A. PENDAHULUAN
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang mempunyai wujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Pencantuman di Neraca:
Aktiva yg umurnya terbatas harga perolehan – akumulasi depresiasi/deplesi
Aktiva yg umurnya tidak terbatas hanya sebesar harga perolehan.
Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap meliputi harga perolehan,
biaya yang dapat diatribusikan langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi (dismantling cost). Yang dimaksud dengan
biaya yang dapat diatribusikan langsung meliputi:
a. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan atau akuisis aset
tetap
b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. biaya penanganan dan penyerahan awal
d. biaya perakitan dan instalasi
e. biaya pengujian aset
f. komisi profesional
Sedangkan menurut UU PPh, harga perolehan suatu aset diatur sebagai berikut:
a. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima.
b. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
c. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
d. Apabila terjadi pengalihan harta:
1) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari
pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak;
2) yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a,
maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta
tersebut.
e. Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c,
maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai
pasar dari harta tersebut.
f. Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata‐rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.
Misal : dibeli mesin pabrik Rp. 55.000.000, pengeluaran yang berkaitan dengan
pembelian mesin antara lain : PPN sebesar Rp. 5.500.000; Premi asuransi
sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan sebesar Rp. 1.450.000 maka harga
perolehannya :
Jurnal
Perolehan aset tetap juga diperoleh dari hibah pemerintah.Dalam hal hibah
pemerintah inilah tidak oleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas
tersebut akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah dan hibah diperoleh
Paragraf 7 PSAK 16(Revisi 2007) memberikan kriteria atas biaya
perolehan aset tetap yang harus diakui sebagai aset.Biaya perolehan aset harus
diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
1. besar kemungkinan manfaat ekonomi dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Jurnal
Kendaraan 500.000.000 -
Kas - 500.000.000
(gabungan)
Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian secara
lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada harga perolehan masing-
masing aktiva tetap yang ditentukan dengan harga pasar .
Misal:
PT LISA pada tanggal 1 januari 2010 membeli tanah, gedung dan peralatan
dengan harga total 100.000.000 dan harga pasar masing- masing sebesar
45.000.000 untuk tanah, 75.000.000 untuk gedungnya dan 30.000.000 untuk
peralatan. Hitunglah alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut dan
buatlah jurnalnya.
Apabila ada bunga, maka TIDAK BOLEH diakui sebagai harga perolehan. Bunga
diakui terpisah sebagai biaya bunga.
CONTOH
PT “Jimbaran” membeli gedung seharga Rp 500 jt pada tanggal 01 Januari 2009.
Pembayaran pertama sebesar Rp 200 jt dan sisanya diangsur tiap tanggal 31
Desember selama 3 tahun dengan bunga 10% per tahun.
CONTOH
Pada awal tahun 2009, PT “Seloka” menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga
perolehan mesin produksi sebesar Rp 20 jt, akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran
sebesar Rp 15 jt sehingga nilai bukunya sebesar Rp5 jt. Nilai wajar mesin produksi tersebut
sebesar Rp Rp 8 jt dan PT “Seloka” harus membayar uang sebesar Rp 17 jt.
Truk 25.000.000 -
Akumulasi Depresiasi Mesin 15.000.000 -
Kas - 17.000.000
Mesin - 20.000.000
Laba Pertukaran Mesin - 3.000.000
Apabila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru
ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan.
Sebaliknya, apabila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang
diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), dan nilai
baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima.
CONTOH
PT “Gegana” menukarkan truk merk Toyota dengan truk baru merk Suzuki. Harga perolehan
truk Toyota Rp 100 jt dan akumulasi depresiasi sebesar Rp 40 jt. Harga pasar (nilai wajar)Truk
Suzuki Rp 250 jt. Dalam pertukaran tersebut, PT “Gegana” masih harus menambah uang tunai
sebesar Rp 200 jt.
Perhitungan:
Harga Perolehan truk Toyota 100.000.000
Akumulasi Depresiasi truk Toyota 40.000.000
Nilai Buku truk Toyota 60.000.000 -
Kas yang dibayarkan 200.000.000
Harga Perolehan truk Suzuki 260.000.000
+
Jurnal:
Kas - 200.000.000
Truk Toyota - 100.000.000
Aktiva tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan dari pemerintah
atau lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang
dikeluarkan, akuntansi tetep mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggugjawaban.aktiva tetap yan diperoleh dari hibah pemerintah yang intinya tidak
boleh diakui sampai entitas memperoleh keyakinan akan memenuhi kondisi atau prasyarat
hibah. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan akun lawannya adalah modal sumbangan.
Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan itu diterima
Contoh:
Pada tanggal 27 januari 2010 PT Bejobanget menerima sumbangan dari pemerintah daerah
berupa tanah. Nilai wajar tanah dilokasi setempat adalah 75 juta. Hitunglah harga
perolehan tanah dan buatlah jurnal yang diperlukan.
Karena nilai wajar tanah sebesar 75 juta rupiah maka harga perolehan tanah
sumbangan tersebut sebesar 75 juta rupiah juga.
Jurnal
27/1 Tanah 75.000.000
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada pasal 10 ayat (4)
UndangUndang Pajak Penghasilan yang mengatur berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan,sumbangan,harta hibah,atau
warisan,syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b
b. Warisan
2. Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan sesuai pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan ,maka dasar penilaian bagi yang menerima penghibahan sama
dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap
bantuan,sumbangan,dan hibah,maka perlakuan kauntansi bagi pihak penerima bantuan
akan dikreditkan pada akun “ekuitas atau modal” sehingga diperlakukan secara fiskal
penghasilannya,sebaliknya,pihak pemberi bantuan membukukannnya berdasarkan harga
atau nilai sisa buku.
Jurnal :
Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut
sehingga dalam akuntansi dikenal dengan penyusutan aktiva tetap. Penyusutan atau depresiasi
adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva
tetap tersebut.
Sedangkan umur fungsional biasanya dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam
penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut
masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam
kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva
tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk.
Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman. Kondisi ini biasanya terjadi pada jenis
aktiva yang bersifat dekoratif seperti furniture, hiasan dinding, dan lain sebagainya. Dalam
penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang
biasa dikenal dengan umur ekonomis.
1. Dasar waktu
a.Metode garis lurus (straight line method)Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikanberdasar
berjalannya waktu, dalam jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud
tersebut.
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan
Cara penghitungan persentase penyusutan dapat dengan mudah dilakukan apabila diketahui masa
manfaat. Masa manfaat aset tetap selama 5 tahun maka:
Dengan rumusan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Perolehan -/- Nilai Residu
Tarif penyusutan ditetapkan dengan pecahan, yaitu pembilang adalah angka tahun yang ada
selama masa manfaat aset tetap, sebagai contoh 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, sedangkan pembilang
untuk tahun pertama adalah penjumlahan angka tahun sampai dengan angka tahun terakhir. Sebagai
contoh, apabila masa manfaat hanya 5 tahun, maka penjumlahannya (1 + 2 + 3 + 4 + 5) = 15.
Penghitungan penyusutan dapat dilakukan:
Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000
Nilai residu Rp 45.000.000
Masa manfaat 5 tahun
Penyusutan tahun:
Ke 1 = 5/15 x (Rp 300.000.000 - Rp 45.000.000) = Rp 85.000.000
Ke 2 = 4/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 68.000.000
Ke 3 = 3/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 51.000.000
Ke 4 = 2/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 34..000.000
Ke 5 = 1/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 17.000.000
Daftar penyusutan selama 5 tahun sebagai berikut:
Th Harga Tarif Biaya Ak. Nilai Sisa Buku
Perolehan Penyusutan Penyusutan Penyusutan
1 300.000.000 5/15 85.000.000 85.000.000 215.000.000
2 300.000.000 4/15 68.000.000 153.000.000 147.000.000
3 300.000.000 3/15 51.000.000 204.000.000 96.000.000
4 300.000.000 2/15 34.000.000 238.000.000 62.000.000
5 300.000.000 1/15 17.000.000 255.000.000 45.000.000
2.) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun,
dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam memberikan jasanya dari tahun ke tahun
semakin menurun.
Penghitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode
Pada umumnya, tarif penyusutan adalah dua kali tarif penyusutan apabila menggunakan metode
ganis lurus tanpa memerhatikan nilai residu (recidual value) sebagaimana contoh yang lalu:
Contoh :
Aset tetap berupa mesin harga perolehannya Rp 300.000.000. Nilai Residu pada akhir tahun ke-5
sesuai masa manfaatnya Rp 40.000.000. Mesin diperkirakan dapat menghasilkan 20.000.000 unit
produksi. Besarnya tarif penyusutan dihitung tahun pertama dengan produksi sebenarnya
3.000.000 unit.
Tarif penyusutan = 3.000.000 X 100% = 15%
20.000.000
Biaya Penyusutan = 15% ( Rp 30.000.000 – Rp 40.000.000) = Rp 39.000.000
Demikian pula selanjutnya untuk tahun kedua sampai dengan tahun ke-5. Besarnya penyusutan akan
bervariasi karena sangat bergantung pada produksi sebenarnya yang dapat dihasilkan oleh mesin
tersebut.
Daftar biaya penyusutan selama 5 tahun :
Th Harga Jasa Tarif Biaya Akumulasi Nilai Sisa
Perolehan Penyusutan Penyusutan Bulan
1 300.000.000 3.000.000 2/20X100%=15% 39.000.000 39.000.000 261.000.000
2 300.000.000 5.000.000 5/20X100%=25% 65.500.000 104.000.000 196.000.000
3 300.000.000 5.000.000 5/20X100%=25% 65.000.000 169.000.000 131.000.000
4 300.000.000 4.000.000 4/20X100%=20% 52.000.000 221.000.000 79.000.000
5 300.000.000 3.000.000 3/20X100%=15% 39.000.000 260.000.000 40.000.000
20.000.000 260.000.000
1
Tarif penyusutan Grup = Taksiran rata-rata umur grup aset
Apabila taksirn rata-rata umum grup aset tetap 5 tahun.
Tarif penyusutan grup = 1/5 x 100% = 20%.
Biaya penyusutan setiap tahun = 20% x Rp 730.000.000 = Rp 146.000.000
Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan telah menjelaskan tentang
pengeluaran -pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan tidak berwujud serta pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi. Pasal 9 ayat (2), pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan
pembayaran di muka, sebagai contoh sewa untuk beberapa tahun yang dibayarakan sekaligus
pembebananya akan dilakukan melalui alokasi-alokasi per tahun.
Penyusutan menurut akuntansi pajak ini tidak mempertimbangkan nilai sisa (residual value),
sehingga diartikan bahwa seluruh harga perolehan tersebut disusutkan. Sebenarnya banyak cara yang
dapat ditempuh untuk memperoleh asset tetap telah disampaikan dalam akuntansi konvensional.
Tetapi dapat teridentifikasi bahwa aset tetap dapat diperoleh melalui:
1. pembelian baik secara tunai kredit atau angsuran,
2. leasing (sewa guna usaha),
3. pertukaran dengan sekuritas atau dengan aset lainnya,
4. penyertaan modal,
5. membangun sendiri,
6. hibah atau pemberian,
7.bangun guna serah (built operate and transfer—BOT).
Pasal 10 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan mengatur penetapan
harga perolehan atau harga penjualan dalam rangka menghitung penghasilan sehubungan dengan
penggunaan harta dalam perusahaan, menghitung laba atau rugi apabila terjadi penjualan atau
pengalihan harta, dan menghitung dan penjualan barang dagangan. Dalam menentukan harga
perolehan atau harga penjualan, suatu harta dapat dikelompokkan menjadi:
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta.
2. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta.
3. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta karena hibah, bantuan,
atau sumbangan, dan warisan.
5. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai
yang diterima oleh badan sebagai pengganti penyertaan modal.
Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut:
1. Yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya dibayar;
Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya pemasangan.
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya diterima.
2. Yang dipengaruhi hubungan istimewa:
a.Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga jumlah yang seharusnya dikeluarkan;
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya diterima.
Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar-Menukar Harta
Dalam hal terjadi transaksi tukar menukar harta dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai
penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan
harga pasar;
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang berdasarkan harga pasar (Pasal 10 ayat
(2) Undang-Undang PPh)
Harga Perolehan atau Harga Pejualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta karena Hibah,
Bantuan atau Sumbangan, dan Warisan
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan tersebut tidak dalam
rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian atau nilai perolehan bagi pihak
yang menerima pengalihan harta adalah:
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
Nilai perolehan adalah sama dengan nilai sisa buku harta dari pihak yang melakukan
pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Dengan demikian, yang
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-Undang PPh. Apabila tidak
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai pasar.
2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan
Dalam hal Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga nilai sisa buku tidak
diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai atau harga perolehan bagi yang mengalihkan harta berupa tanah dan/atau
bangunan tidak dapat diketahui , namun tahun perolehannya diketahui, maka niilai
perolehan bagi yang menerima pengalihan harta tersebut adalah:
1) Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan dalam
tahun 1986 atau sebelumnya, adalah sama besarnya dengan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak
Bumi dan Bangunan tahun pajak 1986; atau
2) Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan sesudah
tahun 1986, adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT PBB
tahun pajak diperolehnya harta tersebut bagi yang mengalihkan; atau
3) Apabila SPPT PBB tidak ada adalah berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
b. Apabila nilai atau harga perolehan dan tahun perolehan bagi yang mengalihkan harta
berupa tanah dan/atau bangunan tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang
menerima harta tersebut adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam
SPPT PBB tahun pajak yang paling awal yang tersedia atas nama yang mengalihkan harta
tersebut, atau jika SPPT PBB tidak ada, berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
c. Untuk harta selain tanah dan/atau bangunan, apabila nilai atau harga perolehan bagi yang
mengalihkan harta tersebut tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang menerima
pengalihan harta tersebut adalah sama besarnya dengan 60% dari harga pasar wajar harta
tersebut pada saat terjadinya pengalihan.
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh bukan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang di tetapkan oleh
Menteri Keuangan, dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan
tersebut tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian
atau nilai perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah sama dengan nilai pasar dari
harta tersebut.
Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta Termasuk
Setoran Tunai yang Diterima Oleh Badan sebagai Pengganti Penyertaan Modal
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran tunai
atau pengalihan harta. Apabila terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai diterima oleh badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal, maka dasar penilaian harta bagi
badan yang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai pasar dari harta yang dialihkan
tersebut.
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4
tahun.
Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8
tahun.
Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16
tahun.
Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20
tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dan
metode saldo menurun (declining balance method).
Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode
garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan
metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan
bangunan saja.
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya:
TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
SALDO
BERWUJUD MANFAAT GARIS LURUS
MENURUN
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% –
Tidak Permanen 10 tahun 10% –
Saat penyusutan dapat dimulai pada:
1) Bulan dilakukan pengeluaran.
2) Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan
harta tersebut selesai.
3) Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta berwujud
mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan
harta tersebut mulai menghasilkan.
Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam pengelompokan
harta tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan No. 96/KMK.03/2009 Tanggal
15 Mei 2009 mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk kedalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, berlaku sejak 1 Januari 2009 sebagai berikut.
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam kelompok 1
No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung,
duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer,
scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,
tape/cassette, video recorder, televisi dan
sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon,
faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.
2 Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti
kehutanan, cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.
9 Industri semi konduktor Auto frame loader, automatic logic handler, baking
oven, ball shear tester, bipolar test handler
(automatic), cleaning machine, coating machine,
curing oven, cutting press, dambar cut machine,
dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in
system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-
01), full automatic handler, full automatic mark,
hand maker, individual mark, inserter remover
machine, laser marker (FUM A-01), logic test
system, marker (mark), memory test system,
molding, mounter, MPS automatic, MPS manual,
O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form
machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut
press, trimming/forming machine, wire bonder, wire
pull tester.
10 Jasa Persewaan Peralatan Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Tambat Air Dalam
11 Jasa Telekomunikasi Seluler Mobile Switching Center, Home Location Register,
Visitor Location Register. Authentication Centre,
Equipment Identity Register, Intelligent Network
Service Control Point, intelligent Network Service
Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver
Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3
No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Pertambangan selain minyak Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
dan gas pertambangan, termasuk mesin-mesin yang
mengolah produk pelikan.
2 Permintalan, pertenunan dan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan
pencelupan produk-produk tekstil (misalnya kain katun,
sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan
lainnya, lena rami, permadani, kain-kain
bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya.
OLEH :
KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :
1. SONIA OKTAVIANI (16043030)
2. AWIN SAPUTRA DAULAY (16043036)
3. HUSNAINI DWI WANRI (16043043)
4. RIDHO AULIA RANDA (16043050)
5. BIMAHADI RAZAK (16043057)
AKUNTANSI (NK)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
SUMBER
http://www.pajak.go.id/content/22115121-ketentuan-penyusutan