Anda di halaman 1dari 37

AKTIVA TETAP BERWUJUD

A. PENDAHULUAN

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang mempunyai wujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.

Karakteristik utama aktiva tetap berwujud adalah:


1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan
untuk dijual kembali.
Contoh:
 sebuah bangunan yang tidak digunakan, lebih tepat diklasifikasikan sebagai
investasi.
 Tanah yang dimiliki oleh pengembang tanah, lebih cocok
diklasifikasikan sebagai persediaan.

2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek


pengyusutan. Perusahaan mengalokasikan biaya investasi dalam aktiva-
aktiva ini pada periode masa depan melalui beban penyusutan periodik.
Tapi, hal ini tidak berlaku untuk tanah, yang tidak disusutkan.

3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.


Properti, pabrik dan peralatan merupakan aktiva berwujud yang
mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.
Tidak seperti bahan baku, aktiva tetap berwujud secara fisik bukan
merupakan bagian dari produk yang dimiliki untuk dijual kembali.

B. PENGAKUAN ASET TETAP


Menurut PSAK No. 16
“Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus
diukur berdasarkan biaya perolehan”

Pencantuman di Neraca:
 Aktiva yg umurnya terbatas harga perolehan – akumulasi depresiasi/deplesi
 Aktiva yg umurnya tidak terbatas hanya sebesar harga perolehan.

Pengakuan Biaya Perolehan Awal Aset Tetap


Menurut PSAK 16. untuk dapat dikapitalisasi ke dalam aset tetap, biaya perolehan awal
aset tetap harus memenuhi dua kriteria kapitalisasi, yaitu kemungkinan besar manfaat
ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan di masa mendatang dan biaya perolehannya
dapat diukur secara andal.

Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap meliputi harga perolehan,
biaya yang dapat diatribusikan langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi (dismantling cost). Yang dimaksud dengan
biaya yang dapat diatribusikan langsung meliputi:
a. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan atau akuisis aset
tetap
b. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. biaya penanganan dan penyerahan awal
d. biaya perakitan dan instalasi
e. biaya pengujian aset
f. komisi profesional

Sedangkan contoh biaya di bawah ini bukan merupakan biaya perolehan:


a. biaya pembukaan fasilitas baru (grand opening atau soft opening)
b. biaya pengenalan produk atau jasa baru
c. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau pelanggan baru
d. biaya administrate dan overhead umum
e. biaya yang terjadi ketika aset telah mampu beroperasi sesuai dengan maksud
manajemen namun belum digunakan atau masih beroperasi di bawah kapasitas penuh
f. kerugian awal saat operasi seperti kerugian permintaan terhadap keluaran masih rendah
g. biaya relokasi dan reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas

Sedangkan menurut UU PPh, harga perolehan suatu aset diatur sebagai berikut:
a. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima.

b. Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
c. Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
d. Apabila terjadi pengalihan harta:
1) yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari
pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak;
2) yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a,
maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta
tersebut.
e. Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c,
maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai
pasar dari harta tersebut.
f. Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata‐rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.

Misal : dibeli mesin pabrik Rp. 55.000.000, pengeluaran yang berkaitan dengan
pembelian mesin antara lain : PPN sebesar Rp. 5.500.000; Premi asuransi
sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan sebesar Rp. 1.450.000 maka harga
perolehannya :

Harga beli : 55.000.000


PPN : 5.500.000
Premi asuransi : 550.000
Biaya pemasangan : 1.450.000

Harga perolehan 62.500.000

Jurnal

Mesin pabrik 62.500.000


Kas 62.500.000

C. PENGUKURAN BIAYA PEROLEHAN


Aset tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Pengertian
biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada
saat terjadinya.Kemungkiann pembayaran suatu aset ditangguhkan sampai
dengan melampaui jangka waktu kredit normal,maka perbedaan nilai tunai
dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode. Tetapi
dikecualikan bila dikapitalisasi sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan
PSAK No. 26 (Biaya Pinjaman)
Perolehan aset tetap dapat dapat beragam seperti diperoleh karena
pertukaran nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter.Biaya
perolehan dari suatu aset tetap diukur dengan menggunakan nilai wajar,tetapi
dikecualikan terhadap :
1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersil atau
2. Nilai wajar dari suatu aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal

Perolehan aset tetap juga diperoleh dari hibah pemerintah.Dalam hal hibah
pemerintah inilah tidak oleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas
tersebut akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah dan hibah diperoleh
Paragraf 7 PSAK 16(Revisi 2007) memberikan kriteria atas biaya
perolehan aset tetap yang harus diakui sebagai aset.Biaya perolehan aset harus
diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
1. besar kemungkinan manfaat ekonomi dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Selanjutnya pengukuran setelah pengakuan awal entitas harus memilih


model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model).

D. PEROLEHAN ASET TETAP


Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan Dan Terpisah
(Terpisah)
PT “Gegana” membeli aktiva tetap dari sebuah perusahaan berupa Kendaraan dengan
harga senilai Rp 500.000.000.

Jurnal
Kendaraan 500.000.000 -
Kas - 500.000.000

(gabungan)

Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian secara
lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada harga perolehan masing-
masing aktiva tetap yang ditentukan dengan harga pasar .
Misal:
PT LISA pada tanggal 1 januari 2010 membeli tanah, gedung dan peralatan
dengan harga total 100.000.000 dan harga pasar masing- masing sebesar
45.000.000 untuk tanah, 75.000.000 untuk gedungnya dan 30.000.000 untuk
peralatan. Hitunglah alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut dan
buatlah jurnalnya.

Golongan Harga Pasar % dari HP & Perhitungan Alokasi

Tanah 45.000.000 30 % x 100.000.000 30.000.000


Gedung 75.000.000 50 % x 100.000.000 50.000.000
Peralatan 30.000.000 20 % x 100.000.000 20.000.000

150.000.000 100 % 100.000.000

Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan

Tanah, gedung & peralatan 100.000.000


Kas 100.000.000

Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan masing-masing aktiva Tanah


30.000.000
Gedung 50.000.000
Peralatan 20.000.000
Tanah, gedung & peralatan 100.000.000

Perolehan Aset Tetap Secara Angsuran

Apabila ada bunga, maka TIDAK BOLEH diakui sebagai harga perolehan. Bunga
diakui terpisah sebagai biaya bunga.

CONTOH
PT “Jimbaran” membeli gedung seharga Rp 500 jt pada tanggal 01 Januari 2009.
Pembayaran pertama sebesar Rp 200 jt dan sisanya diangsur tiap tanggal 31
Desember selama 3 tahun dengan bunga 10% per tahun.

1 Januari 2009 Gedung 500 jt -


Pembelian Gedung Kas - 200 jt
Utang - 300 jt

31 Desember 2009 Utang 100 jt -


Angsuran 1 100.000.000 Beban Bunga 30 jt -
Bunga: 10% x 300jt = 30.000.000 Kas - 130 jt

31 Desember 2010 Utang 100 jt -


Angsuran 2 100.000.000 Beban Bunga 20 jt -
Bunga: 10% x 200jt = 20.000.000 Kas - 120 jt
Perolehan aset tetap secara pertukaran Ditukar dengan aktiva tetap lain/non moneter)

PSAK No. 16 menyatakan:


“harga perolehan yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau
diperoleh, mana yg lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar AT yg dilepaskan setelah
disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer”

Bagaimana kalau harga pasar tidak diketahui? Bagaimana


pengakuan laba atau rugi pertukaran?

Ditukar dengan aktiva tetap TIDAK sejenis


Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah, pertukaran dengan aktiva yang sifat dan
fungsinya tidak sama.

CONTOH
Pada awal tahun 2009, PT “Seloka” menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga
perolehan mesin produksi sebesar Rp 20 jt, akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran
sebesar Rp 15 jt sehingga nilai bukunya sebesar Rp5 jt. Nilai wajar mesin produksi tersebut
sebesar Rp Rp 8 jt dan PT “Seloka” harus membayar uang sebesar Rp 17 jt.

Nilai wajar mesin produksi 8.000.000


Uang tunai yang dibayarkan 17.000.000+
Harga perolehan truk 25.000.000

Nilai wajar mesin produksi 8.000.000


Harga Perolehan Mesin 20.000.000
Akumulasi Depresiasi Mesin 15.000.000 -
Nilai Residu 5.000.000 -
Laba Pertukaran 3.000.000
Jurnal

Truk 25.000.000 -
Akumulasi Depresiasi Mesin 15.000.000 -
Kas - 17.000.000
Mesin - 20.000.000
Laba Pertukaran Mesin - 3.000.000

Ditukar dengan aktiva tetap sejenis


PSAK No. 16:
“Laba atau rugi yg timbul akibat perbedaan nilai wajar AT yg diperoleh dengan yg
diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai
wajar aktiva yg diperoleh

Apabila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru
ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan.
Sebaliknya, apabila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang
diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan (write down), dan nilai
baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima.

CONTOH
PT “Gegana” menukarkan truk merk Toyota dengan truk baru merk Suzuki. Harga perolehan
truk Toyota Rp 100 jt dan akumulasi depresiasi sebesar Rp 40 jt. Harga pasar (nilai wajar)Truk
Suzuki Rp 250 jt. Dalam pertukaran tersebut, PT “Gegana” masih harus menambah uang tunai
sebesar Rp 200 jt.

Perhitungan:
Harga Perolehan truk Toyota 100.000.000
Akumulasi Depresiasi truk Toyota 40.000.000
Nilai Buku truk Toyota 60.000.000 -
Kas yang dibayarkan 200.000.000
Harga Perolehan truk Suzuki 260.000.000
+
Jurnal:

Truk Suzuki 260.000.000 -


Akumulasi Depresiasi truk Toyota 40.000.000 -

Kas - 200.000.000
Truk Toyota - 100.000.000

Perolehan Aset Tetap Dengan Cara Membangun Sendiri

Perusahaan terkadang membangun sendiri aktiva tetapnya. Misalkan perusahaan


membangun sendiri kantornya, garasi ataupun gudangnya. Harga perolehan aktiva yag
dibangun sendiri oleh perusahaan terdiri dari harga material atau bahan bangunan yang
dipakai, upah tenaga kerja, dan biaya lain-lain meliputi listrikdan depresiasi aktiva tetap
perusahaan yang digunakan untuk membangun. Dimunkinkan pula adanya biaya bunga
jika perusahaan dala membangun meminjam dari pihak luar sehingga biaya bunga
dimasukkan dalam unsur harga perolehan tetapi hanya biaya bunga selama masa
konstruksi saja. Jika setelah masa konstruksi belum lunas maka biaya bunga dibebankan
sebagai biaya periodik dalam kelompok biaya diluar usaha dalam laporan laba rugi.
Jika harga perolehan aktiva dengan membangun sendiri lebih kecil dari (lebih rendah)
dari harga aktiva sejenis, perusahaan tidak diperkenankan mengakui adanya keuntungan
akibat membangun sendiri.

Perolehan secara hibah,bantuan dan sumbangan

Aktiva tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan dari pemerintah
atau lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang
dikeluarkan, akuntansi tetep mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggugjawaban.aktiva tetap yan diperoleh dari hibah pemerintah yang intinya tidak
boleh diakui sampai entitas memperoleh keyakinan akan memenuhi kondisi atau prasyarat
hibah. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan akun lawannya adalah modal sumbangan.
Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan itu diterima

Contoh:
Pada tanggal 27 januari 2010 PT Bejobanget menerima sumbangan dari pemerintah daerah
berupa tanah. Nilai wajar tanah dilokasi setempat adalah 75 juta. Hitunglah harga
perolehan tanah dan buatlah jurnal yang diperlukan.

Karena nilai wajar tanah sebesar 75 juta rupiah maka harga perolehan tanah
sumbangan tersebut sebesar 75 juta rupiah juga.

Jurnal
27/1 Tanah 75.000.000

Modal dari sumbangan 75.000.000

Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada pasal 10 ayat (4)
UndangUndang Pajak Penghasilan yang mengatur berikut ini.
1. Apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan,sumbangan,harta hibah,atau
warisan,syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b

Tidak termasuk sebagai objek pajak adalah :

a. 1) Apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan,termasuk zakat yang


diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
2.) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus atau satu derajat,dan oleh badan keagamaan,badan pendidikan,badan
sosial.

b. Warisan

2. Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan sesuai pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan ,maka dasar penilaian bagi yang menerima penghibahan sama
dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap
bantuan,sumbangan,dan hibah,maka perlakuan kauntansi bagi pihak penerima bantuan
akan dikreditkan pada akun “ekuitas atau modal” sehingga diperlakukan secara fiskal
penghasilannya,sebaliknya,pihak pemberi bantuan membukukannnya berdasarkan harga
atau nilai sisa buku.

Contoh,ayat jurnal atas hibah sebesar 75.000.000

Jurnal :

1. Memenuhi syarat pasal 4 ayat (3)

27/1 Kas dan bank 75.000.000


Modal dari sumbangan 75.000.000

2. Tidak memenuhi syarat pasal 4 ayat (3)


Dari pihak yang menerima bantuan

27/1 Kas dan bank 75.000.000


Penghasilan sumbangan 75.000.000
Dari pihak yang memberikan bantuan

27/1 Biaya sumbangan 75.000.000


Kas dan Bank 75.000.000

E. PENYUSUTAN ASET TETAP


Aktiva tetap (aset tetap) mempunyai nilai yang semakin berkurang dari suatu periode ke
periode berikutnya. Dengan demikian nilai aktiva tetap akan menjadi turun apabila sudah dipakai
atau digunakan dalam periode tertentu. Namun ada aktiva tetap yang nilainya tidak akan turun
melainkan akan semakin tinggi nilainya yaitu tanah. Aktiva tetap dalam bentuk tanah nilainya akan
semakin tinggi seiring dengan pertambahan waktu.

Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut
sehingga dalam akuntansi dikenal dengan penyusutan aktiva tetap. Penyusutan atau depresiasi
adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva
tetap tersebut.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Biaya Penyusutan

Harga Perolehan (Acquisition Cost)


Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan. Harga
perolehan menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per
periode akuntansi. Harga ini diperoleh dari sejumlah uang yang dikeluarkan dalam memperoleh
aktiva tetap hingga siap digunakan.

Nilai Residu (Salvage Value)


Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada
saat penarikan atau penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya
suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya
alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah baiknya
jika aktiva dapat di daur ulang.
Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)
Sebagian besar aktiva memiliki dua jenis umur, yaitu umur fisik dan juga umur fungsional.
Umur fisik dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki
umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah
menurun fungsinya).

Sedangkan umur fungsional biasanya dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam
penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut
masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam
kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva
tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini
biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk.
Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman. Kondisi ini biasanya terjadi pada jenis
aktiva yang bersifat dekoratif seperti furniture, hiasan dinding, dan lain sebagainya. Dalam
penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang
biasa dikenal dengan umur ekonomis.

F. METODE PENYUSUTAN SESUAI KETENTUAN KOMERSIAL


Dalam praktik akuntansi komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan
menurut kriteria:

1. Dasar waktu
a.Metode garis lurus (straight line method)Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikanberdasar
berjalannya waktu, dalam jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud
tersebut.
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan
Cara penghitungan persentase penyusutan dapat dengan mudah dilakukan apabila diketahui masa
manfaat. Masa manfaat aset tetap selama 5 tahun maka:

Tarif penyusutan 100 = 20%


5
Aset tetap harga perolehan: Rp 300.000.000
Besarnya penyusutan = 20% x Rp 300.000.000 = Rp 60.000.000

Saat penyusutan ayat jurnal yang disusun:


Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Biaya penyusutan 60.000.000
Akumulasi penyusutan asset tetap 60.000.000

Daftar penyusutan secara rinci selama 5 tahun sebagai berikut:


Th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Ak. Penyusutan NiLai Sisa Buku

1 300.000.000 60.000.000 60.000.000 240.000.000


2 300.000.000 60.000.000 120.000.000 180.000.000
3 300.000.000 60.000.000 180.000.000 120.000.000
4 300.000.000 60.000.000 240.000.000 60.000.000
5 300.000.000 60.000.000 300.000.000 0
b. Metode Pembebanan Menurun
1.) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah penyusutan
yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

Dengan rumusan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Perolehan -/- Nilai Residu
Tarif penyusutan ditetapkan dengan pecahan, yaitu pembilang adalah angka tahun yang ada
selama masa manfaat aset tetap, sebagai contoh 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, sedangkan pembilang
untuk tahun pertama adalah penjumlahan angka tahun sampai dengan angka tahun terakhir. Sebagai
contoh, apabila masa manfaat hanya 5 tahun, maka penjumlahannya (1 + 2 + 3 + 4 + 5) = 15.
Penghitungan penyusutan dapat dilakukan:
Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000
Nilai residu Rp 45.000.000
Masa manfaat 5 tahun
Penyusutan tahun:
Ke 1 = 5/15 x (Rp 300.000.000 - Rp 45.000.000) = Rp 85.000.000
Ke 2 = 4/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 68.000.000
Ke 3 = 3/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 51.000.000
Ke 4 = 2/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 34..000.000
Ke 5 = 1/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 17.000.000
Daftar penyusutan selama 5 tahun sebagai berikut:
Th Harga Tarif Biaya Ak. Nilai Sisa Buku
Perolehan Penyusutan Penyusutan Penyusutan
1 300.000.000 5/15 85.000.000 85.000.000 215.000.000
2 300.000.000 4/15 68.000.000 153.000.000 147.000.000
3 300.000.000 3/15 51.000.000 204.000.000 96.000.000
4 300.000.000 2/15 34.000.000 238.000.000 62.000.000
5 300.000.000 1/15 17.000.000 255.000.000 45.000.000
2.) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun,
dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam memberikan jasanya dari tahun ke tahun
semakin menurun.
Penghitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode
Pada umumnya, tarif penyusutan adalah dua kali tarif penyusutan apabila menggunakan metode
ganis lurus tanpa memerhatikan nilai residu (recidual value) sebagaimana contoh yang lalu:

Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000


Nilai residu Rp 40.000.000,00
Persentase penyusutan dengan metode garis lurus 20%
Persentase penyusutan dengan metode saldo menurun = 2 x 20% = 40%
Biaya penyusutan tahun pertama = 40% x Rp 300.000.000 = Rp 120.000.000
Biaya penyusutan tahun kedua = 40% (Rp 300.000.000 - Rp 120.000.000)
= Rp72.000.000,00
Demikian selanjutnya untuk tahun berikutnya sampai dengan akhir masa manfaat.
Daftar Biaya Penyusutan akan tampak sebagai berikut:
Th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Ak. Penyusutan Nilai Sisa Buku

1 300.000.000 120.000.000 120.000.000 180.000.000


2 300.000.000 72.000.000 192.000.000 108.000.000
3 300.000.000 43.200.000 235.200.000 64.800.000
4 300.000.000 25.920.000 261.120.000 38.800.000
5 300.000.000 (1.120.000) 260.000.000 40.000.000
Dan perhitungan di atas pada awal tahun ke 5, terdapat persoalan yaitu nilai sisa buku Rp 38.880.000
tidak dapat digunakan dasar penghitungan biaya penyusutan tahun ke 5, karena aset tetap yang
bersangkutan tidak boleh disusutkan yang mengakibatkan nilai sisa buku di bawah nilai residu. Hal
mi dapat dibuktikan sebagai berikut:
Penyusutan tahun ke-5 = 40% x Rp 38 880.000 = Rp 15.552.000
Nilai sisa buku tahun ke-5
= [Rp 300.000.000 - akumulasi penyusutan]
=[Rp 300.000.000 - (Rp 261.120.000 + Rp 15.552.000)]
= [Rp 300.000.000 — Rp 276.672.000] = Rp 23.328.000.
Namun demikian, karena telah ditetapkan bahwa nilai residu ke-5 adalah sebesar Rp 40.000.000
maka perlu dilakukan terhadap biaya penyusutan yang telah dicatat, yaitu pengurangan biaya sebesar
Rp 1.120.000.
2. Dasar penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa pembelian
aset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini mengakui estimasi masa
manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
Contoh, berdasarkan data aset tetap yang digunakan menunjukkan estimated service life sebesar
20.000 jam, harga perolehan aset Rp 100.000.000 dan nilai residu Rp 5.000.000.

Tarif penyusutan per jam dihitung:

Tarif penyusutan per jam = Harga perolehan – Nilai Residu


Estimated Service life

Tarif penyusutan per jam = Rp 100.000.000 – Rp 5.000.000


20.000
=Rp 4.750
Apabila aset tersebut manfaatnya 5 tahun dengan jam jasa yang telah diketahui maka daftar biaya
penyusutan akan tampak:
Th Harga Jasa Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Sisa
Perolehan Penyusutan Bulan
1 100.000.000 3.000 3.000X4.750=14.250.000 14.250.000 85.750.000
2 100.000.000 5.000 5.000X4.750=23.750.000 38.000.000 62.000.000
3 100.000.000 5.000 5.000X4.750=23.750.000 61.750.000 38.250.000
4 100.000.000 4.000 4.000X4.750=19.000.000 80.750.000 19.250.000
5 100.000.000 3.000 3.000X4.750=14.250.000 95.000.000 5.000.000
20.000 95.000.000
b. Metode unit produksi (productive output method)
Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat
dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk jam pemakaian atau urut-urut
kegiatan lainnya. Perhitungan besarnya biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Tarif Penyusutan = Kapasitas sebenarnya
Kapasitas produksi
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan X Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu

Contoh :
Aset tetap berupa mesin harga perolehannya Rp 300.000.000. Nilai Residu pada akhir tahun ke-5
sesuai masa manfaatnya Rp 40.000.000. Mesin diperkirakan dapat menghasilkan 20.000.000 unit
produksi. Besarnya tarif penyusutan dihitung tahun pertama dengan produksi sebenarnya
3.000.000 unit.
Tarif penyusutan = 3.000.000 X 100% = 15%
20.000.000
Biaya Penyusutan = 15% ( Rp 30.000.000 – Rp 40.000.000) = Rp 39.000.000
Demikian pula selanjutnya untuk tahun kedua sampai dengan tahun ke-5. Besarnya penyusutan akan
bervariasi karena sangat bergantung pada produksi sebenarnya yang dapat dihasilkan oleh mesin
tersebut.
Daftar biaya penyusutan selama 5 tahun :
Th Harga Jasa Tarif Biaya Akumulasi Nilai Sisa
Perolehan Penyusutan Penyusutan Bulan
1 300.000.000 3.000.000 2/20X100%=15% 39.000.000 39.000.000 261.000.000
2 300.000.000 5.000.000 5/20X100%=25% 65.500.000 104.000.000 196.000.000
3 300.000.000 5.000.000 5/20X100%=25% 65.000.000 169.000.000 131.000.000
4 300.000.000 4.000.000 4/20X100%=20% 52.000.000 221.000.000 79.000.000
5 300.000.000 3.000.000 3/20X100%=15% 39.000.000 260.000.000 40.000.000
20.000.000 260.000.000

3. Dasar kriteria lainya


Menggunakan dasar kriteria lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung dengan dasar jenis dan
kelompok. Pengelompokan ini dikenali dalam kelompok atau dalam perpajakan dikenali dengan
golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan bangunan. Ketentuan Pasal 11 Undang-Undang
Pajak Penghasilan mengelompokkannya ke dalam “Bukan Bangunan” dan kelompok “Bangunan”.
Akuntansi komersial mengelompokkan aset berdasarkan masa manfaat.
Contoh:
Aset tetap yang dibeli terkelompokkan ke dalam aset tetap yang masa manfaatnya 5 tahun dan
seterusnya. Apabila PT Maju mempunyai 5 truk dengan nilai perolehan dan nilai residu sesuai daftar
berikut ini, penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Alokasi biaya penyusutan
tampak:
a. Daftar biaya penyusutan truk
b. Dasar penyusunan kelompok
Masa Manfaat 5 Tahun
Truk Ke Harga Perolehan Jumlah Yang dapat Nilai residu
disusutkan
1 150.000.000 140.000.000 10.000.000
2 150.000.000 140.000.000 10.000.000
3 200.000.000 180.000.000 20.000.000
4 200.000.000 180.000.000 20.000.000
5 100.000.000 90.000.000 10.000.000
800.000.000 730.000.000 70.000.000

1
Tarif penyusutan Grup = Taksiran rata-rata umur grup aset
Apabila taksirn rata-rata umum grup aset tetap 5 tahun.
Tarif penyusutan grup = 1/5 x 100% = 20%.
Biaya penyusutan setiap tahun = 20% x Rp 730.000.000 = Rp 146.000.000

Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan telah menjelaskan tentang
pengeluaran -pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan tidak berwujud serta pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi. Pasal 9 ayat (2), pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan
pembayaran di muka, sebagai contoh sewa untuk beberapa tahun yang dibayarakan sekaligus
pembebananya akan dilakukan melalui alokasi-alokasi per tahun.

Penyusutan menurut akuntansi pajak ini tidak mempertimbangkan nilai sisa (residual value),
sehingga diartikan bahwa seluruh harga perolehan tersebut disusutkan. Sebenarnya banyak cara yang
dapat ditempuh untuk memperoleh asset tetap telah disampaikan dalam akuntansi konvensional.
Tetapi dapat teridentifikasi bahwa aset tetap dapat diperoleh melalui:
1. pembelian baik secara tunai kredit atau angsuran,
2. leasing (sewa guna usaha),
3. pertukaran dengan sekuritas atau dengan aset lainnya,
4. penyertaan modal,
5. membangun sendiri,
6. hibah atau pemberian,
7.bangun guna serah (built operate and transfer—BOT).
Pasal 10 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan mengatur penetapan
harga perolehan atau harga penjualan dalam rangka menghitung penghasilan sehubungan dengan
penggunaan harta dalam perusahaan, menghitung laba atau rugi apabila terjadi penjualan atau
pengalihan harta, dan menghitung dan penjualan barang dagangan. Dalam menentukan harga
perolehan atau harga penjualan, suatu harta dapat dikelompokkan menjadi:
1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta.
2. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta.
3. Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta karena hibah, bantuan,
atau sumbangan, dan warisan.
5. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai
yang diterima oleh badan sebagai pengganti penyertaan modal.

G. SAAT PENYUSUTAN ASET TETAP SESUAI KETENTUAN KOMERSIL


Paragraf 58 SAK No. 16 (Revisi 2007) menyatakan bahwa penyusutan aset dimulai pada saat
aset berada pada lokasi dan kondisi yang siinginka agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan
dan maksud manajemen.terjadinya perbedaan pengakuan tersebut mengakaibtkan perbedaan periode
pengakuan aset tetap,sehingga berakibat perbedaan saat aiakuinya penyusutab aset tetap.

Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harta perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut:
1. Yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa:
a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya dibayar;
Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya pemasangan.
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya diterima.
2. Yang dipengaruhi hubungan istimewa:
a.Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga jumlah yang seharusnya dikeluarkan;
b.Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya diterima.

Harga Perolehan Atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar-Menukar Harta
Dalam hal terjadi transaksi tukar menukar harta dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai
penjualan harta tersebut adalah:
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan
harga pasar;
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang berdasarkan harga pasar (Pasal 10 ayat
(2) Undang-Undang PPh)

Harga Perolehan atau Harga Pejualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta karena Hibah,
Bantuan atau Sumbangan, dan Warisan
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan tersebut tidak dalam
rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian atau nilai perolehan bagi pihak
yang menerima pengalihan harta adalah:
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
Nilai perolehan adalah sama dengan nilai sisa buku harta dari pihak yang melakukan
pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Dengan demikian, yang
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-Undang PPh. Apabila tidak
memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai pasar.
2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan
Dalam hal Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga nilai sisa buku tidak
diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai atau harga perolehan bagi yang mengalihkan harta berupa tanah dan/atau
bangunan tidak dapat diketahui , namun tahun perolehannya diketahui, maka niilai
perolehan bagi yang menerima pengalihan harta tersebut adalah:
1) Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan dalam
tahun 1986 atau sebelumnya, adalah sama besarnya dengan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak
Bumi dan Bangunan tahun pajak 1986; atau
2) Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan sesudah
tahun 1986, adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT PBB
tahun pajak diperolehnya harta tersebut bagi yang mengalihkan; atau
3) Apabila SPPT PBB tidak ada adalah berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
b. Apabila nilai atau harga perolehan dan tahun perolehan bagi yang mengalihkan harta
berupa tanah dan/atau bangunan tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang
menerima harta tersebut adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam
SPPT PBB tahun pajak yang paling awal yang tersedia atas nama yang mengalihkan harta
tersebut, atau jika SPPT PBB tidak ada, berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP Pratama).
c. Untuk harta selain tanah dan/atau bangunan, apabila nilai atau harga perolehan bagi yang
mengalihkan harta tersebut tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi yang menerima
pengalihan harta tersebut adalah sama besarnya dengan 60% dari harga pasar wajar harta
tersebut pada saat terjadinya pengalihan.

Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh bukan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang di tetapkan oleh
Menteri Keuangan, dan bantuan atau sumbangan, dengan syarat hibah, bantuan atau sumbangan
tersebut tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau
hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian
atau nilai perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah sama dengan nilai pasar dari
harta tersebut.

Harga Perolehan atau Harga Penjualan dalam Hal Terjadi Pengalihan Harta Termasuk
Setoran Tunai yang Diterima Oleh Badan sebagai Pengganti Penyertaan Modal
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran tunai
atau pengalihan harta. Apabila terjadi pengalihan harta termasuk setoran tunai diterima oleh badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal, maka dasar penilaian harta bagi
badan yang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai pasar dari harta yang dialihkan
tersebut.

H. HARGA PEROLEHAN ASET MEMBANGUN SENDIRI


Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan
sehubungan pembangunan hingga siap pakai. Kemungkinan masalah yang timbul meliputi
pembebanan biaya tidak langsung dengan alokasi secara proporsional, dan bungan selama masa
konstruksi dan penghematan biaya. Untuk kepentingan perpajakn perlakuan akuntansi tetap dapat
diikuti, tetapi bunga selama masa konstruksi (pembangunan) akan dikapita lisasi yang nantinya
secara bertahap dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan. Masalah penghematan biaya biasanya
dengan membangun sendiri menjadi lebih murah, selisihnya tidak diakui sebagai penghasilan.
Sedangkan kerugian akiibat nilai bangunan menjadi lebih tinggi diakui sebagaii beban kerugian.

I. METODE PENYUSUTAN SESUAI KETENTUAN PERPAJAKAN


Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi merupakan konsep
alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap
berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
 Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
 Harta berwujud yang berupa bangunan.

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
 Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4
tahun.
 Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8
tahun.
 Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16
tahun.
 Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20
tahun.

Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:


 Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.
 Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan yang tidak tahan
lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan. Masa manfaatnya tidak lebih dari 10
tahun.

Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line method) dan
metode saldo menurun (declining balance method).
Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode
garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan
metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan
bangunan saja.
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya:
TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
SALDO
BERWUJUD MANFAAT GARIS LURUS
MENURUN
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% –
Tidak Permanen 10 tahun 10% –
Saat penyusutan dapat dimulai pada:
1) Bulan dilakukan pengeluaran.
2) Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan
harta tersebut selesai.
3) Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta berwujud
mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan
harta tersebut mulai menghasilkan.

Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam pengelompokan
harta tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan No. 96/KMK.03/2009 Tanggal
15 Mei 2009 mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk kedalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, berlaku sejak 1 Januari 2009 sebagai berikut.
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam kelompok 1
No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung,
duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer,
scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,
tape/cassette, video recorder, televisi dan
sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon,
faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.
2 Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti
kehutanan, cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.

3 Industri makanan dan minuman Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan


seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering,
pallet, dan sejenisnya.
4 Transportasi dan Pergudangan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai
angkutan umum.
5 Industri semi konduktor Falsh memory tester, writer machine, biporar test
system, elimination (PE8-1), pose checker.
6 Jasa Persewaan Peralatan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel
Tambat Air Dalam Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris.

7 Jasa telekomunikasi selular Base Station Controller

Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 2


No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk
meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya
yang bukan merupakan bagian dari
bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.

2 Pertanian, perkebunan, a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor


kehutanan, perikanan dan mesin bajak, penggaruk, penanaman,
penebar benih dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
atau memproduksi bahan atau barang
pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan
3 Industri makanan dan minuman a. Mesin yang mengolah produk asal binatang,
unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu,
pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati,
misalnya mesin minyak kelapa, margarin,
penggilingan kopi, kembang gula, mesin
pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
minuman dan bahan-bahan minuman segala
jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
bahan-bahan makanan dan makanan segala
jenis

4 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin


ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
5 Perkayuan, kehutanan a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
atau memproduksi bahan atau barang
kehutanan.

6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat,


dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.
7 Transportasi dan Pergudangan a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar
muat, truk peron, truck ngangkang, dan
sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan barang
tertentu (misalnya gandum, batu - batuan, biji
tambang dan sebagainya) termasuk kapal
pendingin, kapal tangki, kapal penangkap
ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat
sampai dengan 100 DWT;
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela
atau mendorong kapal-kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran
terapung dan sejenisnya yang mempunyai
berat sampai dengan 100 DWT;
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat sampai dengan 250 DWT;
e. Kapal balon.

8 Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon;


b. Pesawat telegraf termasuk pesawat
pengiriman dan penerimaan radio telegraf
dan radio telepon.

9 Industri semi konduktor Auto frame loader, automatic logic handler, baking
oven, ball shear tester, bipolar test handler
(automatic), cleaning machine, coating machine,
curing oven, cutting press, dambar cut machine,
dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in
system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-
01), full automatic handler, full automatic mark,
hand maker, individual mark, inserter remover
machine, laser marker (FUM A-01), logic test
system, marker (mark), memory test system,
molding, mounter, MPS automatic, MPS manual,
O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form
machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut
press, trimming/forming machine, wire bonder, wire
pull tester.
10 Jasa Persewaan Peralatan Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Tambat Air Dalam
11 Jasa Telekomunikasi Seluler Mobile Switching Center, Home Location Register,
Visitor Location Register. Authentication Centre,
Equipment Identity Register, Intelligent Network
Service Control Point, intelligent Network Service
Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver
Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3
No Jenis Usaha Jenis Harta
1 Pertambangan selain minyak Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
dan gas pertambangan, termasuk mesin-mesin yang
mengolah produk pelikan.
2 Permintalan, pertenunan dan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan
pencelupan produk-produk tekstil (misalnya kain katun,
sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan
lainnya, lena rami, permadani, kain-kain
bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya.

3 Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan


produk-produk kayu, barang-barang dari
jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

4 Industri kimia a. Mesin peralatan yang


mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya
dengan industri kimia (misalnya bahan kimia
anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio
aktif, isotop, bahan kimia organis, produk
farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna,
cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-
resinonida wangi-wangian, obat kecantikan
dan obat rias, sabun, detergent dan bahan
organis pembersih lainnya, zat albumina,
perekat, bahan peledak, produk pirotehnik,
korek api, alloy piroforis, barang fotografi
dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk
industri lainnya (misalnya damar tiruan,
bahan plastik, ester dan eter dari selulosa,
karet sintetis, karet tiruan, kulit samak,
jangat dan kulit mentah).

5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin


menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin
kapal).
6 Transportasi dan Pergudangan a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan barang-
barang tertentu (misalnya gandum, batu-
batuan, biji tambang dan sejenisnya)
termasuk kapal pendingin dan kapal tangki,
kapal penangkapan ikan dan sejenisnya,
yang mempunyai berat di atas 100 DWT
sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran
terapung dan sejenisnya, yang mempunyai
berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000
DWT.
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat di atas 250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter
segala jenis.

7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak


jauh.
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 4
No Jenis Usaha Jenis Harta
Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi
Transportasi dan Pergudangan a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan
batere atau dengan tenaga listrik dari sumber
luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang dan barang,
termasuk kontainer khusus dibuat dan
diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat
atau beberapa alat pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan barang-
barang tertentu (misalnya gandum, batu-
batuan, biji tambang dan sejenisnya)
termasuk kapal pendingin dan kapal tangki,
kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-
keran terapung dan sebagainya, yang
mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung.

Terhadap pengeluaran harta berwujud bukan bangunan pengelompokannya ditetapkan berdasarkan


pada Keputusan Menteri Keuangan.
Khusus untuk bangunan tidak permanen dimaksudkan adalah bangunan yang bersifat sementara dan
terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan yang masa
manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun, misalnya bangunan berupa barak atau asrama dari kayu.

J. PENYUSUTAN PADA AKHIR MASA MANFAAT


Cara penghutngan penyusutan tersebut dilakukan untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan
masa manfaat aset tetap tersebut berakhir. Apabila Wajib Pajak menggunakan metode saldo
menurun, besarnya biaya penyusutan semakin lama semakin menurun. Sebagai contoh, PT
Nusantara memiliki aset tetap berwujud mesin dengan harga perolehan Rp250.000.000,00 dengan
masa manfaat 4 tahun, dasar penyusutannya adalah nilai buku pada awal periode. Besarnya biaya
penyusutan selama masa manfaat terlihat pada tabel berikut ini.
Tahu Harga Perolehan Biaya Akumulasi Nilai Sisa
n ke Penyusutan Penyusutan Buku
1 Rp250.000.000,00 125.000.000,00 125.000.000,00 125.000.000,0
0
2 250.000.000,00 62.500.000,00 187.500.000,00 62.500.000,00
3 250.000.000,00 31.250.000,00 218.750.000,00 31.250.000,00
4 250.000.000,00 31.250.000,00 250.000.000,00 0
Pada akhir masa manfaat (tahun ke-4), Nilai Sisa Buku disusutkan sekaligus. Dalam contoh diatas,
nilai sisa buku pada tahun ke-3 sebesar Rp31.250.000,00 akan dibebankan seluruhnya sebagai biaya
penyusutan tahun ke-4.

K. SAAT PENYUSUTAN ASET TETAP


1) pada bulan dilakukannya pengeluaran; atau
2) pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama
dihitung secara pro-rata; atau
3) dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; atau
4) dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan
yakni saat mulai berproduksi dan bukan saat diterima atau diperolehnya penghasilan
5)
L. PENARIKAN HARTA BUKAN BANGUNAN
Aset tetap perusahaan yang tidak terpakailagi dapat ditarik dari pemakaian dengan cara menjual
aset tetap tersebut. Dalam ketentuan perpajakan nilai sisa bukunya dihitung sampai dengan akhir
tahun sebelum aset tersebut dijual.
Ketentuan pasal 11 ayat 8 UU PPh, bahwa telah terjadi penjualan atau penarikan harta (pasal 4 ayat
1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka nilai buku harta tersebut dibebankan
sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterimaatau diperoleh,
dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan, sehingga keuntungan atau kerugian
karena pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun dilakukan pengalihan harta.
Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan neto dari penjualan harta yaitu selisih
antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan, dan/atau
penggantian asuransinya dibukukan sebagai penghasilan. Pada tahun terjadinya penjualan atau tahun
diterimanya penggantian asuransi dan Nilai Sisa Bukunya dibebankan sebagai kerugian dalam tahun
pajak yang bersangkutan. Dalam hal ini penggantian asuransi ternyata jumlah yang diterima baru
dapat diketahui dengan pasti beberapa waktu kemudian, maka Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar jumlah sebesar kerugian dapat dibebankan dalam
tahun penggantian asuransi tersebut. Namun demikian, apabila terjadi pengalihan harta karena
bantuan, sumbangan, hibah, atau warisan (yang memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b UU PPh) berupa harta berwujud, maka jumlah sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai
kerugian oleh pihak yang mengalihkan.

M. PENGELOMPOKAN HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK


KEPERLUAN PENYUSUTAN ATAS USAHA JASA TELEKOMUNIKASI
SELULER
Hal ini diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan dan juga dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 138 Thn 2000 tentang Penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah
dimaksud menyatakan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat dtetapkan saat pengakuan
penghasilan biaya dalam halhal tertentu dan/atau bagi Wajib Pajak tertentu sesuai kebijakan
pemerintahan.
Dengan kewenangan tersebut keluarlah Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep. -520/PJ./2001
Tanggal 11 Desember 2002 tentang Jenis-Jenis Harta yang Digunakan dalam Usaha Jasa
Telekomunikasi Seluler yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan.
Jenis Usaha yang Disusutkan dan Pengelompokannya
Jenis-jenis Harta Berwujud untuk Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler
No Kelompok Aset Jenis Aset
Berwujud
1 I Base Station Controller
2 II Mobile Swiching Center, Home Location Register, Visitor
Location Register, Authentication Centre, Equipment
Identity Register, Intelligent Network Service Management
Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal
SDH/Mini Link, Antenna
Tata Cara Penghitungan Penyusutan Fiskal
Untuk penghitungan penyusutan fiskal atas jenis-jenis harta tersebut diatur sebagai berikut :
1) Keputusan Direktur Jendral Pajak tersebut dimulai pada tahun 2002.
2) Atas jenis-jenis harta sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tersebut telah diimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan sejak sebelum tahun pajak/tahun
buku 2002, penyusutan penghitungan fiskal sampai dengan tahun pajak/tahun buku
2001 menggunakan tarif penyusutan kelompok 3
3) Penghitungan penyusutan fiskal atas harta yang dimaksud pada butir 2 mulai
tahun pajak 2002 menggunakan tarif penyusutan kelompoknya yang baru (kelompok 1 atau
kelompok 2) dengan metode penyusutan/dasar penyusutan yang tetap sama, yaitu :
a. Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah harga perolehan
b. Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiska
4) Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada butir 2 setelah perpindahan dari
kelompok 3 ke kelompok 1 atau kelompok 2 akan mengalami penyesuaian otamatis karena
beban penyusutan semakin besar. Khusus untuk harta disusutkan dengan metode saldo
menurun, masa maanfaat yang tersisa dalam :
a. Kelompok 1 akan berakhir paling lama pada tahun keempat sejak tahun pajak 2002 (nilai
sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
b. Kelompok 2 akan berakhir paling lama tahun kedelapan sejak tahun pajak 2002 (nilai
sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
N. PENGHITUNGAN PENYUSUTAN ATAS KOMPUTER, PRINTER, SCANNER,
DAN SEJENISNYA
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor
138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
520/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 dengan ini perlu diberikan penegasan mengenai
pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember
2000, harta berwujud bukan bangunan berupa komputer, printer, scanner dan sejenisnya
termasuk dalam kelompok II
2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002,
harta berwujud bukan bangunan tersebut dimasukkan ke dalam kelompok I
3. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, agar diperhatikan mengenai penghitungan
penyusutan atas komputer, printer, scanner dan sejenisnya yang telah dimiliki dan
dipergunakan dalam perusahaan sebelum tanggal 1 April 2002, sebagai berikut:
a) Penyusutan berdasarkan ketentuan lama (penyusutan kelompok II) berlaku sampai
dengan bulan Maret 2002;
b) Penyusutan berdasarkan ketentuan baru (penyusutan kelompok I) berlaku mulai bulan
April 2002, dengan tetap menggunakan sisa manfaat semula yang akan mengalami
penyesuaian/percepatan secara otomatis.
O. PENGHITUNGAN PENYUSUTAN ATAS TELEPON SELULER DAN
KENDARAAN PERUSAHAAN
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep.-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan
atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan tanggal 18 April 2002 mengatur
pembebanan biaya melalui penyusutan terhadap telepon seluler dan kendaraan perusahaan. Aturan
tersebut meliputi :
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan digunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan 50% dari jumlah
biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan asset tetap (harta berwujud bukan
bangunan) kelompok 1 (perhatikan pengelompokan sesuai Keputusan Menteri Keuangan
terakhir No.138/KMK.03/2002)
2. Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis
yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar-jemput para pegawai, dapat dibebankan
seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan sebagai asset tetap kelompok 2
(perhatikan pengelompokan sesuai Keputusan Menteri Keuangan terakhir
No.138/KMK.03/2002)
3. Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang
dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,
dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan,
pembelian, atau perbaikan besar melalui penyusutan asset tetap (harta berwujud bukan
bangunan) kelompok 2 (perhatikan Keputusan Menteri Keuangan
terakhirNo.138/KMK.03/2002)4.Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir 1, butir 2,
dan butir 3,ternyata penghasilan Wajib Pajak dimaksud dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final atau berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biaya-biaya
tersebut telah termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau norma
penghitungan khusus, sehingga ketentuan pembebanan tidak diberlakukan. Demikian halnya
atas biaya-biaya yang dibebankan sebagai biaya perusahaan maka juga tidak dianggap
sebagai penghasilan bagi pegawai perusahaan yang bersangkutan.
P. KETENTUAN LAIN
Penyimpangan dari ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU PPh yang mengatur masalah penyusutan
bahwa Menteri Keuangan selanjutnya mempunyai kewenangan mengatur tersendiri untuk
penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik
bidang-bidang usaha tertentu seperti pertambangan minyak dan gas bumi, serta perkebunan tanaman
keras.
RESUME
AKUNTANSI PERPAJAKAN
( INVESTASI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG )

OLEH :

KELOMPOK 5

NAMA ANGGOTA :
1. SONIA OKTAVIANI (16043030)
2. AWIN SAPUTRA DAULAY (16043036)
3. HUSNAINI DWI WANRI (16043043)
4. RIDHO AULIA RANDA (16043050)
5. BIMAHADI RAZAK (16043057)

DOSEN PEMBIMBING :HERLINA HELMY,SE,Akt.,M.s.ak

AKUNTANSI (NK)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
SUMBER

http://www.pajak.go.id/content/22115121-ketentuan-penyusutan

Waluyo, 2012.Akuntansi Pajak.Edisi ke-6.Jakarta:Penerbit Salemba

Anda mungkin juga menyukai