Anda di halaman 1dari 50

AKUNTANSI Perpajakan

Atas pIUTANG

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
1. Marsudi Sukmono NIM 55520120016
2. Eko Adi N NIM 55520120056
3. Gabriella NIM 55520120003
PENGERTIAN PIUTANG

Piutang merupakan klaim (hak untuk


mendapatkan) uang dari entitas lain yang
diharapkan akan diterima di masa depan.
Untuk perusahaan dagang dan manufaktur, jenis
piutang yang muncul adalah piutang dagang dan
piutang lainnya. Entitas menyebutkan piutang terkait
dengan pendapatan sebagai piutang usaha. Untuk
entitas perbankan, piutang adalah kredit yang
disalurkan kepada pihak lain, dalam laporan posisi
keuangan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan.
PENGGOLONGAN PIUTANG
• Piutang Usaha
1. Timbul dari transaksi usaha
2. Dapat ditagih dalam waktu 30-60 hari
• Wesel Tagih
1. Janji tertulis untuk membayar
2. Untuk periode kredit lebih dari 60 hari
TIMBULNYA PIUTANG
Akuntansi Piutang Usaha Biasa
a. Penjualan barang / jasa
Perusahaan menjual jasa secara kredit
pada tanggal 20 Maret 2021 sebesar Rp
30.000.000,- maka jurnal sebagai berikut
Dr : Piutang Usaha 33.000.000
Cr : Penjualan Jasa 30.000.000
Cr : PPN Keluaran 3.000.000
TIMBULNYA PIUTANG (2)
b. Pemberian Pinjaman
Pada tanggal 20 Maret 2021, PT ABC
memberi pinjaman kepada pegawai sebesar
Rp 33.000.000,- maka jurnalnya
Dr : Piutang Pegawai 33.000.000
Cr : Kas/Bank 33.000.000
TIMBULNYA PIUTANG (3)
• Akuntansi Wesel Tagih / Piutang Wesel
a. Saat Timbulnya Piutang Wesel
1. Menjual barang/jasa secara kredit
Dr : Piutang Wesel 33.000.000
Cr : Penjualan 30.000.000
Cr : PPN Keluaran 3.000.000
TIMBULNYA PIUTANG (4)
b. Terdapat Piutang yang jatuh tempo
Dr : Piutang Wesel XXX
Cr : Piutang XXX
• Saat Jatuh Tempo
a. Pada saat jatuh tempo debitur membayar
Dr : Kas/ Bank XXX
Dr : Uang Muka PPh Pasal 23* XXX
Cr : Piutang Wesel XXX
Cr : Pendapatan Bunga XXX
NB : *PPh Pasal 23 atas pendapatan bunga
TIMBULNYA PIUTANG (5)
b. Pada saat jatuh tempo debitur tidak bayar
Dr : Piutang XXX
Dr : Uang Muka PPh Pasal 23* XXX
Cr : Piutang Wesel XXX
Cr : Pendapatan Bunga XXX
NB : * PPh Pasal 23 atas pendapatan bunga
Hubungan Piutang dengan
Perpajakan

Salah satu akun yang sering dicatat dalam akuntansi,


adalah piutang. Ketika perusahaan memperoleh piutang
dari customer , maka piutang tersebut dapat ditagih
sehingga diperoleh pendapatan. Dan pendapatan itulah
yang akan dikenakan perhitungan pajak.
Dalam Akuntansi Komersial, sering terjadi :

• Trade discount/ cash discount


• Retur penjualan
• Penyisihan piutang tak tertagih

Namun, pembukuan penyisihan (allowance) baik untuk potongan


tunai, retur penjualan atau piutang tak tertagih tidak
diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena ketentuan
perpajakan lebih menekankan pada keadaan senyatanya dan bukan
bersifat antisipatif dengan penyisihan tersebut.
Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas
(realisasi) dan memberlakukan metode
penghapusan langsung (direct written-off
method).
PENGECUALIAN

Akan tetapi, untuk jenis usaha tertentu, dibolehkan

pembentukan penyisihan (cadangan) sesuai dengan ketentuan

perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1)

huruf c jo. PMK- 81/PMK.03/2009


Ketentuan Pajak terkait Piutang
• Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang No. 36/2008 tentang
Perubahan Keempat atas UU No. 17 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (UU PPh), ‘piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih’ dapat menjadi biaya yang mengurangi penghasilan
bruto (deductible expense) sepanjang memenuhi syarat.

• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 207/PMK.010/2015


tentang Perubahan Kedua atas PMK No.105/PMK.03/2009
tentang Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih yang
Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Ketentuan Pajak terkait Piutang
• Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 36/2008 tentang Perubahan
Keempat atas UU No. 17 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh),
‘untuk menentukan besarnya Penghasilan kena Pajak bagi WP DN dan BUT
tidak boleh dikurangkan: pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali:

1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS);
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industry.
Ketentuan Pajak terkait Piutang

• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 81/PMK.03/2009


tentang 81/PMK.03/2009  tentang Pembentukan atau
Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan Sebagai
Biaya sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 219/PMK.011/2012
TATA CARA PENGHAPUSAN
PIUTANG
PENGHAPUSAN PIUTANG MENURUT
AKUNTANSI
• Semua piutang yang dimiliki suatu entitas tidak semuanya bisa ditagih. Sehingga entitas
tersebut perlu memperkirakan jumlah piutang yang tidak dapat ditagih berdasarkan
pengalaman sebelumnya.
• Pedoman SAK yang berlaku di Indonesia mengatur penyajian piutang dalam laporan
keuangan dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan diikuti dengan jumlah taksiran
piutang yang tidak dapat ditagih.
• PSAK 71 memberi panduan tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan.
Standar yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) ini
akan menggantikan PSAK 55 yang sebelumnya berlaku. Selain soal klasifikasi aset
keuangan, salah satu poin penting PSAK 71 adalah soal pencadangan atas penurunan
nilai aset keuangan yang berupa piutang, pinjaman, atau kredit. Standar baru ini
mengubah secara mendasar metode penghitungan dan penyediaan cadangan untuk
kerugian akibat pinjaman yang tak tertagih. Jika berdasarkan PSAK 55, kewajiban
pencadangan baru muncul setelah terjadi peristiwa yang mengakibatkan risiko gagal
bayar (incurred loss), PSAK 71 memandatkan korporasi menyediakan pencadangan
sejak awal periode kredit. Kini, dasar pencadangan adalah ekspektasi kerugian kredit
(expected credit loss) di masa mendatang berdasarkan berbagai faktor; termasuk di
dalamnya proyeksi ekonomi di masa mendatang. 
Berdasarkan PSAK 71 ini, artinya, korporasi harus menyediakan cadangan
kerugian atas penurunan nilai kredit (CKPN) untuk semua kategori kredit atau
pinjaman, baik itu yang berstatus lancar (performing), ragu-ragu
(underperforming), maupun macet (non-performing).  Untuk kredit lancar,
misalnya, korporasi harus menyediakan CKPN berdasarkan ekspetasi kerugian
kredit dalam 12 bulan mendatang. Imbasnya, korporasi mesti menyediakan
nilai pencadangan atas kredit atau piutang tak tertagih lebih besar
dibandingkan sebelumnya. Berdasarkan survei internasional, peningkatan
pencadangan korporasi bisa mencapai 25% hingga 35%. Tentu, angka riil
sangat tergantung negara, industri, dan kondisi masing-masing perusahaan. Di
masa lalu, pencadangan kredit dianggap terlambat (too late) dan terlalu kecil
(to little).

METODE PENGHAPUSAN PIUTANG


1. METODE LANGSUNG (DIRECT WRITE-OFF METHOD)
2. METODE TIDAK LANGSUNG (ALLOWANCE METHOD)
METODE LANGSUNG (DIRECT WRITE-OFF METHOD)

Digunakan apabila kemungkinan tidak tertagihnya piutang relative kecil atau


tidak material dan jarang terjadi. Dalam metode ini kerugian piutang tak
tertagih akan dicatat oleh perusahaan jika piutang tersebut benar-benar telah
terjadi.
Contoh :
PT ABC mempunyai piutang dagang per 20 Maret 2021 kepada PT XXX sebesar
Rp 30 juta, karena perusahaannya terbakar habis, dalam musibah tersebut
pemiliknya ikut terbakar, sehingga sisa piutang kemungkinan terbayar sudah
tidak ada lagi. Sehingga PT ABC akan mencatat sebagai berikut :

Beban Kerugian Piutang 30 juta

Piutang Dagang 30 juta


METODE TIDAK LANGSUNG /CADANGAN
(ALLOWANCE METHOD)

Digunakan jika jumlah piutang yang tak tertagih relative besar


dan sering terjadi. Metode ini merupakan suatu metode dengan
membentuk cadangan/penyisihan piutang tak tertagih.
Pembentukan dilakukan pada akhir periode akuntansi dengan
membuat estimasi jumlah piutang yang kemungkinan tidak
dapat tertagih pada periode berikutnya.

Ada 2 cara dalam menetapkan jumlah penyisihan atau cadangan


piutang tak tertagih, yaitu :
A.Atas dasar Saldo Penjualan (Income Statement Approach)
B.Atas dasar Saldo Piutang (Balance Sheet Approach)
A. Atas dasar Saldo Penjualan (Income Statement
Approach)

Dengan menetapkan persentase tertentu terhadap


penjualan baik penjualan kredit atau total penjualan.
Contoh :
PT ABC dalam tahun 2021 mempunyai penjualan
kredit sebesar Rp 3 M, pembentukan cadangan
piutang tak tertagih ditentukan sebesar 2% dari total
penjualan. Maka besarnya cadangan piutang tak
tertagih adalah 2% x 3 M = Rp 60 juta
Sehingga PT ABC akan mencatat sebagai berikut :
Beban Kerugian Piutang 60 juta
Cadangan Kerugian Piutang 60 juta
B. Atas dasar Saldo Piutang (Balance Sheet
Approach)

Dengan menetapkan persentase tertentu


terhadap saldo piutang. Dasar yang digunakan
adalah saldo piutang rata-rata atau umur piutang
pada akhir periode (aging schedule of receivable)

I. Saldo Piutang rata-rata


Persentase piutang tak tertagih yang telah
ditentukan dikalikan dengan saldo piutang rata-
rata. Contoh : PT ABC per 1 Januari 2021
mempunyai daftar piutang sebagai berikut :
Nama Debitur Tgl Jatuh Tempo Saldo Piutang

1. PT BBB 12 Februari 2021 100 juta

2. PT CCC 3 Maret 2021 150 juta

3. PT DDD 10 Agustus 2021 190 juta

4. PT EEE 6 Juni 2021 250 juta

5. PT FFF 20 Januari 2021 300 juta

Jumlah 990 juta


Daftar piutang PT ABC per 31 Desember 2021 adalah sebagai
berikut :
Nama Debitur Tgl Jatuh Tempo Saldo Piutang
1. PT BBB 12 Februari 2021 100 juta
2. PT CCC 3 Maret 2021 150 juta
3. PT DDD 10 Agustus 2021 170 juta
4. PT EEE 6 Juni 2021 200 juta
5. PT FFF 20 Januari 2021 250 juta
Jumlah
Jika persentasepenghapusan piutang 870 juta
tak tertagih
ditetapkan
sebesar 10% dari saldo piutang rata-rata, maka besarnya beban
penghapusan piutang untuk tahun 2021 adalah sebagai berikut :
10% x {(990 juta + 870 juta)/2} = 93.000.000
Jurnal :

Beban Kerugian Piutang 93 juta

Cadangan Kerugian Piutang 93 juta


II. Saldo Piutang berdasarkan umur piutang
Yaitu dengan membuat daftar umur piutang (aging schedule of receivable) pada
akhir tahun. Masing-masing kelompok umur dibuat persentase taksiran piutang
tak tertagihnya.
Cth : PT ABC per 31 Desember 2021 mempunyai daftar piutang sebagai berikut :

Kelompok Umur Saldo Piutang % tidak tertagih Jumlah Penyisihan


Piutang
1-90 hari 50 Juta 1% 500.000
90-120 hari 60 Juta 2% 1.200.000
120-180 hari 70 Juta 3% 2.100.000
> 180 hari 80 Juta 4% 3.200.000
Dari table tersebut dapat diketahui
Jumlah 260 Juta bahwa jumlah penyisihan piutang tak
7.000.000
tertagih adalah sebesar 7.000.000
Sehingga jurnal pada PT ABC adalah sebagai berikut :

Beban Kerugian Piutang 7 juta


Cadangan Kerugian Piutang 7 juta
Untuk penghapusan piutang tak tertagihnya,
dengan mengambil contoh PT ABC diatas, jika
dalam tahun 2021 ternyata piutang PT BBB
sebesar Rp 100 juta tidak dapat ditagih, maka
pencatatan yang dilakukan oleh PT ABC adalah
sebagai berikut :

Cadangan Kerugian Piutang 100 Juta

Piutang Usaha 100 Juta


Inti Jurnal METODE
PENCADANGAN
1. Jurnal untuk mencatat besarnya estimasi beban piutang tak tertagih
Beban kerugian piutang xxx
Cadangan kerugian piutang xxx
2. Jurnal pada saat mendapati pelanggan tidak bisa membayar
Cadangan kerugian piutang xxx
Piutang Usaha xxx

3. Jurnal apabila pelanggan akan membayar kembali piutang yang sudah dihapus
Piutang Usaha xxx
Cadangan kerugian piutang xxx

4. Jurnal pada saat menerima pembayaran piutang


Kas xxx
Piutang Usaha xxx
Penghapusan Piutang Menurut
Peraturan Perpajakan
Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-undang PPh No.17
Tahun 2000 Jo. KEP-238/PJ/2001 mengatur bahwa
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (dan
memenuhi syarat tertentu) dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto dalam menghitung
penghasilan kena pajak (sebagai deductable
expenses). 
WP DAPAT
MEMBEBANKAN
PENGHAPUSAN
PIUTANG YANG NYATA-
NYATA TIDAK DAPAT
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial.

DITAGIH SEBAGAI BIAYA


Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan. Perjanjian tertulis
tersebut harus memuat data dan informasi mengenai kreditur, debitur,
pihak ketiga terkait, pinjaman dan bentuk perjanjian restrukturisasi
yang dilakukan, serta harus disahkan oleh Notaris.
WP DAPAT
MEMBEBANKAN
PENGHAPUSAN
PIUTANG YANG NYATA-
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus (dapat
NYATA
berupa penerbitanTIDAK DAPAT
internal asosiasi atau sejenisnya), dan

DITAGIH SEBAGAI BIAYA


-LANJUTAN
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih, fotokopi bukti penyerahan perkara penagihan ke BUPLN,
fotokopi perjanjian restrukturisasi utang usaha yang telah
dilegalisir
oleh Notaris, dan bukti pengumuman dalam penerbitan
umum/khusus kepada Direktorat Jenderal Pajak (dilampirkan
dalam SPT nya).
PENGHAPUSAN KERUGIAN
PIUTANG
Kewajiban menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih dilakukan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, bersamaan
dengan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
tahun
pajak yang bersangkutan (sebagai lampiran).

Daftar piutang harus memuat data dan informasi mengenai


nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP),serta
jumlah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
DEBITUR-DEBITUR
YANG WAJIB
DICANTUMKAN
NPWP-NYA DALAM
Seluruh debitur wajib pajak badan;
PIUTANG ADALAH
Debitur wajib pajak orang pribadi yang jumlah utangnya lebih dari Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah

Debitur wajib pajak orang pribadi yang jumlah utangnya kurang dari Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah) sepanjang telah memiliki NPWP

Apabila jumlah debitur lebih dari 100 (seratus) dan nilai piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih dari masing-masing debitur tidak lebih dari Rp 5.000.000,- (lima
juta rupiah), maka daftar piutang dapat dibuat secara kumulatif disertai dengan
jumlah debitur kecil dan jumlah total nilai piutang .
PENGHAPUSAN
KERUGIAN PIUTANG
Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang
telah memenuhi persyaratan untuk dibebankan sebagai biaya,
dapat dilakukan sekaligus oleh kreditur WPDN meskipun
debitur memperoleh perlakuan penundaan penghasilan atas
keuntungan karena pembebasan utang berdasarkan KEP-
237 /PJ/2001

Apabila dikemudian hari debitur melunasi piutang yang sudah


dihapuskan tersebut, maka jumlah piutang yang dilunasi
merupakan penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak
diterimanya pelunasan.
PENGHAPUSAN
KERUGIAN PIUTANG
Pajak keluaran atas piutang yang sudah dihapuskan
dilaporkan dalam SPT, tidak dapat dibatalkan atau
ditarik kembali oleh PKP Penjual

Pajak masukan atas piutang yang sudah dihapuskan dan


sudah dikreditkan dalam SPT-nya, tidak perlu dibatalkan
oleh PKP pembeli/penerima jasa (PP Nomor 143 Tahun
2000 Jo PP Nomor 24 Tahun 2002)
PEMBENTUKAN ATAU
PEMUPUKAN
DANA CADANGAN YANG
BOLEH
DIKURANGKAN SEBAGAI
Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha

BIAYA dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan


usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang
perusahaan anjak piutang.

Cadangan khusus penyisihan pembiayaan untuk badan


usaha lain yang menyalurkan kredit, yaitu cadangan
khusus penyisihan pembiayaan untuk badan usaha selain
bank umum dan bank perkreditan rakyat yang
menyalurkan kredit kepada masyarakat.

PMK No. 81/PMK.03/2009


PEMBENTUKAN ATAU
PEMUPUKAN
DANA CADANGAN YANG
BOLEH
Cadangan piutang tak tertagih untuk sewa guna usaha dengan hak opsi
DIKURANGKAN SEBAGAI
yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk kegiatan pembiayaan dengan
menyediakan barang modal untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran
BIAYA
dengan hak opsi (Finance Lease)

Cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan pembiayaan


konsumen yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran

Cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang yaitu


cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembeliaan piutang dagang
jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut
PMK No. 81/PMK.03/2009
Menurut Akuntansi

Metode pencatatan akuntansi


penerimaan piutang setelah dihapuskan

Direct Write Off Allowance


Method Method
Direct Write Off Method
PT ABC mempunyai piutang dagang per 31 Desember 2021 kepada PT XXX
sebesar Rp 30.000.000 dan telah melakukan penghapusan. Tetapi ternyata
tahun 2022 PT XXX membayar tagihannya sebesar Rp 30.000.000

Maka jurnal yang seharusnya dibuat PT ABC

Uraian Debit Kredit


Piutang Usaha PT XXX Rp 30.000.000
Beban Kerugian Piutang Rp 30.000.000

Jurnal lainnya yang harus dibuat PT ABC

Uraian Debit Kredit


Kas/Bank Rp 30.000.000
Piutang Usaha PT XXX Rp 30.000.000
Allowance Method
PT ABC telah melakukan penghapusan piutang PT XXX tahun 2021 sebesar Rp
100.000.000. Jika piutang yang telah dihapus tersebut dibayar kembali oleh
PT XXX seluruhnya.
Maka pencatatan yang seharusnya dibuat oleh PT ABC
Uraian Debit Kredit
Piutang Usaha PT XXX Rp 100.000.000
Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 100.000.000

Jurnal lainnya yang harus dibuat PT ABC


Uraian Debit Kredit
Kas/Bank Rp 100.000.000
Piutang Usaha PT XXX Rp 100.000.000
Menurut Perpajakan
PMK No. 57/PMK.03/2010 tanggal 9 Maret 2010 Pasal 5A
“apabila piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur,
jumlah piutang yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian
tersebut
merupakan penghasilan bagi kreditur
pada tahun Pajak diterimanya pembayaran”

Direct Write Off Allowance


Method Method
Direct Write Off Method
a. Jika penerimaan piutang dari penghapusan secara akuntansi
telah dilakukan tetapi tidak memenuhi persyaratan peraturan
perpajakan
PT ABC telah menghapuskan piutang PT XXX sebesar RP 10.000.000 Tetapi karena
tidak memenuhi persyaratan perpajakan maka pada waktu penghapusan tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal, maka berlaku sebaliknya pada waktu menerima kembali
piutang yang sudah dihapus tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.

Walaupun tidak dilakukan koreksi fiskal, tetapi jurnal untuk akhir tahun tetap
dilakukan oleh PT ABC, yaitu jurnal untuk menghapus aktiva pajak tangguhan,
sehingga ayat jurnal yang dibuat
Uraian Debit Kredit
Penghasilan Pajak Tangguhan Rp 2.200.000
Aktiva Pajak Tangguhan Rp 2.200.000
*22% x Rp 10.000.000 = Rp 2.200.000 (asumsi tarif PPh Badan 22%)
b. Jika penerimaan piutang dari penghapusan secara akuntansi
telah dilakukan tetapi telah memenuhi persyaratan peraturan
perpajakan

PT ABC, di tahun 2021 ternyata PT XXX membayar tagihannya


sebesar Rp 10.000.000 dimana tagihan ini tahun sebelumnya
telah dihapuskan (menurut akuntansi dan menurut
perpajakan). Maka perlakuan pajak atas penerimaan piutang
yang semulau tak tertagih sebesar Rp 10.000.000 tersebut
menjadi penghasilan yang dikenakan PPh tahun 2021.

Dengan melihat pencatatan yang dilakukan PT ABC pada waktu


menerima pembayaran tersebut di atas, seharusnya tidak
perlu dilakukan koreksi fiskal, mengingat hakekatnya koreksi
terhadap Beban Piutang Tak Tertagih (di debit) adalah
penambahan penghasilan bagi WP.
Allowance Method
a. Jika penerimaan piutang dari penghapusan secara akuntansi
telah dilakukan tetapi tidak memenuhi persyaratan peraturan
perpajakan
Perlakuan sama dengan Direct Write Off Method (a)

PT ABC dalam tahun 2021 telah menghapus piutang PT XXX Rp 100.000.000

Maka jurnal yang harus dibuat PT ABC

Uraian Debit Kredit


Penghasilan Pajak Tangguhan Rp 22.000.000
Aktiva Pajak Tangguhan Rp 22.000.000

*22% x Rp 100.000.000 = Rp 22.000.000 (asumsi tarif PPh Badan 22%)


b. Jika penerimaan piutang dari penghapusan secara akuntansi
telah dilakukan tetapi telah memenuhi persyaratan peraturan
perpajakan

PT ABC menerima pembayaran piutang dari PT XXX sebesar Rp 200.000.000


dimana piutang tersebut telah dilakukan penghapusan oleh PT ABC.

Berbeda dengan penerimaan piutang dimana penghapusan piutang


memakai metode langsung tidak ada koreksi fiskal, untuk metode tidak
langsung PT ABC harus melakukan koreksi fiskal sebesar Rp 200.000.000
dan juga melakukan jurnal untuk menghapus akiva pajak tangguhan
Jurnal yang dibuat oleh PT ABC
Uraian Debit Kredit
Penghasilan Pajak Tangguhan Rp 44.000.000
Aktiva Pajak Tangguhan Rp 44.000.000

*22% x Rp 200.000.000 = Rp 44.000.000 (asumsi tarif PPh Badan 22%)


Hubungan Penghapusan Piutang
Menurut Akuntansi dan Perpajakan
1. Secara akuntansi telah dihapuskan namun
tidak memenuhi persyaratan perpajakan
a) Metode Langsung
b) Metode Tidak Langsung

2. Secara akuntansi telah dilakukan dan


memenuhi persyaratan perpajakan
1. Penghapusan Piutang secara akuntansi telah dilakukan namun
tidak memenuhi persyaratan perpajakan

a) Metode Langsung
PT ABC mempunyai saldo piutang sebesar Rp 1.000.000.000,
pertengahan tahun 2021 piutang a.n PT XXX dihapuskan sebesar Rp
50.000.000 Maka PT ABC seharusnya akan membuat ayat jurnal sbb:
Beban Kerugian Piutang 50.000.000
Piutang PT XXX 50.000.000
Tetapi untuk menghitung PKP, penghapusan piutang PT XXX tsb belum
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perpajakan.
Maka beban sebesar Rp 50.000.000 tidak dapat dibebankan sebagai biaya
dan perlu dilakukan koreksi fiskal oleh PT ABC pada akhir tahun pajak. PT
ABC membuat jurnal untuk mengakui perbedaan perlakuan penghapusan
piutang tersebut sbb:
Aktiva Pajak Tangguhan (22% x Rp 50.000000) 11.000.000
Penghasilan Pajak Tangguhan 11.000.000
b) Metode Tidak Langsung

PT ABC dalam tahun 2021 mempunyai penjualan kredit sebesar


Rp 500.000.000. Pembentukan cadangan piutang tidak tertagih
sebesar 2% dari total penjualan. Pencatatannya sebagai berikut:
Beban Kerugian Piutang 10.000.000
Cad. Kerugian Piutang 10.000.000
Pembentukan dana cadangan kerugian piutang tidak dapat
dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung PKP kecuali
cadangan kerugian piutang untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang. Sehingga beban kerugian piutang tersebut tidak dapat
dikurangkan.
Untuk mengakui perbedaan perlakuan penghapusan
piutang tersebut perlu dibuat ayat jurnal sebagai berikut:
Aktiva Pajak Tangguhan xxx
Penghasilan Pajak Tangguhan xxx
Jika dalam tahun 2021 ada penghapusan piutang tak
tertagih sebesar Rp 100.000.000 maka jurnal yang akan
dilakukan PT ABC adalah:
Cadangan Kerugian Piutang 100.000.000
Piutang PT ABC 100.000.000
Karena ayat jurnal tersebut tidak mempengaruhi pada
laba rugi komersial, maka pada akhir tahun pajakpun
tidak ada koreksi fiskal.
2. Penghapusan Piutang secara akuntansi telah dilakukan dan
penghapusannya telah memenuhi persyaratan peraturan perpajakan
a) Menggunakan Metode Langsung
Jika WP menggunakan metode ini maka tidak perlu koreksi fiskal dan tidak ada
jurnal perbedaan pengakuan penghapusan piutang.
b) Menggunakan Metode Tidak Langsung
Jika WP menggunakan metode ini, maka pada waktu melakukan penyisihan
penghapusan piutang tak tertagih/kerugian piutang, pada akhir tahun tetap
dilakukan koreksi fiskal termasuk ayat jurnal adanya perbedaan pengakuan
penghapusan piutang. Tetapi pada waktu adanya realisasi penghapusan
piutang yang betul-betul tidak tertagih, WP pada akhir tahun pajak tidak perlu
melakukan koreksi fiskal, tetapi tetap melakukan jurnal untuk menghapus
adanya “aktiva pajak tangguhan”. Dengan mengambil kasus diatas pada PT ABC
yang menghapuskan piutang PT XXX sebesar Rp 100.000.000 maka beban ini
dapat diakui sebagai biaya mengurangi PKP. Jurnalnya sebagai berikut:
Beban Pajak Tangguhan*) 22.000.000
Aktiva Pajak Tangguhan 22.000.000
*) 22% x Rp 100.000.000 = Rp 22.000.000 (asumsi tarif PPh Badan 22%)
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai