Anda di halaman 1dari 42

Pert 4

AKUNTANSI PAJAK ATAS


ASET TETAP
Pengakuan Aset Tetap
PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007 menyatakan
bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun.
Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset
tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya
jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau dinilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
kontruksi, bila dapat diterapkan, jumlah yang
didistribusikan pada aset saat pertama kali
diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam
PSAK.
Biaya perolehan terdiri atas harga beli, termasuk bea import, PPN
masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat
diatribusikan secara langsung sampai aset tersebut siap dipakai
atau berada ditempat.
Komponen biaya perolehan aset tetap (Paragraf 16 PSAK No. 16
Revisi 2007):
 Harga perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain.
 Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
 Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap
dan restorasi lokasi aset. Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul
pada saat aset diperoleh atau karena entitas menggunakan aset
selama periode tertentu yang bertujuan selain menghasilkan
persediaan.
Perolehan Aset Tetap
Perolehan Aset Tetap secara Gabungan
Apabila aset diperoleh secara gabungan,
maka harga perolehan masing-masing aset
tetap ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan berdasarkan perbandingan
nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan.
Contoh: harga bangunan termasuk tanah
seharga Rp.300.000.000
Jenis Aset Harga Jual Alokasi Harga Perolehan
 Tanah 150.000.000 15 x 300.000.000 =
180.000.000
25

 Bangunan 100.000.000 10 x 300.000.000 = 120.000.000


25
Jumlah 250.000.000 = 300.000.000

Ayat jurnal saat pembelian tunai:


Tanah 180.000.000
Bangunan 120.000.000
Kas dan Bank 300.000.000
Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Aset tetap yang diperoleh secara angsuran,
perlu diperhatikan mengenai kontrak
pembeliannya.
Contoh: membeli aset tetap berupa mobil
harga perolehan Rp.120.000.000 dibayar
dalam 24 kali angsuran, angsuran pokok
Rp.5.000.000 per bulan dengan bunga 20%
per tahun.
Perhitungan angsuran pertama:
Angsuran pokok = Rp.5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x 120.000.000 = Rp.2.000.000
Jumlah pembayaran = Rp.7.000.000

Angsuran bulan kedua:


Angsuran pokok = Rp.5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x (120.000.000-5.000.000) = Rp.1.916.000
Jumlah pembayaran = Rp.6.916.000
Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran
Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2007) suatu
aset tetap dapat diperoleh dengan pertukaran
atau pertukaran sebagian. Biaya diukur pada
nilai wajar aset yang dipertukarkan atau
diperoleh, yang paling andal, sebanding
dengan nilai wajar aset yang dipertukarkan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas
atau setara kas yang ditransfer.
Perolehan Aset Tetap dengan Cara
Membangun Sendiri
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas
harga belinya dan setiap biaya dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa
aset tersebut ke kondisi yang membuat aset
dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Dari aspek perpajakan perolehan aset tetap
dengan cara membangun sendiri tersebut
sebagai objek yang terutang Pajak Pertambahan
Nilai.
Perolehan secara Hibah, Bantuan dan
Sumbangan
Dalam perolehan secara hibah, bantuan, dan
sumbangan secara langsung dihubungkan
dengan perlakuan akuntansi pajak, karena
akuntansi komersial sedikit mengatur aset yang
diperoleh dari sumbangan (donasi).
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu
pada Pasal 10 ayat (4) UU PPh yang mengatur
berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa
bantuan, sumbangan, harta hibah, atau warisan,
syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b adalah:
Tidak termasuk sebagai objek pajak adalah:
a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan para penerima zakat yang berhak;
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial,
atau pengusaha kecil, termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, pemerintahan, atau penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
b. Warisan
2. Apabila tidak memenuhi syarat yang
diperlukan sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf a
UU PPh dengan contoh kongkret yaitu harta
hibahan yang diberikan tersebut ternyata
mempunyai hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan, maka dasar
penilaian bagi yang menerima penghibahan
sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Penyusutan Aset Tetap
PSAK No. 16 (Revisi 2007) penyusutan adalah alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aset selama umur manfaatnya.
Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berwujud
dengan syarat aset tetap berwujud tersebut:
1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode
akuntansi;
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan
dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk
disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan,
penyusutan atas pengeluaran untuk
pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak
guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai, yang memiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam
bagian-bagian yang sama besar masa manfaat
yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
Persyaratan aset yang dapat disusutkan menurut
ketentuan perpajakan meliputi:
1. Harta yang disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
Terdapat pula aset yang menurut akuntansi dapat
disusutkan, tetapi menurut akuntansi pajak tidak
dapat disusutkan, yaitu:
1. Aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang
dikuasai dan dibawa pulang pegawai, termasuk juga
yang ada di daerah terpencil
2. Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak
bukan di daerah terpencil yang ditempati pegawai
yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan
Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan
Komersial
Dalam praktik akuntansi komersial metode
penyusutan dapat digunakan sesuai
pengelompokan menurut kriteria berikut ini:
Dasar waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan

b. Metode
pembebanan umum
1) Metode jumlah angka tahun
Biaya Penusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga perolehan/Nilai Residu
2) Metode saldo menurun/saldo menurun
ganda
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan : Harga Sisa Buku Awal Periode

Dasar Penggunaan
a. Metode jam jasa (service hour method)
Harga Peroleha – Nilai Residu
Tarif penyusutan per jam :
Estimated Dervice Life
b. Metode unit produksi (productive output
method)
Produksi Sebenarnya
Tarif Penyusutan :
Kapasitas Produksi
Biaya Penyusutan : Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan : Harga Perolehan – Nilai Residu

3. Dasar Kriteria Lainnya bahwa biaya


penyusutan dapat dihitung dengan dasar
jenis dan kelompok.
Saat Penyusutan Aset Tetap Sesuai
Ketentuan Komersial
Paragraf 58 SAK No. 16 (Revisi 2007)
menyatakan bahwa penyusutan aset dimulai
pada saat aset berada pada lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan
dalam hal terjadi Jual Beli Harta
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi
jual beli harta ditentukan sebagai berikut:
 Tidak dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah
harga yang sesungguhnya dibayar;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah
harga yang sesungguhnya diterima.
 Dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan;
b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah
jumlah yang seharusnya diterima.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan
dalam hal terjadi Tukar-Menukar
Harta
Dalam hal terjadi tukar-menukar harta dengan
harta lain, maka nilai perolehan atau nilai
penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta
adalah harga yang seharusnya dikeluarkan
berdasarkan harga pasar.
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta
adalah harga yang seharusnya diterima
berdasarkan harga pasar (Pasal 10 ayat (2)
UU PPh)
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam hal terjadi
pengalihan Harta karena Hibah, Bantuan atau Sumbangan,
dan Warisan
1. Wajib Pajak menyelenggarakan
pembukuan
2. Wajib Pajak tidak menelenggarakan
pembukuan
Metode Penyusutan sesuai
Ketentuan Perpajakan
Metode penyusutan menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 UU
PPh:
1. Metode garis lurus (straight line method)
atau metode saldo menurun (declining
balance method) untuk aset tetap berwujud
bukan bangunan.
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud
berupa bangunan.
Kelompok Harta Berwujud dan Tarif
Penyusutan
Penentuan kelompok dan tarif penyusutan
harta berwujud didasarkan pada Pasal 11 UU
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan
Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan
Berwujud Manfaat Berdasarkan Metode Berdasarkan Metode
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak permanen 10 tahun 10% -
Contoh:
PT Maju memiliki aset tetap berwujud yang
diperolehnya awal tahun 2014 sebagai
berikut (metode garis lurus):
No Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Manfaat Harga Perolehan Kelompok
Perolehan

1 Mesin I Januari 2014 8 Tahun 200.000.000 II


2 Mesin II Januari 2014 8 Tahun 150.000.000 II
3 Truk Januari 2014 8 Tahun 70.000.000 II

1. Mesin I = 12,5% x 200.000.000 = 25.000.000


2. Mesin II = 12,5% x 150.000.000 = 18.750.000
3. Truk = 12,5% x 70.000.000 = 8.750.000
jumlah penyusutan selama tahun 2014 = 52.500.000
Penarikan Harta Bukan Bangunan
Aset tetap perusahaan yang tidak terpakai lagi
dapat ditarik dari pemakian. Penarikan dapat
dilakukan dengan menjual aset tetap
tersebut. Dalam akuntansi komersial,
terhadap aset tetap yang dijual nilai bukunya
dihitung sampai dengan tanggal penjualan,
sedangkan dalam ketentuan perpajakan nilai
sisa bukunya dihitung sampai dengan akhit
tahun sebelum aset tersebut dijual.
Ketentuan Pasal 11 ayat (8) UU PPh, bahwa telah
terjadi penjualan atau penarikan harta Pasal 4 ayat (1)
huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya,
maka nilai buku harta tersebut dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian
asuransinya yang diterima atau diperoleh, dibukukan
sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan,
sehingga keuntungan atau kerugian karena
pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak
dalam tahun dilakukan pengalihan harta.
Apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan,
sumbangan, hibah, atau warisan (yang memenuhi
syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh)
berupa harta berwujud, maka jumlah sisa bukunya
tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak
yang mengalihkan.
Pengelompokan Aset Tetap untuk
Keperluan Penyusutan
Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva
yang dimiliki dan mengelompokkannya 
sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang
dimaksud memenuhi pengertian dan memiliki
sifat-sifat sebagai aktiva tetap. Mengenai
pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan
Indonesia memberikan pernyataan dalam
PSAK Nomor 16 paragraf 06, yaitu: (Ikatan
Akuntan Indonesia, op.cit., No 16 paragraf 6)
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu
aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap apabila:
Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di
masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva
tersebut akan mengalir dalam perusahaan; untuk dapat
menilai apakah manfaat keekonomisan di masa yang
akan datang  tersebut akan mengalir ke dalam
perusahaan maka harus di nilai tingkat kepastian
terjadinya aliran manfaat keekonomisan tersebut, yang
juga memerlukan suatu kepastian bahwa perusahaan
akan menerima imbalan dan menerima resiko terkait.
Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal;
sedangkan kriteria kedua  mengarah kepada bukti-bukti
yang diperlukan untuk mendukungnya.
Penggolongan aktiva tetap
Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki
sifat yang berbeda dengan aktiva lainnya.
Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis
barang maka dilakukan penggelompokkan lebih
lanjut atas aktiva-aktiva tersebut.
Pengelompokkan itu tergantung pada
kebijaksanaan akuntansi perusahaan masing-
masing karena umumnya semakin banyak
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan
maka semakin banyak pula kelompoknya.
Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan
akuntansi dilakukan penggolongan sebagai berikut:
Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti
tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan
peternakan.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila
sudah habis masa penggunaannya  dapat diganti dengan
aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-
alat, mebel dan lain-lain.
Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila
sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti
dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber
alam seperti hasil tambang dan lain-lain.
Berdasarkan Jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai
berikut:
Lahan - Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan
tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila
ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatan
dari lahan itu sendiri.
Bangunan gedung - Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi
ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang
menjadi lokasi gedung.
Mesin - Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari
mesin yang bersangkutan.
Kendaraan - Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk, grader,
traktor, forklift, mobil, kendaraan bermotor dan lain-lain.
Perabot - Dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot
laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan
Inventaris - Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.
Prasarana - Prasarana merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat
klasifikasi khusus prasarana seperti: jalan, jembatan, roil, pagar dan lain-
lain.
Pengertian penyusutan
Di samping pengeluaran dalam masa
penggunaannya, masalah penyusutan
merupakan masalah yang penting selama masa
penggunaan aktiva tetap. Yang dimaksud
dengan penyusutan menurut Akuntansi
Perpajakan terapan adalah sebagai berikut :
“Proses alokasi sebagian  harga perolehan
aktiva menjadi biaya (costallocation), sehingga
biaya tersebut mengurangi laba usaha”
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2
tentang Akuntansi Penyusutan  menyatakan
bahwa: “Penyusutan adalah alokasi jumlah
suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi, penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan
kependapatan baik secara langsung maupun
tidak langsung”. 
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus
mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:
Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan, maka
perusahaan manufaktur dan jenis usaha yang padat modal
(capital intensive) akan sangat diuntungkan dibandingkan
perusahaan jasa ataupun jenis usaha padat karya (labor
intensive).
Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan
membawa akibat pada peningkatan investasi (capital
growth) sehingga EAT/ROI/CF menjadi meningkat.
Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus
disesuaikan dengan beberapa hal, yaitu besarnya biaya
administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan wajib
pajak.
Revaluasi Aktiva Tetap
Pemerintah telah meluncurkan kebijakan perpajakan
melalui Peraturan Menteri Keuangan bernomor
191/PMK.10/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan
Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016
(PMK 191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan
Revaluasi Aktiva Tetap.
Secara garis besar, kebijakan ini adalah bentuk insentif
perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak.
Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen
baru karena Menteri Keuangan pernah meluncurkan
instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu
melalui PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008).
Tarif yang diberikan bagi insentif revaluasi aktiva
tetap ini terbagi menjadi 3 macam dan ketiganya
bersifat final. Pembagian tarif ini disesuaikan
dengan saat wajib pajak melakukan pemanfaatan
insentif perpajakan revaluasi. Tarif tersebut
adalah:
3%, untuk permohonan sampai dengan 31
Desember 2015 dan penilaian kembali selesai
paling lambat 31 Desember 2016;
4%, untuk permohonan periode 1 Januari 2016
sampai dengan 30 Juni 2016 dan penilaian
kembali selesai paling lambat 30 Juni 2017; atau
6%, untuk permohonan periode 1 Juli 2016
sampai dengan 31 Desember 2016 dan penilaian
kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017.
Tarif tersebut dikenakan atas selisih lebih nilai
aktiva tetap hasil penilaian kembali atau hasil
perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak
berdasarkan Kantor Jasa Penilai Publik atau ahli
penilai di atas nilai buku fiskal semula. Adapun
hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak
lainnya adalah Wajib Pajak wajib melunasi Pajak
Penghasilan (PPh) Final terkait dilakukannya
penilaian kembali aktiva tetap dilakukan sebelum
diajukannya permohonan dan dilengkapinya
dokumen dalam hal permohonan diajukan dengan
menggunakan nilai perkiraan penilaian kembali
dari Wajib Pajak.
Jika dibandingkan dengan tarif yang terdapat
pada PMK 79/2008, tentunya tarif yang
terdapat di PMK 191/2015 jauh lebih rendah.
Tarif yang terdapat pada PMK 79/2008 adalah
10%, sedangkan tarif yang berlaku pada PMK
191/2015 berkisar antara 3% hingga 6%.
Terbitnya peraturan ini diharapkan dapat
menjadi insentif untuk menjaga stabilitas
ekonomi makro, mendorong pertumbuhan
ekonomi, serta memperhatikan kebutuhan
wajib pajak berniat meningkatkan nilai
perusahaannya.
Pemberian insentif perpajakan ini dimaksudkan
sebagai pendorong wajib pajak agar semakin taat
terhadap ketentuan peraturan perpajakan. Kepada
seluruh masyarakat dan Wajib Pajak, dihimbau
untuk segera memanfaatkan kesempatan ini,
sekaligus memberikan dukungan positif dalam
pencapaian target penerimaan negara dari pajak.
Pajak yang Anda bayarkan, dikembalikan dalam
bentuk fasilitas umum, sarana prasarana dan
berbagai layanan umum lainnya, karena Pajak
Milik Bersama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai