Anda di halaman 1dari 35

ETIKA PROFESI AKUNTAN

Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia

Disusun Oleh :
Novi Rianti (8335128435)
Syarifah Naila Banahsan (8335128453)
Yudhi Tri Perwira (8335128457)
S1 Akuntansi Non Reguler A 2012

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan

buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagai seorang
akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya.
Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi
setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Kode
etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota
harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional bagi anggota. Interpretasi aturan etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika,

tanpa

dimaksudkan

untuk

membatasi

lingkup

dan

penerapannya.

Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area


profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisisme

profesional akuntan. Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap


skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki
risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap
skeptisisme profesionalnya.

1.2.

Rumusan masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang, maka penulis

bermaksud merumuskan masalah sebagai berikut :


1.

Apakah pengertian Profesi dan Profesi Akuntan?

2.

Apa Jenis-Jenis Profesi Akuntan ?

3.

Apakah Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan


Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan International Federation Of
Accountants (IFAC) ?

1.3.

Tujuan Penulisan
Apapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan.
2. Untuk Menjelaskan Jenis-Jenis Profesi Akuntan.
3. Untuk Menjelaskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan International Federation Of
Accountants (IFAC).

BAB II
ISI

1.1.
1.1.1.

Pendahuluan
Profesi Akuntan
Saat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang telah lulus

dari pendidikan strata 1 (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar
profesi Akuntan melalui pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh
beberapa perguruan tinggi yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan
Nasional atas rekomendasi dari organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI).
Bidang pekerjaan dan ruang lingkup tugas para akuntan ini bisa sangat luas dan
beragam. Mereka dapat bekarja di sektor swasta dan sektor publik (BUMN, lembagalembaga negara, dan pemerintahan). Pada sektor swasta (perusahaan dan lembaga
non pemerintahan), mereka bisa bekerja pada Departemen/Bagian Akuntansi,
Keuangan, Anggaran, Audit Internal, dan bagian lain yang sejenis.
Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar,2003) yang
dimaksud

dengan

profesi

akuntan

adalah

semua

bidang

pekerjaan

yang

mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan


publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang,
akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh Akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen. Profesi Akuntan biasanya dianggap
sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter
Indonesia(IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga
masyarakat

sebagai

objek

dan

sebagai pihak yang

memerlukan

profesi,

mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan

pedoman

dalam melaksanakan keprofesiannya.


b. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
anggotanya dalam profesi itu.
c. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh

masyarakat

atau pemerintah.
3

d. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.


e. Bekerja bukan dengan motif
komersil tetapi

didasarkan kepada

fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat.


1.1.2.

Profesi Akuntan Publik


Berdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik (UU AP) tahun 2011,

yang dimaksud dengan akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh
izin untuk memberikan jasa atau menjalankan praktik akuntan publik. Jasa yang
diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa asurans (assurance service) atau jasa
lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,
perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik.
Menurut Boynton dkk (2002: 20), assurance service adalah jasa profesional
independen yang mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya untuk
kepentingan para pengambil keputusan. Contoh assurance service antara lain
adalah jasa audit atas laporan keuangan, jasa review atas laporan keuangan, jasa
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan, dan lain sebagainya.
Izin menjadi akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan dan
berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang.
Untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik seseorang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah.
Berpengalaman praktik memberikan jasa profesional akuntan publik.
Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan

publik.
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
p enjara 5 (lima) tahun atau lebih.
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri.
h. Tidak berada dalam pengampuan.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Dalam menjalankan perannya seorang akuntan publik diatur oleh suatu kode

1.1.3.

etik. Kode etik akuntan publik yaitu norma perulaku yang mengatur hubungan antara
akuntan publik dengan para klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya,
dan atara profesi dengan masyarakat.
Kode etik akuntan publik di Indonesia disusun oleh dewan standar
profesional akuntan publik institut akuntan publik indonesia (DSPAP IAPI). IAPI
adalah untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi
akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.
Kode etik akuntan publik terdiri dari dua bagian, yanitu Bagian A dan
Bagian B. Bagian A dari kode etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi
tertentu.

1.1.4.

Etika
Kata etika berasal dari kata ethos

yang dalam bahasa Yunani artinya

kebiasaan atau karakter (Siagian, 1996: 3). Ia merupakan cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai

atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan

penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata etika mempunyai tiga
makna yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan menurut Bertens (2004: 32), arti etika dapat dianalisis dari dua
sudut pandang, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai
praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru
tidak

dipraktikkan

walaupun

seharusnya dipraktikkan. Sebagai refleksi, etika

merupakan pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, kita berpikir tentang apa
5

yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Dari pengertian -pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan pedoman bagi seseorang mengenai baik buruknya atau benar
salahnya suatu perbuatan.
Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar,
kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus. Selanjutnya, selain
kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional
yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh karena
merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal
dan selanjutnya disebut seb agai kode etik. Sifat sanksinya berupa moral
psikologi, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi
yang bersangkutan.
Etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini
perilaku moral lebih terbatas pada pengerti an yang meliputi kekhasan pola etis yang
diharapkan untuk profesi tertentu (Ludigdo, 1999: 4). Dengan demikian, yang
dimaksud etika dalam konteks penelitian ini adalah tanggapan atau penerimaan
seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses penentuan yang
kompleks (dengan menyeimbangkan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang
disifati oleh kombinasi unik dari pangalaman dan pembelajaran dari masing
masing individu), sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang harus
dilakukannya dalam situasi tertentu.
1.1.5.

Etika dalam Profesionalisme Akuntan Publik


Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap


kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan
perilaku yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhan. Oleh karena itu, profesiprofesi seperti wartawan, arsitek, dokter, dan tak terkecuali akuntan harus
memperhatikan etika profesi mereka.
6

Etika meliputi sifatsifat manusia yang disiplin atas diri sendiri melebihi
persyaratan atau kewajiban menurut UndangUndang. Bagi akuntan publik, etika
profesi merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara sesama rekan
akuntan dengan para langganannya serta hubungan antara sesama rekan dengan
masyarakat. Kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara
pelaporan, nasehat yang diberikan, serta jasa-jasa yang diberikan ditentukan oleh
keahlian, kebebasan tindakan dan pikiran, serta integritas moral.
Karena

akuntan

publik

merupakan

pekerjaan

profesional,

etika

mempunyai peran yang penting dalam profesi ini. Akuntan publik sebagai
bagian dari masyarakat dan sebagai suatu profesi yang memberikan pelayanan
jasa

pada

masyarakat

harus

berperilaku

profesio nal. Masyarakat

telah

memberikan arti khusus pada istilah profesional, yaitu para profesional tersebut
diharapkan untuk bertindak pada tingkat yang lebih tinggi dari kebanyakan
anggota masyarakat. Jadi para akuntan publik harus menjunjung tinggi etika dalam
melakoni perannya agar masyarakat percaya terhadap jasa yang diberikannya.
Kepercayaan

dari

masyarakat

ini penting

karena

adanya

ketidakpercayaan

masyarakat pada satu atau beberapa akuntan publik akan dapat merugikan
akuntan publik yang lain.
1.1.6.

Dilema Etis
Dilema Etis: Realitas yang Tidak Bisa Dihindari Posisi

akuntan

publik

berada di tengah-tengah para pemangku kepentingan pengguna informsi laporan


keuangan.

Ada

kepentingan

manajemen

perusahaan,

kepentingan

para

shareholder, dan pihak luar lain yang mana kepentingannya berbeda -beda. Posisi ini
membuat akuntan publik banyak bersinggungan dengan masalah yang biasa disebut
dengan konflik audit atau dilema etis. Arens & Loebbecke (2000) menyatakan
dilema etis adalah situasi yang dihadapi seseorang sehingga keputusan mengenai
perilaku yang layak harus dibuat.

Dilema etis merupakan persoalan yang cukup serius, terlebih bila


dialami oleh seorang profesional. Suatu saat akuntan publik juga mengalami
keadaan

yang

mengharuskan

ia mengambil

tindakan

yang

benar

dan

keputusan yang bijak (Dunfee & Donaldson 1995 dalam Farhan 2009: 54).
Pernyataan tersebut terbukti benar karena dilema etis juga menghampiri para
informan yang sudah bertahun-tahun menekuni bidang akuntan publik. Dari kelima
informan, hanya Raka saja yang mengaku tidak pernah mengalami konflik
audit. Keempat informan lainnya beberapa kali pernah mendapati dirinya berada
dalam situasi konflik, bahkan Andini mengaku sering mengalami dilema etis.
Di

bawah

menghampiri

ini

adalah

beberapa

dilema

etis

yang

kerap

muncul

informan. Dilema etis ini disajikan dengan cara dikaitkan pada

ancaman terhadap kode etik.


1. Penerimaan Perikatan: Klien versus Keahlian Profesional
Dilema etis ini biasanya dialami Jakob ketika ada penerapan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) baru, dimana calon klien pertama kali
menerapkan SAK tersebut dalam laporan keuangannya. Dalam hal ini
Jakob

akan

mengukur

terlebih

dahulu

kemampuan

timnya terkait

pengetahuan dan penerapan SAK baru tersebut, apakah suda h memadahi


atau belum, baru kemudian memutuskan untuk menerima atau menolak
perikatan itu. Langkah yang diambil Jakob ini sejalan dengan apa yang tertera
dalam aturan etika akuntan bagian Penunjukkan KAP, Praktisi, atau Jaringan
KAP.Selanjutnya dalam kode etik juga disebutkan bahwa ketika ancaman itu
signifikan, praktisi harus menolak perikatan. Imbalan Jasa Profesional (Fee
minimal)
Berdasarkan isi paragraf 1, seksi 240, Kode Etik Akuntan Publik
bagian B, sebenarnya tidak ada patokan berapa jumlah imbalan jasa yang
seharusnya diterima oleh KAP.

Imbalan

jasa

ditentukan

berdasarkan

kesepakatan antara klien dan KAP. Namun pada kenyataannya untuk


8

mencapai kesepakatan harga tidaklah mudah. Beberapa klien selalu


meminta pembayaran yang lebih rendah dari pada yang diusulkan.
Padahal kalau dibandingkan antara jumlah KAP dengan perusahaan yang
membutuhkan jasanya, seharusnya perusahaan membayar mahal, ka rena
jumlah perusahaan yang butuh diaudit jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah KAP. Dengan mengaitkan hukum

demand and

supply,

Tuanakotta (2011: 226) berargumen bahwa apabila jumlah akuntan


publik terlalu sedikit, maka jumlah service provider sedikit, atau jumlah
supply relatif sedikit dibandingkan dengan demand akan jasa akuntan
publik. Harga (fee) seharusnya naik atau stabil pada tingkat yang tinggi.

2. Independensi
Setiap ketentuan yang mengatur tentang akuntan publik, baik itu
SPAP, SPM, maupun kode etik mewajibkan akuntan publik untuk
bersikap independen terhadap klien sehubungan dengan kapasitas mereka
untuk melindungi kepentingan publik. Menurut KBBI, independen artinya
berdiri sendiri, berjiwa bebas, tidak terikat pada pihak lain. Independensi
merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena ak untan
dituntut independen dari pengaruh klien sedangkan di sisi lain akuntan harus
memenuhi keinginan klien karena klien lah yang membayar imbalan. Oleh
sebab itulah sering terjadi dilema etis dalam hal independensi.Situasi yang
terkait masalah independensi ini pun sangat luas dan muncul dari
berbagai
independen
hubungan

macam
jika

penyebab.

Akuntan

publik

dikhawatirkan

tidak

dia mempunyai hubungan dengan klien, mulai dari

keluarga, hubungan kedekatan, hubungan keuangan, hubungan

ekonomi, maupun hubungan lainnya. Penyebab kedua yang bisa membuat


akuntan publik dilema terkait independensi adalah adanya ancaman
9

intimidasi dari klien. Klien bisa mengancam akuntan publik untuk


pemutusan perikatan atau tidak memakai jasanya lagi jika akuntan publik
tidak menuruti permintaan klien. Dilema etis yang dialami oleh para
informan

kebanyakan

adalah

yang

terkait

kedekatan hubungan dan

permintaan klien.

1.2.

Jenis-Jenis Akuntan Di Indonesia


1.2.1. Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan
kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI
untuk memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja
dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi,
jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan
keuangan.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat
dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi
dan telah terdaftar pada Departemen keuanganR.I.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia,
seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan
Bersertifikat Akuntan Publik (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Sertifikat Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu
persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik dari
DepartemenKeuangan.

10

Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada
praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini
berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted
Accounting Principles) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk
praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing
Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas
mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para pelanggan.
Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and
Exchange Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di
Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945.
Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial
Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya terdiri dari wakil-wakil
profesi akuntansi dan pengusaha.
1.2.2.

AkuntanPemerintah
Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan

pemerintah seperti di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan
lain-lain.

1.2.3.

Akuntan Pendidik
Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan

akuntansi yatu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan


enelitian di bidang akuntansi.
1.2.4.

Akuntan Manajemen/Perusahaan
Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan

atau organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah penyusunan sistem akuntansi,


penyusunan laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan,
penyusunan anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan pemeriksaan
intern.

11

1.3.

Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia


Tujuan profesi akuntan adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan

standar profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan


orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu:
a) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sitem
informasi.
b) Profesionalisme.

Diperlukan

individu

yang

dengan

jelas

dapat

diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang


akuntan.
c) Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
d) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Faktor kunci pofesi akuntan-yaitu keberadaan dan perkembangan profesi
akuntan itu sendiri-ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa
akuntan, sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas
jasa (pengetahuan dan keterampilan teknis dibidang akuntansi serta disiplin ilmu
terkait) dan tingkat ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik
profesi akuntansi.
Struktur kode etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan
struktur atau jenjang (hierarchy), yaitu : (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3)
Interpretasi Aturan Etika, (4) Tanya Jawab Etika.
Prinsip Etika disusun oleh IAI dan disahkan dalam rapatanggota IAI. Prinsip
Etika memberikan kerangka dasar bagi penyusunan Aturan Etika semua
kompartement/institut profesi sejenis. Prinsip Etika berlaku bagi semua anggota IAI.
Aturan

Etika

merupakan

pedoman

perilaku

bagi

semua

anggota

kompartement/institut sejenis, seperti IAPI, IAI-KAPd, IAI-KAM, IAI-KASP. Aturan


Etika ini disusun oleh msing-masing kompartement/institut profesi sejenis dan

12

disahkan dalam rapat anggota kompartemen/institut yang bersangkutan. Interpretasi


Aturan Etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborsi lebih lanjut atas hal-hal,
isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam Aturan Etika, yang dianggap memerlukan
penjelasan agar tidak terjadi perbedaan atas Aturan Etika Yng dimaksud. Interpretasi
Etika

ini

dikeluarkan

oleh

suatu

badan

yang

dibentuk

oleh

pengurus

kompartement/institut yang bersangkutan. Pada tingkat paling bawah, dimungkinkan


adanya tanya-jawab yang berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat
dilakukan

dengan

Dewan

Standar

Profesi

yang

dibentuk

oleh

pengurus

kompartement/institut yang bersangkutan. Pada gambar 7.2 diberikan skema


penerapan etika berdasarkan struktur/jenjang, sedangkan pada gambar 7.3 diberikan
struktur/rerangka kode etik IAI dengan IAI-KAP (sekarang bernama Institut Akuntan
Publik Indonesia-IAPI) sebelum diberlakukannya kode etik IAPI yang baru.
Gambar 7.2 Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia

Gambar 7.3 Rerangka Kode Etik IAI dan IAPI

13

1.3.1.

Prinsip Etika Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)


Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan

Indonesia)-disingkat IAI-lahir 12 tahun setelah indonesia merdeka, tepatnya pada


tanggal 23 Desember 1957 (T.M. Tuankotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan
pengurusnya terdiri atas:
Ketua

: Prof. Soemardjo

Panitera

: Drs. Go Tie Siem

Bendahara

: Drs. Basuki T. Siddharta

Komisaris

: Drs. Tan Tong Joe & Drs. Hendra Darmawan


Pada saat itu hanya ada sebelas angkuntan di Indonesia. Anggaran dasar

IAI baru di sahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan
baru dimuat dalam Berita Negara RI No 24 tanggal 24 Maret 1959. Walaupun
demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23
Desesmber 1957.
Yang dapat disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah
mengikuti pendidikan akuntan secara formal berdasarkan UU No 34 Tahun 1954
14

dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian
Negara Akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen
Keuangan RI. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, para akuntan ini dapat
berprofesi baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintah (sebagai akuntan
manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan publik, dan akuntan sektor
publik).
Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada era pemerintahan Orde
Baru serta dengan dibukanya kebijakan investasi bagi modal asing, memungkinkan
pertumbuhan dan kemajuan yang juga dicapai oleh mereka yang berprofesi sebagai
akuntan publik. Oleh karena itu, para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan publik
ini sepakat untuk membentuk sub-organisasi tersendiri dibawah IAI pada tanggal 7
April 1977, yang saat itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik
(disingkat IAI-SAP). Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen
Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Diawali oleh para akuntan publik, para akuntan
lainnya juga membentuk sub-sub organisasi sesuai dengan spesialisasinya, seperti :
IAI-Kompartemen

Akuntan

Pendidik

(IAI-KAPd),IAI-kompartemen

Akuntan

Manajemen (IAI-KAM), dan IAI-Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP).


Selanjutnya,terjadi peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 yang
menandai tonggak baru perubahan organisasi dalam tubuh IAI,dimana sub organisasi
IAI-KAP berubah organisasi baru yang independent dengan nama Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI). IAI-KAP kemudia dibubarkan, namun sebagai gantinya
IAPI secara kelembagaan mendaftarkan diri sebagai anggota IAI dan mendapat
persetujuan dari IAI pada tanggal 4 Juni 2007.Dengan diterimanya IAPI menjadi
anggota IAI secara kelembagaan, maka keanggotaan IAI pun mengalami perubahan
dan perluasan. Tampaknya ada kecenderungan kiuat bahwa masing-masing
kompertement lainnya akan mengikuti jejak IAI-KAP untuk membentuk organisasi
Independent serupa

15

Ikatan Akuntan Indonesia juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk
berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap
mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI selama beberapa periode
kepengurusan, IAI cukup dipimpin oleh seorang ketua. Namun dengan main besarnya
organisasi dan makin kompleksnya permasalahan yang di hadapi, maka pada dua
periode kepengurusan IAI terakhir ini, IAI telah dipimpin oleh satu badan pengurus
yang disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN). Dpn merupakan suatu badan yang
mirip dengan Dewan Direksi pada suatu organisasi perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas. Persyaratan untuk menjadi anggota IAI juga mengalami perubahan, seiring
dengan masuknya IAPI sebagai anggota IAI atas nama kelembagaan. Bila dulu yang
dapat menjadi anggota IAI hanyalah peroranngan yang telah memperoleh gelar
akuntan, maka kini persyaratan ini lebih di perlonggar dengan di perbolehkannya
anggota lembaga dan anggota perorangan yang bukan akuntan, asalkan memenuihi
persyaratan tertentu yang ditentukan oleh IAI. Bila saat didirikan jumlah akuntan
hanya 11 akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008 nomor register akuntan di
Depatemen Keuangan telah sampai D-46.094,walaupun tidak semuanya terdaftar
sebagai anggota IAI.
Prinsip- prinsip Etika Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik
agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
(Mulyadi, 2001: 53)
1.

Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota

harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua


16

kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting


dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

2.

Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan


komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di
masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi
kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan
pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan

publik. Kepentingan

publik

didefinisikan

sebagai kepentingan

masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan


ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
17

3.

Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya

pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan


publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4.

Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah


suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5.

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

18

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang
tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing
masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6.

Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh

selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai
sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
19

diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar


anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7.

Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi

yang

baik

dan

menjauhi

tindakan

yang

dapat

mendiskreditkan

profesi.

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8.

Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Gambar 7.4 Proses Penalaran Prinsip Etika

20

Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)


Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Prinsip ke 2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:
a. Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan
keuangan, laporan audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk
mengambil berbagai jenis keputusan bisnis, ekonomis, dan politik.
b. Efektivitas keputusan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang
disampaikan oleh profesi akuntan.
c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan
selalu dapat memelihara kepercayaan publik.
d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila
setiap akuntan dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Tanggung Jawab Profesi (Profesi ke-1)
Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari
keharusan profesi akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Perinsip ini
menyiratkan arti bahwa:
a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga
kualitas informasi yang disampaikan.
b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada
berbagai bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:
Kepentingan Pribadi versus kepentingan publik.

21

Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah)


versus kepentingan publik.
Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor
independen) dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus
selalu

lebih

mengedepankan

kepentingan

yang

lebih

besar

(kepentingan publik).
c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan
selalu menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukan.

Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan prinsip ke-8)


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetenesi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik
yang paling mutakhir.
Istilah kompetensi mengandung arti: kecakapan, kemampuan, kewenangan, dan
penguasaan. Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan
kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan profesinya sehingga menumbuhkan
kepercayaan publik. Dengan kepercayaan tersebut, publik memberi mandat dan
wewenang kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Bila publik
mulai meragukan kompetensi seorang profesional dalam menjalankan dalam
profesinya, maka bisa berakibat publik tidak lagi memercayai kinerja seorang
profesional tersebut sehingga dengan sendirinya publik tidak lagi memberi mandat
atu kewenangan kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Itulah
sebabnya, para akuntan harus selalu memelihara kepercayaan publik dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga kepercayaan publik.

22

Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat diwujudkan melalui pengembangan
dan pemeliharaan kompetensi pada tingkat yang tinggi.
Pengertian

kompetensi

kognitif(pengetahuan/knowledge),

mencakup

tiga

rana,

yaitu:

afeksi(sikap

dan

perilaku-attitude-

meliputi:etika,kecerdasa emosional dan spiritual) dan psikomotorik(keterampilan


teknis atau fisik). Untuk profesi akuntan, ketiga rana kmpetensi ini mencakup:(a)
aspek kognitif, yaitu pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu terkait (knowledge): (b)
aspek afeksi, yaitu sikap dan perilaku etis, kemampuan berkomunikasi: dan (c) aspek
psikomotorik, yaitu keterampilan teknis atau fisik, misalnya: penguasaan teknologi
informasi(komputer), teknis audit dan sebagainya.
IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang berhubungan dengan keharusan
memilik kompetensi tinggi ini yaitu:
1. Kompetensi pada rana kognitif: prinsip kelima-kompetensi dan kehati-hatian
profesional.
2. Kompetensi pada ramah afeksi:
a. Prinsip ketiga-integritas
b. Prinsip keempat-objektivitas
c. Prinsip keenam-kerahasiaan
d. Prinsip ketujuh-perilaku profesional
3. Kompetensi pada rana psikomotorik: prinsip kedelapan-standar teknis.

1.3.2.

Prinsip Etika Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI)


IAPI sebagai salah satu sub organisasi profesi akuntan publik indonesia yang

bernaung dibawah organusasi induknya-IAI-,telah menetapkan dan menerbitkan kode

23

etik profesi akuntan publik yang baru yang berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2010.
Sebelumnya, kode etik IAPI ini desebut Aturan Etika yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Prinsip Etika-IAI.
Hal yang unik terjadi, dimana IAPI sebagai salah satu sub organisasi dibawah
IAI, justru telah lebih dahulu menetapkan kode etik baru sejalan dengan
perkembangan akuntansi dan auditing menuju era global. Sementara itu, IAI sebagai
organisasi induk, bekum melakukan penyesuanian struktur dan prinsip etika IAI.
Akibatnya saat ini terdapat ketidakterpaduan Prinsip Etika antara yang ditetapkan
oleh IAI dengan Prinsip Etika yang ada pada Kode Etik IAPI yang baru.
Sebagaimana telah dijelaskan didepan, didalam organisasi IAI terdapat beberapa
Kompartement/Institut Profesi sejenis sesuai dengan spesialisasi/sub profesinya,
antara lain: Institut Akuntan Publik Indonesia, disingkat IAPI (dulu: Kompartement
Akuntan Publik), Kompartement Akuntan Manajemen, Kompartement Akuntan
Pendidik dan Kompartement Akuntan Sektor Publik. Saat ini Kompartement/Institut
telah memliki Kode Etik(Aturan Etika) tersendiri adalah IAPI.
Praktik Akuntan Publik dijalankan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
anggota IAPI. Jasa akuntan publik meliputi pemberian jasa profesional kepada clien
yang dapat berupa jasa audit, jasa attestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,
perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Agoes, 2004).
Kode Etik Etika IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut: (IAPI, 2008).

Bagian A berisi prinsip dasar etika profesi yang terdiri dari;


Seksi 100 Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi

24

Seksi 110 Prinsip Integritas


Seksi 120 Prinsip Objektivitas
Seksi 130 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan
Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional
Bagian B Aturan Etika Profesi yang terdiri dari:
Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
Seksi 210 Penunjukkan Praktisi,KAP,atau Jaringan KAP
Seksi 220 Benturan Kepentingan
Seksi 230 Pendapat Kedua
Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi lainnya
Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau bentuk Keramah Tamahan lainnya
Seksi 270 Penyimpanan Aset milik Klien
Seksi 280 Objektivitas-Semua Jasa Profesional
Seksi 290 Independensi Daalam Perikatan Assurance
Struktur kode etik IAPI tampaknya telah disesuaikan dengan Struktur Kode
Etik: the International federation of Accountantc/IFAC. Kode Etik IFAC ini akan
dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
Sedikitnya ada dua hal yang perludicatat dari kodeetik IAPI yang baru ini.
Pertama, prinsip dasar etika IAPI hanya ada lima (5) yaitu: integritas,objektivitas,
kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional kerahasiaan, dan
perilaku profesional. Bandingkan dengan kode etik IAI yang jumlahnya ada delapan
(8) yang terdiri atas: tanggung jawab profesional, kepentingan publik, ingtegritas,
objektivitas, kompetensi serta sikap lecermatan dan kehati-hatian profesional,

25

kerahasiaan, perilaku profesional,dan standar teknis. 3 prinsip yang diberi hurup tebal
tidak lagi tercantum pada prinsip etika IAPI. Kedua, adanya pengaturan baru tentang
Ancaman dan Pencegahan, dan tidak diatur/tidak ada dalam aturan etika IAPI yang
lama. Pada seksi 100: kode etik IAPI (2008) dijelaskan pengertian ancaman yang
dimaksudkan sebagai sesuatu kondisi atau hal yang mengancam terhadap kepatuhan
kepada prinsip dasar etika profesi, sedangkan pencegahan dimaksudkan upaya
untuk menghilangkan ancaman atau menguranginya ketingkat yang dapat diterima
sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
Ada 5 jenis ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi,
yaitu; ancaman kepentingan pribadi, ancama telah pribadi, ancama advokasi, ancama
kedekatan, dan ancaman intimidasi. Penjelasan kelima jenis ancmana tersebut
tersebut dijumpai pada seksi 100.10 Kode Etik IAPI sebagai berikut :
1. Ancaman kepentingan pribadi terjadi sebagai akibat dari kepentingan keuangan,
maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarga dekat Praktisi burung (100.10.a),
2. Ancaman Telah Pribadi Terjadi ketika pertimbangan yang diberikan sebelumnya
harus dievaluasi kembali oleh Partisi yang bertanggung jawab atas pertimbangan
tersebut (100.10.b),
3. Ancaman Avokasi terjadi ketika Praktisi menyatakan tetap atau sikap atau
terdapat mengenai sesuatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya
dari Praktisi tersebut (100.10.c),
4. Ancaman Kedekatan terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati terhadap
kepentingan

pihak

lain

sebagai

akibat

dari

kedekatan

hubungannya

(100.10.d),dan
5. Ancaman Intimidasi terjadi ketika Praktisi dialami untuk bersifat objektif
(100.10.e).
Pencegahan untuk menghilangkan, atau mengurangi ancaman sampai ke
tingkat yang dapat diterima sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika tetap
terjaga, dapat dilakukan melalui: (a) pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundangundangan,

atau

peraturan,

dan

(b)

pencegahan

dalam

lingkungan

kerja
26

(100.11).Pencegahan yang dibuat profesi, perundang-undangan, atau peraturan


(100.12) mencangkup antara lain:
a. Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki
b.
c.
d.
e.

profesi,
Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional berkelanjutan.
Peraturan tata kelola perusahaan,
Standar Profesi
Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau

regulator,
f. Penelahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan hukum
atau laporan,komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh Praktisi.
1.3.3.

Prinsip Etika International Federation Of Accountants (IFAC)


IFAC dalam Kode Etik Akuntan Profesional versi 2001 menyatakan mengapa

akuntan professional harus melayani kepentingan publik dikatakan:


Tanda yang membedakan suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Masyarakat profesi akuntansi terdiri dari klien, penyedia kredit, pemerintah, pengusaha,
karyawan, investor, masyarakat bisnis dan keuangan, dan lain-lain yang bergantung pada
objektivitas dan integritas akuntan professional untuk mempertahankan fungsi teratur
perniagaan. Ketergantungan ini membebankan tanggung jawab kepentingan publik pada
profesi akuntansi. Kepentingan umum didefinisikan sebagai kesejahteraan kolektif
masyarakat dan institusi yang mendapat pelayanan akuntan professional. Tanggung jawab
seorang akuntan professional tidak secara khusus hanya memenuhi kebutuhan individu klien
atau atasan. Standar profesi akuntani ini sangat ditentukan oleh kepentingan umum.
IFAC menyatakan secara tersirat bahwa ada kelompok-kelompok professional
lainnya yang akan diberikan kepercayaan untuk melayani masyarakat jika terdapat kelompok
akuntan professional terbukti tidak dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas ini.
Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 Section 100.4
Seorang akuntan professional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar
berikut :

27

a. Integritas seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua
keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.
b. Objektivitas seorang akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias,
konflik kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk
mengesampingkan penilaian professional atau bisnis.
c. Kompetensi professional dan Kesungguhan seorang akuntan professional
mempunyai tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga penghetahuan
dan skil professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau atasan menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan
terkini dalam praktik, legislasi dan teknis. Seorang akuntan professional harus
bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan professional yang berlaku
dalam memberikan layanan professional.
d. Kerahasiaan seorang akuntan professional harus menghormati kerahasian
informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas
yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban
untuk mengungkapkan. Informasi rahasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
bisnis professional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para
akuntan professional atau pihak ketiga.
e. Perilaku Profesional seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa
mendeskreditkan profesi.

Stuktur Kode Etik IFAC

28

Kewajiban kepada masyarakat pelayanan kepetingan publik


Objektif:
Memenuhi harapan profesionalisme, kinerja dan kepentingan publik
Kebutuhan dasar:
Kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas tertinggi, kerahasiaan.
Prinsip-prnsip fundamental:
Integritas, objektivitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian, perilaku
profesionl, dan standar teknis.

29

ATURAN Etika (untuk profesi akuntan publik) IFAC


200 Pendahuluan
210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua
240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien
280 Objektivitas Semua Jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan
ATURAN Etika (untuk profesi akuntan Bisnis) IFAC
300 Pendahuluan
310 Potensi Konflik
320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
330 Bertindak dengan Keahlihan yang memadai

30

Independensi
Independensi dalam pemilkiran adalah suatu keadaan, pikiran yang memungkkinkan
pengungkapan suatu kesmpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengkopromikan
penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak bedasarkan
integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.
Independensi Dalam Penampilan adalah pengindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasinal- dengan
memiliki pengetahuan akan sema informasi yang relevan, termasuk pencagahan yang
diterapkan- akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skptisme profesional,
objektifitas, dan integritas anggota firma atau tim penjaminan telah dikompromikan.

Ancaman Terhadap Independensi


a) Kepentingan Diri
b) Review Diri
c) Advokasi
d) Kekerabatan
e) Intimidasi

Pengamanan Terhadap Ancaman Independensi


a) Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.
b) Pengamanan lingkungan kerja(IFAC, 100.11).

31

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Keseluruhan Informan memiliki pemahaman yang baik mengenai etika

profesi. Etika profesi adalah etika yang harus dimiliki oleh setiap profesional, tak
terkecuali akuntan publik. Etika profesi yang baik akan memperkuat profesi dan bisa
dijadikan sebagai kunci untuk memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap jasa
yang diberikan.
Para informan menempatkan kode etik pada posisi yang penting. Kode etik
merupakan koidor, batasan-batasan dimana akuntan publik harus melaksanakan
aktivitas profesionalnya. Sebagai aturan yang dibuat oleh IAPI, kode etik wajib
dipatuhi akuntan publik yang notabene adalah anggota IAPI.
Kode etik terdiri dari lima prinsip dasar etika profesi dan aturan etika profesi.
Prinsip dasar etika profesi itu adalah : (1) integritas; (2) obyektifitas; (3) kompetensi
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional; (4) Kerahasiaan; dan (5)
perilaku profesional. Beberapa informan berpendapat bahwa kedudukan kelima
prinsip etika profesi tersebut harus seimbang, kelimanya harus dijalankan secara
beriringan. Beberapa yang lain mengemukakan bahwa ada satu yang bisa
diunggulkan. Namun semuanya sepakat bahwa tidak ada yang boleh ditinggalkan.
Karena kalau ibarat pilar apabila satu pilar hilang, maka bangunan itu tidak akan bisa
berdiri.
Jadi persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi

32

setiap etika profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat
oleh badan yang mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili
oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum,
tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi
tersebut.
Pelanggaran terhadap kode etik acap kali masih terjadi, hanya saja tidak
banyak orang yang mengetahuinya. Penyebab-penyebab yang membuat akuntan
publik sampai melanggar kode etik berawal dari dilema etis. Dari situ kemudian
mereka yang melanggar itu kebanyakan tidak bisa menjaga independensinya,
mementingkan materi, serta tidak memelihara kompetensinya. Selain itu pelanggaran
kode etik juga bisa muncul karena sistem penegakan kode etik masih lemah.

DAFTAR PUSTAKA

33

Agoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis & Profesi. Tantangan Membangum Manusia
Seutuhnya. Jakarta; PT Salemba Empat.
http://www.iaiglobal.or.id/

https://hepiprayudi.files.wordpress.com/2011/09/kode-etik-profesi-akuntanpublik.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=188580&val=6467&title=AKUNTAN%20PUBLIK%20DALAM
%20PENEGAKAN%20KODE%20ETIK%20PROFESI.

34

Anda mungkin juga menyukai