AUDIT INTERNAL
Temuan Audit
Oleh :
A31114320
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR
Penyusunan modul pembelajaran mata kuliah pengauditan ini merupakan bagian dari
tugas mata kuliah pengauditan 1 di fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
dalam upaya mewujudkan sistem belajar Student Centered learning (SCL)
Seleseianya penyusunan modul pembelajaran ini tidak terlepas dari bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu melalui
kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak yang dimaksud.
Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa modul ini belum sempurna, sehubungan dengan itu,
saran-saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak tetap penyusun nantikan. Semoga
modul ini dapat memberi kontribusi yang bermakna bagi peningkatan proses dan optimalisasi
hasil belajar kita semua terkait mata kuliah pengauditan 1 di masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAGIAN I.............................................................................................................................................4
A. DESKRIPSI MATA KULIAH..................................................................................................4
B. KEGUNAAN MATA KULIAH................................................................................................4
C. SASARAN BELAJAR..............................................................................................................4
BAGIAN II - PENDAHULUAN...........................................................................................................8
A. SASARAN PEMBELAJARAN................................................................................................8
B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL....................................................................................8
C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL...................................................................................8
D. URUTAN PEMBAHASAN......................................................................................................8
BAGIAN III - MATERI PEMBELAJARAN......................................................................................10
A. KONSEP DASAR SAMPLING AUDIT.................................................................................10
B. SAMPLING NONSTATISTIK UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN..........................15
C. MERANCANG ATRIBUT SAMPEL STATISITIK UNTUK PENGUJIAN
PENGENDALIAN..........................................................................................................................16
D. MEMBUAT ATRIBUT SAMPEL SECARA STATISTIK DAN MENGEVALUASI HASIL-
HASILNYA.....................................................................................................................................30
BAGIAN IV - LATIHAN...................................................................................................................37
BAGIAN V - RANGKUMAN............................................................................................................38
BAGIAN VI - TES FORMATIF........................................................................................................39
BAGIAN VII - UMPAN BALIK........................................................................................................40
BAGIAN VIII - KUNCI TES FORMATIF.........................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................42
3
BAGIAN I
TINJAUAN MATA KULIAH
Kemampuan untun bekerja sama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota
kelompok (tim audit) juga diharapkan terbentuk melalui kegiatan selama perkuliahan
pengauditan 1.
C. SASARAN BELAJAR
Perkuliahan dilakukan salama 16 kali pertemuan, 2 pertemuan akan digunakan untuk
evaluasi (Mid dan Final) dan 14 pertemuan didistribusikan sasaran-sasaran
pembelajaran yang ingin dicapai sebagai berikut :
4
PERTEMUAN SASARAN PEMBELAJARAN
Mampu memahami GBRP dan kerangka konseptual
1
auditing
Mampu memahami definisi auditing, tipe audit, dan
auditor
Mampu memahami jasa-jasa yang diberikan oleh
2
KAP
Mampu memahami organisasi yang berhubungan
dengan profesi akuntan publik
Mampu memahami hal-hal yang mendasari audit
laporan keuangan
Mampu memahami pihak-pihak yang berhubungan
3 dengan auditor independen
Mampu memahami standar auditing
Mampu memahami laporan auditor dan tanggung
jawabnya
Mampu memahami etika dan moralitas
Mampu memahami kode etik AICPA
4 Mampu memahami kode etik akuntan publik di
indonesia
Mampu memahami penegakan aturan
Mampu memahamilingkungan yuridis
Mampu memahami kewajiban menurut hukum
5 kebiasaan
Mampu memahami kewajiban menurut undang-
undang pasar modal
Mampu memahami sasaran audit
Mampu memahami bukti audit
6
Mampu memahami prosedur audit
Mampu memahami kertas kerja
Mampu memahami tahap-tahap audit laporan
keuangan
7
Mampu memahami penerimaan penugasan
Mampu memahami perencanaan audit
5
8 Mid Semester
6
Mampu memahami metodologi untuk
menyesuaikan dengan standar pekerjaan lapangan
Final Test
16
BAGIAN II - PENDAHULUAN
Sampling Audit Dalam Pengujian Pengendalian
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
7
3. Memahami perancangan atribut sampel statistik untuk pengujian pengendalian
4. Memahami pembuatan atribut sampel secara statistik evaluasi hasil-hasilnya
D. URUTAN PEMBAHASAN
1. Konsep-konsep dasar sampling audit
2. Sampling nonstatistik untuk pengujian pengendalian
3. Merancang atribut sampel statistik untuk pengujian pengendaian
4. Membuat atribut sampel secara statistik dan mengevaluasi hasil-hasilnya
8
BAGIAN III - MATERI PEMBELAJARAN
9
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga berisi elemen ketidakpastian. Sebagai
contoh, penentuan resiko pengendalian yang dilakukan auditor berpengaruh terhadap
sifat, saat, dan luasnya prosedur pengauditan yang akan digunakan. Dalam memenuhi
standar tentang bukti audit, auditor hanya diminta untuk mendapatkan dasar yang
layak untuk memberikan pendapat.
Auditor dapat dibernarkan untuk menerima sejumlah ketidakpastian, apabila
menurut pertimbangannya, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan 100% akan lebih besar daripada akibat sebaliknya dari kemungkinan
memberikan pendapat yang keliru berdasarkan pemeriksaan hanya atas suatu sampel
data. Atas dasar alasan itulah sampling banyak digunakan dalam pengauditan.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut
risiko audit. Sampling audit diterapkan pada dua komponen risiko audit, yaitu : (1)
risiko pengendalian, dan (2) risiko deteksi. Seperti dijelaskan pada bab-bab yang lalu
risiko pengendalian adalah risiko bahwa pengendalian intern tidak akan dapat
mendeteksi atau mencegah salah saji material dalam asersi-asersi laporan keuangan,
dan risiko deteksi adalah risiko bahwa salah saji material tidak dapat ditemukan oleh
auditor. Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberi informasi yang
berhubungan langsung dengan penentuan risiko pengendalian oleh auditor, dan
sampling audit dalam pengujian substantif membantu auditor dalam mengkuantifikasi
dan mengendalikan risiko deteksi
3. Risiko Sampling dan Risiko Non Sampling
Pada saat sampling digunakan untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan
ketiga maka perlu disadari bahwa ketidakpastian bisa berasal dari faktor-faktor (1)
berhubungan langsung dengan pemakaian sampling (risiko sampling) dan (2) tidak
berhubungan dengan sampling (risiko nonsampling).
Risiko Sampling
Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa , jika suatu pengujian atas
pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor
mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian
yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo rekening atau kelompok
transaksi. Dengan lain perkataan risiko sampling adalah kemungkinan bahwa suatu
sampling yang telah diambil dengan benar tidak mewakili populasi. Dalam
10
melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif, terdapat dua tipe
risiko sampling yang bisa terjadi :
a. Pengujian Pengendalian
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk
of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan
efektivitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang
sesungguhnya
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan
dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian
yang sesungguhnya.
b. Pengujian Substantif
Risiko kesalahan penerimaan (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko
mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening
tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening
telah salah saji secara material.
Risiko kesalahan penolakan (risk of incorrect rejection), yaitu risiko
mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening
berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak
berisi salah saji secara material.
11
substantif tanpa perlu. Akan tetapi, upaya demikian pada akhirnya akan sampai
pada kesimpulan yang benar, sehingga meskipun demikian audit tetap efektif.
Risiko Nonsampling
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Sumber risiko sampling meliputi (1) kesalahan manusia seperti
gagal mengenali kesalahan dalam dokumen, (2) ketidaktepatan penerapan prosedur
audit terhadap tujuan audit, (3) kesalahan dalam menafsirkan hasil sampel, dan (4)
kesalahan karena mengandalkan pada informasi keliru yang diterima dari pihak
lain, seperti jawaban konfirmasi yang tidak benar. Risiko nonsampling tidak bisa
diukur secara matematis. Namun demikian, dengan perencanaan dan supervisi
yang tepat dan berlandaskan pada standar kualitas mutu sebagaimana diuraikan
pada Bab 1, risiko nonsampling dapat ditangani sampai pada tingkat yang minimal
atau tidak berarti lagi.
4. Sampling Statistik dan Nonstatistik
Dalam melaksanakan pengujian audit sesuai dengan standar audit, auditor bisa
menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik atau keduanya. Kedua
tipe sampling tersebut memerlukan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan
serta penilaian hasilnya. Selain itu, kedua tipe sampling dapat menghasilkan bukti
sebagaimana diminati oleh standar pekerjaan lapangan ketiga. Kedua tipe sampling ini
juga memiliki risiko sampling dan risiko nonsampling. Perbedaan pokok antara
keduanya adalah bahwa dalam sampling statistik digunakan hukum probabilitas untuk
mengendalikan risiko sampling.
Pemilihan diantara kedua tipe sampling tersebut terutama didasarkan atas
pertimbangan biaya dan manfaat. Sampling nonstatistik biasanya lebih murah
dibandingkan dengan sampling statistik, tetapi keuntungan yang diperoleh dari
sampling statistik mungkin bisa jauh lebih besar daripada sampling nonstatistik.
Dalam sampling nonstatistik, auditor menentukan ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel sepenuhnya berdasarkan kriteria subyektif serta
pengalamannya. Oleh karenanya, auditor tanpa disadari bisa menggunakan sampel
terlalu besar di satu bagian dan terlalu kecil pada bagian yang lain. Sebagai akibatnya
kecukupan bukti audit yang diperoleh melalui sampel bisa terlalu banyak (atau terlalu
sedikit) daripada yang sesungguhnya diperlukan untuk memperoleh dasar yang layak
12
untuk menyatakan pendapatnya. Akan tetapi apabila sampling nonstatistik dirancang
dengan baik, maka ia bisa sama efektifnya dengan sampling statistik.
Dalam sampling statistik, mungkin diperlukan biaya yang cukup besar untuk
melatih auditor dalam penggunaan statistik dan merancang serta menerapkan rencana
sampling. Namun demikian, sampling statistik akan bermanfaat bagi auditor dalam
(1) merancang sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan bukti yang diperoleh,
dan (3) menilai hasil sampel. Selain itu yang paling penting ialah bahwa sampling
statistik memungkinkan auditor untuk mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko
sampling.
Pemilihan sampling statistik dan sampling nonstatistik tidak mempengaruhi
pemilihan prosedur audit yang harus diterapkan pada sampel. Selain itu juga tidak
mempengaruhi kompetensi bukti yang diperoleh. Hal ini memerlukan pertimbangan
profesional.
Gambar 10-2
Sampel
Statistik Nonstatistik
Jenis sampling
sampling
Memakai pertimbangan untuk menentukan ukuran sampel yang secara implisit mengakui faktor-faktor yang
an ukuran sample dari model yang mengakui faktor-faktor relevan secara eksplisit
Memilih sampel yang representatif secara random Memilih sampel yang representatif dengan pertimbangan
Dokumen kesimpulan
14
B. SAMPLING NONSTATISTIK UNTUK PENGUJIAN
PENGENDALIAN
1. Pengendalian yang dapat diuji dengan menggunakan sampling nonstatistik
Pada saat auditor sedangan mengembangkan rencana audit untuk menguji prosedur
pengendalian yang diprogramkan, auditor perlu mempertimbangkan efisiensi bukti
mengenai pengendalian yang diprogramkan, pengendalian umum komputer , dan
prosedur tindak lanjut manual.
2. Pengujian prosedur pengendalian dengan program komputer
Program pengendalian yang diprogramkan dengan benar akan konsisten sesuai
informasi dalam pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur pemasok untuk
membandingkan informasi dan mengirimkan pesan pengecualian pada transaksi yang
tidak sebanding.
3. Pengujian prosedur pengendalian umum komputer
Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian organisasi dan
opersaso, pengembangan sistem dan pengendalian dokumentasi, pengendalian
perangkat keras dan sistem perangkat lunak, pengendalian akses, serta pengendalian
data prosedur.
4. Langkah-langkah dalam sampling nonstatistik
Menentukan tujuan audit dan prosedur untuk memenuhi tujuan tersebut
Menentukan populasi dan unit sampling
Menspesifikasi pengendalian yang dikehendaki dan bukti bahwa pengendalian
tersebut fektif atau tidak efisien
Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan ukuran sampel
Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan metode pemilihan
sampel
Menerapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
Mengevaluasi hasil sampel
15
C. MERANCANG ATRIBUT SAMPEL STATISITIK UNTUK
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Sampling atribut dalam pengujian pengendalian digunakan hanya apabila ada alur bukti
dokumen dalam pelaksanaan prosedur pengendalian. Prosedur pengendalian tersebut
biasanya meliputi prosedur otorisasi, dokumen dan catatan, dan pengecekan secara
independen. Sampling audit biasanya digunakan hanya apabila pengujian pengendalian
tambahan dilakukan untuk mendapatkan dukungan untuk penentuan tingkat risiko
pengendalian lebih rendah.
16
MERUMUSKAN POPULASI DAN UNIT SAMPLING
Dalam suatu pengujian pengendalian, populasi adalah kelompok transaksi yang akan
diuji. Auditor harus menentukan bahwa perwujudan fisik dari populasi sesuai dengan
tujuan (atau tujuan-tujuan) yang ingin dicapai oleh rencana. Sebagai contoh, apabila
tujuannya adalah menguji efektivitas pengendalian yang berhubungan dengan asersi
kelengkapan untuk transaksi pembelian, maka harus diperoleh bukti bahwa semua
voucher yang telah disetujui sudah dicatat. Perwujudan fisik yang sesuai dari populasi
transaksi pembelian yang akan diambil sampelnya adalah voucher yang telah mendapat
persetujuan , bukan semua ayat dalam register voucher. Apabila ayat-ayat dalam register
voucher yang digunakan sebagai populasi, maka voucher yang tidak dicatat tidak akan
masuk sebagai populasi.
Bila klien memiliki beberapa lokasi, seperti misalnya cabang dan visi, auditor
bisa memandang setiap segmen sebaai populasi yang terpisah. Keputusan semacam itu
akan tepat sekali terutama bila terdapat perbedaan pengendalian yang signifikan pada
setiap lokasi. Namun demikian, apabila pengendalian di seluruh organisasi hampir serupa
dan perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka satu populasi untuk
keseluruhan organisasi dipandang memadai.
Dalam sampling atribut, auditor tidak perlu mengetahui jumlah yang pasti dari
setiap populasi, walaupun perkiraan yang masuk akal mengenai ukuran populasi
diperlukan apabila populasi relatif kecil (yaitu 5.000 atau kurang). Seperti akan
17
ditunjukkan nanti, ukuran populasi tidak berpengaruh atau kecil pengaruhnya terhadap
ukuran sampel.
Unit sampling adalah suatu elemen individual dalam populasi. Suatu unit
sampling bisa berupa dokumen, suatu baris tertentu dalam suatu dokumen, suatu ayat
dalam sebuah jurnal atau register, atau suatu record dalam suatu file komputer. Untuk
asersi kelengkapan di atas, unit samplingnya tidak lain adalah voucher. Sebaliknya,
apabila tujuannya untuk menentukan keberadaan atau keterjadian transaksi fiktif dalam
register voucher, maka unit samplingnya adalah ayat dalam register.
MENENTUKAN ATRIBUT
18
Gambar 10-4 di bawah ini menggambarkan contoh atribut yang bisa dirumuskan
dalam suatu rencana sampling untuk pengujian pengendalian mengenai asersi
keberadaan atau keterjadian dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi penjualan.
Dalam contoh ini dianggap bahwa perusahaan membuat order penjualan setelah
menerima pesanan dari pembeli.
Gambar 12-4
Atribut Untuk Pengujian Pengendalian Tentang Asersi Keberadaan Atau Keterjadian Dan
Asersi Penilaian Atau Pengalokasian Untuk Transaksi Penjualan
19
Atribut-atribut dalam gambar 12-4 berkaitan dengan prosedur pengendalian yang
membentuk alur bukti dokumen pelaksanaan transaksi. Dalam setiap hal di atas, auditor
dapat menentukan bahwa dokumen yang diperlukan atau ayat tertentu benar-benar ada,
atau bahwa dokumen telah diberi paraf sesuai dengan ketentuan, ditandatangani, atau di-
cap sebagai tanda telah dilaksanakannya pengendalian oleh pegawai berwenang. Selain itu
auditor bisa melakukan pengerjaan-ulang pengendalian tertentu seperti mengecek
ketelitian perhitungan suatu faktor penjualan.
Untuk dapat menentukan suatu ukuran sampel bagi setiap atribut atau pengendalian yang
akan diuji, auditor harus merumuskan suatu nilai berupa angka (numerical value) untuk
setiap faktor berikut ini :
Pertama-tama akan kita pelajari cara penggunaan tabel untuk menentukan ukuran
sampel berdasarkan ketiga faktor tersebut di atas. Selanjutnya dibahas bagaimana auditor
menentukan suatu nilai dari setiap faktor, dan mengenali bagaimana suatu perubahan
dalam nilai setiap faktor akan mempengaruhi ukuran sampel seandainya faktor lain tetap.
Gambar 10-5 adalah contoh salah satu jenis tabel yang dapat digunakan auditor untuk
menentukan ukuran sampel. Gambar tersebut berisi dua tabel, yaitu tabel 1 untuk risiko
5% untuk penentuan risiko pengendalian terlalu rendah, dan Tabel 2 untuk risiko 10%
untuk penentuan risiko pengendalian terlalu rendah. Cara penggunaan tabel tersebut
adalah sebagai berikut :
Memilih tabel yang sesuai dengan risiko yang ditetapkan untuk penentuan risiko
pengendalian terlalu rendah
20
Menetapkan kolom yang sesuai dengan tingkat deviasi yang bisa ditoleransi yang
telah ditetapkan
Menetapkan baris yang berisi tingkat deviasi populasi yang diharapkan
Membaca ukuran sampel yang terletak pada persilangan antara kolom dan baris
yang ditetapkan pada tahap dua dan tiga di atas
Untuk melatih penggunaan tabel, cobalah periksa ukuran sampel yang nampak pada
kolom 4 pada tabel berikut setelah memperhitungkan nilai faktor-faktor yang ditetapkan
pada kolom 1 sampai 3
Tabel untuk tambahan nilai risiko penentuan risiko pengendalian terlalu rendah dapat
diperoleh dalam Auditing and Accounting Guide. Audit Sampling yang diterbitkan oleh
AICPA. Untuk mempercepat pekerjaan, para auditor biasanya memasukkan nilai-nilai
pada kolom 1 sampai 3 pada tabel di atas ke dalam komputer pribadinya, sehingga
ukuran sampel bisa segera dapat ditentukan tanpa harus menggunakan tabel.
Sekarang marilah kita lihat bagaimana auditor menetapkan nilai untuk faktor-faktor
yang menentukan ukuran sampel
21
misalnya 5%, untuk semua pengujian pengendalian. Adapula auditor yang menetapkan
berbagai tingkat risiko yang disesuaikan dengan tingkat risiko direncanakan seperti
contoh berikut :
Gambar 12-5
Tingkat
Tingkat Deviasi Bisa Ditoleransi
Deviasi
Populasi
diharapka 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
n (%)
0,00 149 99 74 59 49 42 36 32 29
22
Tabel 2. Risiko 10% atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah
Tingkat
Tingkat Deviasi Bisa Ditoleransi
Deviasi
Populasi
diharapka 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
n (%)
0,00 114 76 57 45 38 32 28 25 29
Pengaruh dari penetapan tingkat risiko yang berbeda-beda terhadap ukuran sampel
dapat dilihat dengan cara menetapkan faktor-faktor lain konstan. Misalkan tingkat
deviasi yang dapat diterima adalah 5%, dan tingkat deviasi populasi diharapkan adalah
1%, maka ukuran sampelnya akan nampak seperti dalam tabel di bawah ini, apabila
risiko penentuan risiko pengendalian terlalu rendah diubah sebagai berikut :
23
10 77
5 93
Tingkat deviasi bisa diterima adalah tingkat deviasi maksimum dari suatu
pengendalian yang akan diterima oleh auditor dan masih menggunakan risiko
pengendalian direncanakan. Dalam memutuskan tingkat yang bisa ditoleransi, auditor
harus mempertimbangkan hubungan dari masing-masing deviasi terhadap :
Risiko Pengendalian
Tingkat Deviasi Bisa Ditoleransi
Direncanakan
Rendah 2,7
Moderat 6-12
Tinggi 11-20
24
Tingkat deviasi bisa ditoleransi berhubungan terbalik dengan ukuran sampel. Gambar
10-5 menunjukkan ukuran sampel seperti nampak di bawah ini untuk berbagai tingkat
deviasi bisa ditoleransi, apabila risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu
rendah dan tingkat deviasi populasi diharapkan berada pada posisi tetap yaitu masing-
masing 5% dan 0%:
Auditor menggunakan satu atau lebih hal di bawah ini untuk menaksir tingkat deviasi
populasi diharapkan untuk masing-masing pengendalian:
Tingkat deviasi sampel tahun lalu, disesuaikan dengan pertimbangan auditor untuk
perubahan dalam efektivitas pengendalian pada tahun ini
Estimasi semata-mata didasarkan pada penilaian auditor atas pengendalian tahun ini
Tingkat tertentu yang diperoleh pada sampel pendahuluan kurang lebih 50 unsur
Apabila tingkat yang diharapkan sama atau lebih besar daripada tingkat yang bisa
ditoleransi, maka auditor tidak bisa mengharapkan untuk memperoleh dukungan untuk
penetapan tingkat risiko pengendalian lebih rendah dan pengujian pengendalian tidak
perlu dilakukan.
Tingkat Deviasi
Tingkat Deviasi Ukuran Ukuran
Populasi
Populasi Diharapkan Sampel Sampel
Diharapkan
0,0 59 6 124
1,0 93 8 181
25
Pengaruh di atas menunjukkan bahwa apabila tingkat deviasi populasi diharapkan
mendekati tingkat yang bisa ditoleransi, maka dibutuhkan informasi yang lebih akurat dan
oleh karenanya akan berakibat bertambah besarnya ukuran sampel.
Ukuran Populasi
Seperti telah disebutkan di atas, ukuran populasi tidak berpengaruh atau hanya mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap ukuran sampel. Audit Sampling Guide memberikan
ilustrasi pengaruh perubahan ukuran populasi terhadap ukuran sampel berikut, dengan
asumsi risiko penetapan risiko terlalu rendah 5%, tingkat deviasi bisa ditoleransi 5%, dan
tingkat deviasi populasi diharapkan 1% :
Seperti nampak dalam tabulasi di atas, hanya sedikit perbedaan dalam ukuran sampel yang
diperlukan dari populasi 500 unit ke populasi 5.000 unit, dan tidak ada perbedaan ukuran
sampai untuk populasi 5.000 unit dan 100.000 unit.
Apabila populasi lebih dari 5.000 unit, maka dalam sampling statistik, populasi
akan dipandang sebagai tidak terbatas. Tabel ukuran sampel dalam gambar 10-5 bisa
digunakan apabila ukuran populasi terdiri dari 5.000 unit atau lebih. Dalam hal demikian,
ukuran populasi sesungguhnya tidak perlu disebutkan. Untuk populasi lebih kecil dari
5.000 unit, penentuan ukuran sampelnya harus dilakukan melalui estimasi yang lebih
mendekati ukuran populasi, dan selanjutnya digunakan formula atau berbagai tabel untuk
ukuran populasi yang berbeda. Dalam contoh-contoh selanjutnya pada bab ini, dianggap
bahwa ukuran populasi terdiri dari 5.000 unit atau lebih, sehingga tabel pada gambar 12-5
dapat digunakan.
Apabila ukuran sampel telah ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan metoda
pemilihan unit sampel dari populasi. Unsur sampel harus dipilih dengan cara sedemikian
26
rupa sehingga apa yang terkandung dalam sampel mewakili populasi. Oleh karena itu
semua unsur yang terdapat dalam populasi harus mempunyai kesempatan untuk terpilih.
Untuk mencapai hal itu rencana sampling statistik mengharuskan pemakaian metoda
pemilihan sampel secara acak (random). Metoda pemilihan secara acak yang paling
banyak digunakan dalam sampling atribut adalah sampling nomor acak (random number
sampling) dan sampling sistematik (systematic sampling).
Gambar 12-6
Hubungan terhadap
Faktor
Ukuran Sampel
Risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah Terbalik
Tingkat deviasi bisa ditoleransi Terbalik
Tingkat deviasi populasi diharapkan Langsung
Ukuran populasi
5.000 unit ke atas Tidak berpengaruh
Lebih kecil dari 5.000 unit Langsung
Untuk menggunakan sampling nomor acak (atau biasa disebut juga sampling acak
sederhana), auditor harus memiliki suatu dasar untuk mengaitkan suatu nomor yang khas
untuk setiap unsur dalam populasi. Selanjutnya auditor melakukan pemilihan nomor-
nomor untuk memilih unsur-unsur individual yang akan menjadi sampel. Pemilihan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan tabel nomor-nomor acak atau menggunakan
program komputer yang menghasilkan nomor-nomor acak.
Penggunaan tabel nomor acak akan baik dilakukan apabila unsur-unsur dalam
populasi bernomor urut. Dalam menggunakan tabel, auditor harus : (1) menetapkan titik
awal dalam tabel secara sembarang, dan (2) menentukan arah atau rute (dari atas ke
bawah, kiri ke kanan dan sebagainya) untuk membaca tabel. Arah atau rute ini harus
diikuti secara konsisten.
Tabel nomor acak dapat dilihat pada gambar 10-7. Untuk menggambarkan
pemakaian tabel tersebut, misalkan sampel akan diambil dari faktur penjualan yang
bernomor 0001 sampai 4000. Selanjutnya dimisalkan pula bahwa auditor akan
menggunakan 4 digit pertama dari lima digit yang terdapat pada setiap nomor, dimulai
27
dari baris 6 kolom 1, dan dibaca dari atas ke bawah. Dalam situasi seperti ini maka 10
faktur yang akan terpilih sebagai sampel ialah faktur yang nomornya diberi bayangan
hitam dalam tabel. Perhatikan bahwa nomor awal yang dipilih secara sembarang yaitu
9287 tidak terpakai, karena angka ini berada diluar rentang nomor faktur penjualan
(0001-4000). Demikian pula nomor 7748 dan 4837, dan seterusnya.
Dalam pemakaian tabel nomor acak, bisa terjadi bahwa nomor yang sama ditarik
lebih dari satu kali. Apabila nomor yang sama tersebut diabaikan (tidak dipakai) maka
hal itu disebut sampling tanpa penggantian. Tabel statistik digunakan auditor untuk
menentukan ukuran sampel (seperti contoh pada gambar 10-5), dan biasanya didasarkan
pada sampling dengan penggantian. Namun demikian, untuk praktisnya auditor
biasanya menarik sampel tanpa penggantian, karena tidak ada informasi baru yang akan
diperoleh dari pemeriksaan suatu unsur sebanyak dua kali. Pemakaian tabel berdasarkan
sampling dengan penggantian akan menyebabkan ukuran sampel menjadi lebih besar dan
hal itu dipandang oleh auditor sebagai pendekatan konservatif.
Dewasa ini banyak paket perangkat lunak menawarkan program standar yang
dapat menghasilkan angka-angka acak. Program tersebut dapat menghasilkan suatu
daftar angka acak untuk segala ukuran sampel. Program tersebut juga dapat diperintah
untuk menghasilkan angka-angka yang sesuai dengan angka-angka yang nampak dalam
populasi (dalam contoh diatas 0001-4000). Program komputer semacam itu sangat
mempercepat pekerjaan auditor dalam mendapatkan sampel.
Sampling Sistematik
Sampling sistematik meliputi pemilihan unsur ke n dalam populasi dari satu atau lebih
nomor acak awal. Interval antara unsur yang satu dengan unsur yang lain disebut skip
interval. Apabila hanya digunakan satu nomor acak awal, maka interval dapat dihitung
dengan cara membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel. Jadi apabila sampel
sebesar 40 akan diambil dari populasi sebesar 2.000, maka skip intervalnya adalah 50
(yaitu 2.000 : 40). Titik awal dalam metoda pemilihan sampel ini haruslah suatu nomor
yang diambil dari tabel nomor acak yang terletak antara 1 sampai 50.
Gambar 12-7
28
Kolom
Baris (1) (2) (3) (4) (5)
1 04734 (4) 39426 91035 54839 76873
2 10417 (5) 19688 83404 42038 48226
3 17514 48374 (10) 35658 38971 53779
4 52305 86925 16223 25946 90222
5 96357 (6) 11486 30102 82679 57983
6 92870 (7) 05921 65698 27993 86406
7 (1) 00500 75924 38803 05386 10072
8 (2) 34862 93784 52709 15370 96727
9 (3) 25809 (8) 21860 36790 76883 20435
10 77487 (9) 38419 20631 48694 12638
29
mendukung risiko pengendalian direncanakan berdasarkan frekuensi deviasi dari
pengendalian yang diobservasi dalam sampel.
Setelah rencana sampling dirancang unsur-unsur sampel dipilih dan diperiksa untuk
menentukan sifat dan frekuensi deviasi dari pengendalian yang telah ditetapkan. Deviasi
bisa berupa dokumen hilang, tidak ada paraf yang menunjukkan bahwa pengendalian
telah dilakukan, terdapat selisih antara detil dokumen yang bersangkutan dengan catatan,
harga tidak diotorisasi, dan kekeliruan perhitungan yang ditemukan melalui pengerjaan
ulang yang dilakukan auditor.
Apabila unit sampel berupa dokumen, auditor bisa memilih suatu jumlah yang sedikit
lebih banyak dari jumlah yang diminta. “kelebihannya” akan digunakan untuk mengganti
dokumen yang dibatalkan, atau terdapat unsur yang tidak sesuai dan telah ikut terpilih
sebagai sampel. Unsur tidak sesuai berarti pengendalian atau atribut tidak berhubungan
dengan unsur yang terpilih. Sebagai contoh, apabila atribut yang akan diperiksa adalah
“keberadaan laporan penerimaan barang untuk mendukung voucher”, maka voucher
untuk pembayaran tagihan listrik bulanan tidak bisa digunakan karena untuk jasa listrik
tidak dibuat laporan penerimaan barang. Dalam situasi demikian, voucher bisa diganti
dengan kelebihan yang telah disebutkan di tas dalam melaksanakan rencana sampel.
Deviasi yang ditemukan dalam sampel harus ditabulasi, diringkas dan dievaluasi. Dalam
melakukan evaluasi atas faktor-faktor berikut diperlukan pertimbangan profesional untuk
mendapatkan kesimpulan secara keseluruhan.
Tingkat deviasi sampel untuk setiap pengendalian yang diuji, dihitung dengan membagi
jumlah deviasi yang ditemukan dengan ukuran sampel yang diperiksa. Tingkat deviasi
ini adalah estimasi terbaik auditor tentang tingkat deviasi sesungguhnya dalam populasi.
30
Batas atas deviasi menunjukkan tingkat deviasi maksimum dalam populasi berdasarkan
jumlah deviasi yang ditemukan dalam sampel. Batas atas dinyatakan dalam persentase
dan seiring juga disebut tingkat deviasi maksimum populasi.
Batas atas deviasi ditentukan dari tabel evaluasi seperti nampak pada gambar 10-8.
Untuk menggunakan tabel tersebut, auditor harus :
Memilih tabel yang sesuai dengan risiko penentuan risiko pengendalian terlalu
rendah
Menentukan kolom yang berisi jumlah deviasi sesungguhnya (bukan tingkat deviasi)
yang ditemukan dalam sampel.
Menentukan baris yang berisi ukuran sampel yang digunakan
Membaca batas atas deviasi dari perpotongan antara kolom dan baris yang
ditentukan dalam langkah dua dan tiga
Contoh penentuan batas atas deviasi adalah sebagai berikut :
Risiko Penetapan
Jumlah Ukuran Batas Atas
Risiko Pengendalian
Deviasi Sampel Deviasi
Terlalu Rendah
5 1 100 4,7
5 2 150 4,1
10 3 120 5,5
10 4 200 4,0
Apabila ukuran sampel yang digunakan tidak tercantum dalam tabel evaluasi, maka
auditor bisa (1) menggunakan ukuran sampel terbesar dalam tabel, tidak melebihi ukuran
sampel sesusungguhnya yang digunakan, (2) interpolasi, (3) mencari tabel yang lebih
luas/besar, atau menggunakan program komputer yang akan menghasilkan batas atas
untuk segala ukuran sampel. Batas atas deviasi yang ditentukan dari tabel secara implisit
meliputi cadangan untuk risiko sampel. Dengan demikian batas atas deviasi dapat
digunakan untuk menentukan apakah suatu sampel mendukung rencana risiko
pengendalian. Apabila batas atas deviasi kurang dari atau sama dengan tingkat deviasi
bisa ditoleransi sebagaimana ditetapkan dalam perancangan sampel, maka hasil
mendukung rencana risiko pengendalian, dan apabila tidak demikian, berarti hasil tidak
mendukung rencana risiko pengendalian.
31
Perlu diingat bahwa risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang
telah ditarik dengan tepat, tidak mewakili populasi. Seperti telah disebutkan di atas,
evaluasi atas sampel dapat dilakukan tanpa memperhitungkan secara eksplisit cadangan
untuk risiko sampling. Namun demikian, akan sangat berguna dalam proses penilaian
apabila auditor memahami bagaimana cadangan ditentukan dan bagaimana pula
pengaruhnya. Cadangan untuk risiko sampling ditambahkan pada tingkat deviasi sampel
sehingga bisa ditetapkan batas atas deviasi yang akan lebih besar dari tingkat deviasi
populasi sesungguhnya. Apabila digunakan tabel evaluasi, maka cadangan untuk risiko
sampling ditentukan dengan mengurangkan tingkat deviasi sampel dari batas atas
deviasi. Jadi dalam kasus pertama di atas tingkat deviasi sampel adalah 1% (1/100) dan
cadangannya adalah 3,7% (4,7%-1%). Seandainya ditemukan 3 deviasi dalam sampel
sebesar 100, maka batas atas deviasi akan menjadi 7,6%, tingkat deviasi sampel adalah
3% (3/100), dan cadangan untuk risiko sampling menjadi 4,6% (7,6%-3,0%).
Gambar 12-8
100 3,0 4,7 6,2 7,6 8,9 10,2 11,5 12,7 14,0
125 2,4 3,7 4,9 6,1 7,2 8,2 9,3 10,3 11,3
150 2,0 3,1 4,1 5,1 6,0 6,9 7,7 8,6 9,4
200 1,5 2,3 3,1 3,8 4,5 5,2 5,8 6,5 7,1
33
70 3,2 5,4 7,4 9,3 11,1 12,8 14,6 16,2 17,9
100 2,3 3,8 5,2 6,6 7,8 9,1 10,3 11,5 12,7
120 1,9 3,2 4,4 5,5 6,6 7,6 8,6 9,6 10,6
160 1,4 2,4 3,3 4,1 4,9 5,7 6,5 7,2 8,0
200 1,1 1,9 2,6 3,3 4,0 4,6 5,2 5,8 6,4
Apabila tingkat deviasi sampel lebih besar daripada tingkat deviasi populasi
diharapkan yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel, maka batas atas
deviasi akan lebih besar daripada tingkat deviasi bisa ditoleransi yang digunakan
pada risiko penentuan risiko pengendalian terlalu rendah, dan hasil sampel tidak
akan mendukung rencana risiko pengendalian
Sebaliknya, apabila tingkat deviasi sampel lebih kecil dari atau sama dengan tingkat
deviasi populasi diharapkan, maka batas atas deviasi akan lebih kecil dari atau sama
dengan tingkat deviasi bisa ditoleransi yang digunakan pada risiko penentuan risiko
pengendalian terlalu rendah, dan hasil sampel akan mendukung rencana risiko
pengendalian.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam mengevaluasi hasil sampel, tidaklah perlu
untuk selalu membandingkan batas atas deviasi dengan tingkat deviasi bisa ditoleransi.
Dasar evaluasi yang dilakukan auditor harus didokumentasi dalam kertas kerja. Contoh
34
kertas kerja dalam gambar 10-9 memungkinkan auditor untuk menggunakan batas atas
deviasi atau tingkat deviasi sampel.
Tidak benar jika dikatakan bahwa auditor hanya tertarik pada frekuensi deviasi. Setiap
deviasi dari pengendalian yang telah ditetapkan harus dianalisis untuk menentukan sifat
dan penyebab deviasi. Deviasi bisa timbul karena berbagai faktor seperti adanya pegawai
baru, penggantian dengan pegawai yang belum berpengalaman, pegawai sedang cuti atau
sakit, kesalahpahaman dalam mengartikan instruksi, pegawai tidak kompeten, ceroboh
atau tidak jujur.
Merumuskan Kesimpulan
35
Apabila penetapan akhir risiko pengendalian untuk suatu asersi tidak mendukung
tingkat risiko pengendalian direncanakan yang ditetapkan pada strategi audit awal, maka
auditor harus merevisi strategi tersebut. Dalam hal ini auditor harus menaikkan risiko
pengendalian dan menurunkan tingkat risiko deteksi yang bisa diterima. Untuk mencapai
hal tersebut, auditor biasanya akan memodifikasi tingkat pengujian substantif
direncanakan, yang akan berpengaruh pada pemilihan sifat, saat, dan luasnya rancangan
pengujian-pengujian tersebut. Sebelum merevisi strategi, auditor harus
mempertimbangkan apakah ada pengendalian pengganti lain yang apabila diuji dan
ternyata efektif akan mendukung strategi semula. Deviasi terhadap kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian yang merupakan hal penting dan perlu dilaporkan,
sebagaimana dibahas pada Bab 8, harus dikomunikasikan kepada manajemen dan komite
audit.
BAGIAN IV
LATIHAN
1. Apa persamaan dan perbedaan utama antara sampling statistik dan nonstatistik
2. Jelaskan empat jenis prosedur pengendalian di mana auditor menggunakan sampel
nonstatistik untuk menguji efektivitas prosedur pengendalian
36
3. Jelaskan mengapa dua pengujian transaksi harus cukup untuk menguji prosedur
pengendalian terprogram
4. Sebutkan langkah-langkah dalam rencana sampling untuk pengujian pengendalian
BAGIAN V
RANGKUMAN
37
adalah bahwa dalam sampling statistik auditor menerapkan hukum probabilitas untuk
mengendalikan risiko sampling. Dalam kedua tipe sampling tersebut, auditor menghadapi
masalah tentang kecukupan bukti yang mendukung tingkat risiko pengendalian direncanakan
untuk suatu asersi tidak didukung, maka harus diterapkan risiko pengendalian yang lebih
tinggi disertai dengan tingkat risiko deteksi bisa diterima yang lebih rendah. Selanjutnya
barulah editor merancang pengujian substantif sesuai dengan tingkat risiko deteksi yang bisa
diterima.
BAGIAN VI
TES FORMATIF
38
b. Substantif
c. Sampling statistik
d. Sampling nonstatistik
2. Prosedur pengendalian umum komputer meliputi...
a. Pengendalian organisasi dan operasi
b. Pengembangan sistem dan pengendalian dokumentasi
c. Pengendalian perangkat keras
d. A, B, dan C semuanya Benar
3. Sampling atribut dalam pengujian pengendalian hanya digunakan pada saat..
a. Ada jejak bukti dokumen yang lemah atas kinerja prosedur pengendalian
b. Dokumen dan catatan diperoleh
c. Apabila pemeriksaan dilakukan oleh prosedur pengendalian
d. Seseorang membuat transaksi
4. Risiko kesalahan penerimaan dan kemungkinan atas perkiraan risiko pengendalian yang
diperkirakan terlalu rendah berhubungan dengan...
a. Efisien audit
b. Efektivitas audit
c. Estimasi pendahuluan audit
d. Cadangan risiko kesalahan
5. Keuntungan menggunakan sampel acak adalah...
a. Populasi yang diperhitungkan tercermin dalam sampel
b. Item dalam populasi yang diperhitungkan dipilih secara random
c. Item populasi harus memiliki kesempatan untuk dipilih
d. Item harus dipilih secara sistematis
BAGIAN VII
UMPAN BALIK
39
Setelah menjawab pertanyaan dalam ters formatif, cocokkan jawab diatas dengan
kunci jawaban tes formatif yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan
materi kegiatan belajar dengan menggunakan rumus berikut:
Bila tingkat penguasaan materi mencapai angka 80 keatas, maka silahkan melanjutkan
ke materi selanjutnya. Namun, bila tingkat penguasaan mencapai angka ≤ 60 maka silahkan
mengulangi kegiatan belajar materi Auditing dan Prosfesi Akuntan Publik, terutama pada
bagian yang belum dikuasai.
BAGIAN VIII
40
1. D. Sampling Nonstatistik
2. D. A dan B, dan C semuanya benar
3. B. Ada jejak bukti dokumen yang lemah atas kinerja prosedur pengendalian
4. B. Efektivitas audit
5. B. Item dalam populasi yang diperhitungkan dipilih secara random
DAFTAR PUSTAKA
Boynton C. William, dkk. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga
41
42