Anda di halaman 1dari 22

MODUL PEMBELAJARAN

PENGAUDITAN II
Audit Siklus Jasa Personalia

Disusun Oleh:
Regina Maria Aziz (A31114030)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
I.1 Sifat Siklus Personalia
Menurut Boynton (2003:171), siklus jasa personalia suatu entitas menyangkut
peristiwa dan aktivitas yang berhubungan dengan kompensasi eksekutif serta karyawan.
Jenis kompensasi meliputi gaji, upah per jam dan insentif, komisi, bonus, opsi saham, dan
tunjangan karyawan.
Siklus penggajian dan personalia dengan siklus-siklus lainnya berbeda. Menurut
Haryono (2014:808), perbedaan ini pada umumnya meliputi:
1. Dalam penggajian hanya terdapat satu glongan transaksi. Penggajian hanya memiliki
satu transaksi, karena penerimaan jasa dari para pegawai dan pembayaran atas
hasa tersebut melalui penggajian berlangsung dalam tenggang waktu yang pendek.
2. Transaksi biasanya jauh lebih signifikan daripada saldo akun neraca yang
bersangkutan. Akun-akun neraca yang berkaitan dengan penggajian seperti misalnya
utang gaji dan utang pajak penghasilan karyawan jauh lebih kecil daripada jumlah
rupiah transaksi penggajian selama tahun yang bersangkutan.
3. Pengendalian internal atas penggajian pada umumnya hampir efektif pada hampir
semua perusahaan, bahkan apda perusahaan kecil sekalipun. Adanya undang-
undang pajak dan ketentuan tentang cara pembayaran pajak penghasilan karyawan
yang ditetapkan pemerintah secara ketat mendorong perusahaan untuk menerapkan
pengendalian internal yang efektif atas pemotongan dan pembayaran pajak
penghasilan karyawan.
Karena tiga karakteristik di atas, dalam pengauditan penggajian, auditor biasanya
menekankan pada pengujian pengendalian, pengujian substantif golongan transaksi dan
prosedur analitis. Pengujian rinci saldo akun-akun yang berkaitan dengan penggajian
baisanya hanya memerlukan waktu beberapa menit saja.

1
I.1.1 Akun-akun dan Transaksi-transaksi dalam Siklus Penggajian dan Personalia
Gambar 3.1 Akun-akun dalam Siklus Penggajian dan Pesonalia

Utang upah, gaji, bonus, dan komisi

Saldo awal gaji, upah, dsb


Pembayaran
Saldo Akhir
Biaya Tenaga Kerja

Kas di Bank Langsung *)

Pembayaran gaji
Pembayaran Utang PPh Karyawan dan
pajak PPh Potongan Lainnya
karyawan

Saldo awal
Pembayaran
Potongan PPh
Saldo akhir

Utang Beban PPh Karyawan

Saldo awal
Pembayaran Beban PPh Karyawan
Beban PPh
Karyawan
Saldo akhir

(Jusup, 2014:809)

I.1.2 Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen seera Catatan yang
Bersangkutan
Menurut Jusup (2014:810), siklus penggajian dan personalia diawali dengan
pengangkatan karyawan/pegawai dan diakhiri dengan pembayaran imbalan atas jasa yang
telah mereka lakukan dan pembayaran kewajiban pajak penghasilan karyawan yang telah
dipotong kepada pemerintah dan institusi lain serta utang biaya tenaga kerja dan utang PPh
karyawan.
Dalam Tabel 3.1, kolom ketiga menunjukkan empat fungsi bisnis dalam siklus
penggajian dan personalia dan menggambarkan hubungan antar fungsi bisnis, golongan
transaksi, akun-akun, serta dokumen dan catatan.

Tabel 3.1 Golongan Transaksi, Akun-akun, Fungsi Bisnis dan Dokumen serta Catatan yang
Bersangkutan untuk Siklus Penggajian dan Personalia
Golongan Akun-akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Penggajian Kas-Gaji Sumber daya manusia Catatan tentang

2
Semua akun biaya sumber daya
yang manusia
berhubungan Formulir potongan
dengan imbal wajib
jasa tenaga kerja Surat Keputusan
Semua akun yang Ketetapan Tarif
berhubungan
dengan potongan
atas pendapatan
kotor tenaga
kerja
Semua akun utang
yang
berhubungan
dengan
ketenagakerjaan
Pencatatan waktu dan Catatan waktu kerja
pembuatan daftar Kartu waktu per job
gaji File transaksi
penggajian
Jurnal penggajian
Master file penggajian
Pembayaran gaji Bukti transfer atau
check
Rekonsiliasi bank akun
gaji
Pembuatan bukti Bukti pembayaran PPh
potong PPh karyawan
karyawan dan
pembayaran PPh
karyawan
(Jusup, 2014:811-812)
1. BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA (BAGIAN PERSONALIA)
Bagian SDM atau sering disebut juga bagian personalia adalah bagian yang
secara indepnden mewawancara dan mengangkat personil yang memenuhi syarat
sesuai dengan kebutuhan entitas. Bagian ini juga merupakan sumber independen
catatan untuk memeriksa secara internal informasi gaji dan upah, termasuk

3
tambahan-tambahan dan penghapusan dari fafatr gaji, serta perubahan gaji.upah dan
potongan-potongan.
a. Catatan kepegawaian, meliputi data seperti tanggal pengangkatan, data pribadi
pegawai/karyawan, tingkat gaji/upah, potongan-potongan wajib, evaluasi kinerja
dan pemberhentian sebagai pegawai.
b. Formulir potongan wajib. Formulir ini digunakan untuk memotong gaji/upah yang
bersifat wajib seperti misalnya PPh karyawan yang dipotong perusahaan,
potongan asuransi yang wajib diikui karyawan termasuk asuransi kesehatan dan
potongan untuk iuran sebagai anggota serikat pekerja.
c. Surat keputusan penetapan gaji/upah. Surat ini digunakan untuk menetapkan
tingkat upah/gaji sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sumber informasi
keputusan ini adalah kontrak kerja, otorisasi oleh manajemen, atau khusus untuk
para pejabat perusahaan diotororisasi oleh dewan komisaris.
2. PENCATATAN WAKTU KERJA DAN PEMBUATAN DAFTAR GAJI/UPAH
Pengendalian yang memadai diperlukan untuk mencegah kesalahan penyajian
dalam 4 aktivitas berikut; pencatatan waktu kerja, ikhtisar dan perhitungan
pendapatan kotor, potongan, dan pendapatan bersih, pembayaran gaji/upah dan
pencatatan gaji/upah.
a. Catatan waktu kerja.
Catatan waktu kerja adalah dokumen yang menunjukkan waktu kerja pegawai
sejak mulai hingga akhir bekerja setiap hari serta jumlah total jam kerja seorang
pegawai. Catatan waktu kerja bisa berupa kertas atau elektronik, dan bisa dibuat
secara otomatis dalam jam waktu kerja atau identification card readers. Catatan
waktu kerja biasanya dikirimkan setiap minggu.
Pegawai tetap yang dibayar dalam bentuk gaji tidak perlu mengisi catatan
waktu tetap. Mereka wajib mengisi laporan waktu (time reports) agar mendapat
kompensasi seperti uang lembur, cuti, atau hari tidak masuk kerja karena sakit.
b. Kartu waktu per job
Kartu waktu per job adalah formulir yang menunjukkan untuk job mana seorang
pegawai bekerja pada suatu periode waktu tertentu. Formulir semacam ini
digunakan hanya apabila pegawai bekerja pada job yang berbeda atau pada
bagian yang berbeda. Kartu waktu per job sering kali dikerjakan secara elektronik.
c. File transaksi penggajian
File yang diproses dengan komputer ini mencakup seluruh transaksi penggajian
yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode waktu tertentu, misalnya
harian, mungguan, atau bulanan. File ini berisi semua informasi yang dimasukkan
ke dalam sistem dan informasi untuk setiap transaksi, seperti nama dan nomor

4
identifikasi, tanggal, pendapatan kotor dan pendapatan bersih pegawai, berbagai
macam potongan yang dialkuakn perusahaan, dan klasifikasi akun.
d. Jurnal penggajian atau Daftar
Laporan ini dibuat dari file transaksi penggajian dan biasanya emncakup nama,
tanggal, jumlah pendapatan kotor dan pendapatan bersih, jumlah potongan-
potongan ,dan klasifikasi untuk setiap transaksi. Transaksi yang sama yang
dimasukkan ke dalam jurnal atau daftar juga dibukukan secara serentak ke buku
besar dan ke master fiile penggajian
e. Master File Penggajian
Master file penggajian adalah file komputer yang digunakan untuk mencatat
transaksi penggajian untuk setiap pegawai dan menyelenggarakan total upah yang
dibayarkan kepada pegawai samapai saat ini dalam suatu tahun tertentu. Catatan
untuk setiap pegawai meliputi pendapatan kotor, pendapatan bersih, nomor check,
dan tanggal.
3. PEMBAYARAN GAJI/UPAH
Persetujuan dan pendistribusian gaji/upa harus diawai secara seksama untuk
menghindari terjadinya kecurangan. Untuk meningkatkan pengawasan,
pendistribusian gaji/upah biasanya diproses secara terpisah dari pembayaran-
pembayaran lainnya.
a. Pembayaran Gaji/Upah
Pembayaran dapat dilakukan dengan cek, tetapi seringkali juga dilakukan
dengan transfer langsung pada akun-akun pribadi para pegawai di bank. Jumlah
yang dibayarkan adalah sebesar pendapatan kotor pegawai dikurangi dengan PPh
karyawan yang bersnagkutan serta potongan-potongan lain yang dilakukan
perusahaan selaku juru potong.
b. Rekonsiliasi Akun Bank Penggajian
Rekonsiliasi bank secara independen penting dilakukan untuk semua akun kas
di bank, termasuk akun bank yang disediakan khusus untuk membayar gaji/upah
pegawai, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kesalahan atau kecurangan.
Perusahaan bisa menyediakan suatu akun penggajian imprest yaitu suatu akun
penggajian terpisah dengan hanya menyediakan sejumlah kas yang tidak begitu
besar. Jumlah yang pasti untuk setiap pendapatan bersih pegawai ditransfer
dengan cek atau electric funds tranfers dari kas besar kea kun imprest segera
sebelum pembayaran gaji/upah dilakukan. Cara ini juga menyederhanakan
pembuatan rekonsiliasi akun bank untuk penggajian.
4. PEMBUATAN BUKTI POTONG PPH DAN PEMBAYARAN PAJAK

5
UU PPh mewajibkan perusahaan selaku wajib potong atas penghasilan karyawan
untuk melakukan pemotongan dan membayarkannya ke kas negara secara tepat
waktu. Sistem penggajian berkomputer mengolah kewajiban pajak setiap karyawan
dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam master file transaksi
penggajian. Untuk mencegah terjadinya kesalahan penyajian dan timbulnya utang
pajak serta denda, sebaiknya dilakukan verifikasi internal secara independen oleh
petugas yang kompeten.
a. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Bukti ini akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk menghitung potongan
pajak penghasilan karyawan yang harus disetor setiap bulan. Satu lembar bukti
pemotongan pajak tersebut diberikan kepada karyawan yang bersangkutan
sebagai dasar untuk membuat SPT tahunan.
b. Surat Setoran Pajak (SSP)
Hasil pemotongan pajak penghasilan karyawan bulanan selanjutnya disetorkan
ke Kantor Pajak dengan disertai SSP selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya.

I.2 Tujuan Audit Jasa Personalia


Tujuan audit spesifik untuk siklus jasa personalia diperlihatkan dalam Gambar 3.2.
(Boynton, 2003:172).

Gambar 3.2 Tujuan Audit Spesifik Tertentu untuk Siklus Jasa Personalia
Kategori Asersi Tujuan Audit atas Kelompok Tujuan Audit atas Saldo Akun
Transaksi
Keberadaan Beban gaji dan upah serta beban Saldo kewajiban gaji dan upah
atau pajak gaji dan upah yang tercatat akrual serta pajak gaji dan
Keterjadian berhubungan dengan upah menunjukkan jumlah
kompensasi untuk jasa yang yang terhutang pada tanggal
diberikan selama periode neraca.
berjalan.

Kategori Asersi Tujuan Audit atas Kelompok Tujuan Audit atas Saldo Akun
Transaksi
Kelengkapan Beban gaji dan upah serta Kewajiban gaji dan upah
beban pajak gaji dan upah akrual serta pajak gaji dan
yang tercatat mencakup semua upah mencakup semua

6
beban semacam itu yang jumlah yang terutang
terjadi untuk jasa personalia kepada personel dan
selama tahun berjalan. lembaga pemerintah pada
tanggal neraca.
Hak dan Kewajiban gaji dan upah
Kewajiban akrual serta pajak gaji dan
upah adalah kewajban entitas
yang melaporkan.
Penilaian atau Beban gaji dan upah serta beban Kewajiban gaji dan upah
Alokasi pajak gaji dan upah telah dihitung akrual serta pajak gaji dan
serta dicatat secara akurat. upah telah dihitung serta
dicatat secara akrual.
Distribusi tenaga kerja pabrik
telah dihitung dan dicatat
dengan benar.
Penyajian dan Beban gaji dan upah serta beban Akun kewajiban gaji dan upah
Pengungkapan pajak gaji dan upah telah akrual serta pajak gaji dan upah
diidentifikasi serta diklasifikasikan telah diidentifikasi serta
dengan tepat dalam laporan laba diklasifikasikan dengan tepat
rugi. dalam neraca.
Laporan keuangan memuat
pengungkapan yang layak atas
pensiun dan program tunjangan
lainnya.
(Boynton, 2003:138)

I.2.1 Menggunakan Pemahaman tentang Bisnis dan Industri untuk Mengembangkan


Strategi Audit
Menurut Boynton (2003:173), waktu dan upaya audit yang dicurahkan untuk siklus
jasa personalia akan bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Audit jasa personalia
merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan audit. Pentingnya jasa personalia
mungkin bervariasi bagi pabrikan, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Beberapa
industri mungkin sangat bebeda dari segi intensivitas tenaga kerja dalam melaksanakan
proses pabrikasinya.
Selain itu, banyak pabrikan juga terus menjalankan program pensiun dengan
manfaat pasti yang pengungkapannya dianggap signifikan. Program kompensasi lainnya
meliputi opsi saham yang menghadirkan tantangan pengukuran dan pengungkapan sendiri
bagi para auditor. Hal-hal yang penting untuk dipahami auditor sebelum mengaudit siklus

7
jasa personalia, antara lain :
1. Pentingnya jasa personalia bagi keseluruhan entitas
2. Sifat kompensasi, karena kompensasi per jam memerlukan sistem pengendalian yang
berbeda dengan kompensasi gaji.
3. Pentingnya berbagai paket kompensasi seperti bonus, opsi saham dan hak apresiasi
saham serta perjanjian pensiun.
Jika kompensasi suatu entitas terutama didasarkan atas gaji dan menunjukkan
hubungan yang dapat diprediksi dengan pemberian jasa, maka auditor dapat menekankan
pada prosedur analitis dalam pengembangan strategi audit. Jika beban kompensasi
didasarkan atas upah per jam dan menunjukkan tingkat variabilitas yang tinggi sepanjang
periode berjalan, maka auditor dapat menekankan pendekatan penilaian tingkat risiko
pengendalian yang lebih rendah.
I.2.2 Materialitas
Untuk perusahaan perangkat lunak dan perusahaan jasa seperti bank,
perusahaan asuransi dan kantor profesional, jasa personalia merupakan beban utama.
Untuk sekolah, jasa pesonalia merupakan beban utama. Pertumbuhan sektor jasa dalam
perekonomian AS dan pentingnya sumber daya manusia bagi nilai banyak perusahaan
teknologi serta perangkat lunak telah membuat siklus jasa personalia suatu bidang audit
yang material bagi banyak perusahaan. Walaupun saldo moneter untuk gaji dan upah akrual
mungkin tidak sesignifikan saldo piutang, namun pengungkapan yang berkaitan dengan opsi
saham pada pensiun merupakan pengungkapan yang material. (Boynton, 2003:173)
I.2.3 Pertimbangan Komponen Pengendalian Internal
Lima komponen pengendalian internal dianggap relevan dengan siklus jasa
personalia. Beberapa faktor lingkungan pengendalian mempunyai relevansi yang bersifat
langsung. Keseluruhan tanggung jawab atas masalah personalia seringkali diserahkan
kepada wakil direktur hubungan industrial atau tenaga kerja atau kepada manajer sumber
daya manusia atau personalia. Manajemen juga harus menilai risiko dan konsekuensi yang
berkaitan dengan kesalahan atau kecurangan dalam pemrosesan gaji dan upah.
Pemahaman atas komponen informasi dan komunikasi mengharuskan auditor untuk
mengenal dengan baik metode-metode pengorganisasian data dan pemrosesan data yang
berhubungan dengan transaksi penggajian.
Aktivitas pemantauan yang dapat diterapkan atas penggajian mencakup umpan
balik dari karyawan mengenai masalah pembayaran, umpan balik dari badan pemerintah
mengenai masalah pelaporan serta pembayaran pajak gaji dan upah, penilaian efektivitas
pengendalian gaji dan upah oleh auditor internal, dan pengwasan kompensasi eksekutif oleh
komite audit. (Boynton, 2003:176)

8
I.3 Aktivitas Pengendalian Transaksi Penggajian
I.3.1 Pengendalian Kunci Siklus Penggajian
Menurut Haryono (2014:817), pengendalian-pengendalian kunci untuk siklus
penggajian dan personalia untuk penilaian risiko pengendalian:
1. Pemisahan Tugas yang Memadai
Pemisahan tugas sangat penting artinya dalam siklus penggajian dan personalia,
terutama untuk mencegah terjadinya pembayaran berlebih dan pembayaran kepada
pegawai fiktif. Fungsi penggajian harus dilakukan independen terhadap bagian
sumberdaya manusia (personalia) yang mengendalikan aktivitas kunci pengendalian,
seperti misalnya penambahan atau pengurangan pegawai. Pembuatan daftar
gaji/upah juga harus dipisahkan dari pembayaran atau penyerahan gaji/upah kepada
para karyawan
2. Pengotorisasian yang Tepat
Hanya bagian sumber daya manusia yang berwenang untuk menambah atau
mengurangi tenaga kerja dari daftar gaji atau melakukan perubahan atas tariff
gaji/upah, serta menetapkan pemotongan-pemotongan. Jumlah jam kerja setiap
pegawai, terutama jam kerja lembur, harus mendapat otorisasi dari penyelia
(supervisor)
3. Dokumen dan Catatan yang Memadai
Dokumen dan catatan yang sesuai tergantung pada sifat dari sistem penggajian.
Catatan waktu kerja diperlukan untuk pegawai-pegawai yang dibayar dengan gaji
tetap bulanan. Untuk pegawai-pegawai lain yang dibayar berdasarkan jumlah yang
dihasilkan atau dengan sistem insentif, diperlukan catatan yang berbeda. Pada
banyak perusahaan, catatan waktu kerja harus cukup memadai untuk mengumpulkan
biaya tengaa kerja per job atau per penugasan. Dokumen bernomor urut tercetak
utuk pencatatan waktu tidak begitu diperlukan untuk penggajian, karena tujuan
kelengkapan tidak merupakan hal yang diwaspadai.
4. Pengawasan Fisik atas Aset dan Catatan
Akses untuk terjadinya cek gaji tidak bertandatangan harus dicegah. Cek harus
ditandatangani oleh petugas yang ditetapkan perusahaan, dan gaji harus dibayarkan
oleh seseorang yang independen dari fungsi pembuatan daftar gaji dan fungsi
pencatatan waktu. Semua cek yang tidak/belum diambil pegawai yang berhak harus
dikembalikan ke bagian keuangan untuk disetorkan kembali ke bank. Apabila cek
ditandatangani dengan menggunakan mesin penandatangan, maka akses atas mesin
tersebut harus sangat dibatasi. Demikian pula, apabila pembayaran dilakukan

9
dengan cara ditransfer langsung ke akun masing-masing pegawai di bank, maka
akses atas sistem yang digunakan untuk mengotorisasi pembayaran juga harus
dibatasi.
5. Pengecekan Independen atas Pelaksanaan Kerja
Perhitungan dalam daftar gaji harus diverifikasi secara independen, termasuk
dengan melakukan pembandingan antara batch total dengan laporan ikhtisar. Salah
seorang anggota manajemen atau petugas yang ditunjuk lainnya harus me-review
hasil perhitungan gaji/upah apabila terjadi kesalahan penyajian atau jumlahnya tidak
lazim. Apabila biaya tenaga kerja manufaktur mempengaruhi penilaian persediaan
atau apabila perlu dilakukan pengumpulan biaya per job, maka diperlukan
pengendalian untuk memeriksa kebenaran biaya yang dibebankan kepada job-job
yang bersangkutan.
Dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti yang digunakan untuk pengujian
transaksi penjualan dan penerimaan kas, pengendalian internal dan pengujian pengendalian
untuk setiap tujuan audit diikhtisarkan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Ikhtisar Tujuan Audit Transaksi, Pengendalian Kunci, dan Pengujian Pengendalian
Tujuan Audit Transaksi Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian
Pembayaran gaji/upah Catatan waktu diberi tanda Periksa ada tidanya tanda
hanya untuk pekerjaan persetujuan oleh penyelia persetujuan dalam
yang benar-benar (supervisor) catatan waktu.
dikerjakan oleh pegawai Catatan jam kerja digunakan Periksa catatan jam kerja
yang ada (keterjadian) untuk mencatat lamanya
waktu kerja
Diselenggarakan file sumber Periksa kebijakan sumber
daya manusia yang memadai. daya manusia
Pengangkatan tenaga kerja
harus mendapat persetujuan Periksa file sumber daya
manusia

Tujuan Audit Transaksi Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian


Terdapat pemisahan tugas Review bagan organisasi,
antara bagian personalia bicarakan dengan
dengan pencatat waktu, dan pegawai, dan amati
pekerjaan yang mereka

10
pembayar gaji/upah lakukan.
Hanya pegawai yang namanya Periksa hasil cetakan
tercantum dalam data file (printout) transaksi yang
komputer yang akan diakui ditolak oleh kompyter
ketika namanya diolah karena memuat nama
komputer yang tidak memiliki nomor
induk pegawai.
Daftar gaji/upah harus Periksa ada tidaknya tanda
diotorisasi lebih dahulu otorisasi dalam daftar
sebelum pembayaran gaji/upah
dilakukan
Transaksi penggajian Cek untuk pembayaran gaji Periksa keberurutan
yang terjadi telah diberi nomor urut tercetak dan pemakaian cek gaji
dibukukan (kelengkapan) dipertanggungjawabkan
penggunaannya.
Rekening gaji di bank
direkonsiliasi secara Bicarakan dengan pegawai
independen dan amati pembuatan
rekonsiliasi
Transaksi penggajian Perhitungan dan jumlah Periksa petunjuk adanya
terbukukan adalah untuk diverifikasi secara internal verifikasi internal
jumlah waktu kerja Total per batch dibandingkan Periksa paraf pemeriksa
sesungguhnya dan dengan laporan ikhtisar yang data atas total per batch,
dengan taif yang benar’ diolah dengan komputer bandingkan total dengan
dan potongan-potongan Tarif upah, gaji, atau tarif koisi laporan
telah dihitung dengan telah diotorisasi dengan benar. Periksa petunjuk adanya
tepat (ketelitian) Potongan-potongan, termasuk otorisasi dalam catatan
jumlah potongan untuk penggajian
asuransi dan tabungan Periksa otorisasi dalam file
karyawan, telah diotorisasi sumber daya manusia
dengan benar

Tujuan Audit Transaksi Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian


Transaksi penggajian Isi master file penggajian Periksa petunjuk adanya
telah dimasukkan diverifikasi secara internal. verifikasi internal.
dengan benar ke dalam Total master file penggajian Periksa paraf pada total
master file penggajian dibandingkan dengan total dalam ikhtisar yang

11
dan diikhtisarkan dengan buku besar menunjukkan bahwa
benar (posting dan pembandingan telah
pengikhtisaran) dilakukan
Transaksi penggajian Digunakan daftar akun (chart of Review daftar akun
telah digolongkan account) yang memadai. Periksa petunjuk adanya
dengan benar Penggolongan akun diverifikasi verifikasi internal.
(penggolongan) secara internal
Transaksi penggajian Prosedur mewajibkan Periksa buku pedoman
dicatat pada tanggal pencatatan transaksi secepat prosedur dan amati kapan
yang tepat (saat) mungkin setelah gaji pencatatan dilakukan
dibayarkan Periksa petunjuk adanya
Tanggal diperiksa secara verifikasi internal
internal
(Jusup. 2014:818-820)

I.4 Pengujian Substantif atas Saldo Gaji dan Upah


I.4.1 Pengujian Substantif Golongan Transaksi
I.4.1.1 Pemotongan Pajak PPh 21 dan Pembayarannya ke Kas Negara
Pada banyak perusahaan, pajak penghasilan karyawan dan pemotongan lain
merupakan pos yang penting, karena jumlahnya seringkali material dan adanya potensi tidak
membayar pajak tepat waktu.
1. Pemotongan Pajak PPh 21
Sebagai bagian dari pemahaman atas pengendalian internal, auditor harus
memahami bagaimana perusahaan memotong gaji/penghasilan
2. Pembayaran Pajak Penghasilan Karyawan dan potongan Lain Tepat Waktu
Auditor harus melalukan pengujian tentang kepatuhan klien dalam menataati
kewajiban menyetorkan semua pemotongan atas penghasilan kotor karyawan yang
telah dilakukannnya. Pemotongan tersebut meliputi pemotongan PPh 21, dana
pensiun pegawai, asuransi wajib, dan iuran sertifikat pekerja, dan sebagainya.
Pertama-tama auditor harus memahami ketentuan yang mewajibkan klien untuk melakukan
pemotongan dan membayarkannya ke pihak yang berwenang dengan mengacu pada
undang-undang pajak yang bersangkutan, anggaran dasar/anggaran rumah tangga serikat
pekerja, perjanjian kerja dengan para pegawai, dan sebagainya. Dengan cara demikian,
auditor akan dengan mudah memastikan apakah klien telah melakukan penyetoran hasil
potongan yang benar secara tepat waktu dengan membandingkan pengeluaran kas dengan
catatan gaji/upah karyawan.
I.4.1.2 Pertimbangan Persediaan dan Kecurangan Penggajian

12
Auditor sering memperluas prosedur audit atas penggajian, apabila penggajian
mempengaruhi penilaian persediaan secara signifikan atau apabila auditor merasa khawatir
dengan kemungkinan terjadinya kecurangan transaksi penggajian, seperti misalnya
kemungkinan adanya pegawai fiktif atau kecurangan dalam menetapkan jumlah jam kerja.
1. Hubungan antara Penggajian dengan Penilaian Persediaan
Apabila gaji merupakan bagian yang signifikan dalam persediaan, seperti yang
sering dijumpai dalam persuahaan manufaktur atau perusahaan konstruksi,
penggolongan akun penggajian bisa berpengaruh secara material terhadap penlaian
aset-aset seperti barang dalam proses, barang jadi, dan konstruksi dalam proses.
Sebagai contoh, pembebanan biaya overhead ke persediaan pada tanggal neraca
bisa lebih saji apabila gaji para pegawai bagian adminsitrasi, secara tidak sengaja
atau disengaja, telah diperlakukan sebagai biaya produksi tak langsung (overhead).
Demikian pula penilaaian persediaan akan terpengaruh apabila biaya tenaga kerja
langsung seorang pegawai keliru dibebankan pada job atau proses yang tidak sesuai.
Apabila suatu pesanan akan ditagih kepada pemesan atas dasar cost plus-basis,
maka pendapatan dan penilaian persediaan keduanya akan terpengaruh oleh
pembebanan biaya tenaga kerja pada job yang salah.
Apabila biaya tenaga kerja merupakan bagian yang material dalam penialaian
persediaan,auditor harus menekankan pengujian pengendaliannya pada keyapatan
pengoolongan transaksi penggajian. Konsistensi dari period eke periode penting
sekali dalam pengggolongan dan bisa diuji dengan menelusur kartu jam kerja atau
bukti lain dari seorang pekerja yang telah bekerja untuk suatu job atau proses ke
catatan akuntansi yang mempengaruhi penilaiaan persediaa. Sebagai contoh,
apabila pendapatan seorang pegawai dalam seminggu harus didistribusikan pada
job-job individual, maka pengujian yang akan bermanfaat adalah dengan menelusur
catatan jam kerja dari sejumlah pegawai kecatatan biaya setiap job untuk
memastikan bahwa semua telah dicatat dengan tepat. Selain itu perlu dilakukan juga
penelusuran dari catatan biaya per job ke kartu waktu kerjauntuk menguji
kemungkinan terjadinya pembebanan biaya tenaga kerja fiktif ke dalam persediaan.
2. Pengujian atas Tenaga Kerja Fiktif.
Pendistribusian gaji.upah kepada pekerja fiktif sering terjadi sebagai akiba tetap
dicantumkannya pegawai yang telah berhenti (pensiun atau diberhentikan) ndalam
daftar gaji. Biasanya orang yang menggagas kekurangan semacam ini adalah
petugas pembuat daftar gaji, mandor, atau pihak lain. Dalam suatu sistem tertentu,
mandor dapat meloloskan pegawai untuk dicatat dalam catatan harian masuk kerja
dan ia memberi tandatangan persetujuan atas kartu waktu kerja pada akhir periode.
Apabila mandor tersebut juga berfungsi membagiakan uang atau cek gaji atau

13
apabila gaji/upah disetorkan langsung kea kun para pegawai, maka terbuka
kemungkinan terjadinya penggelapan gaji/upah oleh si mandor.
Untuk mendeteksi penggelapan semacam ini, auditor bisa membandingkan nama
yang tercantum dalam cek gaji atau bukti setor ke akun pegawai di bank dengan
kartu waku dan catatan lainnya untuk memeriksa kebenaran tadatangan persetujan
pembayaran dan tandatangan penerimanya. Perangkat lunak audit juga bisa
digunakan untuk membandingkan semua nomor akun yang menerima setoran
gaji/upah untuk memeriksa terjadinya duplikasi.
Untuk menguji ada atauu tidaknya pegawai fiktif, auditor harus menelusur dengan
memilih sejumlah transaksi terbukukan dalam jurnal penggajian ke bagian sumber
daya manusia untuk memastikan apakah pegawai benar-pbenar merupakan pegawai
perusahaan pada periode yang diaudit.
Salah satu prosedur yang dapat dilakukan utnuk menguji ketapatan penangan
pegawai yang telah berhenti adalah dengan memilih beberapa file (arsip
pegawai( dan catatan pegawai yang telah berhenti pada tahun ini yang ada di bagian
sumber daya manusia untuk memastikan bahwa mereka telah menerima
pembayaran terakhir (gaji terakhir, uang pesangon, dan lain-lain) sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Masih adanya pembayaran kepada pegawai yang sudah
berhenti dapat diuji dengan menggunakan perangkat lunak audit untuk
membandingkan tanggal berhenti menggunakan perangkat lunak audit untuk
memabdndingkan tanggal berhentu menurut catatan di bagian sumber daya manusia
dengan tanggal pembayaran gaji dalam jurnal penggajian untuk memastikan bahwa
pegawai yang telah berhenti tidak lagi menerima pembayaran. Prosedur ini tidak
efektif apabila sumber daya mnusia tidak menerima informasi tentang pemberhentian
pegawai.
3. Pengujian atas Kecurangan dalam Jam Kerja
Kecurangan dalam jam kerja terjadi apabila seorang pegawai melaporkan waktu
kerja yang lebih banyak dari jam atau hari kerja sesungguhnya. Karena kurangnya
bukti yang tersedia, biasanya auditor mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
jam kerja yag tidak benar tersebut. salah satu prosedur yang dapat dilakukan adalah
dengan merekonsiliasi antara total jam kerja yang dibayar sesuai dengan daftar
gaji/upah dengan suatu catatan independen tentang jam kerja, seperti misalnya
catatan jam kerja yang terdapat di bagian produksi. Perangkat lunak audit dapat
digunakan untuk menguji kewajaran jam kerja atau jumlah pembayaran kepada
setiap pegawai dan jumlah tidak normal yang teridentifikasi untuk lebih lanjut.

14
Pengujian substantif golongan transaksi untuk setiap tujuan audit transaksi diikhtisarkan
pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Ikhtisar Tujuan Audit Transaksi Pengujian Substantif Transaksi


Tujuan Audit Transaksi Pengendalian Substantif Transaksi
Pembayaran gaji/upah hanya untuk Review jurnal penggajian, buku besar, catatan
pekerjaan yang benar-benar pendapatan pegawai yang menunjukkan jumlah
dikerjakan oleh pegawai yang ada besar atau tidak biasa
(keterjadian) Bandingkan daftar pengeluaran cek atau bukti
transfer dengan catatan sumber daya manusia
Periksa jurnal penggajian, cocokkan nama, jumlah,
dan tanggalnya.
Periksa bukti penerimaan gaji.upah oleh pegawai
yang bersangkutan.
Transaksi penggajian yang terjadi Rekonsiliasi pengeluaran dalam jurnal penggajian
telah dibukukan (kelengkapan) dengan pengeluaran di laporan bank gaji
Lakukan pengujian rekonsiliasi bank
Transaksi penggajian terbukukan Hitung ulang jam kerja dari catatan waktu
adalah untuk jumlah waktu kerja Bandingkan tarif upah dengan kontrak kerja,
sesungguhnya dan dengan taif yang persetujuan dari dewan komisaris atau pihak
benar’ dan potongan-potongan telah lainnya.
dihitung dengan tepat (ketelitian) Hitung ulang pendapatan kotor
Periksa pemotongan-pemotongan dengan
mengacu pada tarif pajak dan formulir
pengesahan dalam file sumberdaya manusia
Hitung ulang pendapatan bersih
Periksa bukti pengeluaran cek atau bukti transfer
dengan jurnal penggagjian untuk memeriksa
kebenaran jumlahnya.

Tujuan Audit Transaksi Pengujian Substantif Transaksi


Transaksi penggajian telah Ujilah ketelitian klerikal dengan menjumlahkan
dimasukkan dengan benar ke dalam jurnal penggajian dan menelusur posting ke buku
master file penggajian dan

15
diikhtisarkan dengan benar (posting besar dan ke master file penggajian
dan pengikhtisaran)
Transaksi penggajian telah Bandingkan penggolongan dengan daftar akun
digolongkan dengan benar atau buku pedoman prosedur.
(penggolongan) Periksa waktu kerja pegawai per departemen dan
kartu waktu per job dan telusurlh ke
pendistribusian biaya tenaga kerja
Transaksi penggajian dicatat pada Bandingkan tanggal pencatatan dalam jurnal
tanggal yang tepat (saat) penggajian dengan tanggal cek atau bukti
transfer dan catatan waktu
Bandingkan tanggal pada cek dengann tanggal
penguangan di bank.
(Jusup. 2014:818-820)

I.4.2 Pengujian Rincian Saldo


Dalam dua tahap pertama pengauditan, auditor menilai risiko pengendalian dan
melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif golongan transaksi.
Setelah menyelesaikan pengujian-pengujian tersebut dan menilai kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian pada akun-akun laporan keuangan dalam siklus penggajian dan
personalia, selanjutnya auditor melaksanakan metodologi untuk perancangan pengujian rinci
saldo.
Menurut Jusup (2014:824), metodologi untuk menetapkan pengujian rinci saldo
yang tepat untuk akun-akun kewajiban yang berikaitan dengan penggajian adalah sama
seperti untuk piutang usaha, dan untuk akun-akun neraca yang berkaitan dengan pembelian
dan pmebayaran.

I.4.2.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Penggajian


(Tahap I)
Pada kebanyakan perusahaan,pengidentifikasian risiko binskis klien yang
berpengaruh terhadap penggajian jarang dilakukan. Namun demikian, risiko bisnis klien bisa
terjadi pada perusahaan yang memberi kompensasi kompleks pada para karyawannya,
seperti adanya bonus dan opsi saham serta kompensasi lain. Kompensasi ini secara
signifikan berdampak pada beban gaji dan ekuitas pemegang saham. Contoh risiko lain
meliputi antara lain negosiasi ulang kontrak serikat pekerja dan gugatan diskriminasi. Auditor
harus memahami kemungkinan terjadinya kejadian=kejadian tersebut dan menentukan
pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan.

16
I.4.2.2 Menetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Menilai Risiko Inheren (Tahap
I)
Banyak perusahaan memiliki transaksi penggajian dalam jumlah besar, bahkan
dengan jumlah rupiah yang besar pula. Namun demikian, saldo akun neracanya biasanya
tidak signifikan, kecuali untuk biaya tenaga kerja yang telah dibebankan ke persediaan.
Di samping adanya kemungkinan terjadi kecurangan, risiko inheren yang berkaitan
dengan semua tujuan audit saldo pada umumnya rendah. Risiko inheren kecurangan
penggajian timbul karena sebagian besar transaksi menyangkut kas. Oleh karena itu, auditor
sering memandang penting tujuan audit keterjadian. Selain itu, untuk perusahaan
manufaktur dengan jumlah signifikan biaya tenaga kerja dibebankan ke persediaan, terdapat
potensi salah menggolongkan antara biaya tenaga kerja dan persediaan, atau antara
berbagai kategori persediaan. Sebagai bagian dari upaya untuk memperoleh pemahaman
tentang klien, auditor harus mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
penggajian yang kompleks, seperti misalnya tentang program opsi saham yang
meningkatkan risiko ingeren berkaitan dengan akuntansi serta pengungkapan ketentuan
tersebut.
I.4.2.3 Menilai Risiko Pengendalian dan Melaksanakan Pengujian yang
Bersangkutan (Tahap I dan II)
I.4.2.4 Melaksanakan Prosedur Analitis
Penggunaan prosedur analitis dalam siklus penggajian dan personalia merupakan
hal yang penting seperti halnya dalam siklus yang lain. Tabel 3.4 melukiskan prosedur
analitis untuk akun-akun neraca dan akun-akun labar ugi dalam siklus penggajian dan
personalia. Kebanyakan hubungan-hubungan pada kolomp pertama bisa diprediksi dan oleh
karenanya bermanfaat untuk mengidentifikasi area-aea yang memerlukan tambahan
investigasi.

Tabel 8.4 Prosedur Analitis untuk Siklus Penggajian dan Personalia


Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian
Membandingkan saldo akun beban tenaga Kesalahan penyajian akun beban tenaga
kerja (gaji/upah dan lain-lain) dengan tahun kerja/
sebelumnya (dengan penyesuaian untuk
kenaikan tarif dan kenaikan volume)
Membandingkan persentase beban tenaga Kesalahan penyajian beban tenaga kerja
kerja langsung terhadap penjualan dengan langsung dan persediaan.
tahun-tahun sebelumnya
Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian

17
Membandingkan persentase beban komisi Kesalahan penyajian beban komisi dan
terhadap penjualan dengan tahun-tahun utang beban komisi
sbeelumnya
Membandingkan persentase beban pajak Kesalahan beban pajak penghasilan
penghasilan karyawan terhadap beban gaji karyawan dan utang pajak penghasilan
dan upah dengan tahun-tahun sebelumnya karyawan
Membandingkan Utang Pajak Penghasilan Kesalahan penyajian utang pajak
karyawan dengan tahun sebelumnya penghasilan karyawan dengan beban pajak
penghasilan karyawan.
(Jusup, 2014:826)

I.4.2.5 Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Rinci Saldo untuk Akun Utang
dan Beban (Tahap III)
Verifikasi atas akun-akun kewajiban yang berkaitan dengan penggajian sering
disebut utang beban gaji, biasanya bisa dilakukan secara langsung apabila pengendalian
internal berjalan dengan efektif. Apabila auditor merasa puas bahwa transaksi-transaksi
penggajian telah dicatat dengan benar dalam jurnal penggajian, dan pajak penghasilan
karyawan telah dihitung dan dibayar dengan benar, maka pengujian rinci saldo tidak akan
memakan waktu.
Ada dua tujuan utama audit saldo dalam pengujian utang-utang yang berkaitan
dengan penggajian, yaitu:
1. Utang beban gaji dan utang-utang lain yang berkaitan dengan penggajian telah
ditetapkan dalam jumlah yang benar (ketelitian)
2. Transaksi-transaksi dalam siklus penggajian dan personalia telah dicatat pada
periode yang tepat (pisah batas)
Kedua tujuan di atas ditujukan untuk memastikan bahwa jumlah yang dilaporkan tidak
kurang saji dan tidak ada kewajiban yang tidak dilaporkan.
1. Pengujian Rinci Saldo untuk Akun-akun Kewajiban
a. Jumlah-jumlah yang Dipotongkan dari Penghasilan Karyawan
PPh karyawan yang telah dipotong perusahaan dari pengasilan karyawan tetapi
belum disetorkan ke Kantor Pajak dapat diperiksa dengan cara membandingkan
antara jumlah saldo dengan jurnal penggajian, pajak penghasilan karyawan ayng
dibayar pada periode berikutnya, dan pengeluaran kas pada periode berikutnya.
Pootngan-potongan lain seperti misalnya potongan premi asuransi bisa diperiksa
dengan cara yang sama. Apabila pengendalian internal beropperasi dengan
efektif, maka pengujian pisah batas dan ketelitian dapat dilakukan pada waktu
yang sama dengan prosedur-prosedur tersebut.

18
b. Utang Beban Gaji dan Upah
Utang beban gaji dan upah timbul apabila upah pegawai untuk jam kerja pada
hari-hari terakhir sebelum penutupan buku belum dibayar perusahaan, sampai
periode berikutnya.
Pisah batas yang benar dan ketelitian penetapan utang gaji dan upah
tergantung pada kebijakan perusahaan yang harus diikuti secara konsisten dari
tahun ke tahun. Beberapa perusahaan menghitung jam sesungguhnya yang
merupakan pendapatan karyawan pada peiode ini dan dibayar pada periode
berikutnya, sedang perusahaan yang lain menetapkannya dengan cara
diperkirakan.
Setalah auditor menentukan kebijakn perusahanan untuk menetapkan utang
gaji/upah dan mengetahui bahwa hal itu konsisten dengan tahun sebelumnya,
maka prosedur yang tepat untuk menguji pisah batas dan ketelitian adalah dengan
melakukan perhitungan ulang (rekalkulasi) atas perhitungan utang yang telah
dilakukan klien. Kemungkinan besar kesalahan penyajian yang signifikan dalam
neraca terjadi sebagai akibat kekeliruan dalam memasukkan jumlah hari yang
seharusnya telah menjadi penghasilan karyawan tetapi belum dibayar.
c. Utang Beban Komisi
Konsep yang sama yang digunakan untuk memeriksa utang gaji/upah dapat
diterapkan untuk memeriksa utang beban komisi, tetapi penentuannya sering kali
lebih sulit karena perusahaan sering membuat berbagai macam kesepakatan
dengan pegawai bagian penjualan dan pegawai-pegawai lain yang diberi komisi.
Sebagai contoh, sebagian pegawai bagian penjualan menerima komisi setiap
bulan ytetapi tidak mendapat gaji, dan sebagian pegawai lainnya menerima gaji
bulanan ditambah komisi yang dibayarkan secara kwartalan. Dalam memeriksa
utang beban komisi, pertama-tama auditor harus memahami sifat dari komisi yang
tertuang dalam perjanjian, dan selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan
perjanjian tersebut. Untuk memeriksa konsistensi, auditor harus memahami sifat
dari komisi yang tertuang dalam perjanjian, dan selanjutnya melakukan
perhitungan sesuai dengan perjanjian tersebut. Untuk memeriksa konsistensi,
auditor harus membandingkan metode perhitungan utang beban komisi dengan
tahun sebelumnya
d. Utang Bonus
Pada kebanyakan perusahaan, bonus yang ada pada akhir tahun belum
dibayarkan kepada para staf dan karyawan perusahaan kadang-kadang
merupakan pos yang cukup besar sehingga tidak dicatatnya utang tersebut akan
menjadi kesalahan penyajian material. Pemeriksaan utang yang tidak dicatat

19
biasanya dapat dilakukan dengan membandingkan pada jumlah yang telah
diotorisasi dalam notulen rapat dewan komisaris.
2. Pengujian Rinci Saldo untuk Akun-akun Beban
Dalam kebanyakan audit, auditor hanya perlu melakukan sedikit pengujian
tambahan atas akun-akun laba rugi, di luar pengujian analitis, pengujian
pengendalian, pengujian substantif golongan transaksi, dan pengujian yang
bersangkutan dengan akun-akun kewajiban. Tambahan pengujian yang lebih banyak
akan diperlukan apabila auditor menemukan defisiensi signifikan dan kelemahan
material dalam pengendalian internal, kesalahan penyajian material ketika ia
melakukan pengujian atas kewajiban, atau aanya sleisih yang tidak dapat dijelaskan
ketika ia melakukan prosedur analitis. Namun demikian, sejumlah akun laba-rugi juga
sering diuji pada siklus penggajian dan personalia, seperti:
a. Kompensasi untuk Para Staf
Audior lazim melakukan verifikasi apakah total kompensasi untuk para staf
telah disetujui oleh dewa komisaris. Verifikasi ini diperlukan karena individu-
individu tersebut berada dalam posisi bisa membayar dirinya sendiri lebih besar
dari jumlah yang disetujui dewan komisaris. Pengujian audit biasanya dilakukan
dengan mendapatkan informasi dari notulen rapat dewan komisaris tentang daftar
gaji yang disetujui dan membandingkannya dengan catatan pendapatan staf yang
besangkutan
b. Komisi
Auditor akan dapat memeriksa beban komisi denganrelatif mudah, apabila tariff
komisi ditetapkan sama untuk setiap tipe penjualan dan informasi penjualan yang
diperlukan tersedia dalam catatan akuntansi. Total beban komisi dapat diperiksa
dengan mengalikan tariff komisi untuk setiap tipe penjualan dengan jumlah
penjualan pada kategori yang bersangkutan. Apabila informasi yang diperlukan
tidak tersedia, bisa dilakukan pengujian atas pembayaran komisi per tahun atau
per bulan untujk sejumlah pegawai bagian penjualan dan menelusurnya ke total
pembayaran beban komisi
c. Beban Pajak Penghasilan Karyawan
Beban pajak penghasilan karyawan selama setahun dapat diuji dengan
pertama-tama merekonsiliasi total beban gaji/upah pada setiap daftar gaji dengan
total gaji/upah selama setahun. Total pajak penghasilan karyawan selanjutnya
dihitung ullang dengan mengalikan tariff pajak dengan pendapatan kena pajak.
Perhitungan semacam ini bisa sangat memakan waktu karena pajak biasanya
tidak diterapkan pada seluruh gaji/upah (hanya pada pendapatan kena pajak saja),
dan tarif bisa berubah dalam perjalanan waktu apabila akhir periode akuntansi

20
perusahaan tidak mengikuti tahun kalender. Pada kebanyakan audit, perhitungan
juga bisa memerlukan biaya yang cukup mahal dan tidak diperlukan, kecuali
apabila prosedur analitis menunjukkan ada masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh prosedur yang lain. Apabila diperlukan, pengujian biasanya dilakukan
bersamaan dengan pengujian atas utang pajak penghasilan.
d. Total Gaji/Upah
Pengujian yang berkaitan erat dengan pengujian atas pajak penghasilan
karyawan adalah merekonsiliasi total beban gaji/upah di buku besar dengan pajak
penghasilan karyawan yang dibayar ke Kas Negara. Tujuannya adalah unutk
menentukan apakah transaksi penggajian telah dibebankan kea kun bukan
gaji/upah atau sama sekali tidak dicatat dalam jurnal penggajian. Karena catatan
pajak penghasilan dan penggajian keduanya diproses ecara langsung dari master
file penggajian, maka kesalahan penyajian (jika ada) kemungkinan terjadi pada
kedua catatan tersebut. pengujian pengendalia dan pengujian substantif golongan
transaksi adalah cara terbaik untuk mengungkapkan dua tipe kesalahan penyajian
pada kebanyakan audit.
e. Tenaga Kerja Kontrak
Untuk mengurangi beban tenaga kerja, banyak perusahaan mengadakan
kontrak dengan organisasi dari luar untuk menyediakan tenaga kerja yang
diperlukan perusahaan. Individu yang memberikan jasanya dipekerjakan oleh
organisasi dari luar tersebut, sehingga ia tidak berstatus sebagai karyawan
perusahaan klien. Honorarium atau biaya jasa kepada organisasi dari luar diuji
dengan membandingkan jumlah yang dibayarkan dengan perjanjian kontrak yang
telah ditandatangani oleh perusahaan dengan organisasi dari luar tersebut.
3. Tujuan Penyajian dan Pengungkapan
Ketentuan tentang pengungkapan untuk transaksi dan saldo-saldo akun dalam
siklus penggajian dan personalia tidak begitu banyak. Namun demikan, sejumlah
transaksi yang kompleks, seperti misalnya tentang opsi saham dan program
kompensasi untuk para eksekutif kadang-kadang memerlukan pengungkapan berupa
catatan kaki/ auditor bisa menggabungkan prosedur audit yang berkaitan dengan
tujuan penyajian dan pengungkapan dengan pengujian rinci saldo untuk akun
kewajiban dan beban.

21

Anda mungkin juga menyukai