Anda di halaman 1dari 45

AKUNTANSI PAJAK

ATAS ASET TETAP


Pengakuan Aset Tetap
PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007
menyatakan bahwa aset tetap
adalah aset berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun terlebih
dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset
tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya
jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau dinilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau kontruksi, bila dapat diterapkan, jumlah
yang didistribusikan pada aset saat pertama
kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu
dalam PSAK.
Biaya perolehan terdiri atas harga beli, termasuk bea import,
PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain
yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aset
tersebut siap dipakai atau berada ditempat.
Komponen biaya perolehan aset tetap (Paragraf 16 PSAK No.
16 Revisi 2007):
 Harga perolehan

Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan


pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah
dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
 Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen.
 Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban biaya-biaya
tersebut timbul pada saat aset diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset selama periode tertentu yang
bertujuan selain menghasilkan persediaan.
Perolehan Aset Tetap
Perolehan Aset Tetap secara
Gabungan
Apabila aset diperoleh secara
gabungan, maka harga perolehan
masing-masing aset tetap
ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-
masing aset yang bersangkutan.
Contoh: harga bangunan termasuk
Jenis Aset Harga Jual Alokasi Harga Perolehan
 Tanah 150.000.000 15 x 300.000.000 =
180.000.000
25

 Bangunan 100.000.000 10 x 300.000.000 =


120.000.000
25
Jumlah 250.000.000 = 300.000.000

Ayat jurnal saat pembelian tunai:


Tanah 180.000.000
Bangunan 120.000.000
Kas dan Bank 300.000.000
Perolehan Aset Tetap secara
Angsuran
Aset tetap yang diperoleh secara
angsuran, perlu diperhatikan
mengenai kontrak pembeliannya.
Contoh: membeli aset tetap berupa
mobil harga perolehan
Rp.120.000.000 dibayar dalam 24
kali angsuran, angsuran pokok
Rp.5.000.000 per bulan dengan
Perhitungan angsuran pertama:
Angsuran pokok = Rp.5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x 120.000.000 = Rp.2.000.000
Jumlah pembayaran = Rp.7.000.000

Angsuran bulan kedua:


Angsuran pokok = Rp.5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x (120.000.000-5.000.000) =
Rp.1.916.000
Jumlah pembayaran = Rp.6.916.000
 Perolehan Aset Tetap secara
Pertukaran
Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2007) suatu
aset tetap dapat diperoleh dengan
pertukaran atau pertukaran sebagian.
Biaya diukur pada nilai wajar aset yang
dipertukarkan atau diperoleh, yang paling
andal, sebanding dengan nilai wajar aset
yang dipertukarkan setelah disesuaikan
dengan jumlah setiap kas atau setara kas
yang ditransfer.
 Perolehan Aset Tetap dengan Cara
Membangun Sendiri
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas
harga belinya dan setiap biaya dapat
diatribusikan secara langsung dalam
membawa aset tersebut ke kondisi yang
membuat aset dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan.
Dari aspek perpajakan perolehan aset tetap
dengan cara membangun sendiri tersebut
sebagai objek yang terutang Pajak
Pertambahan Nilai.
Perolehan secara Hibah, Bantuan dan
Sumbangan
Dalam perolehan secara hibah, bantuan, dan
sumbangan secara langsung dihubungkan
dengan perlakuan akuntansi pajak, karena
akuntansi komersial sedikit mengatur aset
yang diperoleh dari sumbangan (donasi).
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak
mengacu pada Pasal 10 ayat (4) UU PPh yang
mengatur berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa
bantuan, sumbangan, harta hibah, atau
warisan, syarat yang harus dipenuhi
berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
huruf b adalah:
Tidak termasuk sebagai objek pajak adalah:
a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak;
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan oleh badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, atau pengusaha kecil, termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, pemerintahan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. Warisan
2. Apabila tidak memenuhi syarat
yang diperlukan sesuai Pasal 4 ayat
(3) huruf a UU PPh dengan contoh
kongkret yaitu harta hibahan yang
diberikan tersebut ternyata
mempunyai hubungan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan, maka dasar
penilaian bagi yang menerima
penghibahan sama dengan nilai
pasar dari harta tersebut.
Penyusutan Aset Tetap
PSAK No. 16 (Revisi 2007) penyusutan adalah
alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset selama umur manfaatnya.
Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berwujud
dengan syarat aset tetap berwujud tersebut:
1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu
periode akuntansi;
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan
dalam produksi atau memasok barang dan jasa
untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Pasal 11 Undang-Undang Pajak
Penghasilan, penyusutan atas pengeluaran
untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta
berwujud, kecuali tanah yang berstatus
hak milik, hak guna bangunan, hak guna
usaha, dan hak pakai, yang memiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dilakukan dalam bagian-
bagian yang sama besar masa manfaat
yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
Persyaratan aset yang dapat disusutkan menurut
ketentuan perpajakan meliputi:
1. Harta yang disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari
1 (satu) tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
Terdapat pula aset yang menurut akuntansi dapat
disusutkan, tetapi menurut akuntansi pajak tidak
dapat disusutkan, yaitu:
4. Aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang
dikuasai dan dibawa pulang pegawai, termasuk juga
yang ada di daerah terpencil
5. Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak
bukan di daerah terpencil yang ditempati pegawai
yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan
Metode Penyusutan Sesuai
Ketentuan Komersial
Dalam praktik akuntansi komersial
metode penyusutan dapat digunakan
sesuai pengelompokan menurut kriteria
berikut ini:
 Dasar waktu

a. Metode garis lurus


Biaya Penyusutan (straight
: Tarif Penyusutan linePerhitungan
x Dasar method)
Penyusutan

b. Metode pembebanan umum


1)Biaya
Metode jumlah
Penusutan angka tahun
: Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan
Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga perolehan/Nilai
Residu
2) Metode saldo menurun/saldo
menurun ganda
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan
Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga Sisa Buku Awal
Periode

Dasar Penggunaan
a. Metode jam jasa (service hour
method)Harga Peroleha – Nilai Residu
Tarif penyusutan per jam :
Estimated Dervice Life
b. Metode unit produksi (productive
output method)
Produksi Sebenarnya
Tarif Penyusutan :
Kapasitas Produksi
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar
Penyusutan
Dasar Penyusutan : Harga Perolehan – Nilai Residu

3. Dasar Kriteria Lainnya bahwa


biaya penyusutan dapat dihitung
dengan dasar jenis dan kelompok.
Saat Penyusutan Aset Tetap Sesuai
Ketentuan Komersial
Paragraf 58 SAK No. 16 (Revisi
2007) menyatakan bahwa
penyusutan aset dimulai pada saat
aset berada pada lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan keinginan
dan maksud manajemen.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan
dalam hal terjadi Jual Beli Harta
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut:
 Tidak dipengaruhi hubungan istimewa:

a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta


adalah harga yang sesungguhnya dibayar;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta
adalah harga yang sesungguhnya diterima.
 Dipengaruhi hubungan istimewa:

a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta


adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta
adalah jumlah yang seharusnya diterima.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan
dalam hal terjadi Tukar-Menukar Harta
Dalam hal terjadi tukar-menukar harta
dengan harta lain, maka nilai perolehan
atau nilai penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan
harta adalah harga yang seharusnya
dikeluarkan berdasarkan harga pasar.
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan
harta adalah harga yang seharusnya
diterima berdasarkan harga pasar (Pasal
10 ayat (2) UU PPh)
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam hal
terjadi pengalihan Harta karena Hibah, Bantuan atau
Sumbangan, dan Warisan

1. Wajib Pajak menyelenggarakan


pembukuan
2. Wajib Pajak tidak
menelenggarakan pembukuan
Metode Penyusutan sesuai
Ketentuan Perpajakan
Metode penyusutan menurut
ketentuan perundang-undangan
perpajakan sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 11 UU PPh:
1. Metode garis lurus (straight line
method) atau metode saldo menurun
(declining balance method) untuk
aset tetap berwujud bukan bangunan.
2. Metode garis lurus untuk aset tetap
berwujud berupa bangunan.
Kelompok Harta Berwujud dan Tarif
Penyusutan
Penentuan kelompok dan tarif
penyusutan harta berwujud
didasarkan pada Pasal 11 UU No.
36 Harta
Kelompok TahunMasa2008 tentang
Tarif Penyusutan Pajak
Tarif Penyusutan
Berwujud Manfaat Berdasarkan Berdasarkan
Penghasilan Metode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I. Bukan
Bangunan 4 tahun 25% 50%
Kelompok 1 8 tahun 12,50% 25%
Kelompok 2 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 3 20 tahun 5% 10%
Kelompok 4
II. Bangunan 20 tahun 5% -
Permanen 10 tahun 10% -
Tidak
permanen
Contoh:
PT Maju memiliki aset tetap
berwujud yang diperolehnya awal
tahun 2014 sebagai berikut
No (metode
Jenis Harta garis lurus):
Bulan/Tahun Masa Harga Kelomp
Perolehan Manfaat Perolehan ok

1 Mesin I Januari 2014 8 Tahun 200.000.000 II


2 Mesin II Januari 2014 8 Tahun 150.000.000 II
3 Truk Januari 2014 8 Tahun 70.000.000 II

1. Mesin I= 12,5% x 200.000.000 = 25.000.000


2. Mesin II = 12,5% x 150.000.000 = 18.750.000
3. Truk = 12,5% x 70.000.000 = 8.750.000
jumlah penyusutan selama tahun 2014 = 52.500.000
Penarikan Harta Bukan
Bangunan
Aset tetap perusahaan yang tidak
terpakai lagi dapat ditarik dari
pemakian. Penarikan dapat
dilakukan dengan menjual aset
tetap tersebut. Dalam akuntansi
komersial, terhadap aset tetap
yang dijual nilai bukunya dihitung
sampai dengan tanggal penjualan,
sedangkan dalam ketentuan
perpajakan nilai sisa bukunya
dihitung sampai dengan akhit
Ketentuan Pasal 11 ayat (8) UU PPh, bahwa telah
terjadi penjualan atau penarikan harta Pasal 4
ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena
sebab lainnya, maka nilai buku harta tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga
jual atau penggantian asuransinya yang diterima
atau diperoleh, dibukukan sebagai penghasilan
pada tahun terjadinya penarikan, sehingga
keuntungan atau kerugian karena pengalihan atau
penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun
dilakukan pengalihan harta.
Apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan,
sumbangan, hibah, atau warisan (yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU
PPh) berupa harta berwujud, maka jumlah sisa
bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian
oleh pihak yang mengalihkan.
Pengelompokan Aset Tetap untuk
Keperluan Penyusutan
Perusahaan harus segera mengakui
setiap aktiva yang dimiliki dan
mengelompokkannya  sebagai aktiva
tetap, apabila aktiva yang dimaksud
memenuhi pengertian dan memiliki sifat-
sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai
pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan
Akuntan Indonesia memberikan
pernyataan dalam PSAK Nomor 16
paragraf 06, yaitu: (Ikatan Akuntan
Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu
aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap
apabila:
 Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan
di masa yang akan datang yang berkaitan dengan
aktiva tersebut akan mengalir dalam perusahaan;
untuk dapat menilai apakah manfaat keekonomisan
di masa yang akan datang  tersebut akan mengalir
ke dalam perusahaan maka harus di nilai tingkat
kepastian terjadinya aliran manfaat keekonomisan
tersebut, yang juga memerlukan suatu kepastian
bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan
menerima resiko terkait.
 Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal;
sedangkan kriteria kedua  mengarah kepada bukti-
bukti yang diperlukan untuk mendukungnya.
Penggolongan aktiva tetap
Aktiva tetap dikelompokkan karena
memiliki sifat yang berbeda dengan aktiva
lainnya. Kriteria aktiva tetap terdiri dari
berbagai jenis barang maka dilakukan
penggelompokkan lebih lanjut atas aktiva-
aktiva tersebut. Pengelompokkan itu
tergantung pada kebijaksanaan akuntansi
perusahaan masing-masing karena
umumnya semakin banyak aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan maka
semakin banyak pula kelompoknya.
Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan
akuntansi dilakukan penggolongan sebagai berikut:
Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas
seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian
dan peternakan.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila
sudah habis masa penggunaannya  dapat diganti
dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,
mesin, alat-alat, mebel dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila
sudah habis masa penggunaannya tidak dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
sumber-sumber alam seperti hasil tambang dan
lain-lain.
Berdasarkan Jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai
berikut:
 Lahan - Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan
tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi
apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus
dipisahkan pencatatan dari lahan itu sendiri.
 Bangunan gedung - Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas
bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari
lahan yang menjadi lokasi gedung.
 Mesin - Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari
mesin yang bersangkutan.
 Kendaraan - Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk,
grader, traktor, forklift, mobil, kendaraan bermotor dan lain-lain.
 Perabot - Dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot
laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu
bangunan
 Inventaris - Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris
pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.
 Prasarana - Prasarana merupakan kebiasaan bahwa perusahaan
membuat klasifikasi khusus prasarana seperti: jalan, jembatan, roil,
pagar dan lain-lain.
Pengertian penyusutan
Di samping pengeluaran dalam masa
penggunaannya, masalah penyusutan
merupakan masalah yang penting
selama masa penggunaan aktiva tetap.
Yang dimaksud dengan penyusutan
menurut Akuntansi Perpajakan terapan
adalah sebagai berikut : “Proses alokasi
sebagian  harga perolehan aktiva
menjadi biaya (costallocation), sehingga
biaya tersebut mengurangi laba usaha”
Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor
17 paragraf 2 tentang Akuntansi
Penyusutan  menyatakan bahwa:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang
diestimasi, penyusutan untuk
periode akuntansi dibebankan
kependapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung”. 
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus
mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:
 Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan, maka
perusahaan manufaktur dan jenis usaha yang
padat modal (capital intensive) akan sangat
diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa
ataupun jenis usaha padat karya (labor intensive).
 Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan
membawa akibat pada peningkatan investasi
 (capital growth) sehingga EAT/ROI/CF menjadi
meningkat.
 Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus
disesuaikan dengan beberapa hal, yaitu besarnya
biaya administrasi, sumber daya manusia, dan
kepatuhan wajib pajak.
Revaluasi Aktiva Tetap
Pemerintah telah meluncurkan kebijakan perpajakan
melalui Peraturan Menteri Keuangan bernomor
191/PMK.10/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang
Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 (PMK
191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan
Revaluasi Aktiva Tetap.
Secara garis besar, kebijakan ini adalah bentuk insentif
perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak.
Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen
baru karena Menteri Keuangan pernah meluncurkan
instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008
yaitu melalui PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008).
Tarif yang diberikan bagi insentif revaluasi aktiva
tetap ini terbagi menjadi 3 macam dan ketiganya
bersifat final. Pembagian tarif ini disesuaikan
dengan saat wajib pajak melakukan pemanfaatan
insentif perpajakan revaluasi. Tarif tersebut adalah:
 3%, untuk permohonan sampai dengan 31
Desember 2015 dan penilaian kembali selesai
paling lambat 31 Desember 2016;
 4%, untuk permohonan periode 1 Januari 2016
sampai dengan 30 Juni 2016 dan penilaian
kembali selesai paling lambat 30 Juni 2017; atau
 6%, untuk permohonan periode 1 Juli 2016
sampai dengan 31 Desember 2016 dan penilaian
kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017.
Tarif tersebut dikenakan atas selisih lebih nilai
aktiva tetap hasil penilaian kembali atau hasil
perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak
berdasarkan Kantor Jasa Penilai Publik atau
ahli penilai di atas nilai buku fiskal semula.
Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh
Wajib Pajak lainnya adalah Wajib Pajak wajib
melunasi Pajak Penghasilan (PPh) Final terkait
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
dilakukan sebelum diajukannya permohonan
dan dilengkapinya dokumen dalam hal
permohonan diajukan dengan menggunakan
nilai perkiraan penilaian kembali dari Wajib
Pajak.
Jika dibandingkan dengan tarif yang
terdapat pada PMK 79/2008, tentunya
tarif yang terdapat di PMK 191/2015 jauh
lebih rendah. Tarif yang terdapat pada
PMK 79/2008 adalah 10%, sedangkan tarif
yang berlaku pada PMK 191/2015 berkisar
antara 3% hingga 6%.
Terbitnya peraturan ini diharapkan dapat
menjadi insentif untuk menjaga stabilitas
ekonomi makro, mendorong pertumbuhan
ekonomi, serta memperhatikan kebutuhan
wajib pajak berniat meningkatkan nilai
perusahaannya.
Pemberian insentif perpajakan ini
dimaksudkan sebagai pendorong wajib pajak
agar semakin taat terhadap ketentuan
peraturan perpajakan. Kepada seluruh
masyarakat dan Wajib Pajak, dihimbau untuk
segera memanfaatkan kesempatan ini,
sekaligus memberikan dukungan positif
dalam pencapaian target penerimaan negara
dari pajak. Pajak yang Anda bayarkan,
dikembalikan dalam bentuk fasilitas umum,
sarana prasarana dan berbagai layanan
umum lainnya, karena Pajak Milik Bersama.
Contoh Soal
Sebuah mobil box diperoleh perusahaan pada
tanggal 12 Juli 2010 dengan harga Rp
48.000.000,- Estimasi masa manfaat mobil box
tsb menurut akuntansi adalah 4 tahun, sedangkan
menurut pajak adalah 8 tahun. Pada tanggal 31
Desember 2011, mobil box tsb dijual denga harga
Rp 40.000.000,-. Metode penyusutan menurut
akuntansi dan pajak adalah garis lurus
1. Hitung laba rugi atas penjualan mobil box, baik
secara akuntansi maupun pajak ?
2. Buatlah jurnal atas penjualan aset tersebut ?
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal saat pengisian
SPT ?
Jawab :
1. Laba atau rugi penjualan mobil box
Akuntansi
Perpajakan
Harga perolehan 48.000.000
48.000.000
Akm. Penyusutan (12.000.000)
( 9.000.000)
Nilai buku 36.000.000
39.000.000
Harga pasar 40.000.000
40.000.000
Laba penjualan aset 4.000.000
1.000.000

Akumulasi penyusutan menurut :


a. Akuntansi : Rp 48.000.000,-/6 x 1,5 = Rp 12.000.000,-
b.Perpajakan : 12,5% x Rp 48.000.000 x 1,5 = Rp 9.000.000,-
2. Jurnal penjualan mobil
box :
Tanggal Keterangan D K

31-Des-’11 Kas 44.000.000 ---


Akm. Penyusutan kendaraan 12.000.000 ---
Kendaraan -- 48.000.000
PPN 16 D -- 4.000.000
Laba penjualan --- 4.000.000
kendaraan

Sesuai UUPPN Pasal 16 D atas penyerahan aset


oleh PKP yang menurut tujuan semula aset tsb
tidak untuk diperjual belikan maka terutang PPN,
sepanjang pajak PPN yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dikreditkan.
Jurnal penyetoran PPN 16 D yg telah dipungut dari
pembeli :
3. Atas perbedaan pengakuan besarnya
laba penjualan aset yang terjadi antara
akuntansi dan pajak, perusahaan tidak
perlu membuat jurnal penyesuaian.
Perbedaan pengakuan besarnya laba
penjualan aset tersebut menimbulkan
beda tetap/ permanen antara pajak dan
akuntansi. Oleh karena itu, perusahaan
harus melakukan koreksi negatig pada
rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT
sebesar koreksi negatif = Rp 4.000.000,-
- Rp 1.000.000,- = Rp 3.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai