A062211040
RMK 1
Filsafat Akuntansi
Secara kolektif, terdapat tiga rangkaian yang menggambarkan sebuah cara pandang
dan penyelusuran dunia.
Rangkaian yang pertama mengenai objek studi (ontologi). Ontologi adalah asumsi
terhadap sifat dasar dari “sesuatu” yang sedang dipelajari; Rangkaian kedua
berkaitan dengan gagasan pengetahuan (epistemologi). Epistemologi menentukan
apa yang dianggap sebagai kebenaran yang dapat diterima dengan menetapkan
kriteria dan proses penilaian atas klaim kebenaran; Rangkaian ketiga mengenai
hubungan antara pengetahuan dan dunia empiris (aksiologi). Aksiologi mencoba
menjawab pertanyaan seperti “apa tujuan pengetahuan di dalam dunia praktik?”.
Dengan demikian aksiologi bertujuan untuk menggapai kemaslahatan manusia.
2. Alternatif interpretatif
- Ontologi : realitas sosial itu muncul, dibuat secara subjektif, dan
diobjektifkan melalui interaksi manusia.
- Epistemologi : mencari penjelasan ilmiah dari intensi manusia.
- Aksiologi : teori hanya digunakan untuk menjelaskan tindakan dan untuk
memahami bagaimana tatanan sosial diproduksi dan direproduksi.
3. Alternatif kritis
- Ontologi : manusa memiliki potensi batin yang teralienasi melalui
mekanisme restriktif.
- Epistemologi : kriteria untuk menilai teori hanyalah sementara dan terikat
konteks.
- Aksiologi : teori memiliki interpretatif kritis (identifikasi dan penghapusan
dominasi dan praktik ideologis)
Pendekatan Ilmiah
Penelitian ilmiah berfokus pada penyelesaian masalah dan mengacu pada langkah-
langkah logis, terorganisir, dan metode yang akurat untuk mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan yang valid dari
penelitian. Penelitian ini tidak didasarkan pada firasat, pengelaman, maupun intuisi,
tetapi cenderung pada hal-hal yang lebih objektif daripada subjektif.
Pendekatan Alternatif
a. Positivisme
Menurut pandangan positivis, ilmu dan penelitian ilmiah dipandang sebagai
cara untuk memperoleh kebenaran. Positivis meyakini bahwa terdapat
kebenaran objektif di luar sana, untuk memahami dunia dengan cukup baik
sehingga kita dapat memprediksi dan mengendalikannya. Bagi positivis,
dunia beroperasi dengan hukum sebab akibat yang dapat kita lihat jika
menggunakan pendekatan ilmiah dalam penelitian. Beberapa positivis
meyakini bahwa tujuan penelitian hanya untuk mendeskripsikan fenomena
yang secara langsung dapat diamati dan diukur secara objektif. Bagi mereka,
pengetahuan diluar itu, seperti emosi, perasaan, dan pikiran, adalah hal yang
tidak mungkin.
b. Konstruksionisme
Konstruksionisme mengkritik kepercayaan positivis yang menyatakan bahwa
terdapat kebenaran yang objektif. Konstruksionisme menganut pandangan
yang berlawanan, yaitu bahwa dunia (sebagaimana yang kita ketahui) pada
dasarnya adalah mental atau dibangun secara mental. Oleh karena itu,
konstruksionis tidak mencari kebenaran yang objektif. Sebagai gantinya,
mereka bertujuan untuk memahami aturan yang digunakan manusia untuk
memahami dunia dengan menyelidiki apa yang terjadi dalam pikiran manusia.
Konstruksionis secara khusus tertarik kepada bagaimana cara manusia
melihat dunia sebagai hasil interaksi dengan sesamanya dan konteks dimana
mereka terjadi. Metode penelitiannya seringkali bersifat kualitatif.
Muhammad Fadil Asri
A062211040
cerdas. Sepanjang garis ini, para pragmatis melihat teori dan konsep sebagai
alat yang penting untuk menemukan jalan di dunia yang mengelilingi kita.
Bagi para pragmatis, nilai penelitian terletak pada relevansi praktiknya; tujuan
dari teori adalah untuk menginformasikan praktik.