Disusun Oleh :
Novi Rianti (8335128435)
Syarifah Naila Banahsan (8335128453)
Yudhi Tri Perwira (8335128457)
S1 Akuntansi Non Reguler A 2012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagai seorang
akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya.
Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi
setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Kode
etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota
harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional bagi anggota. Interpretasi aturan etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika,
tanpa
dimaksudkan
untuk
membatasi
lingkup
dan
penerapannya.
1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang, maka penulis
2.
3.
1.3.
Tujuan Penulisan
Apapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan.
2. Untuk Menjelaskan Jenis-Jenis Profesi Akuntan.
3. Untuk Menjelaskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan International Federation Of
Accountants (IFAC).
BAB II
ISI
1.1.
1.1.1.
Pendahuluan
Profesi Akuntan
Saat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang telah lulus
dari pendidikan strata 1 (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar
profesi Akuntan melalui pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh
beberapa perguruan tinggi yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan
Nasional atas rekomendasi dari organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI).
Bidang pekerjaan dan ruang lingkup tugas para akuntan ini bisa sangat luas dan
beragam. Mereka dapat bekarja di sektor swasta dan sektor publik (BUMN, lembagalembaga negara, dan pemerintahan). Pada sektor swasta (perusahaan dan lembaga
non pemerintahan), mereka bisa bekerja pada Departemen/Bagian Akuntansi,
Keuangan, Anggaran, Audit Internal, dan bagian lain yang sejenis.
Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar,2003) yang
dimaksud
dengan
profesi
akuntan
adalah
semua
bidang
pekerjaan
yang
sebagai
objek
dan
memerlukan
profesi,
mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan
pedoman
masyarakat
atau pemerintah.
3
didasarkan kepada
yang dimaksud dengan akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh
izin untuk memberikan jasa atau menjalankan praktik akuntan publik. Jasa yang
diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa asurans (assurance service) atau jasa
lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,
perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik.
Menurut Boynton dkk (2002: 20), assurance service adalah jasa profesional
independen yang mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya untuk
kepentingan para pengambil keputusan. Contoh assurance service antara lain
adalah jasa audit atas laporan keuangan, jasa review atas laporan keuangan, jasa
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan, dan lain sebagainya.
Izin menjadi akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan dan
berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang.
Untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik seseorang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah.
Berpengalaman praktik memberikan jasa profesional akuntan publik.
Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan
publik.
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
p enjara 5 (lima) tahun atau lebih.
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri.
h. Tidak berada dalam pengampuan.
1.1.3.
etik. Kode etik akuntan publik yaitu norma perulaku yang mengatur hubungan antara
akuntan publik dengan para klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya,
dan atara profesi dengan masyarakat.
Kode etik akuntan publik di Indonesia disusun oleh dewan standar
profesional akuntan publik institut akuntan publik indonesia (DSPAP IAPI). IAPI
adalah untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi
akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.
Kode etik akuntan publik terdiri dari dua bagian, yanitu Bagian A dan
Bagian B. Bagian A dari kode etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi
tertentu.
1.1.4.
Etika
Kata etika berasal dari kata ethos
kebiasaan atau karakter (Siagian, 1996: 3). Ia merupakan cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata etika mempunyai tiga
makna yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan menurut Bertens (2004: 32), arti etika dapat dianalisis dari dua
sudut pandang, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai
praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru
tidak
dipraktikkan
walaupun
merupakan pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, kita berpikir tentang apa
5
yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Dari pengertian -pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan pedoman bagi seseorang mengenai baik buruknya atau benar
salahnya suatu perbuatan.
Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar,
kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus. Selanjutnya, selain
kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional
yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh karena
merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal
dan selanjutnya disebut seb agai kode etik. Sifat sanksinya berupa moral
psikologi, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi
yang bersangkutan.
Etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini
perilaku moral lebih terbatas pada pengerti an yang meliputi kekhasan pola etis yang
diharapkan untuk profesi tertentu (Ludigdo, 1999: 4). Dengan demikian, yang
dimaksud etika dalam konteks penelitian ini adalah tanggapan atau penerimaan
seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses penentuan yang
kompleks (dengan menyeimbangkan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang
disifati oleh kombinasi unik dari pangalaman dan pembelajaran dari masing
masing individu), sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang harus
dilakukannya dalam situasi tertentu.
1.1.5.
Etika meliputi sifatsifat manusia yang disiplin atas diri sendiri melebihi
persyaratan atau kewajiban menurut UndangUndang. Bagi akuntan publik, etika
profesi merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara sesama rekan
akuntan dengan para langganannya serta hubungan antara sesama rekan dengan
masyarakat. Kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara
pelaporan, nasehat yang diberikan, serta jasa-jasa yang diberikan ditentukan oleh
keahlian, kebebasan tindakan dan pikiran, serta integritas moral.
Karena
akuntan
publik
merupakan
pekerjaan
profesional,
etika
mempunyai peran yang penting dalam profesi ini. Akuntan publik sebagai
bagian dari masyarakat dan sebagai suatu profesi yang memberikan pelayanan
jasa
pada
masyarakat
harus
berperilaku
telah
memberikan arti khusus pada istilah profesional, yaitu para profesional tersebut
diharapkan untuk bertindak pada tingkat yang lebih tinggi dari kebanyakan
anggota masyarakat. Jadi para akuntan publik harus menjunjung tinggi etika dalam
melakoni perannya agar masyarakat percaya terhadap jasa yang diberikannya.
Kepercayaan
dari
masyarakat
ini penting
karena
adanya
ketidakpercayaan
masyarakat pada satu atau beberapa akuntan publik akan dapat merugikan
akuntan publik yang lain.
1.1.6.
Dilema Etis
Dilema Etis: Realitas yang Tidak Bisa Dihindari Posisi
akuntan
publik
Ada
kepentingan
manajemen
perusahaan,
kepentingan
para
shareholder, dan pihak luar lain yang mana kepentingannya berbeda -beda. Posisi ini
membuat akuntan publik banyak bersinggungan dengan masalah yang biasa disebut
dengan konflik audit atau dilema etis. Arens & Loebbecke (2000) menyatakan
dilema etis adalah situasi yang dihadapi seseorang sehingga keputusan mengenai
perilaku yang layak harus dibuat.
yang
mengharuskan
ia mengambil
tindakan
yang
benar
dan
keputusan yang bijak (Dunfee & Donaldson 1995 dalam Farhan 2009: 54).
Pernyataan tersebut terbukti benar karena dilema etis juga menghampiri para
informan yang sudah bertahun-tahun menekuni bidang akuntan publik. Dari kelima
informan, hanya Raka saja yang mengaku tidak pernah mengalami konflik
audit. Keempat informan lainnya beberapa kali pernah mendapati dirinya berada
dalam situasi konflik, bahkan Andini mengaku sering mengalami dilema etis.
Di
bawah
menghampiri
ini
adalah
beberapa
dilema
etis
yang
kerap
muncul
akan
mengukur
terlebih
dahulu
kemampuan
timnya terkait
Imbalan
jasa
ditentukan
berdasarkan
demand and
supply,
2. Independensi
Setiap ketentuan yang mengatur tentang akuntan publik, baik itu
SPAP, SPM, maupun kode etik mewajibkan akuntan publik untuk
bersikap independen terhadap klien sehubungan dengan kapasitas mereka
untuk melindungi kepentingan publik. Menurut KBBI, independen artinya
berdiri sendiri, berjiwa bebas, tidak terikat pada pihak lain. Independensi
merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena ak untan
dituntut independen dari pengaruh klien sedangkan di sisi lain akuntan harus
memenuhi keinginan klien karena klien lah yang membayar imbalan. Oleh
sebab itulah sering terjadi dilema etis dalam hal independensi.Situasi yang
terkait masalah independensi ini pun sangat luas dan muncul dari
berbagai
independen
hubungan
macam
jika
penyebab.
Akuntan
publik
dikhawatirkan
tidak
kebanyakan
adalah
yang
terkait
permintaan klien.
1.2.
10
Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada
praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini
berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted
Accounting Principles) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk
praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing
Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas
mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para pelanggan.
Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and
Exchange Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di
Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945.
Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial
Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya terdiri dari wakil-wakil
profesi akuntansi dan pengusaha.
1.2.2.
AkuntanPemerintah
Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan
pemerintah seperti di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan
lain-lain.
1.2.3.
Akuntan Pendidik
Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan
Akuntan Manajemen/Perusahaan
Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan
11
1.3.
Diperlukan
individu
yang
dengan
jelas
dapat
Etika
merupakan
pedoman
perilaku
bagi
semua
anggota
12
ini
dikeluarkan
oleh
suatu
badan
yang
dibentuk
oleh
pengurus
dengan
Dewan
Standar
Profesi
yang
dibentuk
oleh
pengurus
13
1.3.1.
: Prof. Soemardjo
Panitera
Bendahara
Komisaris
IAI baru di sahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan
baru dimuat dalam Berita Negara RI No 24 tanggal 24 Maret 1959. Walaupun
demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23
Desesmber 1957.
Yang dapat disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah
mengikuti pendidikan akuntan secara formal berdasarkan UU No 34 Tahun 1954
14
dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian
Negara Akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen
Keuangan RI. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, para akuntan ini dapat
berprofesi baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintah (sebagai akuntan
manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan publik, dan akuntan sektor
publik).
Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada era pemerintahan Orde
Baru serta dengan dibukanya kebijakan investasi bagi modal asing, memungkinkan
pertumbuhan dan kemajuan yang juga dicapai oleh mereka yang berprofesi sebagai
akuntan publik. Oleh karena itu, para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan publik
ini sepakat untuk membentuk sub-organisasi tersendiri dibawah IAI pada tanggal 7
April 1977, yang saat itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik
(disingkat IAI-SAP). Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen
Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Diawali oleh para akuntan publik, para akuntan
lainnya juga membentuk sub-sub organisasi sesuai dengan spesialisasinya, seperti :
IAI-Kompartemen
Akuntan
Pendidik
(IAI-KAPd),IAI-kompartemen
Akuntan
15
Ikatan Akuntan Indonesia juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk
berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap
mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI selama beberapa periode
kepengurusan, IAI cukup dipimpin oleh seorang ketua. Namun dengan main besarnya
organisasi dan makin kompleksnya permasalahan yang di hadapi, maka pada dua
periode kepengurusan IAI terakhir ini, IAI telah dipimpin oleh satu badan pengurus
yang disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN). Dpn merupakan suatu badan yang
mirip dengan Dewan Direksi pada suatu organisasi perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas. Persyaratan untuk menjadi anggota IAI juga mengalami perubahan, seiring
dengan masuknya IAPI sebagai anggota IAI atas nama kelembagaan. Bila dulu yang
dapat menjadi anggota IAI hanyalah peroranngan yang telah memperoleh gelar
akuntan, maka kini persyaratan ini lebih di perlonggar dengan di perbolehkannya
anggota lembaga dan anggota perorangan yang bukan akuntan, asalkan memenuihi
persyaratan tertentu yang ditentukan oleh IAI. Bila saat didirikan jumlah akuntan
hanya 11 akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008 nomor register akuntan di
Depatemen Keuangan telah sampai D-46.094,walaupun tidak semuanya terdaftar
sebagai anggota IAI.
Prinsip- prinsip Etika Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik
agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
(Mulyadi, 2001: 53)
1.
2.
Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
publik. Kepentingan
publik
didefinisikan
sebagai kepentingan
3.
Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
4.
Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
5.
18
6.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai
sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
19
Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang
baik
dan
menjauhi
tindakan
yang
dapat
mendiskreditkan
profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
20
21
lebih
mengedepankan
kepentingan
yang
lebih
besar
(kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan
selalu menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukan.
22
Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat diwujudkan melalui pengembangan
dan pemeliharaan kompetensi pada tingkat yang tinggi.
Pengertian
kompetensi
kognitif(pengetahuan/knowledge),
mencakup
tiga
rana,
yaitu:
afeksi(sikap
dan
perilaku-attitude-
1.3.2.
23
etik profesi akuntan publik yang baru yang berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2010.
Sebelumnya, kode etik IAPI ini desebut Aturan Etika yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Prinsip Etika-IAI.
Hal yang unik terjadi, dimana IAPI sebagai salah satu sub organisasi dibawah
IAI, justru telah lebih dahulu menetapkan kode etik baru sejalan dengan
perkembangan akuntansi dan auditing menuju era global. Sementara itu, IAI sebagai
organisasi induk, bekum melakukan penyesuanian struktur dan prinsip etika IAI.
Akibatnya saat ini terdapat ketidakterpaduan Prinsip Etika antara yang ditetapkan
oleh IAI dengan Prinsip Etika yang ada pada Kode Etik IAPI yang baru.
Sebagaimana telah dijelaskan didepan, didalam organisasi IAI terdapat beberapa
Kompartement/Institut Profesi sejenis sesuai dengan spesialisasi/sub profesinya,
antara lain: Institut Akuntan Publik Indonesia, disingkat IAPI (dulu: Kompartement
Akuntan Publik), Kompartement Akuntan Manajemen, Kompartement Akuntan
Pendidik dan Kompartement Akuntan Sektor Publik. Saat ini Kompartement/Institut
telah memliki Kode Etik(Aturan Etika) tersendiri adalah IAPI.
Praktik Akuntan Publik dijalankan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
anggota IAPI. Jasa akuntan publik meliputi pemberian jasa profesional kepada clien
yang dapat berupa jasa audit, jasa attestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,
perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Agoes, 2004).
Kode Etik Etika IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut: (IAPI, 2008).
24
25
kerahasiaan, perilaku profesional,dan standar teknis. 3 prinsip yang diberi hurup tebal
tidak lagi tercantum pada prinsip etika IAPI. Kedua, adanya pengaturan baru tentang
Ancaman dan Pencegahan, dan tidak diatur/tidak ada dalam aturan etika IAPI yang
lama. Pada seksi 100: kode etik IAPI (2008) dijelaskan pengertian ancaman yang
dimaksudkan sebagai sesuatu kondisi atau hal yang mengancam terhadap kepatuhan
kepada prinsip dasar etika profesi, sedangkan pencegahan dimaksudkan upaya
untuk menghilangkan ancaman atau menguranginya ketingkat yang dapat diterima
sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
Ada 5 jenis ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi,
yaitu; ancaman kepentingan pribadi, ancama telah pribadi, ancama advokasi, ancama
kedekatan, dan ancaman intimidasi. Penjelasan kelima jenis ancmana tersebut
tersebut dijumpai pada seksi 100.10 Kode Etik IAPI sebagai berikut :
1. Ancaman kepentingan pribadi terjadi sebagai akibat dari kepentingan keuangan,
maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarga dekat Praktisi burung (100.10.a),
2. Ancaman Telah Pribadi Terjadi ketika pertimbangan yang diberikan sebelumnya
harus dievaluasi kembali oleh Partisi yang bertanggung jawab atas pertimbangan
tersebut (100.10.b),
3. Ancaman Avokasi terjadi ketika Praktisi menyatakan tetap atau sikap atau
terdapat mengenai sesuatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya
dari Praktisi tersebut (100.10.c),
4. Ancaman Kedekatan terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati terhadap
kepentingan
pihak
lain
sebagai
akibat
dari
kedekatan
hubungannya
(100.10.d),dan
5. Ancaman Intimidasi terjadi ketika Praktisi dialami untuk bersifat objektif
(100.10.e).
Pencegahan untuk menghilangkan, atau mengurangi ancaman sampai ke
tingkat yang dapat diterima sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika tetap
terjaga, dapat dilakukan melalui: (a) pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundangundangan,
atau
peraturan,
dan
(b)
pencegahan
dalam
lingkungan
kerja
26
profesi,
Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional berkelanjutan.
Peraturan tata kelola perusahaan,
Standar Profesi
Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau
regulator,
f. Penelahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan hukum
atau laporan,komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh Praktisi.
1.3.3.
27
a. Integritas seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua
keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.
b. Objektivitas seorang akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias,
konflik kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk
mengesampingkan penilaian professional atau bisnis.
c. Kompetensi professional dan Kesungguhan seorang akuntan professional
mempunyai tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga penghetahuan
dan skil professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau atasan menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan
terkini dalam praktik, legislasi dan teknis. Seorang akuntan professional harus
bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan professional yang berlaku
dalam memberikan layanan professional.
d. Kerahasiaan seorang akuntan professional harus menghormati kerahasian
informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas
yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban
untuk mengungkapkan. Informasi rahasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
bisnis professional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para
akuntan professional atau pihak ketiga.
e. Perilaku Profesional seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa
mendeskreditkan profesi.
28
29
30
Independensi
Independensi dalam pemilkiran adalah suatu keadaan, pikiran yang memungkkinkan
pengungkapan suatu kesmpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengkopromikan
penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak bedasarkan
integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.
Independensi Dalam Penampilan adalah pengindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasinal- dengan
memiliki pengetahuan akan sema informasi yang relevan, termasuk pencagahan yang
diterapkan- akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skptisme profesional,
objektifitas, dan integritas anggota firma atau tim penjaminan telah dikompromikan.
31
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Keseluruhan Informan memiliki pemahaman yang baik mengenai etika
profesi. Etika profesi adalah etika yang harus dimiliki oleh setiap profesional, tak
terkecuali akuntan publik. Etika profesi yang baik akan memperkuat profesi dan bisa
dijadikan sebagai kunci untuk memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap jasa
yang diberikan.
Para informan menempatkan kode etik pada posisi yang penting. Kode etik
merupakan koidor, batasan-batasan dimana akuntan publik harus melaksanakan
aktivitas profesionalnya. Sebagai aturan yang dibuat oleh IAPI, kode etik wajib
dipatuhi akuntan publik yang notabene adalah anggota IAPI.
Kode etik terdiri dari lima prinsip dasar etika profesi dan aturan etika profesi.
Prinsip dasar etika profesi itu adalah : (1) integritas; (2) obyektifitas; (3) kompetensi
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional; (4) Kerahasiaan; dan (5)
perilaku profesional. Beberapa informan berpendapat bahwa kedudukan kelima
prinsip etika profesi tersebut harus seimbang, kelimanya harus dijalankan secara
beriringan. Beberapa yang lain mengemukakan bahwa ada satu yang bisa
diunggulkan. Namun semuanya sepakat bahwa tidak ada yang boleh ditinggalkan.
Karena kalau ibarat pilar apabila satu pilar hilang, maka bangunan itu tidak akan bisa
berdiri.
Jadi persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi
32
setiap etika profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat
oleh badan yang mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili
oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum,
tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi
tersebut.
Pelanggaran terhadap kode etik acap kali masih terjadi, hanya saja tidak
banyak orang yang mengetahuinya. Penyebab-penyebab yang membuat akuntan
publik sampai melanggar kode etik berawal dari dilema etis. Dari situ kemudian
mereka yang melanggar itu kebanyakan tidak bisa menjaga independensinya,
mementingkan materi, serta tidak memelihara kompetensinya. Selain itu pelanggaran
kode etik juga bisa muncul karena sistem penegakan kode etik masih lemah.
DAFTAR PUSTAKA
33
Agoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis & Profesi. Tantangan Membangum Manusia
Seutuhnya. Jakarta; PT Salemba Empat.
http://www.iaiglobal.or.id/
https://hepiprayudi.files.wordpress.com/2011/09/kode-etik-profesi-akuntanpublik.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=188580&val=6467&title=AKUNTAN%20PUBLIK%20DALAM
%20PENEGAKAN%20KODE%20ETIK%20PROFESI.
34