaan
yang berada diambang kebangkrutan daripada pada suatu perusahaan yang memiliki
rasio lancer. Misalnya, dalam mempertimbangkan informasi yang diperlukan oleh
pemakai laporan keuangan sangat baik untuk mengasumsikan bahwa pemakai laporan
keuangan adalah investor yang akan memperoleh informasi secara memadai.
B. MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN
Materialitas laporan keuangan (financial statement materiality) adalah salah saji
agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah
laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Dalam konteks ini, salah saji mungkin diakibatkan karena penerapan yang salah
dari GAAP, berangkat dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan. Dalam
perencanaan audit, auditor harus mengakui bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berhubungan dengan laporan keuangan. Setiap laporan pada
kenyataannya, dapat memiliki beberapa tingkatan. Untuk laporan laba-rugi, materialitas
dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba operasi, laba sebelum pajak, atau
laba bersih. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar,
modal kerja, atau ekuitas pemegang saham.
Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas,
auditor mula-mula menentukan tingkat agregat (keseluruhan) materialitas untuk setiap
laporan. Sebagai contoh, diperkirakan bahwa kekeliruan berjumlah $100.000 untuk
laporan laba-rugi dan $200.000 untuk neraca akan material. Dalam kasus ini tidak tepat
bagi auditor untuk menggunakan materialitas neraca dalam merencanakan audit karena
jika salah saji dalam neraca yang berjumlah hingga $200.000 juga mem- pengaruhi
laporan laba-rugi, laporan laba-rugi akan mengandung salah saji yang material. Untuk
tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan tingkat agregat terkecil dari salah saji
yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan keuangan. Peraturan
keputusan ini tepat karena (1) laporan keuangan saling berkaitan dan (2) banyak
prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. Sebagai contoh,
prosedur audit untuk menentukan apakah penjualan kredit akhir tahun telah dicatat
pada periode yang sesuai menyediakan bukti mengenai piutang usaha (neraca) dan
penjualan (laporan laba-rugi).
Pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas seringkali dibuat enam
hingga sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Alternatif lain, materialitas dapat
ditetapkan menurut hasil keuangan satu tahun yang lalu atau hasil keuangan lebih dari
satu tahun yang lalu yang di- sesuaikan dengan perubahan-perubahan pada saat ini,
seperti kondisi umum dari ekonomi dan tren industri.
Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
1. Pedoman Kuantitatif
Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing berisi pedoman
resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas. Berikut adalah gambaran
mengenai beberapa pedoman yang digunakan dalam praktik.
 5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil,
5% untuk laba yang lebih besar)
 1/2% hingga 1% dari total aktiva
 1% dari ekuitas
 1/2% hingga 1% dari pendapatan kotor
 Suatu persentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva
atau total pendapatan.
2. Pertimbangan Kualitatif
Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Salah saji
yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material. Hal ini
dapat terjadi misalnya ketika salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan
(irregularities) atau tindakan melanggar hukum oleh klien. Penemuan atas terjadinya
hal-hal tersebut dapat menga- kibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko
yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang serupa. AU 312.13 menyatakan
bahwa walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang secara kualitatif
material, biasanya tidak praktis untuk merancang prosedur untuk mendeteksi salah saji
tersebut.
B. MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO AKUN
Materialitas saldo akun (account balance materiality) adalah salah saji minimum
yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji
material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir
(tolerable misstatement)Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh
dikacaukan dengan istilah saldo akun material. Istilah yang terakhir tersebut merujuk
pada ukuran dari suatu saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkenaan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan seorang
pemakai. Saldo yang tercatat dari suatu akun secara umum menyajikan batas atas
jumlah di mana suatu akun dapat disajikan lebih. Oleh karena itu, akun dengan saldo
yang lebih rendah dari materialitas kadangkala disebut tidak material berkenaan dengan
risiko salah saji. Namun demikian, tidak terdapat batasan mengenai jumlah di mana
suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil mungkin disajikan kurang. Oleh
karena itu, harus disadari bahwa akun-akun yang tampak memiliki saldo tidak material
mungkin akan mengandung kurang saji yang melebihi materialitas.
Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun,
auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materia- litas pada tingkat saldo
akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus
mengarahkan auditor untuk meren- canakan audit guna mendeteksi salah saji yang
mungkin tidak material secara individual, tetapi apabila diagregasi dengan salah saji
pada saldo akun lainnya, mungkin akan material terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan.
C. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DAN BUKTI AUDIT
Materialitas adalah satu dari faktor- faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor mengenai kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan bukti. Dalam membuat
generalisasi mengenai hubungan tersebut, perbedaan antara istilah materialitas dan
saldo akun material yang telah disinggung sebelumnya harus tetap diingat.
D. RISIKO AUDIT
Membuat keputusan mengenai risiko audit merupakan salah satu langkah kunci
yang terlibat dalam melaksanakan audit seperti telah dibahas dalam Bab 5. Konsep
risiko audit adalah penting sebagai dasar untuk meng- ekspresikan konsep keyakinan
yang memadai. Auditor membuat penilaian mengenai berbagai komponen risiko audit-
risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi-untuk mengarahkan keputusan
tentang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit dan juga keputusan mengenai
penetapan staf audit.
Konsep keseluruhan mengenai risiko audit merupakan kebalikan dari konsep
keyakinan yang memadai. Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh auditor dalam
menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan ia terima. Jika
99% kepastian diinginkan, hatib tagab in maka risiko audit adalah 1%, sementara jika
kepastian sebesar 95% indianggap memuaskan, maka risiko audit adalah 5%. Biasanya
per- timbangan profesional berkenaan dengan keyakinan yang memadai dan Ashen
naalam keseluruhan tingkat risiko audit dirancang sebagai satu kebijakan kantor tobom
akuntan publik, dan risiko audit akan dapat dibandingkan antara satu audit dengan audit
lainnya.
E. MODEL RISIKO AUDIT
Konsep risiko audit terutama penting saat auditor mempertimbangkan tingkat
yang tepat untuk risiko deteksi ketika merencanakan prosedur audit untuk mengaudit
suatu asersi. Untuk tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan ter- balik antara
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang dinilai atas suatu asersi dan tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor untuk asersi tersebut. Oleh karena itu,
semakin rendah penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian, semakin tinggi tingkat
yang dapat diterima untuk risiko deteksi.
Dalam menghubungkan komponen-komponen risiko audit, auditor dapat
mengekspresikan setiap komponen dalam istilah kuantitatif, seperti persentase, atau
dalam istilah nonkuantitatif seperti sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, atau
maksimum. Dalam kedua kasus tersebut, pemahaman mengenai hubungan yang
diekspresikan dalam model risiko audit adalah penting ketika menentukan tingkat risiko
deteksi yang direncanakan dapat diterima. Pembahasan berikut akan mengilustrasikan
model risiko audit dengan contoh kuantitatif dan nonkuantitatif. Keseluruhan
pembahasan akan diikuti dengan suatu pembahasan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi evaluasi auditor atas setiap komponen.
1. Mengilustrasikan Model Risiko Audit QUA
Model risiko audit (audit risk model) mengekspresikan hubungan antara
komponen-komponen risiko audit sebagai berikut:

AR = IR X CR × DR
Simbol-simbol tersebut mewakili risiko audit, risiko bawaan, risiko pengendalian,
dan risiko deteksi, secara berurutan.
Untuk mengilustrasikan penggunaan dari model tersebut, asumsikan bahwa
auditor telah membuat penilaian risiko berikut untuk suatu asersi tertentu seperti asersi
kelengkapan untuk persediaan.

AR = 5%; IR = 75%; CR = 50%

Risiko deteksi dapat ditentukan sebagai berikut:

DR = AR 0,05 : IR X CR 0,75 x 0,50 = 13%

Risiko deteksi sebesar 13% berarti auditor perlu merencanakan pengujian


substantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat diterima bahwa
terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 13% dalam mendeteksi salah saji yang
material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dari sumber-sumber
lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Hubungan antara komponen-kompenen risiko audit dapat diekspresikan sebagai
berikut:
AR = IR X CR × AP × TD
Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan bahwa auditor memiliki bukti yang cukup
untuk mendukung penilaian risiko berikut:
AR = 2%; IR = 100%; CR = 10%; dan AP = 50%
Risiko pengujian terinci dapat ditentukan sebagai berikut:
TD = AR IR X CR × AP/ 0,02 : 1,00 x 0,10 x 0,50 = 40%
Risiko pengujian terinci sebesar 40% berarti auditor perlu merencanakan
pengujian transaksi dan pengujian saldo dengan suatu cara yang akan menghasilkan
risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sebesar 40% dalam
mendeteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki
keyakinan dari sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko prosedur analitis. Model risiko audit yang diperluas
menyediakan auditor suatu alat untuk mempertimbangkan keyakinan yang diperoleh
dengan melaksanakan prosedur analitis. Hal ini memungkinkan auditor untuk
mempertimbangkan keyakinan yang diperoleh baik dari prosedur audit top-down
maupun bottom-up. Model risiko audit yang diperluas akan digunakan sepanjang sisa
buku ini.
Ketika model risiko audit digunakan dalam tahap perencanaan untuk
menentukan risiko deteksi yang direncanakan atas suatu asersi, CR seringkali didasarkan
pada tingkat risiko pengendalian yang direncanakan auditor untuk dinilai. Jika
selanjutnya ditentukan bahwa tingkat aktual dari risiko pengendalian untuk suatu asersi
berbeda dari tingkat yang direncanakan, maka model dapat diaplikasikan ulang dengan
mengguna- kan tingkat aktual yang dinilai untuk CR. Risiko deteksi yang direvisi
kemudian digunakan dalam menyelesaikan rancangan pengujian substan- tif atas
transaksi atau pengujian saldo.
Dalam praktik, banyak auditor yang tidak berusaha untuk meng- kuantifikasi
setiap komponen risiko, yang membuatnya tidak mungkin secara matematis untuk
menyelesaikan model risiko. Akan tetapi, mes- kipun tidak diselesaikan secara
matematis, namun pemahaman mengenai model risiko membuat hubungan berikut
jelas: untuk menetapkan risiko audit pada suatu tingkat tertentu, semakin tinggi tingkat
yang diperkirakan untuk risiko bawaan, risiko pengendalian, risiko prosedur analitis,
semakin rendah tingkat risiko yang dinilai untuk pengujian terinci.
2. Matriks Komponen Risiko
Beberapa auditor yang menggunakan ekspresi nonkuantitatif untuk risiko
menggunakan suatu matriks komponen risiko (risk components matrix). Studi mengenai
matriks ini menunjukkan bahwa hal tersebut konsisten dengan model risiko audit,
daweden yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berhubungan secara
terbalik dengan penilaian risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko prosedur
analitis. Matriks tersebut mengasumsikan bahwa risiko thinhtinen audit dibatasi pada
suatu tingkat yang rendah. Matriks mengindikasikan, sebagai contoh, jika risiko bawaan
dinilai berada pada tingkat maksimum, risiko pengendalian pada tingkat sedang, dan
risiko prosedur analitis pada tingkat sedang, maka tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk pengujian terinci adalah rendah. Jika risiko bawaan dinilai pada tingkat
yang tinggi, risiko pengendalian pada tingkat rendah, dan risiko prosedur analitis pada
tingkat rendah, maka pengujian substantif yang Pain mungkin tidak diperlukan. Hal ini
mengasumsikan bahwa bukti yang cukup telah diperoleh untuk mendukung penilaian
yang tinggi untuk cukup telah dan penilaian yang rendah untuk risiko pengendalian serta
risiko prosedur analitis.
F. MENILAI KOMPONEN RISIKO AUDIT
Pembahasan sebelumnya mengilustrasikan bagaimana model risiko au- dit dapat
digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi yang sesuai dan mendukung
perencanaan prosedur audit. Dalam rangka untuk mengimplementasikan model ini
auditor harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian risiko bawaan,
risiko pengendalian, dan risiko prosedur analitis. Faktor-faktor tersebut dibahas di
bawah ini.
1. RISIKO BAWAAN
Penilaian risiko bawaan memerlukan pertimbangan mengenai hal-hal yang
mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau
banyak akun dan hal-hal yang hanya berkaitan dengan asersi spesitifk untuk suatu
akun spesifik.
Contoh hal-hal yang mungkin memiliki dampak mendalam termasuk
- Profitabilitas dari entitas secara relatif terhadap industry.
- Sensitivitas dari hasil operasi terhadap faktor-faktor ekonomi.
- Masalah going concern seperti kurangnya modal kerja.
- Sifat, sebab, dan jumlah dari salah saji yang diketahui dan ke- mungkinan salah
saji yang terdeteksi dalam audit terdahulu.
- Perputaran manajemen, reputasi manajemen, dan keahlian akuntansi.
- Dampak dari pengembangan teknologi pada operasi dan daya saing perusahaan.
Hal-hal yang mungkin hanya berkaitan dengan akun-akun spesifik termasuk:
- Akun-akun atau transaksi-transaksi yang sulit untuk diaudit.
- Masalah akuntansi yang sulit atau diperdebatkan.
- Kerentanan terhadap penyalahgunaan.
- Kompleksitas penghitungan.
- Luasnya pertimbangan yang berkaitan dengan asersi.
- Sifat, sebab, dan jumlah dari salah saji yang diketahui dan salah saji yang
terdeteksi dalam audit sebelumnya.
- Sensitivitas dari penilaian faktor-faktor ekonomi.
Banyak dari item-item tersebut yang menunjukkan kompleksitas bawaan dan
ketidakpastian yang terlibat dalam proses akuntansi yang spesifik terhadap saldo
akun tertentu atau siklus transaksi.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersi-
asersi lainnya. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keter- jadian untuk kas lebih
rentan terhadap salah saji karena penyalahgunaan daripada asersi yang sama untuk
aktiva pabrik. Demikian juga, asersi penilaian atau alokasi untuk aktiva yang
disewagunakan lebih rentan terhadap salah saji sebagai akibat sifat kompleks dari
penghitungan sewa guna usaha modal daripada asersi yang sama untuk akumulasi
penyusut- an berdasarkan perhitungan garis lurus yang sederhana.
Risiko bawaan muncul secara independen dari audit laporan keuangan. Oleh
karena itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat aktual dari risiko bawaan. Akan
tetapi, auditor dapat mengubah tingkat risiko bawaan yang dinilai. Sebagai contoh,
seseorang mungkin urung melaku- kan usaha untuk menilai risiko bawaan pada
tingkat yang sesuai dan secara sederhana menilainya pada tingkat maksimum.
Auditor dapat me- milih opsi ini ketika dia menyimpulkan bahwa usaha yang
diperlukan untuk mengevaluasi risiko bawaan atas suatu asersi akan melebihi
pengurangan potensial luasnya prosedur audit yang dihasilkan dari penggunaan
penilaian yang lebih rendah.
Prosedur yang dilaksanakan untuk mendukung penilaian risiko bawaan biasanya
serupa dengan untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri.
Auditor secara normal akan mampu untuk mengeva- luasi faktor-faktor risiko
bawaan dengan memahami siklus bisnis klien, termasuk:
- Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya-sumberdaya perusahaan
- Produk, jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas
- Proses inti dan siklus operasi
- Hasil dari proses inti
- Keputusan pembiayaan dan investasi
Dalam banyak hal, biaya penilaian risiko bawaan rendah karena auditor
menggunakan prosedur yang sama untuk mendukung berbagai keputusan
perencanaan audit.
2. RISIKO PENGENDALIAN
Risiko pengendalian adalah suatu fungsi dari efektivitas pengendalian intern
klien. Pengendalian intern yang efektif atas suatu asersi akan mengurangi risiko
pengendalian, sementara pengendalian intern yang tidak efektif meningkatkan risiko
pengendalian. Risiko pengendalian tidak dapat ditetapkan nol karena pengendalian
intern tidak dapat menyediakan vnd astialalamol keyakinan yang lengkap bahwa semua
salah saji yang material akan dicegah atau dideteksi.
Seperti halnya dengan risiko bawaan, auditor tidak dapat mengubah tingkat
aktual dari risiko pengendalian untuk suatu asersi. Akan tetapi, auditor dapat
memvariasikan tingkat risiko pengendalian yang dinilainya dengan memodifikasi (1)
prosedur-prosedur yang digunakan untuk mem- peroleh suatu pemahaman tentang
struktur pengendalian intern yang berhubungan dengan asersi, dan (2) prosedur-
prosedur yang digunakan untuk melaksanakan pengujian pengendalian. Prosedur-
prosedur tersebut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian auditor atas risiko
pengendalian, akan dijelaskan secara mendetil dalam Bab 9 dan 10 buku ini. Secara
umum, penggunaan kedua golongan prosedur yang semakin ekstensif tersebut
diperlukan ketika auditor ingin mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang
lebih rendah.
Secara normal, auditor menentukan penilaian tingkat risiko pengen- dalian yang
direncanakan (planned assessed level of control risk) untuk setiap asersi dalam tahap
perencanaan audit. Penilaian tingkat yang direncanakan didasarkan pada asumsi-asumsi
mengenai efektivitas dari rancangan dan pengoperasian bagian pengendalian intern
klien yang relevan. Dalam perikatan berulang, penilaian tingkat yang direncanakan
untuk dinilai seringkali didasarkan pada informasi dari kertas kerja tahun lalu. Penilaian
tingkat risiko pengendalian aktual (actual assessed level of control risk) selanjutnya
ditentukan untuk setiap asersi berdasarkan bukti yang diper- oleh dari studi dan evaluasi
pengendalian intern klien selama pekerjaan interim dalam tahap pengujian pada audit
berjalan.
3. RISIKO BAWAAN, RISIKO PENGENDALIAN, DAN RISIKO KECURANGAN
Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk menyediakan keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang ma- terial, baik itu
kekeliruan maupun kecurangan. AU 316, Consideration of Fraud in a Financial Statement
Audit, (SAS No. 82), mensyaratkan auditor untuk menilai risiko salah saji material akibat
kecurangan tanpa peduli apakah auditor akan merencanakan untuk menilai risiko
bawaan atau risiko pengendalian pada tingkat maksimum.
Auditor terutama menaruh perhatian terhadap kecurangan karena berhubungan
dengan salah saji dalam laporan keuangan. Dua jenis salah saji yang relevan dengan
pertimbangan auditor mengenai kecurangan dalam suatu audit laporan keuangan-salah
saji yang muncul dari pelaporan keuangan yang curang dan salah saji yang muncul dari
penyalahgunaan aktiva. SAS 82 mendeskripsikan dua jenis salah saji tersebut sebagai
berikut:
Salah saji yang muncul dari pelaporan keuangan yang curang merupakan salah saji yang
disengaja atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk menipu para pemakai laporan keuangan. Pelaporan keuangan yang curang
(fraudulent financial reporting) mungkin akan melibatkan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
- Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen-
dokumen pendukung yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
- Interpretasi yang salah dalam, atau penghilangan yang disengaja dari kejadian-
kejadian, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan
keuangan.
- Penerapan yang salah secara sengaja dari prinsip-prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Salah saji yang muncul akibat penyalahgunaan aktiva (misappropriation of assets)
termasuk pencurian atas aktiva entitas di mana dampak pencurian tersebut
menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Penyalahgunaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
penyelundupan penerimaan, pencurian aktiva, atau menyebabkan suatu entitas untuk
membayar barang atau jasa yang tidak diterima. Penyalahgunaan aktiva dapat dilakukan
secara bersamaan dengan pembuatan catatan-catatan atau dokumen-dokumen palsu
atau menyesatkan dan mungkin akan melibatkan satu atau lebih individu baik itu
manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
SAS No. 82 menyarankan agar auditor mempertimbangkan faktor- faktor risiko yang
berhubungan dengan salah saji material yang muncul dari (1) pelaporan keuangan yang
curang dan (2) penyalahgunaan aktiva. Hal ini sangat penting bahwa auditor harus
mempertimbangkan risiko salah saji akibat kecurangan dan harus mempertimbangkan
barang perancangan prosedur audit akan dilaksanakan. Seorang Penilaian dalakin akan
memenuhi persyaratan ini dengan make bawaan kategori faktor-faktor risiko yang
perkiran tersebut nggunakan berbeda-beda (misalkan risiko dari kedua kategori risiko
pengendalian) selama perkiraan tersebut memasukan substansi dan kedua kategori
yang diuraikan di atas. Faktor-faktor spesifik yang mungkin akan dipertimbangkan oleh
seorang auditor ketika menilai yang bawaan dan risiko pengendalian adalah ekstensif,
Lampiran BA menggambarkan faktor-faktor risiko dari AU 316, Consideration of Fraud in
a Financial Statement Audit.
Pertimbangan mengenai meningkatnya risiko salah saji laporan ke uangan akibat
kecurangan dapat mempengaruhi pertimbangan profesional auditor melalui cara
berikut:

- Tim audit dapat dipilih dengan suatu cara yang memastikan bahwa pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan personel yang ditugaskan dalam tanggung jawab
perikatan yang signifikan sesuai denganpenilaian auditor terhadap tingkat risiko.
- Tim audit dapat melaksanakan audit dengan memperjelas tingkat skeptisme
profesional.
- Auditor dapat memutuskan untuk mempertimbangkan lebih lanjut pemilihan
dan penerapan manajemen terhadap prinsip-prinsip akun- tansi yang berlaku
umum, terutama masalah-masalah yang ber- hubungan dengan pengakuan
pendapatan atau penilaian aktiva.
- Kemampuan auditor untuk menilai risiko pengendalian di bawah maksimum
dapat dikurangi dan auditor harus peka terhadap ke- mampuan manajemen
untuk mengesampingkan pengendalian.
Pada akhirnya, auditor harus merencanakan suatu audit untuk mem- a berikan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material,
baik akibat dari kecurangan atau kekeliruan.
4. RISIKO DETEKSI
Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur
analitis dan risiko pengujian terinci. Risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci
merupakan fungsi dari efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Tidak
seperti risiko bawaan dan risiko pengendalian, tingkat aktual dari risiko prosedur analitis
atau risiko pengujian terinci dapat dirubah oleh auditor dengan memvariasikan sifat,
waktu, dan ekstensivitas pengujian-pengujian atau penempatan staf audit yang
berhubungan dengan pengujian substantif yang dilaksanakan pada suatu asersi.
Penggunaan prosedur audit yang lebih efektif akan menghasilkan suatu risiko deteksi
yang lebih rendah daripada prosedur audit yang tidak efektif. Secara serupa,
pelaksanaan pengujian substantif yang dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal
neraca daripada tanggal interim, penggunaan sampel yang lebih besar daripada sampel
yang lebih kecil, atau penggunaan lebih banyak staf yang berpengalaman daripada staf
yang tidak berpengalaman, akan menghasilkan tingkat risiko deteksi yang lebih rendah.
Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus mempertimbang- alkan
kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan, seperti salah menerapkan prosedur
audit atau salah menginterpretasikan bukti yang diperoleh. Aspek-aspek dari risiko
deteksi tersebut dapat dikurangi melalui perencanaan yang cukup dan pengawasan
yang tepat dan mengacu pada stan- dar pengendalian intern.
Dalam tahap perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan
dapat diterima (planned acceptable level of detection risk) untuk prosedur analitis dan
pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang signifikan dengan menggunakan
model risiko audit yang dibahas di atas. Ketika diperlukan, tingkat yang direncanakan
dari risiko deteksi direvisi terus-menerus berdasarkan bukti yang diperoleh mengenai
efektivitas pengendalian intern atau temuan audit yang spesifik.
G. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT SALDO AKUN
Auditor menentukan tingkat risiko audit secara keseluruhan yang akan dicapai
untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Secara umum, tingkat yang sama
diterapkan pada setiap saldo akun dan semua asersi yang berkaitan. Saat ini, jika
seorang auditor akan menggunakan tingkat risiko audit yang berbeda untuk akun-akun
dan asersi-asersi yang berbeda, tidak akan ada suatu cara yang berlaku secara umum
untuk mengkom- binasikan hasil-hasil tersebut dalam menentukan tingkat risiko audit
keseluruhan yang dicapai untuk laporan keuangan secara keseluruhan.
Sebaliknya, penilaian tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta tingkat
komponen-komponen risiko deteksi yang dapat diterima, bervariasi untuk setiap akun
dan asersi. Seperti dicatat sebelumnya, auditor tidak mengendalikan tingkat komponen
risiko pengendalian dan O risiko bawaan, dan secara sengaja memvariasikan tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima secara terbalik dengan tingkat yang dinilai dari
komponen risiko lainnya untuk menjaga agar risiko audit konstan. Oleh karena itu,
pernyataan mengenai tingkat risiko bawaan, risiko pengendali- an, risiko prosedur
analitis, dan risiko pengujian terinci berhubungan dengan asersi individual pada tingkat
saldo akun, bukan pada laporan keuangan secara keseluruhan.
H. HUBUNGAN ANTAR RISIKO AUDIT DAN BUKTI AUDIT
Terdapat suatu hubungan terbalik antara risiko audit dan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Untuk klien
tertentu, semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah
bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik ini juga berlaku bagi komponen risiko deteksi.
Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat yang dapat diterima dari risiko prosedur
analitis atau risiko pengujian terinci yang ditentukan oleh auditor, maka semakin besar
kecukupan dan kompetensi pengujian substansial yang diperlukan untuk membatasi
risiko deteksi keseluruhan pada tingkat tersebut.
Akan tetapi, harus diakui bahwa, menurut GAAS adalah tidak tepat ogy a bagi
auditor untuk menyimpulkan bahwa risiko bawaan dan risiko pengendalian sangat
rendah sehingga tidak perlu untuk melaksanakan pengujian substantif atas semua asersi
yang berhubungan dengan akun. Beberapa bukti harus selalu diperoleh melalui
pengujian substantif untuk setiap saldo akun yang signifikan, walaupun tidak perlu
untuk setiap asersi yang berkaitan dengan akun.
I. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA MATERIALITAS RISIKO AUDIT, DAN BUKTI AUDIT
Dalam bagian yang terpisah, kami sebelumnya telah menjelaskan bahwa
terdapat suatu hubungan terbalik antara materialitas dan bukti audit, dan suatu
hubungan terbalik antara risiko audit dan bukti audit. Sebagai contoh, jika kami
menetapkan risiko audit konstan dan mengurangi tingkat mate- rialitas, maka bukti
audit harus ditingkatkan untuk melengkapi lingkaran. Dengan cara yang sama, jika kami
menetapkan tingkat materialitas konstan dan mengurangi bukti audit, maka risiko audit
harus ditingkatkan untuk melengkapi lingkaran. Atau jika kami ingin mengurangi risiko
audit, kami dapat melakukan salah satu hal berikut: (1) menaikkan tingkat materialitas
tena sementara menahan bukti audit konstan, (2) menaikkan bukti audit se- namentara
menahan tingkat materialitas konstan, atau (3) membuat kenaikan yang lebih kecil
untuk jumlah bukti audit dan tingkat materialitas.
J. PERINGATAN AKAN ADANYA RISIKO AUDIT
Secara periodik, staf AICPA dalam berkonsultasi dengan Auditing Standards Board,
menerbitkan peringatan akan adanya risiko audit (audit risk alerts). Tujuan mereka
adalah memberikan suatu tinjauan mengenai perkembangan ekonomi baru-baru ini
kepada auditor, perkembangan profesional dan perkembangan peraturan yang mungkin
akan mem pengaruhi audit untuk klien dalam banyak industri.
K. STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN
Tujuan utama auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk
mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung suatu
pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang
material. Hal ini dicapai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti berkenaan
dengan asersi-asersi yang terdapat dalam laporan keuangan manajemen.
Karena hubungan timbal balik antara bukti, materialitas, dan kom- ponen risiko
audit yang dibahas di awal, auditor dapat memilih di antara strategi audit pendahuluan
alternatif dalam merencanakan audit untuk asersi individual atau sekelompok asersi. Di
sisa bab ini kami akan meng- identifikasikan komponen-komponen strategi audit
pendahuluan, mendeskripsikan empat alternatif strategi audit, dan menjelaskan
penerapannyaterhadap golongan transaksi dan siklus transaksi.
Strategi audit pendahuluan (preliminary audit strategy) bukan merupa- kan
spesifikasi mendetil dari prosedur audit yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan
audit. Sebaliknya, strategi ini merepresentasikan pertimbangan pendahuluan auditor
mengenai suatu pendekatan audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu
mengenai pelaksanaan audit. Dalam audit awal, sebagai contoh, auditor
mengembangkan kesimpulan sementara mengenai penekanan relatif yang akan
diberikan pada berbagai jenis pengujian audit. Dalam perikatan yang berulang,
spesifikasi dari berbagai komponen strategi audit pendahuluan mungkin termasuk suatu
anggapan oleh auditor bahwa prosedur analitis, pengujian pengendalian, atau pengujian
terinci yang digunakan pada tahun sebelumnya akan sesuai untuk tahun berjalan.
Keputusan akhir mengenai hal-hal tersebut dibuat sejalan dengan dilaksanakannya
audit.
L. KOMPONEN STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor
menspesifikasikan empat komponen sebagai berikut:

1. Tingkat risiko bawaan yang dinilai.


2. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
- Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh.
- Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian.
3. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
- Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh.
- Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai penyajian
wajar dari suatu asersi.
4. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan
prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.
Cara di mana auditor menspesifikasikan keempat komponen dasar dari strategi
audit akan dijelaskan dalam bagian berikut.
Pedoman audit AICPA mengenai Consideration of Internal Control Struc- ture in a
Financial Statement Audit memperkenalkan dua stategi audit utama yang ekuivalen
dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian rinciian dan
(2) suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah. Dua strategi audit
pendahuluan ini akan dibahas lebih dahulu, diikuti dengan pembahasan mengenai dua
strategi audit tambahan. Kedua strategi audit yang pertama berada pada akhir yang
berlawanan dari suatu rangkaian kemungkinan keputusan mengenai:
- Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai Luasnya
pemahaman mengenai pengendalian intern.
- Keyakinan yang diinginkan dari pengujian pengendalian (misalkan kecukupan
dan kompetensi bukti yang diperoleh dari pengujian pengendalian).
- Tingkat pengujian substantif yang direncanakan akan dilaksanakan untuk
mengurangi risiko audit hingga suatu tingkat rendah yang sesuai.
1. SUATU PENDEKATAN SUBSTANSI UTAMA DENGAN PENEKANAN TERHADAP PENGUJI
TERINCI
Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pada penguji- an
terinci (primarily substantive approach emphasizing tests of details)audi- tor
menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:
- Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi.
- Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
- Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian-bagian
yang relevan dari pengendalian intern.
- Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
- Rencanakan pengujian substantif yang luas atas transaksi dan saldo berdasarkan
pada tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima yang rendah.
Auditor dapat memilih pendekatan ini ketika ia mengetahui dari awal, mungkin
dari pengalaman masa lalu berhadapan dengan klien atau dari langkah perencanaan
awal, bahwa pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi tidak ada atau tidak
efektif.
Strategi ini juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya
melaksanakan prosedur tambahan untuk memperoleh suatu pemahaman yang lebih
mendalam mengenai pengendalian intern dan pengujian pengendalian untuk
mendukung tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah akan melebihi biaya
pelaksanaan pengujian substantif yang lebih luas. Kondisi tersebut dapat
berhubungan dengan asersi untuk akun-akun yang memiliki populasi relatif kecil
atau transaksi yang tidak sering terjadi. Contohnya termasuk asersi yang
berhubungan dengan aktiva tetap, hutang obligasi, atau modal saham.
2. SUATU TINGKAT RISIKO PENGENDALIAN YANG DINILAI LEBIH RENDAH
Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower
assessed level of control risk), auditor menspesifikasikan komponen-komponen dari
strategi audit sebagai berikut:
- Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi.
- Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat sedang atau rendah.
- Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendali- an
komputer yang berada dalam sistem klien.
- Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas
berdasarkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada
tingkat sedang atau tinggi.
Auditor dapat memilih strategi ini ketika ia percaya bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan suatu asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan
sangat efektif. Selain itu, auditor harus percaya bahwa biaya pelaksanaan prosedur
yang lebih luas untuk memperoleh pemaham an mengenai pengendalian intern,
termasuk aspek komputer dari pengendalian intern, dan untuk menguji
pengendalian akan lebih besar daripada yang diimbangi oleh penghematan biaya
dari pelaksanaan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit. Hal
ini sering terjadi pada asersi yang berkenaan dengan akun-akun yang dipengaruhi
oleh volume transaksi rutin yang tinggi seperti penjualan, piutang usaha, persediaan,
pembelian, hutang usaha, dan beban gaji. Strategi audit ini juga merepresentasikan
suatu penekanan yang kuat terhadap prosedur audit bottom-up, dengan menguji
pengendalian terhadap pencatatan transaksi dan transaksi itu sendiri.
M. STRATEGI AUDIT TAMBAHAN
Tantangan dalam merencanakan strategi audit adalah bahwa model risiko audit bukan
model yang memiliki dua dimensi. Pilihan auditor tidak hanya bergantung pada
pengendalian intern atau untuk melakukan pengujian secara substantif. Komponen
model risiko audit yang penting lainnya melibatkan prosedur analitis. Kedua strategi
audit tersebut juga menyaji- kan akhir yang berlawanan dari suatu rangkaian strategi-
strategi yang mungkin yang melibatkan spesifikasi berbeda tentang:
- Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai Luas pemahaman
tentang bisnis dan industri yang akan diperoleh.
- Keyakinan yang diperoleh dari prosedur analitis (misalnya, stathis! instau
kecukupan dan kompetensi bukti yang disediakan oleh prosedur analitis).
- Tingkat pengujian substantif yang direncanakan akan dilaksanakan untuk
mengurangi risiko audit hingga pada suatu tingkat rendah riided latinidan yang
sesuai.
Tujuan keseluruhan auditor adalah untuk mengembang- kan suatu strategi yang
meminimalkan biaya potensial dalam melak- sanakan pengujian audit, sementara
membatasi risiko audit pada tingkat rendah yang sesuai. Strategi tersebut
melibatkan suatu pendekatan substantif utama yang menekankan pada prosedur
analitis yang akan dibahas di bawah ini.
1. PENDEKATAN SUBSTANSI UTAMA YANG MENEKANKAN PADA PROSEDUR ANALISIS
Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pada prosedur analitis auditor
menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:
- Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien yang relevan
dengan asersi.
- Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari
prosedur analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau rendah
dari bukti tersebut.
- Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
- Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum menge- nai bagian
relevan dari pengendalian intern.
- Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
- Rencanakan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan prosedur analitis.
Auditor dapat memilih pendekatan ini apabila ia memiliki keahlian dan
pengetahuan mengenai bisnis dan industri untuk mengembangkan prediksi yang
akurat mengenai saldo laporan keuangan. Sebagai contoh, pengetahuan auditor
mengenai tujuan dan sumberdaya klien, pasar dan lingkungan persaingan, proses
inti, serta siklus operasi mungkin akan memudahkan auditor untuk memprediksi
secara akurat volume penjualan perusahaan dan tingkat piutang yang diharapkan.
Pertimbangkan suatu waralaba olahraga yang telah berhasil melalui sejumlah musim
penjualan habis secara berturut-turut, atau suatu maskapai penerbangan yang
memiliki kinerja yang dapat diprediksi secara relatif dengan kapasitasnya.
Pengetahuan mengenai bisnis baik mengenai perusahaan jasa tersebut, serta
hubungan antara kapasitas dan pendapatan, dapat memudahkan auditor untuk
menilai secara akurat penyajian yang wajar dari total pendapatan dan pengakuan
pendapatan terutama dengan menggunakan prosedur analitis, dan auditor akan
dapat membatasi luas pengujian substantif terinci.
Auditor juga dapat mengantisipasi aktivitas investasi perusahaan dengan
pengetahuan mengenai aktivitas pembiayaan. Sebagai contoh, jika auditor
mengetahui bahwa klien baru saja menerbitkan obligasi pendapatan industri, ia akan
mampu secara akurat memprediksi jumlah dan sifat penambahan terhadap aktiva
tetap berdasarkan pengetahuan ini. Jika penambahan perusahaan terhadap aktiva
tetap konsisten dengan ekspektasi, auditor dapat membatasi tingkat pengujian
substantif terinci dengan tepat.
Strategi audit ini merepresentasikan suatu bauran yang seimbang secara relatif
dari prosedur audit top-down dan bottom-up. Oleh karena penekanan dalam
penggunaan pengetahuan auditor mengenai bisnis dan industri untuk mendukung
prosedur analitis, strategi ini menempatkan auditor dalam banyak prosedur yang
mendukung pemberian jasa bernilai tambah lainnya. Sebagai contoh, prosedur yang
dilaksanakan untuk memahami tujuan penjualan manajemen dan menilai risiko
bisnis yang akan membawa manajemen mencapai tujuan tersebut akan membuat
auditor untuk (1) memperoleh keyakinan mengenai kewajaran penyajian penjualan
dan (2) menasehati klien mengenai kemungkinan risiko pasar yang tidak terlihat.
Sekarang, pertimbangkan spektrum penuh dari strategi audit yang tersedia bagi
auditor yang melibatkan berbagai penekanan pada pemahaman mengenai
pengendalian intern dan pengujian pengendalian, pemahaman bisnis dan industri
dan prosedur analitis, serta pengujian substantif terinci detil substantif.
Setiap strategi audit pendahuluan tersebut telah dibahas di atas. Asumsikan
bahwa setiap pendekat an akan membatasi risiko audit hingga tingkat rendah yang
sesuai, audi- tor biasanya akan menentukan pendekatan audit berdasarkan
kesesuaian dari strategi untuk klien yang akan meminimalkan keseluruhan biaya.
2. PENEKANAN PADA RISIKO BAWAAN DAN PROSEDUR ANALISIS
Setiap pendekatan sebelumnya mengasumsikan bahwa risiko bawaan dinilai pada
tingkat maksimum. Akan tetapi, terdapat banyak asersi yang tidak demikian, sebagai
contoh, subjek dari penghitungan yang kompleks, penyalahgunaan aktiva, atau estimasi
akuntansi. Penilaian dari beban dibayar di muka, kewajiban gaji akrual, atau biaya
historis pabrik dan peralatan yang mewakili contoh-contoh dari asersi-asersi di mana
risiko bawaan dapat dinilai dibawah maksimum. Penekanan pada risiko bawaan dan
prosedur analitis (emphasis on inherent risk and analytical procedures) juga
mengasumsikan bahwa prosedur analitis lebih murah daripada prosedur audit lainnya.
Oleh karena itu, menurut pendekatan audit ini auditor menspesifikasikan komponen-
komponen strategi audit sebagai berikut:
- Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
- Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai
serendah mungkin.
- Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
- Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
- Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
- Rencanakan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diperoleh dari risiko bawaan dan
prosedur analitis yang lebih rendah.
Auditor dapat memilih strategi ini ketika risiko bawaan berada di bawah
maksimum dan auditor dapat mengembangkan ekspektasi yang dapat diandalkan
berkenaan dengan saldo akun. Auditor seringkali memperoleh pemahaman yang
signifikan mengenai bisnis dan pemicu ekonomi yang mendasari bisnis tersebut
ketika memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri. Auditor sering
menggunakan informasi ini ketika mengem- bangkan ekspektasi berkenaan dengan
saldo akun. Keyakinan yang tersisa yang diperlukan untuk membatasi risiko audit
pada tingkat rendah dengan tepat seringkali diperoleh dari pengujian substantif atas
transaksi dan saldo yang biasanya lebih murah daripada pengujian pengendalian
intern. Strategi ini menempatkan penekanan yang luas pada prosedur audit top-
down.
N. HUBUNGAN ANTARA STRATEGI DAN SIKLUS TRANSAKSI
Strategi yang diuraikan pada bagian sebelumnya dimaksudkan untuk
mendeskripsikan pendekatan audit untuk asersi-asersi yang berbeda, bukan untuk
keseluruhan audit. Dalam beberapa audit, pendekatan ter- sebut digunakan untuk
sejumlah asersi. Namun, seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada
sekelompok asersi yang dipengaruhi oleh golongan transaksi (transaction class) dalam
suatu siklus transaksi (trans- action cycle). Logikanya adalah bahwa banyak
pengendalian intern berfokus pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam satu siklus.
Meskipun kantor akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk golongan transaksi
dan siklus transaksi, dan dalam beberapa kasus bahkan berbeda dalam
menspesifikasikan golongan transaksi mana yang masuk dalam siklus tertentu, kerangka
kerja berikut yang digunakan dalam buku ini menggambarkan praktik:
SIKLUS
- Pendapatan
- Pengeluaran
- Jasa Personel
- Produksi
- Investasi
- Pembiayaan

GOLONGAN TRANSAKSI UTAMA


- Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan Pembelian dan
pengeluaran kas.
- Penggajian.
- Memproses persediaan.
- Investasi dalam aktiva jangka panjang atau investasi moneter dari kelebihan kas.
- Pembiayaan dari hutang lancar dan hutang jangka panjang, serta modal saham.
Contoh berikut mengilustrasikan bagaimana kerangka kerja tersebut digunakan
dalam perencanaan dan pengorganisasian audit. Dua akun yang hampir selalu
memiliki dampak yang signifikan pada laporan keuangan adalah penjualan dalam
laporan laba-rugi serta piutang usaha dalam neraca. Akun-akuan tersebut
merupakan salah satu dari sekelompok akun yang biasanya diidentifikasi dengan
siklus pendapatan. Saldo akun untuk penjualan dan piutang usaha dinaikkan oleh
transaksi penjualan yang seringkali bersifat rutin dan banyak. Lebih lanjut,
kebanyakan masalah dengan penjualan berkisar mengenai penjualan yang belum
dikumpulkan. Oleh karena itu, asersi keberadaan atau keterjadian untuk kedua akun
dipengaruhi oleh asersi keberadaan atau keterjadian untuk golongan transaksi
penjualan. Tentu saja ekspektasi auditor mengenai efektivitas dari pengendalian
intern yang berhubungan dengan pemrosesan transaksi penjualan dipertimbangkan
dalam menspesifikasi tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai
untuk penjualan. Oleh karena transaksi penerimaan kas dan penyesuaian penjualan
dan juga transaksi penjualan mempengaruhi saldo piutang usaha, maka ekspektasi
auditor mengenai efektivitas pengendalian untuk ketiga golongan transaksi
dipertimbangakan dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi
piutang usaha.

Anda mungkin juga menyukai