AKUNTANSI
PERPAJAKAN
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK II
Disusun Oleh : Drs. Basri Musri, Ak.,M.M.
PUSDIKLAT PAJAK
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Jl. Sakti Raya No. 1, Kemanggisan, Jakarta 11480
Telepon (021) 5481145 Fax (021) 5481394
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
BAB-I
KETENTUAN PEMBUKUAN MENURUT PERPAJAKAN
1. PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang di tutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemilknya. Transaksi yang terjadi dengan
perusahaan bukanlah transaksi perusahaan dengan pemiliknya. Karena itu harta
perusahaan bukan kepunyaan pemilik. Demikian pula kewajiban perusahaan bukan
kewajiban pemilik. Pemilik dan perusahaan adalah dua lembaga yang sama sekali
terpisah.
Apakah ketentuan perpajakan di Indonesia mengacu konsep ini, dapat kita cermati
dari ketentuan Pasal 9 ayat [ 1 ] huruf huruf b U.U.No. 36 Tahun 2008 menyatakan
untuk menentukan ” besarnya penghasilan kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan biaya yang dibebankan
atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota”.
BAB-II
TATA CARA PENJURNALAN TRANSAKSI OBJEK PAJAK
1.2 IMPOR
System Physical :
Pembelian Rp. ……….
PPN Masukan Rp. ……….
Utang Dagang Rp. ……….
Atau :
Pembelian Rp. ……….
PPN Masukan Rp. ……….
Kas/Bank Rp. ……….
Sistem Perpetual :
b. BKP yang merupakan barang modal yang ada hubungannya dengan proses
produksi, distribusi, manajemen dan pemasaran.
Atau :
Mesin ( Aktiva Tetap ) Rp. ……….
PPN Masukan Rp. ……….
Kas / Bank Rp. ……….
Atau :
Persediaan/Biaya alat tulis kantor Rp. ……….
PPN Masukan tidak dapat dikreditkan
FP belum diterima Rp. ……….
Utang / Kas / Bank Rp. ……….
P.M
Sistem Physical :
Kas Rp. ……….
Penjualan Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Sistem Perpetual :
Kas Rp. ……….
Penjualan Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Harga pokok penjualan Rp. ……….
Persediaan barang dagangan Rp. ……….
Sistem Physical :
Retur penjualan Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Piutang Rp. ……….
Sistem Perpetual :
Retur penjualan Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Piutang Rp. ……….
Persediaan Rp. ……….
Harga pokok penjualan Rp. ……….
Sistem perpetual :
Barang Konsinyasi Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Persediaan barang Rp. ……….
Sistem Physical :
Barang konsinyasi Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Pengiriman barang konsinyasi Rp. ……….
Sistem Perpetual :
Barang konsinyasi Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Persediaan barang Rp. ……….
Sistem Physical :
Barang konsinyasi Rp. ……….
PPN Keluaran Rp. ……….
Pengiriman barang konsinyasi Rp. ……….
PENJUALAN TUNAI :
PENJUALAN KREDIT
Piutang dagang Rp. ……….
Penjualan Rp. ……….
PPN Keluaran kepada pemungut Rp. ……….
Kas Rp. ……….
PPN Keluaran kepada pemungut Rp. ……….
Piutang Dagang Rp. ……….
PEMBELIAN KREDIT :
BAB – III
PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS PENGHASILAN
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai
pajak;
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah ;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan :
s. surplus Bank Indonesia.
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan
b. warisan
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal.
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib
pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15.
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa.
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor.
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun, pegawai.
BAB – IV
PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS BEBAN
2.2 Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
2.4.Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar penyusutan
atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
2.5.Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud
ditetapkan sebagai berikut :
2.6 Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta karena penjualan atau penarikan
harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan
sebagai kerugian dan jumlah jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau
diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta
tersebuut.
Jika hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui
pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah
sebesar kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.
Apabila terjadi pengalihan harta karena disumbangkan atau dihibahkan maka
jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi
pihak yang mengalihkan.
atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung
dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai
sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat
dilakukan secara taat asas.
3.2 Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang
usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan.
3.3 Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan
sebagai berikut :
Tarif amortisasi
Kelompok Harta Masa Manfaat
Tak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
3.4 Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi
3.5 Atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas
bumi diamortisasi dengan menggunakan metode satuan produksi.
3.6 Atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain migas hak
penguasaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, diamortisasi dengan
menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% (dua puluh persen).
3.7 Atas pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi
3.8 Apabila terjadi pengalihan harta tak terwujud atau hak-hak maka nilai sisa buku
harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima
sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan
tersebut.
3.9 Apabila terjadi pengalihan harta harta tak berwujud karena disumbangkan atau
dihibahkan maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan
sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
4.2 Berdasarkan Pasal 9 ayat [ 1] U.U. No.36 tahun 2008 untuk menentukan besarnya
penghasilan kena Pajak bagi Wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak
boleh dikurangkan yang berakibat dikoreksi positif
. 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
i. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen dan perusahaan anjak piutang.
ii. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh badan penyelenggaraan jaminan sosial.
iii. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan.
iv. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
v. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan dan
vi. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
Industri untuk usaha pengolahan limbah industri.
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
wajib pajak yang bersangkutan.
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.
6. Jumlah yang melebihi kewajiban yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, dan huruf k, huruf l,
dan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.
8. Pajak penghasilan
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
4.3 Berdasarkan Pasal 9 ayat [ 2] U.U. No.36 tahun 2008 pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 atau Pasal 11A.
BAB – V
REKONSILIASI FISKAL
Meskipun pembukuan telah diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan sesuai ketentuan Pasal 28 ayat [ 7 ]
U.U. No. 28 , tidaklah berarti bahwa keseluruhan Standar Akuntansi Indonesia dapat dijadikan
sebagai acuan untuk menghitung jumlah penghasilan kena pajak [ taxable income ] karena antara
lain Pasal 6 dan Pasal 9 Undang Undang PPh telah menetapkan pengurangan-pengurangan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dari penghasilan bruto dalam rangka penghitungan
besarnya pajak terutang [ penyebab perlu diadakan rekonsiliasi ]
PT. XYZ
bersifat final Rp
Kompensasi kerugian Rp
PPh terutang Rp
PT. Widya El Sipio yang bergerak dalam bidang manufaktur meminta bantuan untuk penyusunan
Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form dan sekaligus pengisian SPT Tahunan PPh ( Formulir
1771 ) tahun pajak 2008 berdasarkan data dibawah ini .
(Dalam jutaan Rp )
Penjualan Neto [ Net Sales ] Rp. 12.345.-
Harga pokok penjualan [ Cost of Goods Sold ] Rp.
10.987.-
LABA BRUTO Rp. 1.358.-
Biaya Usaha lainnya [ Operating Expenses ]:
1. Gaji, bonus, THR dan pesangon Rp. 130,00
2. Biaya PPh Pasal 21 Rp. 11,00
4. Fiskal Luar Negeri Rp. 6,50
5. Biaya perjalanan dinas Rp. 25,00
6. Biaya pengangkutan Rp. 17,50
7. Biaya pemasaran Rp. 17,50
9. Biaya training karyawan di Luar Negeri Rp. 20,00
10. Sewa gedung kantor Rp. 20,00
11. Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung kantor Rp. 20,00
13. Penghapusan piutang tak tertagih Rp. 15,00
14. Biaya jamuan tamu Rp. 25,00
15. Biaya listrik, air, gas, telefon, fax
( termasuk pulsa ponsel 12 Juta ) Rp. 24,00
16. Biaya up grade software aplikasi khusus Rp. 24,00
17. Sumbangan HUT RI - LXIII Rp. 23,00
18. Biaya alat kantor Rp. 19,00
19. Biaya pakaian seragam satpam & keselamatan kerja Rp. 20,00
20. PKB, PBB, Bea Materai Rp. 10,00
21. Biaya makan minum karyawan Rp. 121,94
22. Penyusutan aktiva tetap Rp. 18,06
23. Premi asuransi kebakaran Rp. 30,00
24. Biaya jasa teknik Rp. 30,00
25. Bantuan untuk Gerakan Nasional Orang Tua Asuh Rp. 15,00
26. Bantuan untuk korban gempa Rp. 20,00
27. Biaya rekreasi Rp. 14,00
TOTAL BIAYA USAHA LAINNYA Rp. 676,50
KETERANGAN TAMBAHAN
a. 17 Januari 2008 dibeli 1 unit ponsel untuk bagian marketing seharga Rp. 3.500.000.
satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp.170 Juta,
d. 17 Juli 2008 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg
diperkirakan mampu mencapai tahun 2010 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.
e. Penyusutan yang dialokasikan terhadap biaya operasi, umum adalah 10 % dari total beban
penyusutan dengan menggunakan methode garis lurus.
INFORMASI LAINNYA
a. Rata-rata pinjaman Rp. 150 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24%
c. Pendapatan sewa gudang dan beban sewa gedung adalah untuk periode 18 bulan terhitung
sejak 19 Okt 2008.
d. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan
PAJAK – PAJAK
01. PPh pasal 22 yang telah dipungut Bank Mandiri Rp. 4.475.000
02. PPh pasal 23 yang telah dipotong pihak lain Rp. 30.000.000
03. PPh pasal 25 yang telah dibayar Rp. 45.000.000
04. Pajak yang dibayar di New York US$ 340,3 setara........ Rp. 3.000.000
05. STP PPh Pasal 25 untuk masa Oktober sampai dengan
Desember 2008 yang belum dilunasi
( termasuk bunga & denda Rp. 800.000,- ) Rp. 16.800.000
06. PPh pengalihan hak atas tanah yang disetor Rp. 3.000.000
By : basri musri
KASUS-1
PT. Widya Cacao yang bergerak dalam bidang ekspor biji coklat meminta bantuan untuk penyusunan
Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form sehingga diketahui utang PPh Pasal 29 yang akan
disajikan dalam Neraca per 31-12-2008 berdasarkan data dibawah ini .
(Dalam jutaan Rp )
Penjualan Neto Rp. 12.345.-
Harga pokok penjualan Rp. 10.987.-
LABA BRUTO Rp. 1.358.-
Pendapatan lain-lain :
01. Dividen dari PT. Bandar Olie ( setelah dipotong PPh ) Rp. 170,00
02. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp. 16,00
03. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu ( setelah PPh ) Rp. 90,00
04. Bantuan dari PT. Meruya Batavia ( induk perusahaan ) Rp. 62,30
05. Dividen dari Bell Phone Ltd-New York Rp. 30,00
06. Laba penjualan tanah ( setelah PPh yg disetor ) Rp. 25,00
07. Sewa mesin dari Fa.Parna [ setelah dipotong PPh ] Rp. 19,10
08. Jasa giro dari Bank BNI ( setelah dipotong PPh ) Rp. 0,80
09. Bunga deposito dari Bank BNI ( setelah PPh ) Rp. 4,80
Rp. 418
LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM PPh Rp. 1.021
KETERANGAN TAMBAHAN
1. 17 Juli 2008 dibeli 1 unit ponsel untuk bagian marketing seharga Rp. 3.500.000.
3. Diantara aktiva tetap kelompok 2 ternyata terdapat satu unit mobil sedan yang dibawa
pulang Direksi seharga Rp.270 Juta,
4. 23 Mei 2008 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg
diperkirakan mampu mencapai tahun 2010 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.
INFORMASI LAINNYA
1. Rata-rata pinjaman Rp. 150 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24%
2. Rata-rata deposito Rp. 200 juta dengan tingkat bunga deposito 18%
3. Pendapatan sewa gudang , sewa mesin dan beban sewa gedung adalah untuk periode 12
bulan terhitung sejak 19 Okt 2008.
4. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan
: 25% pada PT. Naga Sakti.
PAJAK – PAJAK
KASUS-2
PT. Widya El Tidar yang bergerak dalam bidang manufaktur meminta bantuan untuk penyusunan
Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form sehingga diketahui utang PPh Pasal 29 yang akan
disajikan dalam Neraca per 31-12-2009 berdasarkan data dibawah ini .
(Dalam jutaan Rp )
Penjualan Neto [ Net Sales ] Rp. 12.345.-
Harga pokok penjualan [ Cost of Goods Sold ] Rp. 10.987.-
LABA BRUTO Rp. 1.358.-
Rp. 418,-
LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM PPh Rp. 1.021,-
a. Diantara aktiva tetap kelompok 1 yang dibeli 24 Desember 2009 terdapat 1 unit ponsel untuk bagian
marketing seharga Rp. 3.500.000.
d. 23 Mei 2009 aktiva kelompok 3 dilakukan perbaikan utk menambah masa manfaat yg diperkirakan
mampu mencapai tahun 2012 dgn mengeluarkan biaya Rp. 20 juta.
e. Penyusutan yang dialokasikan terhadap biaya operasi, umum adalah 10 % dari total beban penyusutan
dengan menggunakan methode saldo menurun .
INFORMASI LAINNYA
b. Rata-rata deposito Rp. 140 juta dengan tingkat bunga deposito 18%
c. Pendapatan sewa gudang dan beban sewa gedung adalah untuk periode 18 bulan terhitung sejak 19
Okt 2008.
d. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie, dan
PAJAK – PAJAK
TEORI :
Kasus 3
PT. Widya El Sipio yang bergerak dalam bidang manufaktur di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
/ KAPET meminta bantuan untuk menyajikan Laporan Keuangan Fiskal dalam bentuk report form untuk
tahun pajak 2008 berdasarkan data dibawah ini sehingga dapat diketahui akun utang PPh Pasal 29 / 28A
dan akun utang PPh Pasal 25 untuk tahun pajak 2009 serta Laba setelah PPh .
(Dalam jutaan Rp )
1. Dividen dari PT. Bandar Olie ( setelah dipotong PPh ) Rp. 170,00
2. Dividen dari PT. Naga Sakti Rp. 16,00
3. Sewa gudang dari PT. Putra Pabatu ( setelah PPh ) Rp. 90,00
4. Bantuan dari PT. Meruya Batavia ( induk perusahaan ) Rp. 75,00
5. Dividen dari Bell Phone Ltd-New York Rp. 30,00
6. Laba penjualan tanah ( setelah PPh yg disetor ) Rp. 25,00
7. Sewa mesin dari Fa.Parna Rp. 6,40
8. Jasa giro dari Bank BNI ( setelah dipotong PPh ) Rp. 0,80
9. Bunga deposito dari Bank BNI ( setelah PPh ) Rp. 4,80
Rp. 418,-
LABA TAHUN BERJALAN SEBELUM PPh Rp. 1.021,-
KETERANGAN TAMBAHAN
17 Januari 2008 dibeli 1 unit ponsel untuk bagian marketing seharga Rp.
3.500.000.
satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp.170 Juta,
INFORMASI LAINNYA
1. Rata-rata pinjaman Rp. 150 juta dengan tingkat bunga pinjaman 24%
3. Pendapatan sewa gudang dan beban sewa gedung adalah untuk periode 18
bulan terhitung sejak 19 Okt 2008.
4. Dividen yang diterima karena kepemilikan saham : 24% pada PT. Bandar Olie,
dan ; 25% pada PT. Naga Sakti.
5. Rugi tahun yang lalu dapat dikompensasikan untuk tahun 2008 adalah
sejumlah
Rp. 107.516.666.
6. Realisasi penanaman modal atas aktiva tetap yang dapat maupun tidak dapat
disusutkan adalah sejumlah Rp.500.000.000.
PAJAK – PAJAK
Kasus 4
G. KETERANGAN TAMBAHAN
JENIS
TAHUN BELI HARGA BELI UNIT
AKTIVA TETAP
Kelompok 1 27 – 10 – 2004 125 5
Kelompok 2 24 – 12 – 2000 360 5
Kelompok 3 04 – 06 – 2001 600 3
Banguna Permanen 23 – 05 - 2001 1.000 1
a. 06 Juni 2008 dibeli 2 unit ponsel untuk proyek seharga Rp. 7.000.000
b. Diantara aktiva tetap kelompok 2 ternyata terdapat :
- Satu unit mobil sedan yang dibawa pulang Direksi seharga Rp. 150.000.000,-
- Dua unit komputer seharga Rp. 15.000.000,-
H. PAJAK – PAJAK
01. PPh. pasal 23 yang telah dipotong pihak lain Rp. 15.000.000,-
02. PPh pasal 4 ayat ( 2 ) Rp. 166,700.000,-
Kasus 5
KETERANGAN TAMBAHAN
a. 11 Agustus 2009 satu unit aktiva tetap kelompok 1 ( Furniture and Fixtures ) yang
dibeli seharga setara US.$ 3.000. terbakar .
b. 19 Oktober 2009 satu unit aktiva tetap kelompok 2 ( Equipment ) yang dibeli seharga
setara US.$ 5.000. dijual seharga US.$.1.500.
c. 6 Juni 2009 satu unit aktiva tetap kelompok 3 ( Machinery ) seharga setara US.$
25.000. dilakukan perbaikan dengan mengeluarkan biaya setara US.$.500. Estimasi
manfaat biaya yang dikeluarkan adalah untuk 2 tahun.
d. Pada tanggal 14 Juli 2009 dibeli satu unit ponsel seharga setara US.$650.
e. Metode penyusutan yang dianut adalah : Saldo menurun
2. INFORMASI LAINNYA :
1. Interest revenue terdiri dari :
Bunga Deposito US.$ 480.
Jasa Giro US.$ 120.
2. Dividend income berasal dari investasi saham 20% pada P.T. El Sipio
3. Dalam account Miscellaneous Factory Overhead, antara lain terdapat pengeluaran
untuk pembayaran pulsa ponsel sebesar setara US.$. 135.
4. Dalam account Miscellaneous selling Expenses, antara lain terdapat pengeluaran
untuk jamuan tamu sebesar setara US.$. 100.
5. Buillding Rent sejumlah US$.9.000. ternyata adalah untuk periode 3 ( tiga ) tahun
terhitung sejak Juli 2009.
6. Dalam account Miscellaneous General Expenses, antara lain terdapat pengeluaran
untuk :
1. Biaya reparasi mobil sedan Direksi................. US.$ . 400.
2. Pembelian pakaian seragam karyawan pabrik. 1.000.
3. Biaya makan karyawan ............................... 4.000.
4. Biaya upgrade software aplikasi khusus.......... . 2.500.
PAJAK-PAJAK
a. PPh Pasal 22 yang telah dipungut Bank Mandiri US.$ 300.
b. PPh Pasal 23 yang telah dipotong pihak lain US.$. 30.
c. PPh Pasal 25 yang telah dibayar ............... US.$ 1.350.
d. PPh pengalihan hak atas tanah & bangunan US.$ 20.
e Fiskal Luar Negeri............ US $.1.200.
Kurs Menkeu per 31 Desember 2009 U$.1 = Rp. 9.500.