Anda di halaman 1dari 89

1

OVERVIEW PSAK KONVERGENSI


IFRS TERBARU DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PAJAK
2

UU PAJAK REKOMENDASIKAN
PSAK
3

 Apakah Undang undang pajak Indonesia


merekomendasi PSAK dan mengadopsi framework for
reporting sebagai acuan untuk menghitung besarnya
pajak yang terutang?
 a. Merekomendasi PSAK sebagai acuan sebagaimana
disebutkan dalam penjelasan pasal 28 ayat ( 7 ) U.U.No.28
tahun 2007.
 "Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan
dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia ,
misalnya Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain."
4

b. Mengadopsi framework for reporting sebagai acuan, antara lain


sebagaimana dinyatakan dalam:
 Pasal 28 ayat [ 3 ] U.U No. 28/2007 untuk konsep full disclosure

 Full disclosure menuntut pelaporan informasi keuangan yang cukup bagi

pembacanya. Pengertian cukup dalam hal ini tidak saja mengandung arti
dapat diterima dan dimengerti tetapi juga bermakna laporan keuangan
yang disajikan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi .
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat

kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 28 ayat [ 3 ] dan U.U.No. 28


Tahun 2007
 " Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan

memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan


usaha yang sebenarnya ( faithfull presentation )".
5

 Pasal 28 ayat [ 4 ] dan ayat ( 8 ) U.U.No. 28 Tahun 2007 untuk konsep monetary
unit
 Satuan mata uang adalah alat pengukur yang sangat penting dalam dunia usaha dan
akuntansi.
 Kita tidak dapat menambahkan persediaan barang dagangan dengan aktiva tetap
dalam neraca jika tidak mempunyai alat ukur yang sama.
 Agar kedua harta ini dapat dijumlahkan, kita membutuhkan alat pengukur yaitu mata
uang sebagai denominator.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati
dari ketentuan dalam Pasal 28 ayat [ 4 ] dan ayat ( 8 ) U.U.No. 28 Tahun 2007 yang
mewajibkan agar "Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keungan" .
 " Pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan ".
6

 Pasal 28 ayat [ 5 ] UU No. 28 Tahun 2007 untuk


konsep consistency dan accrual
 Menurut konsep ini ( consistency ) penggunaan metode
akuntansi dari satu periode ke periode berikutnya
haruslah sama.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu
konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam
Pasal 28 ayat [ 5 ] UU No. 28 Tahun 2007,
 " Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas
" dan dengan stelsel akrual atau stesel kas ".
7

 Pasal 28 ayat [ 6 ] UU No. 28 Tahun 2007 untuk konsep periodicity


 Periode akuntansi adalah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai
dasar untuk menghitung posisi keuangan suatu perusahaan. Periode
akuntansi dibutuhkan sesuai dengan konsep kesinambungan.
Periodicity menuntut laporan keuangan dapat disajikan secara berkala,
yaitu tahunan.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat
kita cermati dari ketentuan dalam penjelasan Pasal 28 ayat [ 6 ] UU No.
28 Tahun 2007 .
 " Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender kecuali Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender ".
8

 Pasal 4 ayat [ 1 ] U.U.No. 36 Tahun 2008 untuk konsep realisasi


 Menurut konsep ini penghasilan hanya dilaporkan jika telah terjadi
transaksi penjualan.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini,
dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 4 ayat [ 1 ] U.U.No.
36 Tahun 2008
 " Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima [cash basis] atau
diperoleh [accrual basis] Wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indoneisa, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dana dalam bentuk apapun.
9

 Pasal 6 ayat [ 1 ] U.U.No. 36 Tahun 2008 untuk konsep


matching
 Menurut konsep ini laba bersih diukur dengan perbedaan
antara penghasilan dan beban pada periode yang sama.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep
ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal 6 ayat [ 1 ]
U.U.No. 36 Tahun 2008
 " Besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. "
10

 Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf huruf b U.U.No. 36 Tahun 2008 untuk


konsep economic entity
 Suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemiliknya. Transaksi yang terjadi
dengan perusahaan bukanlah transaksi perusahaan dengan pemiliknya.
Karena itu harta perusahaan bukan kepunyaan pemilik.
 Economic entity menuntut pemisahan antara kegiatan pemilik dengan
unit bisnis.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat
kita cermati dari ketentuan Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf huruf b U.U.No. 36
Tahun 2008 menyatakan " Untuk menentukan " besarnya penghasilan
kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak
boleh dikurangkan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota" .
11

 Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf c UU No. 36 Tahun 2008 untuk konsep conservatism.


 Konsep ini berlaku untuk pengakuan terhadap kerugian. Artinya, kerugian dalam akuntansi boleh
diakui meski belum terealisasi. Contohnya, piutang tak tertagih.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan
dalam:
 1. Pasal 6 ayat [ 1 ] huruf h UU No. 36 Tahun 2008.
 Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan , menagih dan
memelihara penghasilan , termasuk piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat "
 2. Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf c UU No. 36 Tahun 2008.
 Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap tidak boleh dikurangkan pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali ;
 " cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan
anjak piutang ".
 Dengan demikian, PPh mengakui prinsip konservatisme dengan persyaratan.
12

 Pasal 9 ayat [ 2 ] UU No. 36 Tahun 2008 untuk konsep materiality .


 Menurut standar akuntansi semua aktiva kecuali tanah, yang jangka waktu
penggunaannya lebih dari satu tahun harus disusutkan. Namun pada
kenyataannya meskipun kalkulator dapat digunakan lebih dari satu tahun,
nilai perolehannya tidak dikapitalisasi karena harga perolehannya kecil.
 Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita
cermati dari ketentuan dalam Pasal 9 ayat [ 2 ] UU No. 36 Tahun 2008.
 "Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan
untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan
atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A".
13

 Pasal 10 ayat [ 6 ] U.U.No. 36 Tahun 2008 untuk konsep cost


 Menurut konsep ini transaksi bisnis dicatat berdasarkan harga pada saat pertukaran.
Dengan dasar konsep ini harta yang ada dalam Neraca tidak dinilai dengan harga
pasar tetapi dengan harga perolehannya. Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia
mengacu konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam :
 1. Pasal 10 ayat [ 6 ] U.U.No. 36 Tahun 2008 Persediaan dan pemakaian persediaan
untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan
secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh".
 2. Pasal 19 ayat ( 1 ) U.U. No. 36 Tahun 2008
 Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva
dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya
dengan penghasilan karena perkembangan harga.
 Dengan demikian U.U. Pajak memberi peluang atas aktiva untuk dicatat dengan
menggunakan nilai lain selain nilai historis apabila memenuhi persyaratan yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
14

 Pasal 25 ayat [1] U.U.No.36 Tahun 2008 untuk konsep


going concern
 Konsep ini beranggapan bahwa tujuan pendirian suatu
usaha adalah untuk berkembang dan hidup seterusnya.
Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu
konsep ini, dapat kita cermati dari ketentuan dalam Pasal
25 ayat [1 ] U.U.No.36 Tahun 2008 yang menyebutkan "
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT PPh tahun
pajak yang lalu "
15

 KESIMPULAN
 Berdasarkan uraian diatas yang pada prinsipnya
U.U.Pajak Indonesia selain merekomendasi PSAK
sebagai acuan untuk menghitung besarnya pajak
yang terutang, juga mengadopsi framework for
reporting, seyogianya harmonisasi SAK dan Aturan
Pajak sehubungan dengan PSAK yang telah
konvergen dengan IFRS ( yang diinginkan DSAK
dan DJP ) dapat terealisir karena jembatan untuk itu
sebenarnya sudah tersedia.
PILLARS SAK di INDONESIA
16

SAK IFRS based


ETAP
SAK ETAP UMUM
UMUM

EMKM
UMUM

entities with no

EMKM
SAK

SAK
SAK

SAK public

SAK
ETAP accountability
SAK

micro, small &


SAK medium entities
EMKM*

SAK SYARIAH SAK Sharia based


transactions
SYARIAH
* New pillar introduced by DSAK IAI on 24 October 2016, effective 1 January
2018.
SAK ETAP
17
 SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas
publik signifikan
 ETAP adalah entitas yang:
 Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
 Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal.
 Menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises.
 Lebih sederhana antara lain:
 Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan
 Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
 Pajak menggunakan konsep pajak terutang bukan pajak tangguhan
 Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
 Tahun 2011 perusahaan harus memilih menjadi menggunakan PSAK-IFRS
atau PSAK-ETAP
PSAK SYARIAH
18

 Basis transaksi
 Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah
baik entitas lembaga syariah maupun non lembaga syariah
 Pengembangan dengan model PSAK umum namun berbasis
syariah dengan acuan fatwa MUI
 PSAK 100 – PSAK 110
• PSAK 101 Penyajian Laporan • PSAK 106 Akuntansi Musyarakah
Keuangan Syariah • PSAK 107 Akuntansi Ijarah
• PSAK 102 Akuntansi Murabahah) • PSAK 108 Akuntansi Transaksi
Revisi 2013 Asuransi Syariah
• PSAK 103 Akuntansi Salam • PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infaq dan
• PSAK 104 Akuntansi Istishna Shadaqoh
• PSAK 105 Akuntansi Mudharabah • PSAK 110 Akuntansi Sukuk
PSAK – IFRS BASED
19

 Wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik


seperti: Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan
BUMN.
 Dapat diterapkan oleh entitas lainya.
 Basis transaksi, bukan basis industri.
 Tujuan: memberikan informasi yang relevan bagi user laporan
keuangan
 Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012 – tahap 1
 Proses adopsi tahap kedua efektif 1 Januari 2015
SAK EMKM
20

Memenuhi definisi ETAP

as yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
signifikan; dan pengguna eksternal

Memenuhi kriteria ini selama 2 tahun


berturut turut maka bisa menggunakan
SAK EMKM
Struktur Isi SAK ETAP VS SAK EMKM
21
Struktur SAK ETAP Padanan dalam SAK EMKM
Bab 1. Ruang Lingkup Bab 1. Ruang Lingkup
Bab 2. Konsep dan Prinsip Pervasif Bab 2. Konsep dan Prinsip Pervasif
Bab 3. Penyajian Laporan Keuangan Bab 3. Penyajian Laporan Keuangan
Bab 4. Neraca Bab 4. Laporan Posisi Keuangan
Bab 5. Laporan Laba Rugi Bab 5. Laporan Laba Rugi
Bab 6. Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi -
dan Saldo Laba
Bab 7. Laporan Arus Kas -
Bab 8. Catatan atas Laporan Keuangan Bab 6. Catatan atas Laporan Keuangan
Bab 9. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan Bab 7. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

Bab 10. Investasi pada Efek Tertentu Bab 8. Aset dan Liabilitas Keuangan
Bab 11. Persediaan Bab 9. Persediaan
Bab 12. Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas Anak -

Bab 13. Investasi pada Joint Venture Bab 10. Investasi pada Ventura Bersama
Bab 14. Properti Investasi -
Bab 15. Aset Tetap Bab 11. Aset Tetap
Bab 16. Aset Tidak Berwujud Bab 12. Aset Tidak Berwujud
Bab 17. Sewa Bab 14. Pendapatan dan Beban
Bab 18. Kewajiban Diestimasi dan Kontinjensi
Bab 13. Liabilitas dan Ekuitas
Bab 19. Ekuitas
Bab 20. Pendapatan
Bab 21. Biaya Pinjaman
Bab 14. Pendapatan dan Beban
Bab 22. Penurunan Nilai Aset
Bab 23. Imbalan Kerja
Bab 24. Pajak Penghasilan Bab 15. Pajak Penghasilan
Bab 25. Mata Uang Pelaporan Bab 3. Penyajian Laporan Keuangan
Bab 26. Transaksi dalam Mata Uang Asing Bab 16. Transaksi dalam Mata Uang Asing
Bab 27. Peristiwa setelah Akhir Periode Pelaporan -

Bab 29. Ketentuan Transisi Bab 17. Ketentuan Transisi


Bab 30. Tanggal Efektif Bab 18. Tanggal Efektif
Daftar Istilah -
- Contoh Ilustratif Laporan Keuangan Entitas
- Dasar Kesimpulan
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah)
22

 Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi


Pemerintahan, PP 24 tahun 2005  PP 71 tahun 2010
 Standar disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan
kemudian ditetapkan dengan PP
 Diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun LKPP
dan LKPD:
 instansi pemerintah pusat
 Instansi pemerintah daerah
 BLU dikonsolidasikan dengan LKP – menggunakan PSAP dan PSAK,
 BUMN (sbg investasi pemerintah)  menggunakan PSAK
 Entitas sektor publik selain pemerintah menggunakan PSAK 45
untuk pelaporan dan yang lain mengikuti PSAK / SAK ETAP.
Perubahan Pilar/Standar Akuntansi di Masa Depan
23

 DSAK sedang mengkaji untuk melakukan revisi atas


SAK ETAP karena sudah terlalu lama tidak direvisi, juga
melihat hadirnya SAK EMKM
 DSAK sedang mengkaji untuk merevisi PSAK 45 untuk
entitas nir laba
 Belum diputuskan apakah IFRS for SME akan diadopsi
 Belum diputuskan apakah PSAK 45 akan dikembangkan
menjadi beberapa standar
 DSAK sedang mengkaji keberadaan ISAK 25 Hak atas
Tanah terkait dengan akan diadopsinya IFRS 16 Leases
Konvergensi IFRS di Indonesia dan Update
24
PSAK 2015-2017
Memahami IFRS
25

 IFRS adalah standar akuntansi internasional yang


dibuat oleh IASB (International Accounting
Standard Board) yang berkedudukan di London
 Saat ini telah diadopsi oleh sekitar 142 negara di
dunia
 Level adopsi berbeda beda, untuk Indonesia IFRS
menjadi referensi utama dalam penyusunan PSAK
 IFRS dibuat dengan tujuan untuk memudahkan
transaksi modal lintas negara
Konvergensi IFRS DI INDONESIA
26

PUBLIC
1 Jan 12 1 Jan 15
COMMITMENT
8 Dec 08

1 2 3

PHASE PHASE
ONE
2008 – 2012 TWO
2012 – 2015

WHEN ? CONSIDERATIONS
IFRS FULL • Post 2015 • National commitment
ADOPTION ? • Transitional period • Stakeholders’ buy in
• Long term blue print • Indonesian FRS structure
Konvergensi IFRS Di Indonesia
27

 Komitment dicanangkan oleh IAI pada tanggal 8 Desember


2008 untuk mendukung IFRS sebagai standar global.
 Konvergensi secara bertahap menuju adopsi full IFRS
 Tujuan konvergensi adalah mengurangi perbedaan signidikan
antara SAK dan IFRS
 Indonesia belum memberikan target kapan mengadopsi penuh
IFRS.
 Definisi full adopsi IFRS adalah mengadopsi tanpa mengubah
kata dan dengan tanggal efektif sama dengan IFRS.
CONVERGENCE STATUS AS AT 1 JANUARY
2015
28

1 year gap
INTERNATIONAL
STANDAR AKUNTANSI FINANCIAL REPORTING
KEUANGAN STANDARDS
AS AT EFFECTIVE 1
AS AT EFFECTIVE 1
JANUARY 2014
JANUARY 2015
Substantially in line, with a number of
exceptions

 During 2013-2014 DSAK IAI has issued (including new and revision): 13
PSAK and 4 ISAK along with annual improvements of SAK.
 During 2015 DSAK IAI has issued (including new and revision): 11 PSAK
and 2 ISAK along with annual improvements of SAK.
Mengapa IFRS
29

 Indonesia bagian dari IFAC, yang harus tunduk pada SMO (Statement
Membership Obligation), salah satunya menggunakan IFRS sebagai
accounting standard.
 Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota G20 forum.
 Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15
November 2008 :
 “Strengthening Transparency and Accountability”

 Pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan untuk


Strengthening Financial Supervision and Regulation  “to call on the
accounting standard setters to work urgently with supervisors and
regulators to improve standards on valuation and provisioning and
achieve a single set of high-quality global accounting standards.”
Manfaat IFRS
30

 Meningkatkan daya banding laporan keuangan.


 Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal
internasional
 Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan
mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
 Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan
multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis.
 Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best
practise”.
Karakteristik Standar ??
31

Principle Based :
Dinamis Judgment

Lebih banyak Fair Value


Pengungkapan
32 PSAK dan ISAK BARU tahun 2015-2016
PSAK non IFRS di dalam SAK
33

1. PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian;


2. PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa;
3. PSAK 38: Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali;
4. PSAK 44: Pendapatan Real Estate
5. PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba;
6. PSAK 70 : Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak
7. ISAK 25: Hak atas Tanah
8. ISAK 31: Interpretasi atas ruang lingkup PSAK 13: Properti
Investasi
9. ISAK 32 : Definisi dan Hierarki Standar Akuntansi Keuangan
10. Plus PSAK-PSAK Syariah
PSAK Berlaku 2015 dan 2016
34

 PSAK 68 Nilai Wajar (berlaku 1 Jan 2015)


 PSAK 69 Agrikultur (berlaku 1 Jan 2016)
 PSAK 70 Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak
(Berlaku Juni 2016, sesuai tgl efektif UU
Pengampunan pajak)
PSAK dalam bentuk ED dan belum disahkan
(per 4 Maret 2017) Sudah Berlaku
35

 PSAK 71 : Instrumen Keuangan  dalam ED nya


akan berlaku 1 januari 2019, namun DSAK belum
mengambil keputusan
 PSAK 72 : Pendapatan dari Kontrak dengan
Pelanggan, masa efektif seharusnya sama dengan
PSAK 71
 ISAK 32 Definisi dan Hierarki Standar Akuntansi
Keuangan, tanggal efektif dalam ED nya 1 Januari
2019.
Mapping Hubungan antar IFRS
36

 PSAK memiliki kaitan satu sama lain yang harus dipahami


oleh pengguna dan pengajar secara komprehensif.
 PSAK terkait Aset Tetap misalnya bukan hanya PSAK 16
namun juga PSAK 26 Bunga Pinjaman, PSAK 58 Aset
tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, PSAK 68,dll
 PSAK terkait investasi : PSAK 50/55/71 untuk instrumen
keuangan, PSAK 15 untuk akuntansi ekuitas pada Asosiasi
dan JV, juga Hubungan PSAK 65, 66 dan 67.
 PSAK terkait Pendapatan : PSAK 23, 34, 44, ISAK 10
 Hubungan PSAK 68 dengan PSAK-PSAK terkait lainnya
Pendahuluan
37

 Perubahan PSAK
 Menimbulkan pengakuan dan pengukuran pendapatan /
beban yang berbeda
 Dasar penilaian aset dan kewajiban berbeda
 Potensi menambah atau mengurangi jumlah
penghasilan kena pajak

 Bagaimana perubahan tersebut harus disikapi??


Trade off Akuntansi dan Pajak

38

 Pajak  Penghasilan Kena Pajak besar akan menyebabkan


pajak yang harus dibayarkan besar.

 Akuntansi : Laba sebelum pajak besar akan menyebabkan


laba yang dilaporkan besar

 Trade off ini akan semakin kecil untuk perusahaan terbuka,


karena kepentingan pemegang saham menginginkan laba
yang tinggi  sehingga pajak tidak dapat dikecilkan.
Perbedaan Pajak dan Akuntansi -1

39

PSAK Undang-Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer

Pajak Tangguhan:
 Aktiva/utang
 Beban/Pendapatan
Perbedaan Pajak dan Akuntansi - 2

40
 Penghasilan :
 Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun

 Menghitung penghasilan kena pajak - identifikasi


 Bukan obyek pajak
 Beban yang boleh dikurangkan
 Beban yang tidak boleh dikurangkan
 Pajak final
 Perbedaan cara pengukuran
Perbedaan Pajak dan Akuntansi - 3

41
 Perbedaan Temporer
 Depresiasi / amortisasi  metode, jangka waktu, nilai sisa
 Biaya yang diestimasi: penyisihan piutang, penyisihan
persediaan, manfaat pensiun

 Perbedaan permanen
 Penghasilan dikenakan pajak final
 Biaya yang tidak boleh dikurangkan:
• Biaya entertainment yang tidak ada bukti pendukung
• Sumbangan
• Biaya yang tidak terkait untuk memperoleh, mendapatkan dan
memelihara penghasilan
 Penghasilan bukan obyek pajak
• Laba anak perusahaan
• Hibah
Perbedaan Pajak dan Akuntansi - 4

42

 Laba sebelum pajak:


 Pendapatan – Beban operasi = Laba operasi
 Laba operasi – pendapatan/beban lain = laba sebelum pajak
 Laba sebelum pajak – beban pajak = laba
 Beban pajak
 Pajak kini  penghasilan kena pajak (hasil rekonsiliasi fiskal) dikalikan tarif
 Perbedaan temporer / kompensasi kerugian yang dapat dikurangkan/
ditambahkan
 Pendapatan komprehensif dengan pajak disajikan tersendiri / per item
 Laba komprehensif:
 Langsung menambah ekuitas
 Pajak dilaporkan per line atau gabungan
Ilustrasi Pajak Perusahaan
43
LABA RUGI
Laba sebelum pajak xxx
Pajak kini (current tax) (xxx)
Pajak tangguhan (deferred tax) xxx
Laba tahun bjln dari operasi dilanjutkan xxx
Kerugian/pendapan operasi dihentikan xxx
Laba tahun berjalan xxx
Pendapatan komprehensif xxx
Pajak penghasilan terkait (xxx)
Total laba komprehensif xxx
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx
Kepentingan non pengendali xxx

NERACA
Aktiva Pajak Tangguhan xxx atau
Kewajiban Pajak Tangguhan xxx
Ilustrasi Pajak Perusahaan
44
Rekonsiliasi Fiskal
45
Rekonsiliasi Fiskal
46
Rekonsiliasi Fiskal
47
Karakteristik IFRS
48

 IFRS menggunakan “Principles Base “ :


 Lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus
berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
 Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
 Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
 Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif
harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan
jasa penilai
 Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik
kuantitaif maupun kualitatif
Perubahan PSAK 1
49
 Penyajian laporan keuangan  PSAK 1
 Nama laporan keuangan  Laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi komprehensif
 Pendapatan komprehensif  langsung mempengaruhi
ekuitas
 Revaluasi aset tetap / properti investasi TAX ??

 Perubahan nilai available for sale (investasi tersedia untuk


dijual)
 Pernjabaran (translasi) mata uang asing
 Hedging atas arus kas
 Penyajian laporan keuangan jika terjadi penyajian kembali
 Extraordinary item
 Penyajian pihak non pengendali.
Perubahan PSAK 50, 55, 60 dan Terbaru PSAK 71
50

 Instrumen keuangan - piutang & utang 


 Klasifikasi instrumen keuangan  fair value to profit and
loss
 Penggunaan nilai wajar (termasuk penentuan tingkat bunga)
 Bunga efektif dalam menghitung pendapatan dan beban
bunga
 Kapitalisasi biaya transaksi mempengaruhi bunga efektif TAX ??
 Penurunan nilai aset keuangan berdasarkan bukti obyektif.
 Derecognition  tidak lagi dicacat sebagai piutang.
Perubahan PSAK 14
51

 Persediaan  TAX ??
 Tidak boleh menggunakan metode LIFO
 Penilaian di laporan posisi keuangan menggunakan lower cost or
net realizable value (NRV). NRV adalah nilai jual dikurangi
dengan biaya penjualan atau nilai penggantian mana yang lebih
dapat diandalkan.
 Menimbulkan cadangan penurunan nilai persedian dan kerugian
karena penurunan nilai persediaan
 Persediaan rusak
 Persediaan tidak lagi dapat dijual karena keusangan terknologi
Perubahan PSAK 13
52

 Properti investasi  jenis aset baru (sebelumnya aset tetap atau aset
lainnya)
 Tanah dan bangunan untuk disewakan atau ditunggu kenaikan
nilainya.
TAX ??
 Penilaian dengan cost atau fair value.
 Penilaian dengan fair value:
 Perubahan nilai diakui sebagai laba rugi periode berjalan
 Aset tidak didepresasikan
 Penilaian dilakukan setiap tanggal pelaporan
 Penggunaan appraisal untuk melakukan penilaian
Perubahan PSAK 16
53
TAX ??
 Aset tetap 
 Kapitalisasi dismantling cost ( biaya yang diestimasi, atas pengeluaran
untuk melakukan restorasi / pembongkaran aset di masa depan). Biaya ini
diestimasi dan dicatat menambah nilai aset tetap dan kewajiban diestimasi
 Penilaian setelah pengakuan menggunakan cost atau revaluation model,
 Revaluation model :
 Diakui sebagai pendapatan komprehensif
 Mempengaruhi nilai depresiasi TAX ??
 Dilakukan secara reguler ketika nilai wajar berbeda dengan nilai tercatat aset
 Penurunan nilai sangat diperhatikan  PSAK 48

Review masa manfaat dan nilai residu setiap pelaporan  perubahan
estimasi.
Perubahan PSAK 19
54
 Aset tidak berwujud  memiliki manfaat ekonomi di masa
mendatang, dapat diukur dengan andal
 Masa manfaat – TAX ??
 terbatas dan tidak terbatas

Direview setiap tanggal laporan keuangan
 Ketentuan tentang masa manfaat tak terbatas
 Model Biaya atau Model Revaluasi
 Model revalusi  pendapatan komprehensif
 Mempengaruhi nilai amortisasi
 Akuisisi aset tak berwujud dalam kombinasi bisnis
 Biaya situs web bukan aset tidak berwujud kecuali memenuhi
konsep pengembangan
Penurunan Nilai – PSAK 48
55

 Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada atau tidaknya
indikasi penurunan nilai aktiva. Pertimbangan dalam menentukan penurunan
nilai :
 Informasi dari luar perusahaan
 Informasi dari dalam perusahaan

 Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang
lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai
pakainya.

 Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai
tercatatnya maka nilai tercatat harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang
dapat diperoleh kembali.
 Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan harus segera
diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.
 Beban depresiasi aktiva periode yang akan datang harus disesuaikan agar
mencerminkan alokasi nilai tercatat yang direvisi setelah dikurangi nilai sisa.
Perubahan PSAK lain
56
 Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai komponen aset tetap (PSAK 26)
TAX
 Sebesar bunga yang terjadi dari pinjaman khusus dikurangi dengan pendapatan ??
bunga yang terjadi
 Pengakuan kewajiban provisi dan kontijensi (PSAK 57)
 Beban diakui atas kontijensi yang kemungkinan besar terjadi dan dapat diukur
dengan andal.
 Imbalan kerja  (PSAK 24) TAX
 Berdasarkan jumlah diestimasi bukan berdasarkan iuran dibayarkan. ??

Pengakuan keuntungan/kerugian aktuaria dalam laba komprehensif (alternatif
pengakuan selain koridor)
 Koreksi kesalahan, perubahan metode dan estimasi (PSAK 25)
 Koreksi kesalah dan perubahan metode akuntansi  retroaktif
 Perubahan estimasi  prospektif
Perubahan PSAK lain
57
 Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai komponen aset tetap (PSAK 26)
TAX
 Sebesar bunga yang terjadi dari pinjaman khusus dikurangi dengan pendapatan ??
bunga yang terjadi
 Pengakuan kewajiban provisi dan kontijensi (PSAK 57)
 Beban diakui atas kontijensi yang kemungkinan besar terjadi dan dapat diukur
dengan andal.
 Imbalan kerja  (PSAK 24) TAX
 Berdasarkan jumlah diestimasi bukan berdasarkan iuran dibayarkan. ??

Pengakuan keuntungan/kerugian aktuaria dalam laba komprehensif (alternatif
pengakuan selain koridor)
 Koreksi kesalahan, perubahan metode dan estimasi (PSAK 25)
 Koreksi kesalah dan perubahan metode akuntansi  retroaktif
 Perubahan estimasi  prospektif
PSAK 58
58

 Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual dan operasi dihentikan


 Kriteria :
 aset (atau kelompok lepasan) harus berada dalam keadaan yang dapat
dijual dengan segera
 penjualan tersebut dapat dikatakan sangat mungkin terjadi, manajemen
pada hirarki yang memadai harus mempunyai komitmen terhadap
rencana penjualan aset.
 Diukur pada nilai yang lebih rendah antara jumlah
tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk
menjual, dan penyusutan atas aset tersebut dihentikan
 Aset Yang Dimiliki Untuk Dijual disajikan sebagai aset lancar
dan terpisah dari pos lainnya.
PSAK 30 & ISAK 8 SEWA
59
 Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee
untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.

 Sewa Pembiayaan (Finance Lease) adalah sewa yang mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan (par. 8)

ISAK 9 : Dalam menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian
sewa atau mengandung sewa, perlu diperhatikan substansi perjanjian dan
dilakukan evaluasi apakah
 Pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset
 Perjanjian memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tertentu
Jika perjanjian mengandung sewa, maka pihak dalam perjanjian harus
menerapkan ketentuan PSAK 30
PSAK 10 : Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

60


 Akuntansi transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali transaksi dan
saldo derivatif (PSAK 55)

 Entitas menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang
fungsional

 Transaksi dalam uang asing dicatat dengan menggunakan mata uang
fungsional dengan kurs spot tanggal transaksi  selisih diakui pada laporan
laba rugi.

 Penjabaran mata uang entitas di LN
 Dari mata uang fungsional  current method  OCI

Dari mata yang non fungsional  temporal method  L/R

 Menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang
termasuk dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional
atau metode ekuitas.
Perubahan PSAK lain
61
 Penggabungan usaha  PSAK 22
 purchase method TAX ?
 penggunaan nilai wajar ?
 goodwill dapat dihitung untuk non controlling interest

Bargain purchase/pembelian discount diakui sebagai keuntungan
 Investasi di anak perusahaan  PSAK 15
 Keuntungan / kerugian ketika terjadi perubahan kepemilikan dihitung dengan
menggunakan nilai wajar.
 Peristiwa setelah tanggal neraca  PSAK 8
 Jika mempengaruhi posisi keuangan tanggal pelaporan harus disesuaikan
DETAILED DAMPAK
PSAK TERHADAP PERPAJAKAN

Presented:
Harnovinsah

62
PSAK 13 – Properti Investasi
63

 Pengukuran setelah pengakuan awal:


 Model nilai wajar
 Nilai wajar  suatu jumlah yang digunakan untuk mengukur aset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction)
yang melibatkan pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai
 Nilai wajar mencerminkan kondisi pasar pada tanggal neraca
 Laba rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba
rugi pada periode terjadinya
 Penilaian dianjurkan tetapi tidak diharuskan menggunakan penilai independen.
 Tidak ada depresiasi atas nilai properti
 Transfer ke dan dari properti investasi dapat memunculkan laba / rugi secara
akuntansi.
 Model biaya  PSAK 16
Pajak – Properti Investasi
64

 Pajak atas tanah dan bangunan dikenakan final atas


nilai penjualan bukan atas keuntungan.
 Pajak atas sewa tanah dan bangunan bersifat final
 Jika aset disewakan dan dikenakan final maka beban
penyusutan menjadi tidak boleh dikurangkan.
Implikasi – Properti Investasi
65

 Penjualan Tanah dan bangunan dikenakan pajak final.


 Menggunakan nilai wajar  akan terjadi perbedaan sebesar
selisih nilai wajar (permanen atau temporer ??)
 Tanah dibeli 2005 seharga 100juta. Tahun 2008 nilai wajar 200juta,
tahun 2009 nilai wajar 220 juta da, tahun 2010 dijual dengan harga
250juta.
 Apakah pajak tangguhan perlu diakui pada saat penilaian wajar tahun
2008.
 Jumlah pajak tangguhan berdasarkan akuntansi dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan di masa mendatang tidak persis sama, karena
tarif yang final??
Implikasi – Properti Investasi
66

 Sewa Tanah dan bangunan dikenakan pajak final.


 Beban depresiasi tidak boleh diakui.
 Sebuah bangunan senilai 500 juta disewakan selama 10 tahun
dengan sewa 40 juta per tahun. Depresiasi 20 tahun garis lurus
nilai sisa 0.
 Bagamana dampak pajaknya secara akuntansi??
Perhatian – Properti Investasi
67

 Keuntungan /kerugiandari penyesuaian nilai wajar aset


jika menggunakan metode nilai wajar.
 Keuntungan /kerugian yang muncul karena transfer aset
lain menjadi properti investasi.
 Penyusutan saat aset sebelum disewakan (belum
menghasilkan pendapatan)  apakah boleh dilakukan.
 Penyusutan aset properti yang akan dijual tidak
digunakan apakah boleh dilakukan karena saat dijual
dikenakan pajak final?
PSAK 16 – Aset Tetap
68

 Nilai perolehan :
 Estimasi biaya pembongkaran, pemindahan, relokasi aset
 Waktu mulai penyusutan
 Setelah perolehan:
 Memilih model biaya atau model revaluasi
 Dikurangi dengan akumulasi penyusutan
 Dikurangi dengan rugi penurunan nilai
PSAK 16 – Model Revaluasi 1
69

 Nilai revaluasi : nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi


akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai.
 Revaluasi dilakukan dalam keteraturan yang reguler sehingga
tidak ada perbedaan nilai material antara nilai tercatat dan nilai
wajar.
 Jika aset direvaluasi maka aset tetap dalam kelompok sama
harus direvaluasi.
 Depresiasi dihitung berdasarkan nilai setelah direvaluasi.
 Nilai wajar  harga pasar, penilai kualifikasi profesional,
estimasi nilai penggantian/[emdelatan penghasilan
PSAK 16 – Model Revaluasi 2
70

 Nilai revaluasi : nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi


penyusutan dan rugi penurunan nilai.
 Revaluasi dilakukan dalam keteraturan yang reguler sehingga tidak ada
perbedaan nilai material antara nilai tercatat dan nilai wajar.
 Jika aset direvaluasi maka aset tetap dalam kelompok sama harus
direvaluasi.
 Depresiasi dihitung berdasarkan nilai setelah direvaluasi.
 Nilai wajar  harga pasar, penilai kualifikasi profesional, estimasi nilai
penggantian /pemdekatan penghasilan
Pajak – Aset Tetap
71

 Depresiasi boleh dilakukan dengan metode garis lurus


atas saldo menurun.
 Jangka waktu depresiasi tertentu.
 Tidak ada nilai sisa
 Waktu mulai penyusutan adalah pengeluaran kecuali
untuk aset yang masih dalam proses pengerjaan yaitu
pad saat selesai pengerjaan.
Pajak – Revaluasi
72

 Revaluasi dengan mengajukan permohonan dan harus


mendapatkan persetujuan.
 Seluruh aset termasuk tanah atau seluruh aset tidak termasuk
tanah
 Revaluasi tidak dapat dilakukan sebelum lewat 5 tahun dari
revaluasi terakhir.
 Nilai pasar  jasa penilai, jika tdk mencerminkan keadaan
sebenarnya oleh Dirjen Pajak.
 Selisih lebih setelah dikurangi pajak 10% final = Selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
Implikasi – Aset Tetap
73

 Perbedaan :
 Nilai perolehan
 Metode depresiasi
 Masa manfaat aset tetap
 Nilai sisa
 Waktu mulai penyusutan

Perbedaan temporer  pajak tangguhan.


 Aset tetap yang dikenakan pajak final pada saat penjualan (tanah dan
bangunan), nilai pajak tangguhan harus disesuaikan dengan jumlah pajak
yang akan direalisasi??
 Penurunan nilai /impairment tidak diperkenankan
Implikasi – Model Revaluasi
74
 Diakui sebagai beda temporer  selisihnya akan masuk dalam other
komprehensif income (OCI).
 Dampak pajak tangguhan harus diperhitungkan dalam nilai OCI karena
pajak atas OCI harus disajikan dalam laporan keuangan.
 Jika aset dijual surplus revaluasi ditransfer ke laba tugi dan pajak
tangguhan dihapuskan.
 Jika aset disusutkan nilai surplus dapat ditransfer sebagian ke saldo laba
dan diperhitungkan dampak pajaknya.
 Pajak akan tetap melakukan perhitungan depresiasi dengan
menggunakan nilai aset berdasarkan pajak, perbedaan diakui dalam
pajak tangguhan.
Implikasi – Model Revaluasi
75

 Dibeli mesin pabrik sebesar 400 juta 10 tahun lalu, pada tahun
2008 nilai buku tinggal 200 juta, direvaluasi menjadi 300 juta,
sehingga akan muncul selisih revaluasi 100 juta. Asumsikan
perusahaan mendepresiasikan selama 20 tahun, sehingga masih
10 tahun tersisa.

Mesin 100
Surplus Revaluasi 100
Beban pajak tangguhan OCI 25
Kewajiban pajak tangguhan 25
Implikasi – Model Revaluasi
76

Depresiasi
Beban Depresiasi 20
Akumulasi Depresiasi 20

Beban pajak tangguhan OCI 2,5


Saldo laba 7,5
Surplus revaluasi 10
(pajak atas OCI harus dilaporkan )

Kewajiban pajak tangguhan 2,5


Beban pajak tangguhan (current) 2,5
(karena depresiasi yang berbeda dan diakui dalam laba rugi)
Perhatian – Aset tetap
77

 Perbedaan diakui sebagai perbedaan temporer sehingga harus diakui


pajak tangguhannya (baik untuk pendapatan/beban dan aset
/kewajiban)
 Dilakukan review apakah perbedaan tersebut dapat dipulihkan tidak,
jika tidak harus dikoreksi.
 Penurunan nilai tidak boleh diakui sebagai beban/kerugian.
 Untuk model revaluasi dianggap sebagai perbedaan temporer
sehingga pajak tetap mengakui aset dan penyusutan berdasarkan
aset awal.
 Aset yang pajaknya final jika dijual., perlu perhatian pajak
tangguhannya.
 Gunakan estimasi pajak untuk menghindari kompleksitas penilaian
jika tidak melanggar ketentuan akuntansi.
PSAK 30 – Sewa
78

 Klasifikasi sewa berdasarkan substansi :


 Sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset
 Sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.
 Sale and leased back, pendapatan ditangguhkan dan
diamortisasi selama periode sewa.
PSAK 30 – Sewa
79

 Sewa operasi
 Aset di pembukuan lessor, sehingga akan muncul biaya
depresiasi
 Lesse akan mencatat beban sewa sebesar depresiasi dan
beban bunga
 Sewa pembiayaan
 Aset dibukukan oleh lesse
 Lessor akan mencatat penjualan aset
 Lesse akan mencatat sebagai beban depresiasi dan beban
bunga
Pajak – Sewa
80

 Sewa Guna usaha dengan opsi


 Jumlah pembayaran SGU ditambah nilai sisa apat
menutup harga perolehan
 Masa sewa sekurang-kurangnya 2 tahun
 Perjanjian SGU memuat ketentuan opsi bagi lesse
 Sewa operasi
 Dikenakan PPN atas jasa sewa
 Pemotongan PPh 23 atas sewa
Implikasi – Sewa
81

 Jika terjadi perbedaan klasifikasi antara akuntansi dan


pajak dalam mendefiinisikan sewa pembiayaan dan sewa
operasi.
 Dilakukan koreksi fiskal termasuk dampak pajak
tangguhannya jika ada.
 Kewajiban witholding dan PPN jika termasuk sewa
operasi
Perhatian – Sewa
82

 Untuk menghindari kompleksitas dalam pelaporan lebih


baik diusahakan menyamakan kriteria, kecuali jika secara
substansi bisnis tidak memungkinkan.
PSAK 10 – Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing

83

 Transaksi mata uang asing dicatat dengan menggunakan


mata uang fungsional.
 Mata uang fungsional adalah mata uang :
 Mempengaruhi harga jual
 Dari negara yang Kekuatan persaingan dan UU menentukan
harga jual.
 Paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya
lain pengadaan barang/jasa
 Dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan
 Penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan
Pajak – Mata Uang Asing
84

 PMK 196/PMK.03/2007 dapat menyelenggarakan


pembukuan dalam bahasa asing (Inggris) dan satuan
mata uang (USD) dengan terlebih dahulu mendapatkan
ijin Menteri Keuangan, kecuali WP dalam rangka
kontraktor Kontrak Kerjasama dan Kontrak Karya.
 Tidak semua diperbolehkan dengan ketentuan:
Pajak – Mata Uang Asing
85

 Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasar UU PMA.


 Kontrak karya selain minyak dan gas bumi
 Kontraktor Kontrak Kerjasama minyak dan gas bumi.
 BUT sesuai UU PPh dan P3B.
 WP mendaftarkan sahamnya di luar negeri.
 Kontrak Investasi Kolektif yang menerbitkan reksa dana dalam
USD.
 WP yang berafiliasi dengan induk di luar negeri
 Entitas yang menggunakan USD sebagai mata uang fungsional
dalam penyajian laporan keuangan akuntansi
Implikasi – PSAK 10
86

 Terjadi perbedaan antara mata uang fungsional dan mata uang


pelaporan pajak.
 Mata uang fungsional dapat menggunakan selain USD.
 Perusahaan harus mencatat dengan dua mata uang yang
berbeda sehingga akan menimbulkan biaya untuk perusahaan.
 Proses translasi dari mata uang fungsional ke mata uang
pelaporan pajak dasarnya apa?? Belum ada ketentuan lebih
lanjut yang mengatur
Kesimpulan
87

 Perbedaan akuntansi dan pajak adalah perbedaan yang alami karena


tujuannya berbeda.
 Perbedaan memunculkan biaya bagi perusahaan.
 Secara akuntansi dapat dipertanggungjawabkan dalam pelaporan melalui
rekonsilisasi fiskal dan pengakuan pajak tangguhan.
 Tax planning  mengurangi biaya pelaporan
 Perubahan regulasi dapat meminimunkan biaya bagi perusahaan.
 Pemahaman tax audit atas ketentuan PSAK sehingga tidak terjadi dispute.
Main References
88

 Intermediate Accounting, IFRS Edition, Kieso, Weygandt, Warfield, Jhon


Willleyson, 2010.

 International Financial Reporting Standards – Certificate Learning Material


The Institute of Chartered Accountants, England and Wales

 Standar Akuntansi Keuangan


Dewan Standar Akuntansi Keuangan
89

TERIMA KASIH
Harnovinsah
noviuib@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai