Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

6. Permasalahan Marginal Cost Pricing


Pengunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara
lain:
a. Sulit untuk memperhitungkan secara tetap marginal cost untuk jasa
tertentu, dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost)
digunakan sebagai pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat
ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah pengukuran dan
pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit
diimplementasikan.
b. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka
pendek (short run marginal cost) atau biaya marginal jangka panjang
(long run marginal cost). Dalam kasus penyediaan air, akan timbul
suatu titik ketika marginal consumer memerlukan pabrik baru. Tidak
mungkin mengharapkan konsumen full cost sendirian.
c. Marginal cost pricing bukan bearti full cost recovery. Historic capital
cost tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost.
Ketika sumber daya yang terbatas, kegagalan untuk menutup biaya
menimbulkan adanya penghematan yang dikorbankan (opportunity
loss) dalam pemakaian alternatif sumber daya tersebut. Kerugian
tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency
loss) yang berasal dari pemakaian harga di atas marginal cost.
d. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
 Hanya meraka yang menerima manfaat yang membayar.
 Semua konsumen membayar sama tanpa memandang
perbedaan hanya dalam menyediakan pelayanan tersebut.
e. Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih
untuk minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi
harga” yang ditentukan oleh marginal cost.
f. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling
tidak untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk
diskriminasi harga, (seperti tariff progesif) yang mungkin digunakan.
7. Kompleksitas Strategi Harga
a. Two-part tariffs: banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut
dengan two-parts tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya
overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan
atas besarnya konsumsi.
b. Peak-load tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif
tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan
tambahan kapasitas yang disediakan, untuk periode pucak yang harus
menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi
umum).
c. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk
mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan
penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat
diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang
diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut
tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan
pelayanna yang dimaksudkan untuk orang miskin.
d. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau
biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga
berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu
mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk
membayar.
e. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan
harga diatas margina cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa
biaya perijinan atau licence fee.

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Penentuan Harga Pelayanan Publik.
Edisi IV. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai