Anda di halaman 1dari 24

AUDITING 209

Pada Bab telah dijelaskan tentang dua tahapan


pertama dalam perencanaan audit, yaitu (1) mendapatkan
pemahaman mengenai bisnis klien dan industry, dan (2)
melakukan prosedur analisis. Dalam bab ini akan dibahas
tiga tahapan perencanaan audit berikutnya. Pertama-tama
akan dibahas tentang konsep materialitas yang digunakan
dalam auditing dan actor-aktor yang perlu
dipertimbangkan oleh auditor dalam melakukan
pertimbangan a!al tentang "ariable yang penting ini.
#elanjutnya akan dibahas tentang resiko audit beserta
ulasan tentang tiga komponen risiko. Pada bagian akhir
bab ini, akan kita bahas pula tentang alternati strategi
audit yang bisa digunakan dalam perencanaan audit atas
asersi-asersi spesiik laporan keuangan.
Bab
6
Materialitas, Risiko, dan
Strategi Audit Awal
AUDITING 210
Tujuan Pengajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan
mampu untuk :
1. Menyebutkan definisi konsep materialitas yang
digunakan dalam auditing.
2. Menerangkan bagaimana auditor membuat
penetapan awal tentang materialitas pada tingkat
laporan keuangan dan pada tingkat saldo rekening.
3. Menjelaskan hubungan antara materialitas dengan
bukti audit.
. Menjelaskanarti penting konsep risiko audit serta
ketiga komponennya.
!. Menjelaskan hubungan antara risiko audit dengan
bukti audit.
". Menjelaskan hubungan antara materialotas, risiko
audit dan bukti audit.
#. Membedakan dua alternati$e strategi audit awal
Bab
6
Materialitas, Risiko, dan
Strategi Audit Awal
AUDITING 211
MATERIALITAS
Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan
penerapan standard pekerjaan lapangan dan standar perlaporan. %leh karena itu
materialitas merupakan fa&tor yang sangat penting dalam suatu audit atas laporan
keuanan. 'SA (o. 2!, risiko audit dan Materualitas dalam pelaksanaan Audit )SA
312.*+,menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan materialitas dalam )a,
merena&anakan audit dan meran&ang prosedur audit, dan )b, menge$aluasi apakah
laporan keuangan se&ara keseluruhan disajikan se&ara umum. Arti konsep ini dan
rele$ansinya terhadap peren&anaan audit akan dibahas dibawah ini.
KONSEP MATERIALITAS
-inan&ial $ccounting #tandard Board (%$#B) mendefinisikan materialitas sebagai :
Besarnya suatu pengbilangan atau salah saji inormasi akunansi yang,
dipandang dari keadaan & keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada inormasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh
penghilangan atau salah saji tersebut.
.efinisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan )1, keadaan /
keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha )perusahaan klien,, dan )2, informas
yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang
telah diaudit, sebagai &ontoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu
perusahaan tertentu, mungkin tidak material bagi laporan keuangan perusahaan lain
yang berbeda ukuran atau sifatnya. Selain itu, apa yang material bagi laporan
keuangan suatu perusahaan, bisa berubah dar periode ke periode. %leh karena itum
auditor misalnya dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas atau rekening /
rekening modal kerja (!orking capital account) pada sebuah perusahaan yang hamper
bangkrut harus lebih rendah bila dibandingkan dengan materialitas untuk perusahaan
yang memiliki rasio lan&er : 1. .lam mempertimbangkan informasi yang diperlukan
bagi pemakai laporan keuangan, hendaknya dilandasi dengan asumsi yang tepat,
misalnya bahwa pemakai laporan keuangan adalah in$estor / in$estor yang
memahami informasi keuangan.
AUDITING 212
PERTIMBANGAN AWAL MATERIALITAS
Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam peren&anaan
audit. 'ertimbangan ini, sering disebut materialitas yang direncanakan, pada
akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan
pada saat pengambilan keputusan audit ketika auditor menge$aluasi hasil temuan,
karena )1, keadaan 0 keadaan yang melingkupi mungkin berubah, dan )2, tambahan
informasi tentang klien dapat diperoleh selama audit berlangsung. .alam keadaan
sema&am itu, tingkat materialitas yang digunakan untuk menge$aluasi rermuan /
temuan audit bisa lebih tinggi dari pada maerialitas yang diren&anakan.
.alam prosesnya melakukan peren&anaan audit, auditor harus menetapkan
materialitas pada dua tingkat sebagai berikut:
'ingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor mengenai kewajaran men&akup
laporan keuangan sebagai keseluruhan.
'ingkat saldo rekening, karena auditor mem$erifikasi atas saldo 0 saldo
rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai
kewajaran laporan keuangan
-aktor 0 faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat pertimbangan awal
tentang materialitas pada setiap tingkatan akan dijelaskan pada bagian berikut :
MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN
Materialitas Laporan Keuangan adalah besarnya keseluruhan, salah saji minimum
dalam suatu laporan keuangan yang &ukup penting sehinggamembuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan se&ara wajar sesuai dengan prinsip / prinsip
akuntansi yang berlaku umum. .alam konteks ini, salah saji bisa diakibatkan oleh
penerapan prinsip akuntansi se&ara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena
hilangnya informasi penting.
.alam meren&anakan audit, auditor bisa menggunakan lebih dari satu tingkatan
materialitas terhadap laporan keuangan, dan setiap jenis laporan keuangan bisa
memiliki beberapa tingkatan materialitas. 1ntuk laporan rugi / laba, materialitas bisa
dihubungkan dengan total pendapatan, laba kotor operasim kaba sebelum pajak, atau
laba bersih. 1ntuk nera&a, materialitas bisa didasarkan pada total akti$a, akti$a lan&ar,
modal kerja, atau ekuitas pemegang saham.
AUDITING 213
.alam membuat pertimbangan awal tentang materialitasm auditor menentukan tingkat
materialitas awak keseluruhan untuk setiap jenis keuangan. Sebagai &ontoh, auditor menaksir
bahwa kekeliruan sebesar 2p 1.***.***,** untuk laporan rugi / laba, dan 2p 2.***.***,**
untuk nera&a dipandang material. .alam hal ini tidaklah tepat pabila auditor menggunakan
materuialitas nera&a dalam peren&anaan audit karena apabila salah saji ner&a sebesar 2p
2.***.***,** mempengaruhi rugi / laba, maka laporan rugi / laba akan salah saji material.
1ntuk tujuan peren&anaan, auditor harus menggunankan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu &ara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang melekat
pada proses audit, dapat memberikan bukti auit yang &ukup untuk men&apai keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audtot biasanta
menggunakan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan
keuangan. Aturan pengambilan keputusan ini dilakukan karena )1, laporan keuangan saling
berhubungan, dan )2, sebagian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis
laporan keuangan. Sebagai &ontoh, akhir tahun telah di&atat pada periode yang tepat, akan
memberikan bukti baik bagi piutang dagang )nera&a, maupun untuk penjualan )laporan rugi /
laba,.
'ertimbangan awal auditor tentang materialitas sering dibuat antara enam sampai
Sembilan bulan sebelum tanggal nera&a. %leh karena itu pertimbangan awal sering dibuat
berdasarkan data interim yang kemudian ditaksir untuk data setahun. Alternati$e lain,
pertimbangan awal bisa juga dilakukan berdasarkan laporan keuangn dari tahun atau tahun /
tahun yang lalu yang disesuaikan dengan perubahan / perubahan pada tahun berjalan, seperti
misalnya kondisi umum pereonomian dan trend industri.
'ertimbangan materialitas menyangkut baik pertimbangan kuantitatif maupun
kualitatif.
PEDOMAN KUANTITATIF
'ada saat ini tidak ada standar akuntansi ataupun standard auditing yang berisi pedoman
tantang pengukuran materialitas se&ara kuantitatif. 3ontoh berikut ini adalah pedoman yang
sering digunakan oleh kantor / kantor akuntan dalam praktik :
!4 sampai 1*4 dari laba bersih )1*4 untuk laba bersih ke&il, dan !4 untuk yang
lebih besar,.
54 sampai 14 dari total akti$a.
14 dari modal.
54 sampai 14 dari pendapatan kotor.
AUDITING 214
'ersentase yang berbeda beda berdasarkan total akti$a atau pendapatan, mana
yang lebih besar.
Pertimb!"! K#$itti%
Pertimbangan kualitatif berhbungan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang se&ara
kuantitatif tidak material, bisa menjadi material se&ara kualitatif. 6al ini terjadi, misalnya
apabila suatu salah saji berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan hokum
oleh klien. .itemukannya hal demikian dalam audit, akan berakibat auditor menarik
kesimpulan bahwa terdapat risiko signifikan sebagai tambahan atas risiko untuk salah saji
yang sama tetapi tidak berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan hokum.
SA 312.13 menyatakan bahwa walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang
mungkin material se&ara kualitatif, pada umumnya tidaklah praktis untuk meran&ang prosedur
pendeteksinya.
MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO REKENING
Materialitas saldo rekening adalah minimum saji yang bisa ada pada suatu saldo rekening
yang dipandang sebagai salah saji material. Salah saji sampai tingkat tersebut disebut salah
saji bisa diterima. 7onsep materialitas pada saldo rekening hendaknya tidak
di&ampurkanadukkan dengan istilah saldo rekening yang material. 'erlu dipahami bahwa
saldo rekening yang ter&atat dalam pembukuan, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang bisa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh
pemakai laporan keuangan. Saldo rekening yang ter&atat pada pembukuan disebut material
bila saldo tersebut menggambarkan batas atas suatu jumlah di atas jumlah itu rekening
tersebut bisa menjadi terlalu tinggi )o"erstated,. 8adi, rekening yang memiliki saldo lebih ke&il
dari jumlah saldo tersebut, disebut tidak material ditinjau dari sudut risiko terjadinya
pelaporan terlalu tinggi. (amun demikian, tidak ada batasan mengenai jumlah suatu rekening
bersaldo sangat ke&il untuk bisa menjadi terlau rendah (understated). %leh karena itu perlu
dipahami bahwa bisa terjadi suatu rekening yang kelihatannya memiliki saldo tidak material,
sebenarnya telah dilaporkan terlau rendah yang mlebihi materialitas.
.alam membuat pertimbangan tentang materialitas pada tingkat saldo rekening,
auditor harus mempertimbangkan hubungannya dengan materialitas laporan keuangan.
'ertimbangan ini akan membantu auditor dalam meren&anakan audit untuk mendeteksi salah
saji yang se&ara indi$idual tidak material, tetapi sebagai kumpulan dengan salah saji dalam
rekening yang lain, bisa menjadi material ditinjau dari laporan keuangan sebagai keseluruhan.
AUDITING 21&
PENGALOKASIAN MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN
KE REKENING' REKENING
Apabila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuantifikasi,
maka taksiran awal materialitas untuk setiap rekening bisa diperoleh
dengan &ara mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke masing0masing rekening.
'engalokasian bisa dilakukan baik pada rekening0rekening nera&a maupun rekening0
rekening rugi0laba. (amun mengingat bahwa sebagian besar salah saji pada rekening rugi0
laba juga berpengaruh terhadap nera&a, dank arena rekening nera&a biasanya lebih sedikit,
maka auditor umumnya melakukan alokasi berdasarkan rekening0rekening nera&a.
.alam melakukan pengalokasian, auditor harus mempertimbangkan )1,
kemungkinan salah saji dalam rekening dan )2, biaya yang mungkin diperlukan untuk
memeriksa suatu rekening. Sebagai &ontoh, salah saji lebih mungkin terjadi pada persediaan
dibandingkan dengan akti$a tetap, dan biasnya audit persediaan lebih memakan biaya
daripada audit terhadap akti$a tetap.
Sebagai &ontoh bagaimana auditor melakukan pengalokasian, misalkan total akti$a
'9. A:3 terdiri dari :
Rekening Saldo %
7as 2p !**.*** !
'iutang dagang 2p 1.!**.*** 1!
'ersediaaan 2p 3.***.*** 3*
Akti$a tetap 2p !.***.*** !*
2p 1*.***.*** 1**
Auditor menduga terdapat sedikit salah saji dalam kas dan akti$a tetap dan sejumlah salah
saji dalam piutang dagang dan persediaan. :erdasarkan pengalaman di masa lalu dengan
klien, auditor memperkirakan bahwa kas dan akti$a tetap hanya sedikit memakan biaya
untuk pemeriksaannya dibandingkan dengan rekening lainnya. .engan asumsi bahwa
taksiran awal materialitas laporan keuangan adalah 14 dari total akti$a atau 2p. 1**.***,**
maka auditor bisa membuat dua ren&ana pengalokasian sebagian berikut :
Pengalokasian Materialitas
Rekening Rencana A % Rencana B %
Kas
Rp
5.000,00
5
Rp
2.000,00
2
Piutang dagang
Rp
15.000,00
15
Rp
18.000,00
18
Persediaan
Rp
30.000,00
30
Rp
50.000,00
50
Aktiva tetap
Rp
50.000,00
50
Rp
30.000,00
30
Tota
Rp
100.000,00
100
Rp
100.000,00
100
AUDITING 21(

.alam ren&ana A, materialitas telah dialokasikan se&ara proporsional ke tiap rekening tanpa
mempertimbangkan salah saji yang diperkirakan ataupun biaya pemeriksaanya. .alam
ren&ana :, pengalokasian materialitas lebih besar diberikan pada piutang dan persediaan
karena diperkirakan memiliki memiliki salah saji lebih besar dan pendeteksiannya juga
besar. %leh karena itu, jumlah bukti yang diperlukan untuk rekening0rekening ini juga lebih
sedikit )bandingkan dengan ren&ana A, karena terdapat hubungan terbalik antara materialitas
saldo rekening dengan bukti. #ebagai akibatnya, auditor menetapkan proporsi lebih besar
dari total salah saji yang diperkirakan pada rekening-rekening tersebut yang biaya
pendeteksian salah sajinya mahal. Meskipun pengalokasian materialitas untuk kas dan
akti$a tetap yang lebih ke&il menyebabkan bertambahnya jumlah bukti yg diperlukan untuk
rekening0rekening tersebut )bandingkan dengan ren&ana A,, namun karena biaya
pendeteksianya rendah, maka se&ara keseluruhan tetap akan lebih hemat.
'engalokasian taksiran awal materialitas bisa dire$isi sejalan dengan perkembangan
pekerjaan lapangan. Sebagai &ontoh, dalam ren&ana :, jika setelah dilakukan audit atas
piutang, maksimum salah saji dalam rekening tersebut diperkirakan 2p. +.***,**, maka
kelebihannya yang tidak terpakai sebesar 2p. 1*.***,** dari rekening tersebut dapat
direalokasikan ke persediaan.
Meskipun dalam &ontoh diatas pengalokasian materialitas laporan keuangan ke
rekening0rekening terkesan dilakukan dengan perhitungan yang pasti, namun dalam praktik
analisis akhir dari proses ini sangat tergantung pada pertimbangan subyektif si auditor.
)UBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI
AUDIT
Seperti telah disebutkan pada :ab , materialitas adalah salah satu fa&tor yang berpengaruh
terhadap pertimbangan auditor tentang ke&ukupan )jumlah yang dibutuhkan, bukti audit.
.alam melakukan generalisasi tentang hubungan ini, perbedaan antara pengertian
materialitas dengan saldo rekening material harus selalu diperhatikan. Sebagai &ontoh,
memang benar kalau dikatakan bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak
jumlah bukti yang diperlukan )berhubungan terbalik,. 6al ini sama saja dengan mengatakan
bahwa kita harus mengambil bukti lebih banyak untuk mendapatkan keyakinan memadai
bhwa setiap salah saji dalam saldo persediaan tidak lebih dari 2p. 1**.***,**, dibandingkan
dengan bila kita ingin mendapat keyakinan bahwa salah sajinya tidak lebih dari 2p.
2**.***,**. Selain itu, benar pula untuk dikatakan bahwa semakin besar atau signifikan
AUDITING 21*
saldo suatu rekening , akan lebih banyak juga jumlah bukti yang diperlukan )berhubungan
langsung,. 6al ini sama saja dengan mengatakan bahwa bukti untuk persediaan dibutuhkan
lebih banyak bila
rekening tersebut men&errninkan 3*4 dari total akti$a, dibandingkan dengan jika hanya
1*4.
RISIKOAUDIT
.alam meren&anakan audit, auditor harus juga mernpertimbangkan risiko audit. SA312.*2
merumuskan risiko audit sebagai berikut:
(isiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodiikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
Semakin besar keinginan auditor untuk menyatakan pendapat yang benar, semakin
rendah risiko audit yang akan bisa ia terima. Apabila keyakinan ;;4 benar yang ia
inginkan, maka hanya 14 risiko audit yang akan ia terima, .emikian pula, jika ;!4
benar yang ia pandang mernuaskan, maka risiko auditnya adalah !4. Auditor
sebaiknya memilih untuk menetapkan risiko audit pada tingkat yang rendah, apabila
ia mengaudit perusabaan publik yang banyak pemakai laporan keuangan dan laporan
auditnya, dibandingkan dengan perusahaan pri$at yang sedikit pemakai laporannya.
Selain itu, auditor sebaiknya juga menetapkan risiko audit yang rendah, jika ia
mengaudit perusahaan yang diperkirakan buruk keadaan keuangannya, dibandingkan
dengan perusahaan yang sehat keuangannya.
Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan se&ara keseluruhan atas
dasar bukti yang ia peroleh melalui pemeriksaan atas asersi0asersi yang
berhubungan dengan setiap saldo rekening atau kelompok transaksi. 9ujuannya
adalah untuk mernbatasi risiko audit pada tingkat saldo rekening sehingga pada waktu
menyimpulkan hasil audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat tentang laporan
keuangan sebagai keseluruhan akan merniliki risiko pada tingkat yang rendah.
KOMPONEN'KOMPONEN RISIKO AUDIT
2isiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: 2isiko bawaan (inberent risk), risiko
pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). :erikut ini akan
dibahas masing0masing risiko tersebut.
AUDITING 21+
Ri+i,- B.!
(isiko ba!aan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bah!a
tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait.
'erhitungan tentang risiko bawaan membutuhkan pertimbangan tentang berbagai hal yang
bisa berpengaruh terhadap asersi0asersi dari semua atau banyak rekening dan hal0hal yang
berhubungan hanya dengan asersi0asersi untuk rekening tertentu,
3ontoh hal0hal yang bisa berpengaruh pada berbagai rekening adalah:
'rofitabilitas perusahaan klien dibandingkan dengan industri.
Sensitif tidaknya hasil operasi terhadap faktor0faktor ekonomi.
Masalah0rnasalah yang berkaitan dengan kemampuan melanjutkan usaha, seperti
misalnya ke&ukupan modal kerja.
Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang diketahui atau mungkin terjadi, yang
terdeteksi pada audit tahun lalu.
'erputaran (turno"er) manajemen, reputasi, dan kemampuan akuntansi.
'engaruh perkembangan teknologi terhadap operasi perusahaan dan
kemampuan bersaing.
3ontoh hal0hal yang hanya berpengaruh pada rekening tertentu:
9ingkat kesulitan dalam mengaudit rekening atau transaksi.
7eterkaitan dengan persoalan akuntansi yang rurnit dan menjadi bahan
perdebatan.
7erentanan terhadap kemungkinan teriadinya kesalahan.
7ornpleksitas perhitungan.
7ebutuhan akan pertimbangan yang berhubungan dengan asersi0asersi,
Sensiti$itas penilaian terhadap faktor0faktor ekonomi.
Sifat penyebab, dan jurnlah salah saji yang diketahui atau mungkin terjadi yang
terdeteksi pada audit tahun lalu.
2isiko bawaan bisa lebih besar untuk beberapa asersi dibandingkan dengan untuk asersi
lainnya. Sebagai &ontoh, asersi keberadaan atau keterjadian untuk kas lebih rentan terhadap
salah saji melalui penyalahgunaan atau penyelewengan, dibandingkan dengan asersi yang sama
untuk akti$a tetap. .emikian pula, asersi penilaian atau pengalokasian untuk akti$a sewa guna
AUDITING 21;
(leased asset) lebih rentan terhadap salah saji berhubung perhitungan0perhnungannya &ukup
kompleks
dibandingkan dengan asersi yang sama untuk akumulasi depresiasi yang dilakukan dengan
metoda garis lurus yang sederhana.
2isiko bawaan merupakan faktor independen terhadap audit laporan keuangan. <ni berarti
bahwa auditor tidak dapat mengubah tingkat sesungguhnya (actual le"el) dari risiko bawaan.
(amun auditor dapat mengubah tingkat risiko yang dietapkan (assessed le"el) dari risiko
bawaan. Auditor dapat langsung mem perkirakan risiko bawaan pada tingkat yang sesuai dengan
memilih tingkat maksimum. 6al ini dilakukan auditor apabila ia berkesimpulan bahwa upaya
yang diperlukan untuk menge$aluasi risiko bawaan untuk suatu asersi, lebih besar dari
pengurangan prosedur audit potential yang bisa diperoleh dari penggunaan tingkat risiko yang
lebih rendah.
Auditor biasanya melakukan perhitungan risiko bawaan terutama pada tahap peren&anaan
audit.
Ri+i,- Pe!"e!/$i!
Risiko pengendalian adalah risiko bah!a suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat !aktu
oleh struktur pengendalian intern satuan usaa
2isiko pengendalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan prosedur struktur pengendalian
intern k<ien. 7eefektifan pengendalian intern atas suatu asersi akan mengurangi risiko
pengendalian, sebaliknya ketidakefektifan pengendalian intern akan meningkatkan risiko
pengendalian. 2isiko pengendalian tidak akan pernah men&apai nol, karena pengendalian intern
tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa semua salah saji material akan dapat di&egah atau
dideteksi. Sebagai &ontoh, pengendalian bisa rnenjadi tidak efektif pada saat0saat tertentu karena
kesalahan manusia misalnya karena ketidaktelitian atau karena kelelahan.
Seperti halnya risiko bawaan, tingkat risiko pengendalian sesungguhnya tidak bisa diubah oleh
auditor. (amun demikian, auditor bisa mengubah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
dengan memodifikasi )1, prosedurprosedur yang digunakan untuk rnendapatkan pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern yang berhubungan dengan asersi0asersi, dan )2, prosedur
prosedur yang digunakan untuk melakukan pengujian pengendalian. 'rosedurprosedur ini akan
dibahas se&ara mendalam pada :ab # dan :ab +. 'ada umumnya kedua prosedur tersebut
AUDITING 22*
digunakan se&ara lebih ekstensif, apabila auditor ingin mendapat pendukung untuk tingkat risiko
pengendalian yang lebih rendah.
:iasanya auditor menetapkan perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan
untuk setiap asersi penting laporan keuangan pada tahap peren&anaan audit. 9ingkat risiko
diren&anakan didasarkan pada asumsi tentang keefektifan ran&angan dan operasi bagian yang
rele$an dari struktur pengendalian intern klien. .alam penugasan ulangan, tingkat risiko
diren&anakan biasanya didasarkan pada informasi yang diperoleh dalam kertas kerja tahun lalu,
Perhitungan tingkat risiko pengendalian sesungguhnya ditentukan kemudian untuk setiap
asersi berdasarkan bukti yang diperoleh dari studi dan e$aluasi struktur pengendalian intern klien
selama pekerjaan intern dalam tahap pengujian audit tahun berjalan.
Ri+i,- Deteksi
(isiko deteksi adalab risiko bah!a auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.
2isiko deteksi adalah suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya oleh
auditor, :erbeda dengan r isiko bawaan dan risiko pengendalian, tingkat risiko deteksi
sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian
substantif yang dilakukan untuk setiap asersi. Sebagai &ontoh, penggunaan prosedur yeng
lebih efektif akan menghasilkan tingkat risiko deteksi yang lebih rendah dibandingkan dengan
pemakaian prosedur yang kurang efektif. .emikian pula, pengujian substantif yang dilakukan pada
tanggal atau mendekati tanggal nera&a, akan menghasilkan risiko deteksi lebih rendah
dibandingkan dengan pengujian substantif yang dilakukan pada periode interim. 3ontoh lain,
penggunaan sampel yang lebih besar akan mengakibatkan risiko deteksi lebih rendah, dibandingkan
dengan sampel yang lebih ke&il.
.alam menentukan risiko deteksi, auditor juga harus memperhitungkan kemungkinan bahwa ia
melakukan kesalahan, seperti misalnya salah menerapkan prosedur akuntansi atau salah dalam
menginterpretasikan bukti yang diperoleh, Aspek risiko deteksi ini dapat dikurangi melalui
peren&anaan yang memadai dan super$isi yang tepat serta melalui penerapan standar pengendalian
mutu.
.alam tahap peren&anaan audit, tingkat risiko deteksi diren&anakan yang dapat diterima ditentukan
untuk setiap bagian signifikan dengan menerapkan model risiko audit yang menghubungkan
komponen0kornponen risiko audit, seperti diterangkan dalarn bagian berikut. 9ingkat risiko
AUDITING 221
deteksi yang diren&anakan apabila diperlukan bisa diubah kemudian, berdasarkan bukti yang
dikumpulkan tentang efektifitas pengendalian intern,
2ingkasan tentang komponen0komponen risiko audit dapat dilihat pada =ambar "01.

7 e r e n t a n a n
a s e r s i 0 a s e r s i
i n d i $ i d u a l
t e r h a d a p s a l a h
s a j i m a t e r i a l
S t r u k t u r ' e n g e n d a l i a n < n t e r n 7 l i e n
S a l a h s a j i
m a t e r i a l t i d a k
d a p a t d i & e g a h
a t a u d i d e t e k s i
o l e h s t r u k t u r
p e n g e n d a l i a n
i n t e r n k l i e n .
' r o s e d u r 0 p r o s e d u r a u d i t o r u n t u k
m e m e r i k s a a s e r s i 0 a s e r s i .
S a l a h s a j i
m a t e r i a l y a n g
t e t a p t a k
t e r d e t e k s i
d a l a m a s e r s i 0
a s e r s i
i n d i $ i d u a l .
S a l a h s a j i m a t e r i a l d a l a m l a p o r a n
k e u a n g a n d e n g a n p e n d a p a t w a j a r
t a n p a p e n g e & u a l i a n d a l a m l a p o r a n
a u d i t o r .
R S
K !
" # $
# # %
R S
K !
P & % '
& % D
# L #
%
R S
K !
D & T &
K S
S a l a h s j i b i a s d i & e g a h
a t a u d i d e t e k s i o l e h
s t r u k t u r p e n g e n d a l i a n
i n t e r n k l i e n .
R S
K !
# ( D
T
S a l a h s a j i b i s a
d i d e t e k s i o l e h
p r o s e d u r a u d i t y a n g
d i g u n a k a n a u d i t o r .
= a m b
a r " 0 1
2 i n g k
a s a n
7 o m p
o n e n 0
k o m p o
n e n
2 i s i k o
A u d i t .
AUDITING 222
)UBUNGAN ANTAR KOMPONEN'KOMPONEN RISIKO
1ntuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian yang diperhitungkan untuk suatu asersi, dengan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima auditor untuk asersi tersebut, Artinya, semakin rendah risiko bawaan dan
risiko pengendalian yang diperhitungkan, semakin tinggi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
2isiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan erat dengan keadaan klien, sedangkan risiko
deteksi dapat dikendalikan (controllable) oleh auditor, seperti telah diterangkan di atas. %leh
karena itu, auditor akan mengendalikan risiko audit dengan &ara menyesuaikan risiko deteksi sesuai
dengan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan.
.i dalam menghubungkan komponen0komponen risiko audit, auditor bisa menyatakan
setiap komponen dalam bentuk kuantitatif )misalnya dalam bentuk persentase, atau non0
kuantitatif )sangat rendah, rendah, rnoderat, tinggi, dan sangat tinggi,. .alam hal ini,
pemahaman tentang hubungan yang dinyatakan dalam model risiko audit sangat penting dalam
menentukan tingkat risiko deteksi diren&anakan yang dapat diterima.
M-/e$ Ri+i,- A#/it
Model risiko audit menyatakan hubungan antara komponen0komponen risiko audit sebagai berikut:
2A>2:?2'?2.
.alam model di atas simbol0simbol berarti sebagai berikut:
2A > 2isiko Audit
2: > 2isiko :awaan
2' > 2isiko 'engendalian
2. > 2isiko .eteksi
1ntuk menggambarkan penggunaan model di atas, misalkan auditor telah membuat perhitungan
risiko berikut untuk suatu asersi tertentu, seperti misalnya asersi penilaian atau pengalokasian atas
persediaan:
2: > !*4
2' > !*4
7 e r e n t a n a n
a s e r s i 0 a s e r s i
i n d i $ i d u a l
t e r h a d a p s a l a h
s a j i m a t e r i a l
AUDITING 223
Misalkan auditor telah menetapkan risiko audit )2A, keseluruhan sebesar !4. 2isiko deteksi dapat
ditentukan dengan menggunakan rnodel untuk 2. sebagai berikut:
2. > @)2: A 2',
> *,*!B)*,! ? *,!,
> 2*4
Apabila auditor memutuskan bahwa 2: tidak dapat dikuantifikasi, atau bila usaha untuk
melakukan itu akan melebihi manfaat ter&apainya perhitungan risiko yang lebih rendah, maka
auditor biasanya akan mengambil sikap konser$atif yaitu dengan menetapkan risiko bawaan
pada tingkat maksimum )1**4,. .alam situasi demikian, dengan asumsi faktor0faktor lain dalam
&ontoh yang lalu tetap, maka model akan menghasilkan 2. sebesar 1*4 Cyaitu: *,*!B)1,* ?
*,!,D. Apabila auditor juga memperhitungkan 2' pada tingkat maksimum, maka 2. akan
rnenjadi !4 Cyaitu. *,*!B)1,* ? 1,*,D.
8ika model risiko audit digunakan dalam tahap peren&anaan untuk menentukan risiko
deteksi diren&anakan untuk suatu asersi, 2' didasarkan pada perhitungan tingkat risiko
pengendalian diren&anakan. Apabila kemudian ditentukan bahwa perhitungan tingkat risiko
pengendalian sesungguhnya berbeda dari tingkat risiko diren&anakan, maka model dapat
diterapkan kembali dengan menggunakan perhitungan tingkat risiko sesungguhnya untuk 2'.
2isiko deteksi yang telah dire$isi selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan ran&angan
pengujian substantif.
.alam praktik, banyak auditor tidak berusaha untuk mengkuantifikasi setiap komponen
risiko, sehingga tidak memungkinkan untuk se&ara matematis menggunakan model risiko.
(amun demikian, walaupun tidak diselesaikan dengan &ara matematis, pemahaman tentang
model tersebut akan membuat hubungan berikut menjadi jelas, yaitu:
Pada suatu tingkat risiko audit tertentu, semakin tinggi tingkat risiko ba!aaan dan risiko
pengendalian diperhitungkan, akan semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
Mtri0 K-m1-!e!',-m1-!e! Ri+i,-
'ara auditor yang menggunakan pernyataan risiko se&ara nonkuantitatif, biasanya menggunakan
matri) komponen risiko seperti nampak pada =ambar "02 untuk menghubungkan komponen0
komponen risiko. .engan mempelajari matri? tersebut akan nampak kesamaan dengan model risiko
yang dibi&arakan di atas, yaitu bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berhubungan
AUDITING 22
terbalik dengan perhitungan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Sebagai &ontoh, matri?
menunjukkan bahwa apabila risiko bawaan diperhitungkan tinggi dan risiko.
pengendalian rnoderat, maka tingkat risiko deteksi yang dapat diterirna adalah
rendah.
Matri? ini didasarkan pada asumsi bahwa fisiko audit dibatasi pada tingkat rendah. Matri?
ini bisa dikembangkan lebih lanjut unruk rnenentukan risiko deteksi pada tingkatan fisiko audit
yang lain.
Per2it#!"!
Ri+i,- B.!
Per2it#!"! Ri+i,- Pe!"e!/$i!
M,+im#m Ti!""i M-/ert Re!/2
Tingkat Risiko Deteksi Yang Dapat Diterima untuk Mencapai Risiko Audit
Rendah
M,+im#m Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah
Ti!""i Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah
M-/ert Rendah Rendah Moderat Tinggi
Re!/2 Rendah Moderat Tinggi *
RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN SALDO
REKENING
Auditor merumuskan tingkat risiko audit keseluruhan bagi laporan keuangan sebagai keseluruhan.
'ada umumnya, tingkat risiko yang sama diterapkan pula pada setiap saldo rekening dan semua
asersi yang berkaitan. Apabila auditor akan
menggunakan tingkat risiko yang berbeda untuk
rekening yang berbeda dan asersi0
asersinya, dewasa ini belum ada &ara yang berlaku umum
untuk menggabungkan hasilnya guna menentukan tingkat risiko audit keseluruhan yang di&apai
untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Sebaliknya, tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan, dan
tingkat risiko deteksi yang bisa diterima, dapat ditentukan se&ara berbeda0beda untuk setiap
rekening dan asersi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, auditor tidak dapat mengendalikan
tingkat risiko bawaan dan tingkat. risiko deteksi, dan dengan sengaja menetapkan se&ara berbeda
tingkat risiko deteksi yang bisa diterirna, berkebalikan dengan tingkat risiko komponen
komponen lainnya, agar risiko auditnya tetap. 8adi, penetapan tingkat risiko bawaan,
pengendalian, dan deteksi menyangkut masing0masing asersi pada tingkat saldo rekening, bukan
pada laporan keuangan sebagai keseluruhan.
AUDITING 22!
)UBUNGAN ANTARA RESIKO AUDIT DENGAN BUKTI AUDIT
Seperti halmya materialitas, risiko yang juga telah disinggung pada :ab merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang ke&ukupan bukti. 1ntuk membuat
generisasi tentang hubungan ini, kita harus berhati0hati dalam merumuskan istilah risiko yang akan
dibuat generilisasinya.
9erdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Artinya, untuk klien tertentu, semakin rendah
tingkat risiko audit yang ingin di&apai, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan. 6ubungan
ini berlaku pula untuk risiko deteksi. 1ntuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan untuk
membatasi tingak risiko deteksi pada tingkat tersebut. Sebaliknya, risiko ba!aan dan risiko
pengendalian mempunyai hubungan langsung dengan jumlah bukti yang diperlukan. :ukti yang
diperlukan semakin sedikit apabila risikonya rendah karena dalam situasi demikian risiko
deteksinya dapat menjadi tinggi.
(amun demikian, perlu diingat bahwa menurut standar audit, auditor tidak bisa dibenarkan
untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko pengendalian sedemikian rendahnya sehingga tidak
diperlukan lagi untuk melakukan pengujian substantif untuk seluruh asersi yang berkenaan dengan
suatu rekening. :etapapun sedikitnya, sejumlah bukti tetap harus diperoleh melalui pengujian
substantif untuk setiap saldo rekening yang signifikan, meskipun tidak harus untuk setiap asersi
yang berhubungan dengan asersi tersebut.
)UBUNGAN ANTARA MATERIALITAS3 RISIKO AUDIT3 DAN BUKTI AUDIT
.ia atas telah dijelaskan bahwa terdapat hubungan terbalik antara materialitas dengan bukti audit,
dan terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan bukti audit. =ambar "03 melukiskan
hubungan antara ketiga konsep tersebut. dlam gambar ini kita akan mempertahankan agar risiko audit
tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat materialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan agar
lingkaran tetap bulat. :egitu pula apabila kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan
mengurangi bukti audit, maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. atau apabila
kita ingin mengurangi risiko audit maka kita bisa melakukan salah satu dari hal0hal berikut: )1,
meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap, )2, menaikkan bukti audit, sementara
tingkat materialitas tetap, atau )3, melakukan sedikit kenaikan pada jumlah bukti audit dan pada
tingkat materialitas.
AUDITING 22"
=ambar "03
6ubungan antara Materialitas, 2isiko Audit, dan :ukti Audit
STRATEGI AUDIT AWAL
9ujuan akhir peren&anaan dan pelaksanaan audit adalah mengurangi risiko audit yang dilakukan
auditor pada tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung suatu pendapat apakah laporan keuangan
disajikan se&ara wajar didalam segala hal yang material. hal ini di&apai dengan mengumpulkan dan
menge$aluasi bukti yang berhubungan dengan asersi0asersi dalam laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen.
Mengingat adanya saling hubungan antara bukti, materialitas, dan komponen0komponen
risiko audit seperti telah diterangkan diatas, maka auditor bisa memilih strategi audit awal dalam
peren&anaan audit untuk masing0masing asersi atau kelompok asersi. pada pembahasan berikut,
akan diterangkan tentang komponen0komponen strategi audit awal, dan dua alternatif strategi, serta
penerapannya pada kelompok transaksi dan siklus0siklus.
KOMPONEN'KOMPONEN STRATEGI AUDIT AWAL
.alam mengembangkan strategi audit awal untuk asersi0asersi, auditor merumuskan empat
komponen sebagai berikut:
E 'enetapan tingkat risiko pengendalian diren&anakan
E Fuasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus di&apai
E 'engujian pengendalian yang akan dilakukan dalam penetapan risiko pengendalian
"(KT
#(DT
T%'K#T
M#T&R#LT#S
RSK! #(DT
AUDITING 22#
E 9ingkat pengujian substantif diren&anakan yang akan dilakukan untuk mengurangi risiko
audit pada tingkat rendah yang sesuai.
=ambar "0
Strategi Audit Awal untuk Asersi0asersi Material Faporan 7euangan

T%'K#T RSK! P&%'&%D#L#% DR&%*#%#K#%
M#+ T%'' M!D&R#T R&%D#,
L(#S #T#S P&M#,#M#% #T#S
STR(KT(R P&%'&%D#L#% %T&R%
P&%'(-#%
P&%'&%D#L#%
T%'K#T P&%'(-#%
S("ST#%T. DR&%*#%#K#%
"#/# K&S&L(R(,#% PR!S&D(R
STR#T&' #(DT
P&%D&K#T#%
RSK!
P&%'&%D#L#
% DT&T#PK#%
L&", R&%D#,
P&%D&K#T#
% RSK!
P&%'&%D#L
#%
DT&T#PK#%
M#KSM(M
0
1
2
3
K
!
M
P
!
%
&
%
4
K
!
M
P
!
%
&
%

S
T
R
#
T
&
'


#
(
D

T

#
$
#
L
AUDITING 22+
Suatu strategi audit a5al tidak merin&i spesifikasi prosedur audit yang harus dilakukan dalam
melaksanakan audit. strategi ini men&erminkan pertimbangan awal auditor tentang pendekatan audit
dan didasarkan pada asumsi0asumsi tertentu mengenai pelaksanaan audit. Sebagai &ontoh, dalam
audit pertama kali komponen0komponen strategi audit biasanya tidak men&akup pengujian
pengendalian tertentu dan pengujian substantif yang akan dilakukan, melainkan hanya kesimpulan
sementara tentang penekanan yang harus dilakukan terhadap dua kelompok pengujian tersebut.
.alam audit ulangan, penentuan komponen0komponen ini men&akup kesimpulan sementara auditor
bahwa pengujian pengendalian dan pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan
dapat digunakan juga pada tahun ini. 7eputusan akhir mengenai hal ini dilakukan sejalan dengan
perkembangan audit.
3ara bagaimana auditor merumuskan keempat komponen strategi audit akan diuraikan
untuk dua alternatif strategi audit pada bagian berikut. 7edua strategi tersebut adalah pendekatan
tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimun )primarily substanti approach, dan
pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah (lo!er assessed le"el o
control risk approach). strategi0strategi tersebut merupakan dua kemungkinan strategi yang
masing0masing memiliki spesifikasi yang berbeda untuk setiap komponen yang telah disebutkan
diatas. =ambar "0 melukiskan tinjauan tentang spesifikasi yang berbeda untuk komponen pertama
dan berbagai tingkat penekanan yang diberikan pada ketiga komponen lainnya pada kedua strategi
alternatif. :agian paling bawah dari gambar tersebut melukiskan tentang penghematan biaya
potensial dari kedua pendekatan.
PENDEKATAN TINGKAT RISIKO PENGENDALIAN DITETAPKAN
MAKSIMUM
.alam pendekatan ini, auditor menetapkan komponen0komponen strategi audit sebagai berikut:
Menggunakan perhitungan tingkat risiko pengendalian diren&anakan yang maksimum
)atau sedikit diabah maksimum,
Meren&anakan untuk mendapatkan pemahaman minimum atas struktur pengendalian
intern yang rele$an
Meren&anakan untuk hanya sedikit melakukan pengujian pengendalian )atau bahkan
sama sekali tidak melakukan pengujian pengendalian,
AUDITING 22;
Meren&anakan untuk melakukan pengujian substantif yang ekstensif berdasarkan
tingkat risiko deteksi diren&anakan yang dapat diterima yang rendah.
Auditor bisa menggunakan pendekatan ini, apabila ia telah mengetahui dari awal, mungkin dari
pengalaman yang lalu dengan klien yang bersangkutan atau dari tahap peren&anaan sebelumnya,
bahwa tidak ada pengendalian yang berhubungan dengan asersi0asersi atau pengendaliannya tidak
efektif. Strategi ini juga bisa dipilih, apabila auditor menyimpulkan bahwa biaya untuk melaksanakan
tambahan prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern dan
pengujian pengendalian untuk mendukung perhitungan tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah
akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan pengujian substantif
yang lebih ekstensif. 7eadaan tersebut bersangkutan dengan asersi0asersi untuk rekening0rekening
yang terutama dipengaruhi oleh: )1, transaksi0transaksi yang jarang terjadi, atau )2, jurnal
penyesuaian. sebagai &ontoh, asersi yang berhubungan dengan transaksi yang jarang terjadi, misalnya
asersi0aseri yang berhubungan dengan akti$a tetap, utang obligasi, dan modal saham. 3ontoh asersi
yang kedua, adalah asersi yang berhubungan akumulasi depresiasi, utang biaya, atau pendapatan
masih akan diterima. 'endekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum ini biasanya
lebih tepat digunakan dalam audit pertama dibandingkan dengan audit ulangan.
PENDEKATAN TINGKAT RISIKO PENGENDALIAN DITETAPKAN LEBI)
RENDA)
.alam pendekatan ini, auditor menetapkan komponen0komponen strategi audit sebagai berikut:
Menggunakan perhitungan tingkat risiko pengendalian diren&anakan dengan moderat
atau rendah
Meren&anakan untuk mendapat pemahaman yang mendalam tentang struktur
pengendalian intern yang rele$an
Meren&anakan untuk melaakukan pengujian pengendalian yang ekstensif
Meren&anakan untuk membatasi pengujian substantif berdasarkan tingkat risiko
deteksi diren&anakan yang dapat diterima yang moderat atau tinggi.
AUDITING 23*
Auditor bisa menggunakan strategi ini, apabila ia berkeyakinan bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan asersi0asersi telah diran&ang dengan baik dan berjalan dengan efektif. selain
itu auditor yakin bahwa biaya untuk melaksanakan prosedur yang lebih ekstensif untuk mendapat
pemahaman tentang struktur pengendalian intern dan pengujian pengendalian masih lebih rendah
dibandingkan dengan penghematan biaya sebagai akibat adanya pengurangan dalam pelaksanaan
pengujian substantif. 6al ini terutam sering terjadi pada asersi0asersi yang
)UBUNGAN ANTARA STRATEGI DENGAN SIKLUS TRANSAKSI
Strategi seperti yang telah diuraikan di atas, tidak dimaksudkan untuk diterapkan sebagai pendekatan
pada keseluruhan audit, melainkan hanya sebagian pendekatan alternatif untuk mengaudit asersi
se&ara indi$idual. .alam praktik, masing0masing pendekatan digunakan untuk sejumlah asersi.
(amun demikian, seringkali strategi diterapkan pada sekelompok asersi yang terpengaruh
oleh suatu kelompok transaksi. Fogikanya adalah karena banyak pengendalian intern difokuskan
pada pengolahan satu tipe transaksi dalam satu siklus. Meskipun kantor0kantor akuntan publik
menggunakan nama berbeda0beda untuk kelompok0kelompok transaksi dan siklus, dan bahkan
kadang0kadang berbeda pula dalam mengelompokkan transaksi yang dimasukkan ke dalam suatu
siklus, namun pengelompokkan berikut ini banyak digunakan dalam praktik:
Siklus Kelompok Transaksi
'endapatan 'enjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
'engeluaran 'embelian dan pengeluaran kas
8asa 'ersonil 'enggajian
'roduksi Manufaktur
<n$estasi <n$estasi jangka panjang dan jangka pendek
7uangan 1tang jangka panjang dan modal saham
3ontoh berikut ini melukiskan bagaimana kerangka pengelompokkan transaksi ini bekerja
dalam peren&anaan dan pengorganisasian audit. .ua rekening yang hampir selalu memiliki
pengaruh signifikan atas laporan keuangan adalah penjualan dalam laporan rugi0laba dan piutang
dagang dalam nera&a. 7edua rekening inilah yang antara lain biasanya diindentifikasi sebagai
siklus pendapatan. Saldo rekening penjualan dan piutang dagang bertambah dengan adanya
transaksi penjualan yang seringkali sangat banyak jumlahnya. %leh karena itu, asersi keberadaan
atau keterjadian pada kedua rekening tersebut dipengaruhi oleh asersi keberadaan atau keterjadian
kelompok transaksi, yaitu penjualan. %leh karena saldo piutang dagang juga dipengaruhi oleh
AUDITING 231
transaksi0transaksi penenerimaan kas dan penyesuaian penjualan, selain oleh transaksi penjualan,
maka ekspektasi auditor tentang efektifitas pengendalian atas ketiga kelompok transaksi harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi awal audit untuk aseri0asersi piutang dagang.
.alam tiga bab berikut, akan dibahas se&ara lebih rin&i tentang bagaimana auditor
menerapkan pendekatan Gtingkat risiko pengengendalian ditetapkan maksimumH dan pendekatan
Gtingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendahH untuk peren&anaan dan pengorganisasian
audit dalam kerangka siklus transaksi. :ab # akan membahas tentang bagaimana auditor
mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern pada masing0masing pendekatan
yang telah dibahas di atas. :ab + menguraikan tentang metodologi untuk pengujian pengendalian
dan memperhitungkan risiko pengendalian pada masing0masing pendekatan. 7edua bab tersebut
menekankan pada pengumpulan informasi dan perhitungan risiko pengendalian untuk kelompok
kelompok transaksi. :ab + juga menerangkan bagaimana informasi yang diperoleh untuk
kelompok transaksi digunakan dalam penetapan risiko pengendalian untuk asersi0asersi saldo
rekening. :ab ; menjelaskan bagaimana pada akhirnya penetapan tersebut mempengaruhi
penentuan risiko deteksi dan meran&ang pengujian substantif.
RINGKASAN
9iga komponen penting dalam peren&anaan audit adalah membuat pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas, mempertimbangkan risiko audit, dan menetapkan strategi audit. Materialitas harus
dipertimbangkan baik untuk tingkat laporan keuangan maupun pada tingkat saldo rekening dan bisa
dinyatakan baik se&ara kuantitatif maupun kualitatif. 9ingkat materialitas mempunyai hubungan
terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan.
2isiko audit terdiri dari tiga komponen. 2isiko bawaan dan risiko pengendalian berada
diluar kontrol auditor dan hanya ditetapkan oleh auditor. 2isiko deteksi berhubungan terbalik
dengan komponen risiko audit yang lainnya. Auditor menetapkan risiko audit pada tingkat rendah
yang sesuai dengan mengendalikan risiko deteksi. Seperti halnya materialitas, risiko audit bisa
dinyatakan baik se&ara kuantitatif maupun kualitatif, dan mempunyai hubungan terbalik dengan
jumlah bukti yang diperlukan.
AUDITING 232
1ntuk asersi0asersi laporan keuangan yang signifikan bisa ditetapkan strategi audit yang
berbeda. Ada dua strategi audit yang dikenal dalam literatur auditing yaitu pendekatan tingkat
risiko pengendalian ditetapkan maksimun )primarily substanti approach, dan pendekatan tingkat
risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah )the lo!er assesed le"el o control risk approach,.

Anda mungkin juga menyukai