Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PELANGGARAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK PADA KASUS


KREDIT MACET PT.RADEN PRIMA LESTARI (UD. RADEN MOTOR
DENGAN BANK BRI CABANG JAMBI TAHUN 2010
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Audit I yang diampu

oleh :

Nur Aliah, S.E.,M.Si.,Ak

Oleh : Kelompok 5

1. Alvinda Rizwany NPM: 1925100344


2. Arnold Bastanta NPM: 1925100339
3. Khania Lestari Yena NPM: 1925100346
4. Libra Berniati br Sitepu NPM: 1925100352
5. Rofi Nurhidayah NPM: 1925100345

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS SOSIAL SAINS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

MEDAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang terdiri dari Standar Umum, Standar Pekerjaaan

Lapangan, dan Standar Pelaporan guna menunjang profesionalisme (Hery dan Agustiny

Merrina, 2007). Untuk dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan

audit atas laporan keuangan, hendaknya akuntan publik juga memiliki pemahaman yang

memadai mengenai kode etik profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

yang digunakan sebagai pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Publik Indonesia untuk

betugas secara bertanggung jawab dan objektif. Hery dan Agustiny Merrina (2007)

menyatakan bahwa ada empat elemen penting yang harus dimiliki oleh akuntan, yaitu

keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penyusunan laporan

keuangan, standar pemeriksaan/auditing, etika profesi, dan pemahaman terhadap lingkungan

bisnis yang diaudit.

Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh auditor adalah wajib memegang teguh

aturan etika profesi yang berlaku sehingga dalam membuat keputusan harus menggunakan

lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku

yang dipahaminya dan membuat suatu keputusan yang adil, tetapi pada kenyataanya tidak

semua auditor melakukannya.

Semakin banyak kasus penyimpangan kode etik profesi yang terjadi khususnya di

Indonesia. Padahal telah dijabarkan secara jelas mengenai kode etik dalam suatu profesi

yang telah disepakati. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai pelanggaran kode etik
akuntan publik pada kasus Kredit Macet PT. Raden Prima Lestari (UD Raden Motor)

dengan Bank BRI Cabang Jambi Tahun 2010.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kronologi dan penyelesaian kasus kredit macet PT. Raden Prima Lestari

(UD Raden Motor) pada Bank BRI Cabang Jambi tahun 2010?

2. Prinsip kode etik apa yang dilanggar oleh Biasa Sitepu selaku Akuntan Publik PT.

Raden Prima Lestari (UD Raden Motor)?

1.3 LANDASAN TEORI

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :

1) Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan

yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam

masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab

kepada semua pemakai jasa profesional mereka.

2) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan

kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas

profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung

jawab kepada public.

3) Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan

profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan


merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang

diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap

jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.

Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat

yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4) Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas

yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas

mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah

pengaruh pihak lain.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,

kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk

memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa

profesional dan teknik yang paling mutakhir.

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional

atau hukum untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan

setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7) Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik

dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk

menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh

anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,

anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis

dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan

berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari

penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan

obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota

adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional

Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan

yang relevan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KRONOLOGI KASUS

Awal mulanya PT. Raden Prima Lestari atau disingkat dengan PT. RPL / UD Raden

Motor mengajukan permohonan pinjaman ke BRI Jambi dengan mengagunkan 36 item surat

berharga yang nilai likuiditasnya mencapai Rp100 miliar sebagai jaminan, melakukan

pinjaman sebesar Rp52 miliar dalam beberapa tahun. Pengajuan pinjaman yang diajukan UD

Raden Motor tersebut ditujukan untuk pengembangan usaha di bidang otomotif seperti

showroom jual beli mobil bekas dan perbengkelan mobil atau otomotif.Namun, Penggunaan

kredit tersebut tidak sesuai dengan peruntukan, sebagaimana pengajuan pinjamannya kepada

BRI dan hingga jatuh tempo pada 14 April 2008. Dana pinjaman kredit sekitar Rp 52 miliar

itu tidak bisa dikembalikan oleh pihak PT. RPL/ UD Raden Motor.Berkaitan dengan hal itu,

UD Raden Motor masih diberi jangka waktu selama satu tahun, untuk menjual asetnya, guna

melunasi hutang dengan BRI. Tetapi tidak dilakukan

Kejaksaan Tinggi Jambi atau disingkat dengan Kejati Jambi lalumenciumadanya

pelanggaran tindak pidana korupsi dalam kasus pemberian kredit itu, dan adanya indikasi

pengalihan aset-aset milik PT RPL/UD Raden Motor kepada orang lain, sehingga agunan

atau jaminan yang ada di bank sudah dianggap tidak sah lagi. Akhirnya Kejaksaan Tinggi

Jambi meminta keterangan beberapa pihak dari Bank BRI yaitu Effendi Syam, Seorang

Pejabat yang menilai pengajuan Kredit Bank BRI tersebut dan beberapa orang dari BRI

Jambi. Penyidik lalu menemukan bahwa ada kredit yang cair dipergunakan untuk

kepentingan lain yaitu bidang usaha properti.


Penyidik mengungkapkan adanya dugaan kesalahan prosedur dalam pemberikan

kredit sehingga ditemukan kerugian negara senilai Rp52 miliar. Kemudian dalam prosedur

dan tahapannya pengajuan permohonan kredit itu peruntukannya juga disalahgunakan oleh

penerima kredit Raden Motor, sehingga dalam kasus ini ada dugaan kuat telah terjadi

konspirasi atau kerja sama antara BRI Cabang Jambi dengan Raden Motor. Pihak intelejen

Kejati Jambi menetapkan pelanggaran terhadap kasus ini sesuai dengan UU No.31 tahun

1999 sebagaimana diubah dalam UU No.20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi.

Maka dari itu pemeriksaan pun dilakukan, penyidik memeriksa Pemilik PT. Raden

Prima Lestari (UD Raden Motor), Zein Muhammad sebagai penerima dan pengguna kucuran

kredit dari BRI Cabang Jambi Namun Effendi Syam pegawai BRI Jambi tidak bisa dilakukan

karena alasan sakit sehingga diwakilkan oleh Fitri Susanti selaku kuasa hukumnya. Namun,

proses pemeriksaan Kejaksaan Tinggi begitu lambat. Diduga karena lambatnya dalam proses

hukum, sehingga Forum Bersama 9 LSM (Forbes) Jambi melakukan unjuk rasa di depan BRI

Cabang Jambi, menuntut transparansi pengusutan kasus kredit macet sebesar Rp 52 Miliar

oleh PT Raden Prima Lestari (Raden Motor) usaha jual beli mobil bekas. Demo tersebut

sempat membuat aktifitas di BRI Cabang Jambi berhenti tidak melayani nasabah. Hingga kini

belum ada pihak BRI Cabang Jambi maupun pemilik Raden Motor yang menjadi tersangka.

Penyidik intelijen Kejati Jambi akhirnya memeriksa seorang saksi ahli untuk

mengetahui prosedur dan kesalahan dalam masalah pemberian kredit dari BRI ke Raden

Motor yaitu seorang Akuntan Publik PT. Raden Prima Lestari yang bernama Biasa

Sitepu yang membuat Laporan Keuangan PT. RPL yang diberikan kepada Bank BRI untuk

peminjaman kredit. Akuntan Publik ini diduga terlibat dalam melancarkan peminjaman. Dari

hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan Zein Muhammad dengan Saksi Ahli Biasa

Sitepu terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam

mengajukan pinjaman ke BRI.


Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat oleh akuntan publik,

sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit. Semestinya data laporan keuangan Raden

Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang

diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor, tidak dibuat lengkap

oleh akuntan publik.

Akuntan Publik diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi dalam kredit macet untuk

pengembangan usaha Perusahaan Raden Motor, Akuntan Publik dianggap lalai dalam

pembuatan laporan keuangan perusahaan, Ia tidak membuat empat kegiatan data laporan

keuangan milik Raden Motor yang seharusnya ada dalam laporan keuangan yang diajukan ke

BRI sebagai pihak pemberi pinjaman sehingga menimbulkan dugaan korupsi. Dalam kasus

ini, seorang akuntan publik (Biasa Sitepu) dituduh melanggar prinsip kode etik yang

ditetapkan oleh KAP ( Kantor Akuntan Publik ).

2.2 Penyelesaian Kasus

Pada Tanggal 1 Februari 2017 akhirnya Kejaksaan Tinggi mengeluarkan Surat

Perintah Penghentian Penyidikan ( SP3 ) Perkara dugaan Korupsi oleh PT. Raden Prima

Lestari (UD Raden Motor). Kasi Penkum Kejati Jambi, Dedy Susanto mengatakan SP3

dikeluarkan karena berdasarkan hasil penyidikan tidak cukup bukti pidana sehingga

penyidikan dihentikan dan berdasarkan hasil penyidikan tidak ditemukannya Kerugian

Negara

Penyidik Kejati Jambi sempat menetapkan tiga tersangka yakni Zein Muhammad

selaku pemilik Raden Motor, Effendi Syam dari pihak Bank BRI serta Akuntan Publik Biasa

Sitepuh. Karena kurangnya bukti pidana sehingga ketiga tersangka tersebut dibebaskan.

Kuasa Hukum Zein Muhammad yang bernama Sarbaini mengatakan bahwa dalam pengajuan
pinjaman sebesar 52 Miliar kliennya telah menyerahkan agunan yang nilainya mencapai 70

Miliar lebih sehingga tidak menimbulkan kerugian negara.

2.3 ANALISA KASUS

Kasus Kredit Macet PT. Raden Prima Lestari (UD Raden Motor ) ini terkesan

berjalan lambat terbukti dari lama dikeluarkannya SP3 tahun 2017 sedangkan Perkara

mencuat pada tahun 2010. Ketidakcukupan bukti menjadi alasan yang dijadikan Kejaksaan

Tinggi untuk mengeluarkan SP3.

Berdasarkan opini kelompok kami dalam penyelesaian kasus ini, tidak adanya

transparansi dalam pemeriksaan sehingga tidak diketahui apakah pemeriksaan sudah berjalan

dengan semestinya atau malah terjadi penyahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang.

Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik, Akuntan Publik dapat dikatakan tidak

bersalah, sepanjang sudah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan klien sesuai dengan

standar minimal yang disyaratkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia melalui standar professional

Akuntan Publik. Namun dalam kasus ini pada saat persidangan di Kejaksaan Tinggi Jambi

Akuntan Publik UD Raden Motor, Biasa Sitepu terbukti membantu dalam pemalsuan

Laporan Keuangan dengan tidak memasukkan kegiata-kegiatan material yang seharusnya

dimasukkan kedalam laporan keuangan UD Raden Motor. Pemalsuan ini mengakibatkan

Bank BRI dengan mudah melakukan kesalahan memberikan kredit sehingga menjadi Kredit

Macet. Sehingga kami simpulkan Akuntan Publik Biasa Sitepu telah melanggar beberapa

prinsip kode etik.


2.3 PELANGGARAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK, BIASA SITEPU

Berdasarkan pembahasan kami diatas, dapat disimpulkan bahwa Akuntan Publik

Biasa Sitepu diduga melanggar beberapa prinsip Kode Etik Akuntan Publik yaitu :

1) Tanggung Jawab Profesi

Pada permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kasus kredit macet Bank BRI

Cabang Jambi pada tahun 2010, akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung

jawabnya secara professional hal ini dikarenakan akuntan publik tersebut tidak

menjalankan tugas profesinya dengan baik yang berkaitan dalam hal pembuatan

laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal

senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2010, sehingga dengan

terjadinya kasus tersebut menimbulkan suatu dampak yang menyebabkan tingkat

kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik menjadi hilang.

2) Kepentingan Publik

Seorang akuntan hendaknya harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi

mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini, pihak akuntan

publik Raden Motor telah mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan

mereka semata. Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik

(raden motor) dikarenakan melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan

Raden Motor untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat

laporan mengenai empat kegiatan.

3) Objektivitas

Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan

cara melakukan tindak ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan

kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan Raden Motor.


4) Perilaku Profesional

Dalam kasus ini, Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan

pembuatan laporan keuangan palsu sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk

dan dapat mendiskreditkan profesinya. Pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan

keuangan Raden Motor serta keterkaitan pihak intern BRI Cabang Jambi yang pada

saat itu menjabat sebagai penilai pengajuan kredit telah berperilaku tidak professional

sehingga menimbulkan reputasi perusahaan yang buruk. Bukan hanya itu

saja, citra kinerja profesionalisme dari seorang akuntan publik juga dapat merusak

reputasi mereka selaku akuntan serta dapat merugikan bagi pihak-pihak yang terkait

dalam kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi. Setiap anggota

harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi

tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

5) Integritas

Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya

sehingga terjadi benturan kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang

dimaksud adalah kepentingan publik dan kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2014 . Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik di Indonesia

Jurnal Liquidit Vol.3 No.1, Januari – Juni 2014,

Http://regional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/Akuntan.Publik.Diduga.Terl

ibatDiakses pada tanggal 17 September 2019 Pukul 17:30

https://metrojambi.com/read/2017/04/18/20373/kejati-sp3-kasus-raden-motor/1 -

Diakses pada tanggal 18 September 2019 Pukul 17:30

Anonim,2013,http://eprints.uny.ac.id/8968/3/BAB%202%20-

09409131003.pdfDiakses pada tanggal 18 September 2019 Pukul 15:00

https://www.jambiupdate.co/artikel-ini-dia-data-baru-soal-kasus-raden-motor-yang

diperoleh-penyidik-kejati-jambi.htmlDiakses pada tanggal 18 September 2019 Pukul18:00

https://www.google.com/amp/s/jambi.tribunnews.com/amp/2017/04/17/kejati-jambi-

hentikan-kasus-raden-motor-ini-alasannyaDiakses pada tanggal 18 September 2019 Pukul

19:00

Anda mungkin juga menyukai