oleh :
Oleh : Kelompok 5
JURUSAN AKUNTANSI
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang terdiri dari Standar Umum, Standar Pekerjaaan
Lapangan, dan Standar Pelaporan guna menunjang profesionalisme (Hery dan Agustiny
audit atas laporan keuangan, hendaknya akuntan publik juga memiliki pemahaman yang
memadai mengenai kode etik profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yang digunakan sebagai pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Publik Indonesia untuk
betugas secara bertanggung jawab dan objektif. Hery dan Agustiny Merrina (2007)
menyatakan bahwa ada empat elemen penting yang harus dimiliki oleh akuntan, yaitu
keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penyusunan laporan
Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh auditor adalah wajib memegang teguh
aturan etika profesi yang berlaku sehingga dalam membuat keputusan harus menggunakan
lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku
yang dipahaminya dan membuat suatu keputusan yang adil, tetapi pada kenyataanya tidak
Semakin banyak kasus penyimpangan kode etik profesi yang terjadi khususnya di
Indonesia. Padahal telah dijabarkan secara jelas mengenai kode etik dalam suatu profesi
yang telah disepakati. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai pelanggaran kode etik
akuntan publik pada kasus Kredit Macet PT. Raden Prima Lestari (UD Raden Motor)
1. Bagaimana kronologi dan penyelesaian kasus kredit macet PT. Raden Prima Lestari
(UD Raden Motor) pada Bank BRI Cabang Jambi tahun 2010?
2. Prinsip kode etik apa yang dilanggar oleh Biasa Sitepu selaku Akuntan Publik PT.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
2) Kepentingan Publik
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung
3) Integritas
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
4) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
6) Kerahasiaan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota
yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
Awal mulanya PT. Raden Prima Lestari atau disingkat dengan PT. RPL / UD Raden
Motor mengajukan permohonan pinjaman ke BRI Jambi dengan mengagunkan 36 item surat
berharga yang nilai likuiditasnya mencapai Rp100 miliar sebagai jaminan, melakukan
pinjaman sebesar Rp52 miliar dalam beberapa tahun. Pengajuan pinjaman yang diajukan UD
Raden Motor tersebut ditujukan untuk pengembangan usaha di bidang otomotif seperti
showroom jual beli mobil bekas dan perbengkelan mobil atau otomotif.Namun, Penggunaan
kredit tersebut tidak sesuai dengan peruntukan, sebagaimana pengajuan pinjamannya kepada
BRI dan hingga jatuh tempo pada 14 April 2008. Dana pinjaman kredit sekitar Rp 52 miliar
itu tidak bisa dikembalikan oleh pihak PT. RPL/ UD Raden Motor.Berkaitan dengan hal itu,
UD Raden Motor masih diberi jangka waktu selama satu tahun, untuk menjual asetnya, guna
pelanggaran tindak pidana korupsi dalam kasus pemberian kredit itu, dan adanya indikasi
pengalihan aset-aset milik PT RPL/UD Raden Motor kepada orang lain, sehingga agunan
atau jaminan yang ada di bank sudah dianggap tidak sah lagi. Akhirnya Kejaksaan Tinggi
Jambi meminta keterangan beberapa pihak dari Bank BRI yaitu Effendi Syam, Seorang
Pejabat yang menilai pengajuan Kredit Bank BRI tersebut dan beberapa orang dari BRI
Jambi. Penyidik lalu menemukan bahwa ada kredit yang cair dipergunakan untuk
kredit sehingga ditemukan kerugian negara senilai Rp52 miliar. Kemudian dalam prosedur
dan tahapannya pengajuan permohonan kredit itu peruntukannya juga disalahgunakan oleh
penerima kredit Raden Motor, sehingga dalam kasus ini ada dugaan kuat telah terjadi
konspirasi atau kerja sama antara BRI Cabang Jambi dengan Raden Motor. Pihak intelejen
Kejati Jambi menetapkan pelanggaran terhadap kasus ini sesuai dengan UU No.31 tahun
1999 sebagaimana diubah dalam UU No.20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi.
Maka dari itu pemeriksaan pun dilakukan, penyidik memeriksa Pemilik PT. Raden
Prima Lestari (UD Raden Motor), Zein Muhammad sebagai penerima dan pengguna kucuran
kredit dari BRI Cabang Jambi Namun Effendi Syam pegawai BRI Jambi tidak bisa dilakukan
karena alasan sakit sehingga diwakilkan oleh Fitri Susanti selaku kuasa hukumnya. Namun,
proses pemeriksaan Kejaksaan Tinggi begitu lambat. Diduga karena lambatnya dalam proses
hukum, sehingga Forum Bersama 9 LSM (Forbes) Jambi melakukan unjuk rasa di depan BRI
Cabang Jambi, menuntut transparansi pengusutan kasus kredit macet sebesar Rp 52 Miliar
oleh PT Raden Prima Lestari (Raden Motor) usaha jual beli mobil bekas. Demo tersebut
sempat membuat aktifitas di BRI Cabang Jambi berhenti tidak melayani nasabah. Hingga kini
belum ada pihak BRI Cabang Jambi maupun pemilik Raden Motor yang menjadi tersangka.
Penyidik intelijen Kejati Jambi akhirnya memeriksa seorang saksi ahli untuk
mengetahui prosedur dan kesalahan dalam masalah pemberian kredit dari BRI ke Raden
Motor yaitu seorang Akuntan Publik PT. Raden Prima Lestari yang bernama Biasa
Sitepu yang membuat Laporan Keuangan PT. RPL yang diberikan kepada Bank BRI untuk
peminjaman kredit. Akuntan Publik ini diduga terlibat dalam melancarkan peminjaman. Dari
hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan Zein Muhammad dengan Saksi Ahli Biasa
Sitepu terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit. Semestinya data laporan keuangan Raden
Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang
diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor, tidak dibuat lengkap
Akuntan Publik diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi dalam kredit macet untuk
pengembangan usaha Perusahaan Raden Motor, Akuntan Publik dianggap lalai dalam
pembuatan laporan keuangan perusahaan, Ia tidak membuat empat kegiatan data laporan
keuangan milik Raden Motor yang seharusnya ada dalam laporan keuangan yang diajukan ke
BRI sebagai pihak pemberi pinjaman sehingga menimbulkan dugaan korupsi. Dalam kasus
ini, seorang akuntan publik (Biasa Sitepu) dituduh melanggar prinsip kode etik yang
Perintah Penghentian Penyidikan ( SP3 ) Perkara dugaan Korupsi oleh PT. Raden Prima
Lestari (UD Raden Motor). Kasi Penkum Kejati Jambi, Dedy Susanto mengatakan SP3
dikeluarkan karena berdasarkan hasil penyidikan tidak cukup bukti pidana sehingga
Negara
Penyidik Kejati Jambi sempat menetapkan tiga tersangka yakni Zein Muhammad
selaku pemilik Raden Motor, Effendi Syam dari pihak Bank BRI serta Akuntan Publik Biasa
Sitepuh. Karena kurangnya bukti pidana sehingga ketiga tersangka tersebut dibebaskan.
Kuasa Hukum Zein Muhammad yang bernama Sarbaini mengatakan bahwa dalam pengajuan
pinjaman sebesar 52 Miliar kliennya telah menyerahkan agunan yang nilainya mencapai 70
Kasus Kredit Macet PT. Raden Prima Lestari (UD Raden Motor ) ini terkesan
berjalan lambat terbukti dari lama dikeluarkannya SP3 tahun 2017 sedangkan Perkara
mencuat pada tahun 2010. Ketidakcukupan bukti menjadi alasan yang dijadikan Kejaksaan
Berdasarkan opini kelompok kami dalam penyelesaian kasus ini, tidak adanya
transparansi dalam pemeriksaan sehingga tidak diketahui apakah pemeriksaan sudah berjalan
dengan semestinya atau malah terjadi penyahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi
Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik, Akuntan Publik dapat dikatakan tidak
bersalah, sepanjang sudah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan klien sesuai dengan
standar minimal yang disyaratkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia melalui standar professional
Akuntan Publik. Namun dalam kasus ini pada saat persidangan di Kejaksaan Tinggi Jambi
Akuntan Publik UD Raden Motor, Biasa Sitepu terbukti membantu dalam pemalsuan
Bank BRI dengan mudah melakukan kesalahan memberikan kredit sehingga menjadi Kredit
Macet. Sehingga kami simpulkan Akuntan Publik Biasa Sitepu telah melanggar beberapa
Biasa Sitepu diduga melanggar beberapa prinsip Kode Etik Akuntan Publik yaitu :
Pada permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kasus kredit macet Bank BRI
Cabang Jambi pada tahun 2010, akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung
jawabnya secara professional hal ini dikarenakan akuntan publik tersebut tidak
menjalankan tugas profesinya dengan baik yang berkaitan dalam hal pembuatan
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2010, sehingga dengan
2) Kepentingan Publik
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini, pihak akuntan
Raden Motor untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat
3) Objektivitas
Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan
Dalam kasus ini, Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan
dan dapat mendiskreditkan profesinya. Pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan
keuangan Raden Motor serta keterkaitan pihak intern BRI Cabang Jambi yang pada
saat itu menjabat sebagai penilai pengajuan kredit telah berperilaku tidak professional
saja, citra kinerja profesionalisme dari seorang akuntan publik juga dapat merusak
reputasi mereka selaku akuntan serta dapat merugikan bagi pihak-pihak yang terkait
dalam kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi. Setiap anggota
harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
5) Integritas
dimaksud adalah kepentingan publik dan kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal. 2014 . Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik di Indonesia
Http://regional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/Akuntan.Publik.Diduga.Terl
https://metrojambi.com/read/2017/04/18/20373/kejati-sp3-kasus-raden-motor/1 -
Anonim,2013,http://eprints.uny.ac.id/8968/3/BAB%202%20-
https://www.jambiupdate.co/artikel-ini-dia-data-baru-soal-kasus-raden-motor-yang
https://www.google.com/amp/s/jambi.tribunnews.com/amp/2017/04/17/kejati-jambi-
19:00