Anda di halaman 1dari 98

3/26/2023

PERPAJAKAN
INTERNASIONAL

Sesi 1 dan 2
Pengantar
• Pengantar Perpajakan Internasional
• Azas Pemajakan dan Pengenaan Pajak Berganda
• Subjek Pajak
• SKD
• Objek Pajak

1
3/26/2023

Pengantar
Perpajakan Internasional

Pengertian Perpajakan Internasional

IBFD International Tax Glossary 5th Ed. 2005:


? Traditionally refers to treaty provision relieving
international double taxation
? In broader terms, it includes domestic legislation covering
foreign income of residents (worldwide income) and
domestic income of non residents.

Brian Arnold, International Tax Primer, 1995:


“…the international aspects of the income tax laws of
particular countries.”

2
3/26/2023

PENGERTIAN
Dari beberapa referensi tentang Pengertian
Perpajakan Internasional, terdapat elemen-
elemen penting:
1. Ketentuan perpajakan domestik suatu negara
(bukan aturan internasional tentang perpajakan),
2. Yang mempunyai aspek mengatur transaksi
internasional (lintas negara/jurisdiksi),
3. Umumnya hanya mencakup perlakuan perpajakan
atas penghasilan atau modal,dan
4. Termasuk tax treaty (Perpajakan Internasional bukan berarti
Tax Treaty saja,Treaty adalah bagian dari Perpajakan Internasional).

Elemen Perpajakan Internasional

Termasuk tax treaty

Yang mempunyai aspek


mengatur perpajakan atas
transaksi internasional

Ketentuan perpajakan
domestik suatu negara

PERPAJAKAN
INTERNASIONAL

3
3/26/2023

PERPAJAKAN INTERNASIONAL INDONESIA

Perpajakan Internasional Indonesia dalam UU PPh:


Subjek Pajak Pasal 2 dan Pasal 3
Objek Pajak Pasal 4 ayat (1),
Pasal 5 ayat (1), dan
Pasal 26 ayat (1), (2), dan
(4)
Menghitung Pasal 15, Pasal 16,
PPh terutang Pasal 17, dan
Pasal 26
Kredit Pajak Luar Negeri Pasal 24
Anti Penghindaran Pasal 18
Pajak
Tax Treaty Pasal 32A 7

Dimensi Perpajakan Internasional


Subjek
LuaPraNjaekgeri

2 3
Perpajakan Extra
Internasional Territorial

Penghasilan Penghasilan
Luar Negeri
Dalam Negeri 1 4
Perpajakan Perpajakan
Domestik Internasional

Subjek
DalaPmajNaekgeri
8

4
3/26/2023

DIMENSIPERPAJAKAN INTERNASIONAL (UU


PPh)
Aspek Dimensi Pajak
Internasional Taxing the Residents Taxing the Non-Residents
Subjek Pajak SP DN SP LN BUT SP LN non BUT
Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus Pasal 5 ayat (1) a, b, Pasal 26 ayat (1),
ayat (3) dan c (2) , dan (4)
Pengurang Pasal 6 dan 9 Pasal 5 ayat (2)
minus ayat (3), Pasal
6
Menghitung Pajak Pasal 16 ayat (1), (2), Pasal 16 ayat (3) Pasal 26 ayat (1),
dan (4) (2) , dan (4)
Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a/b Pasal 17 ayat (1) b Pasal 26 ayat (1),
(2) , dan (4)
Penghilangan Pasal 24
Pajak Berganda
Pelunasan Pajak Self Assessment & Self Assessment & Withholding
Withholding Withholding

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL

1. Penerimaan Negara
2. Mewujudkan keadilan
pemajakan
a. Keadilan Horizontal
b. Keadilan Vertikal
3. Menciptakan iklim investasi
yang baik untuk mengundang
masuknya investor asing
4. Mendukung daya saing investor
lokal yang berinvestasi di luar
negeri
5. Menangkal double non-taxation
dan penghindaran pajak

10

5
3/26/2023

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL

Keadilan Pemajakan
Keadilan horizontal:
Subjek pajak yang memperoleh
jumlah penghasilan yang sama
menanggung beban pajak yang sama.
Keadilan vertikal:
Subjek pajak yang memperoleh
penghasilan yang lebih besar akan
menanggung beban pajak yang lebih
besar.

11

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL


Keadilan Horizontal
Bila Ali dan Budiman memperoleh penghasilan yang besarnya
sama, bagaimana perlakuan pajak internasional yang
memenuhi keadilan horizontal?
Divide n

$1000 Luar
Negeri

Dalam
Negeri
$1000
Gaji

Ali
Budi
man

6
3/26/2023

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL


Keadilan Vertikal
Bila Budiman memperoleh penghasilan yang lebih besar
daripada Ali, bagaimana perlakuan pajak internasional yang
memenuhi keadilan vertikal?

n
Divide
Luar
$700 Negeri

Dalam
Negeri
$100
0
$800
Gaji
Bunga

Ali Budi
man

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL


Iklim investasi yang baik untuk mengundang
investasi asing
▪ Perlakuan perpajakan yang non diskriminatif
▪ Pengenaan pajak hanya atas penghasilan yang
bersumber dari negara host (negara tempat
berinvestasi)

▪ Penghindaran pajak berganda


▪ Penyelesaian sengketa perpajakan, dsb.

14

7
3/26/2023

TUJUAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL

Mendorong daya saing investor domestik yang


berinvestasi ke luar negeri
1. Penghindaran pengenaan pajak berganda di
dalam negeri dan luar negeri (missal dengan
memberikan kredit pajak luar negeri atau
exemption)
2. Perlindungan dari perlakuan perpajakan yang
diskriminatif di luar negeri,dsb.

15

Asas Pemajakan &


Pemajakan Berganda

8
3/26/2023

JURISDICTION TO TAX
Jurisdiction to tax atau prinsip/azas pengenaan pajak adalah pembenaran
(justifikasi) yang dijadikan dasar oleh negara untuk mengenakan pajak.

Residence
Source
(dalam arti luas)

Azas
Citizenship / Nationality
National

Azas Sumber
Azas
Residence Territory (Source)

PRINSIP PENGENAAN PAJAK

Azas Nasionalitas
(nationality/citizenship principle)

Negara mengenakan pajak atas penghasilan yang diperoleh


individu yang menjadi warganegara atau perusahaan yang
terdaftar di negara itu. (Doernberg)

Justifikasi:
Ada hubungan hukum (legal connection) antara negara dengan
individu atau perusahaan.

USA: Warganegara USA dimana pun berada harus tetap wajib


membayar pajak kepada Pemerintah USA.
Indonesia: Perseroan Terbatas yang didirikan di Indonesia,
dimana pun tempat kedudukannya, tetap wajib membayar pajak
kepada Pemerintah Indonesia.

9
3/26/2023

PRINSIP PENGENAAN PAJAK

Azas Residence
(residence principle)

Negara mengenakan pajak karena adanya hubungan territorial


antara Negara dengan penerima penghasilan atau subjek pajak.
Inti dari azas sumber adalah keadaan faktual subjek pajak di
negara itu.

Justifikasi:
Keberadaan orang atau badan di wilayah negara itu.

Indonesia: WNA yang berada di Indonesia melebihi 183 hari


dalam jangka waktu 12 bulan dikenakan pajak di Indonesia apabila
memperoleh penghasilan dari mana pun sumbernya.
Singapura: Perusahaan yang didirikan di mana pun, yang
bertempat kedudukan di Singapura, wajib membayar pajak kepada
Pemerintah Singapura.

PRINSIP PENGENAAN PAJAK

Azas Sumber
(source principle)

Negara mengenakan pajak karena adanya hubungan antara


Negara dengan sumber atau lokasi objek pajak. Inti dari azas
sumber adalah keadaan faktual objek pajak di negara itu.

Justifikasi:
Keberadaan sumber atau lokasi penghasilan / objek pajak.

Indonesia: Penghasilan subjek pajak luar negeri yang dibayarkan


perusahaan di Indonesia berupa royalty akan dipajaki di Indonesia

Singapura: Perusahaan yang didirikan di mana pun, yang


bertempat kedudukan di Singapura, wajib membayar pajak kepada
Pemerintah Singapura.

10
3/26/2023

PRINSIP PENGENAAN PAJAK

Principles Justifikasi Pengenaan Pajak


Legal Connection Factual/Economic
Connection
Nationality / √ X
Citizenship
Residence √ √
Source X √

HUBUNGAN PRINSIP DENGAN DIMENSI PENGENAAN PAJAK

Residence
Principle

2 3
Foreign
Extra
International Territorial
Taxation
Income
1 4
Domestic Domesti International
c Taxation Source
Taxation Principle

Residents Residency Non-Residents

11
3/26/2023

THE USE OF RESIDENCE AND SOURCE CRITERIA


Untuk mengimplementasikan scope tax
liability yang berbeda

Residence
Source
(dalam arti luas)

Worldwide Limited
Tax Tax
Liability Liability

PEMAJAKAN BERGANDA (DOUBLE TAXATION)

Jenis Pemajakan Berganda


• Juridical Double Taxation = same person
(individual or entity) is taxed in respect of same
object by two authorities
Domestic juridical double taxation
International Juridical Double Taxation

• Economic Double Taxation = same income is


taxed twice or more to the same economic
income (usually to different persons).
24

12
3/26/2023

Juridical Double Taxation


Internasional DJ
oempea
stn
ikg: :
Corporate Tax:
X Corp. Central Government : 30%
Local Government : 16%
Total Tax :
46%
Investment Negara S

Dividen Negara D Rusia:


Corporate Tax:
Central Government : 24%
Local Government :
Mr. A
17,5%
Total Tax :
41,5%

25

PEMAJAKAN BERGANDA (DOUBLE TAXATION)


Economic Double Taxation

Contoh:
a. Double Taxation pada Penghasilan seorang karyawan
Ingat rumus ekonomi: Yd(penghasilan) = C (Konsumsi) + S (tabungan)
1) Pajak dikenakan saat penghasilan
diperoleh (Yd = Y –Tax ) ? Pajak
Penghasilan, dan
2)Pajak dikenakan lagi saat penghasilan dikonsumsi ? Pajak
konsumsi (dengan nama PPN/VAT/GST)

26

13
3/26/2023

PEMAJAKAN BERGANDA (DOUBLE TAXATION)


b. Double Taxation atas laba perseroan terbatas
1)Pajak dikenakan di tingkat perseroan ? PPh Badan atas laba
perseoran), dan
2)Pajak dikenakan lagi pada tingkat pemegang saham ?(PPh atas
dividen).

PT ABC dikenakan PPh


Badan
Laba Usaha Laba Bersih

dikenakan PPh OP
Pemegang
Dividen
Saham

Ekonom: PT ABC dan Pemegang Saham adalah satu kesatuan


ekonomi □laba usaha dikenakan pajak dua kali.
27

PEMAJAKAN BERGANDA (DOUBLE TAXATION)

Dalam konteks perpajakan internasional, secara


umum yang akan ditanggulangi adalah:

International Juridical Double Taxation

Namun demikian, terdapat economic double


taxation yang sangat penting sehingga juga
tercakup, yaitu TRANSFER PRICING.

28

14
3/26/2023

Transfer Pricing: Economic Double Taxation


Fakta:
• PT Budiman di Indonesia membayar dan membiayakan royalti Rp 1
Miliar kepada perusahaan afiliasi Waseda Corp.
• Waseda Corp. mencatat royalti sebagai penghasilan dan terutang
pajak di Jepang.
Pemeriksa Pajak Indonesia:
• Memperoleh bukti bahwa PT Budiman terlalu besar membebankan
royalti yang seharusnya hanya Rp 400 juta (transfer pricing).
• Laba fiskal PT Budiman dikoreksi Rp 600 juta dan dikenakan pajak.
Terjadi Double Taxation, karena:
• Laba usaha PT Budiman yang dipajaki menjadi lebih besar Rp 600 juta.
• Penghasilan royalti Waseda dikenakan pajak terlalu besar Rp 600 juta.
?Double tax on single income to different persons

29

PENYEBAB DOUBLE TAXATION


Penerapan undang-undang perpajakan atas
penghasilan yang timbul dari transaksi internasional
menyebabkan terjadinya pengenaan pajak berganda.
1. Konflik penerapan azas pemajakan:
– Azas Residensi vs. Azas Sumber (Residence-Source conflict)
– Azas Residensi vs. Azas Residensi (Residence-Residence
conflict)
– Azas Sumber vs. Azas Sumber (Source-source conflict)
2. Perbedaan karakterisasi penghasilan menurut
undang-undang.

30

15
3/26/2023

Azas Residensi Vs. Azas Sumber

Pemajakan berganda terjadi karena suatu negara


mengenakan pajak berdasarkan azas sumber dan
negara yang lain menerapkan azas residensi.

X
Corp.
Negara
Loan
X
Negara
Y
Interest
PT
ABC

31

Azas Residensi Vs. Azas Residensi


Pemajakan berganda terjadi karena dua negara mengenakan pajak
kepada seseorang yang mereka klaim sebagai subjek pajak dalam
negeri di masing-masing negara.
UU kedua negara menerapkan azas Residensi.

SPDN
Ipin Negara
Malaysia
Malaysi
a
Indones
ia
Melakukan usaha
di Indonesia SPDN
selama> 183 hari Indonesia

32

16
3/26/2023

Azas Sumber Vs. Azas Sumber


Pemajakan berganda terjadi akibat dua negara mengenakan
pajak atas penghasilan yang diklaim oleh kedua negara
bersumber di negaranya.
Negara Mencatat biaya
P copyright
dan hutang-kantor
pusat
P Corp. Cabang
ABC Negara
Tagiha X
Negara
n Y
Copyrig
ht fee
ABC
Mencatat piutang
cabang
dan pengeluaran kas
33

Perbedaan Karakterisasi Income


Pemajakan berganda dapat terjadi bila dua negara
mengenakan pajak atas penghasilan yang dikategorikan
berbeda.
Ketentuan pajak di negara
X: P Corp. Dividen
Loan tsb. diperlakukan
sebagai Ekuitas, Perpet
Bunga tidak dikenakan pajak, ual Negara
KDeivtiednetnudanikepnaajakkandipajak. Loan X
Negara
negara Y:
Y
Loan tsb. diperlakukan
sebagai Loan,
Bunga dikenakan pajak, ABC Interest
Dividen tidak dikenakan
pajak.

34

17
3/26/2023

Contoh Kasus
Pada contoh kondisi berikut, tentukan:
a. Penghasilan apa yang dapat terkena pemajakan berganda
b. Negara mana yang kemungkinan akan memajaki
c. Dalam kapasitas apa (residence atau source country), negara-negara tersebut
ingin memajaki?
Kondisi:
1) Andre, seorang US citizen menerima dividen dari perusahaan yang berdomisili
di Jerman.
2) John, seorang US citizen namun menetap di Ekuador. Sementara ini
dipekerjakan sementara oleh perusahaannya di Uganda.
3) Seorang resident Rusia memiliki apartemen di Venezuela yang disewakan.
4) Sebuah perusahaan Belanda memiliki place of effective mnagement di
Skotlandia.
5) Sebuah cabang dari sebuah bank Cina di Belgia menerima bunga pinjaman
dari sebuah perusahaan resident Malaysia.
6) Sebuah perusahaan makanan Indonesia menerima royalti atas penggunaan
resep rahasianya yang dibayarkan oleh sebuah perusahaan restoran Jepang
yang menggunakan resep tersebut pada kegiatan operasionalnya di cabangnya
yang berlokasi di India.
35

Menghilangkan Pajak Berganda

1. Ketentuan pajak domestik


(Unilateral),
2. Tax Treaties
(Bilateral/Multilateral)
3. Prosedur Perjanjian
Bersama (Mutual
Agreement
Procedures/MAP)
4. Arbitrase

18
3/26/2023

Menghilangkan Pemajakan Berganda: Ketentuan Domestik

Dengan cara:
1. Mengecualikan orang/badan sebagai Subjek
Pajak
2. Mengecualikan penghasilan sebagai Objek
Pajak
3. Menerapkan tarif preferensial untuk
subjek/objek pajak tertentu
4. Menerapkan metode penghilangan pajak
berganda (deduction, exemption, credit), dll.
Namun, tidak komprehensif, antara lain karena:
1. Metode penghilangan pajak berganda hanya
tersedia bagi WP dalam negeri, dan
2. UU tidak dapat menyelesaikan kasus dual
residence.

37

Menghilangkan Pemajakan Berganda: Tax Treaty


1. Tie Breaker Rules: untuk menghilangkan kasus
Dual Residence,
2. Pembagian hak pemajakan (distributive rules),
3. Kewajiban melakukan corresponding
adjustment: untuk kasus transfer pricing,
4. Mengatur metode eliminasi pajak berganda,
5. Mewajibkan Competent Authority
menyelesaikan penerapan P3B yang tidak
sebagaimana mestinya melalui konsultasi
(Mutual Agreement Procedures), bila diminta
oleh WP.

38

19
3/26/2023

METODE PENGHILANGAN PAJAK BERGANDA


Secara umum, terdapat 3 metode penghilangan double tax:
1. Metode Pengurangan (deduction method):
pajak yang dikenakan di luar negeri mengurangi penghasilan
yang diperoleh dari luar negeri sebelum digabung dengan
penghasilan dari dalam negeri.
2. Metode Pembebasan (exemption method):
penghasilan dari luar negeri tidak diperhitungkan saat
menghitung pajak terutang di dalam negeri.
3. Metode Kredit:
pajak yang dikenakan di luar negeri diperhitungkan dengan
pajak atas seluruh penghasilan.

KASUS: MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


PT Yulasmono menerima penghasilan neto
dari dalam negeri Rp 50 miliar dan dari luar
negeri Rp 30 miliar (dikenakan pajak di luar
negeri 40% atau sebesar Rp 12 miliar)
Hitunglah:
1. Total beban pajak PT Yulasmono
secara keseluruhan
2. Tarif pajak efektif yang ditanggung PT
Yulasmono

Asumsi:
Ketentuan pajak di dalam negeri
menerapkan prinsip worldwide income,
tarif pajak 25% tunggal dan (i) tidak ada
penghilangan pajak berganda, (ii)
deduction method, (iii) exemption method,
dan (iv) full credit method.

20
3/26/2023

KASUS: MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


No Deduction Exemption Full Credit
Relief Method Method Method

Penghasilan Neto DN
Penghasilan Neto LN
Total Penghasilan Neto
PPh (25%)
(-) Kredit Pajak LN
Pajak di dalam negeri
Total Pajak (dn & ln)
Tarif Pajak Efektif

KASUS: MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA

Deduction Exemption Full Credit


No Relief
Method Method Method

Penghasilan Neto DN 50 50 50 50

Penghasilan Neto LN 30 (30-12)=18 0 30

Total Penghasilan Neto 80 68 50 80

PPh (25%) 20 17 12,5 20

(-) Kredit Pajak LN 0 0 0 12

Pajak di dalam negeri 20 17 12,5 8

Total Pajak (dn & ln) 32 29 24,5 20

Tarif Pajak Efektif 40% 36% 31% 25%

21
3/26/2023

Subjek Pajak

PENDAHULUAN
Subjek pajak penting diidentifikasi terlebih dulu.
Pasal 1 UU PPh:
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
Catatan:
• Subjek Pajak dikenakan pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan.
• Meskipun menerima atau memperoleh penghasilan,
bukan Subjek Pajak tidak dapat dikenakan pajak.

Subjek pajak penting diidentifikasi terlebih dulu.


• Tanpa Subjek Pajak, Objek Pajak tidak terutang
pajak.
Contoh:
Hadiah undian yang diterima oleh orang yang telah
meninggal dunia dan tanpa ahli waris.

44

22
3/26/2023

PENDAHULUAN
• Setiap jenis Subjek, berbeda Objek Pajak-nya.
• Keliru dalam menentukan jenis subjek pajak, keliru
menentukan objek pajak, cara menghitung, dan seterusnya.
Subjek Pajak SP DN SP LN BUT SP LN non BUT
Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus ayat Pasal 5 ayat (1) a, b, Pasal 26 ayat (1), (2) ,
(3) dan c dan (4)

Pengurang Pasal 6 dan 9 Pasal 5 ayat (2) minus


ayat (3), Pasal 6
Menghitung Pajak Pasal 16 ayat (1), (2), dan Pasal 16 ayat (3) Pasal 26 ayat (1), (2) ,
(4) dan (4)

Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a atau b Pasal 17 ayat (1) b Pasal 26 ayat (1), (2) ,
dan (4)

Pelunasan Pajak Self Assessment & Self Assessment & Withholding


Withholding Withholding

45

PENDAHULUAN
Jenis subjek pajak dalam UU PPh:

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI (Pasal 2 ayat (3) UU PPh)

Orang Bentuk usaha


Badan Warisan
Pribadi tetap

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI (Pasal 2 ayat (4) UU PPh)

46

23
3/26/2023

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Orang Pribadi Badan


• Bertempat tinggal di Indonesia, • Didirikan di Indonesia, atau
•Berada di Indonesia lebih dari 183 hari • Bertempat kedudukan di
dalam jangka waktu 12 bulan, atau Indonesia.
•Berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
Kewajiban Pajak Subjektif: Kewajiban Pajak Subjektif:
▪Dimulai: saat orang pribadi dilahirkan, ▪Dimulai pada saat badan didirikan
berada, atau berniat untuk bertempat atau bertempat kedudukan di
tinggal di Indonesia, Indonesia
▪Berakhir pada saat meninggal dunia ▪Berakhir pada saat dibubarkan atau
atau meninggalkan Indonesia untuk tidak lagi bertempat kedudukan di
selama-lamanya. Indonesia
(Pasal 2A ayat (1) UU PPh) (Pasal 2A ayat (2) a UU PPh)

47

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI


Orang Pribadi Badan
• Tidak bertempat tinggal di • Tidak didirikan, dan
Indonesia, atau • Tidak bertempat kedudukan di
• Berada di Indonesia tidak lebih dari Indonesia.
183 hari dalam jangka waktu 12
bulan

Kewajiban Pajak Subjektif: Kewajiban Pajak Subjektif:


•Dimulai pada saat orang pribadi •Dimulai pada saat badan menerima
menerima atau memperoleh atau memperoleh penghasilan dari
penghasilan dari Indonesia, Indonesia,
•Berakhir pada saat orang pribadi •Berakhir pada saat badan tidak lagi
tidak lagi menerima atau memperoleh menerima atau memperoleh
penghasilan tersebut. penghasilan tersebut.
(Pasal 2A ayat (4) UU PPh) (Pasal 2A ayat (4) UU PPh)

24
3/26/2023

ISTILAH PENTING
Tempat tinggal:
• Tempat untuk berdiam (place of
habitual abode) yang tidak bersifat
sementara dan tidak sebagai
tempat persinggahan.
• Tempat melakukan kegiatan
sehari-hari atau menjalankan
kebiasaan (ordinary course of life)
Niat:
• Secara tegas dapat dibuktikan
dengan dokumen berupa visa atau
izin tinggal (KITAS) di Indonesia.
• Tindakan yang menunjukkan
seseorang akan bertempat tinggal
di Indonesia.
49

ISTILAH PENTING
Tempat didirikan:
• Place of incorporation atau place
of registration,
• Aspek legal.

Tempat kedudukan:
• Place of domicile atau place of
management:
• Tempat kedudukan kantor
pimpinan perusahaan, atau
• Tempat kedudukan pusat
administrasi dan keuangan.
• Aspek faktual
50

25
3/26/2023

KASUS
1. Sudirman bekerja di Singapura sebagai ahli IT untuk kontrak
kerja selama 2 tahun. Sebelumnya, ia bekerja sebagai
pegawai dan mempunyai NPWP.
2. Toni menemani anaknya kuliah di Australia dan berada di
sana selama 200 hari dalam setahun. Toni tidak menjual
rumahnya di Jakarta dan tidak menghentikan keanggotaan
klub golf dan olahraga.

Diminta:
Tentukan status subjek pajak

Pekerja Indonesia Sebagai SPLN


PER. DIRJEN PAJAK NO.PER-2/PJ./2009 dan PER- 43 /PJ / 2011:
• Dalam rangka memberi kepastian atas perlakuan PPh
bagi orang pribadi WNI yang bekerja di luar negeri,
• Orang pribadi WNI yang bekerja di luar negeri > 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan adalah subjek pajak luar
negeri (SPLN),
• Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar
negeri sehubungan dengan pekerjaannya di luar negeri
dan telah dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai PPh
di Indonesia.
• Atas penghasilan dari Indonesia tetap dikenakan PPh di
Indonesia
52

26
3/26/2023

BENTUK USAHA TETAP


Orang Pribadi Badan
Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, [SPLN Orang Pribadi]
atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia [SPLN Badan],
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Kewajiban Pajak Subjektif:
• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau
kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap.
• Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan
usaha atau kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)

Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2
1

Michael Essien
(Ghana)

Michael Essien
Memperoleh Penghasilan
dari Indonesia melalui
BUT
Michael Essien
KIOS Fassien Memperoleh Penghasilan
dari Indonesia tidak
(Fashion-Essien)
melalui BUT
(Pasar Gedebage)

27
3/26/2023

BENTUK USAHA TETAP


Elemen-elemen dasar BUT:
1. Suatu tempat usaha (a place of business),
2. Yang bersifat permanen,
3. Yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. Untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan
kegiatan (activities).
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan Penjelasannya)
Penting:
1. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, hanya yang
memperoleh penghasilan dari menjalankan business atau
activities.
2. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan
dari pekerjaan (gaji, upah) atau penghasilan dari modal
(bunga, dividen, sewa, royalti).
3. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan dalam negeri.

55

BUT FISIKATAU AKTIVA: Wujud-wujudBUT


a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan; BUTAGEN:
c. kantor perwakilan; n. orang atau badan yang
d. gedung kantor; bertindak selaku agen yang
e. pabrik; kedudukannya tidak bebas,
f. bengkel;
g. Gudang; BUTASURANSI:
h. Ruang untuk promosi dan penjualan o. Agen atau pegawai dari
i. pertambangan & penggalian sumber alam, perusahaan asuransi yang
j. wilayah kerja pengeboran Migas tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di
k. perikanan, peternakan, pertanian, Indonesia yang menerima
perkebunan, atau kehutanan; BUT premi asuransi ata
BUT PROYEK: u menanggung risiko di
Indonesia.
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
perakitan;
BUT E-COMMERCE:
p. komputer, agen elektronik,
BUT JASA: atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan
m. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh penye-lenggara transaksi
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang elektronik untuk menjalankan
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka kegiatan usaha melalui internet.
waktu 12 bulan; 56

28
3/26/2023

SUBJEK PAJAK: TIME TEST

Pengertian Time Test:


• Pengujian untuk menentukan signifikansi durasi
keberadaan subjek pajak,
• untuk menilai materialitas hubungan
faktual/ekonomi antara Negara dengan subjek
pajak.
Dua jenis time test dalam UU PPh:
• Lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan?
Khusus untuk menentukan status subjek pajak
orang pribadi (SPDN atau SPLN)
• Lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12
bulan?
Untuk menentukan keberadaan BUT dari SPLN
(orang/badan) yang memberikan jasa di
Indonesia.
57

BUKAN SUBJEK PAJAK

1. Kantor perwakilan negara asing, pejabatnya, dan


orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
dengan syarat:
a. Bukan WNI, dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, dan
c. Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik,
2. Organisasi internasional yang ditetapkan Menteri
Keuangan, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut,
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota,
3. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan
syarat sama seperti butir 1 a dan 1 b.

Pasal 3 UU PPh, PMK-215/PMK.03/2088 stdd


PMK-156/PMK.010/2015

58

29
3/26/2023

BUKAN SUBJEK PAJAK

Badan pemerintah yang memenuhi kriteria:


1. pembentukannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD;
3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.
[Pasal 2 ayat (3) huruf b UU PPh]

59

Penentuan
SPDN vs SPLN
Kasus Dual Residence

30
3/26/2023

SPDN Vs SPLN

SPDN Bertempat tinggal di SPL N Tidak bertempat


tinggal di Indonesia
Indonesia; atau
Berada di Ina > 183 Berada di Indonesia
hari dalam jangka tidak lebih 183 hari
waktu 12 bulan dalam jangka waktu 12
bulan
Dalam suatu tahun
pajak berada di Ina -yang menjalankan usaha atau
& mempunyai niat melakukan kegiatan melalui
BUT di Indonesia
untuk bertempat
tinggal di Indonesia
Warisan yang belum -yang dapat menerima/
terbagi sebagai satu memperoleh penghasilan dari
Ina tidak dari menjalankan
kesatuan usaha atau melakukan kegiatan
menggantikan yang melalui BUT di Indonesia
berhak

Perbedaan Perlakuan
Perpajakan
WP WP
DN LN
Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan Dikenai PPh dari
dari luar Ina penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT

31
3/26/2023

Siapa yang Berhak untuk Memanfaatkan P3B...????

• Apabila ketentuan domestik


kedua negara menganggap
seseorang adalah SPDN-nya,
maka muncullah kasus “Dual
Residence”,
• Mengakibatkan double taxation
(WWI liability in both states)
• Solusi: P3B menyediakan Tie-
Breaker Rule,
– Pasal 4 ayat (2): Tie-Breaker Rule
untuk Individu
– Pasal 4 ayat (3): Tie-Breaker Rule
untuk Badan
– Persetujuan Bersama antara
Pejabat Berwenang ke-2 negara.
63

Contoh Kasus Dual Residence


Tok Dalang menurut
UU Pajak Negara X
adalah SPDN Negara
X □ WWI taxation

Negara
X
INDON
ESIA
Tok Dalang melakukan usaha
dan berada di Ina > 183 hari
dalam 12 bulan UU PPh =
SPDN Indonesia □ WWI
taxation

64

32
3/26/2023

Tie-breaker” untuk “Dual Resident”


Apakah Orang Pribadi tsb mempunyai tempat tinggal tetap
di salah satu atau di kedua negara?
Ya
Memiliki tempat tinggal tetap di kedua Tidak Ia adalah SPDN di negara
negara? dimana Ia memiliki tempat
tinggal tetap
Ya
Tidak Ya
Dapatkah pusat kepentingan yang vital Ia adalah SPDN di negara Ia
ditentukan? memiliki pusat kepentingan yang
Tidak vital

Apakah ia biasanya berdiam hanya di Ya


Ia adalah SPDN di negara
salah satu negara? dimana Ia biasanya berdiam
Tidak
Ya Ia adalah SPDN di
Apakah Ia warganegara dari salah satu negara? negara ia menjadi
Warganegara
Tidak

Pejabat yang berwenang akan menyelesaikan kasus dengan


Persetujuan Bersama

Tie-breaker” untuk “Dual Resident”

33
3/26/2023

OP bertempat tinggal di Indonesia, yang pergi


ke LN tetap dianggap bertempat tinggal di
Indonesia, apabila:
1. di luar negeri berpindah-pindah, dan
2. berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan.

OP dianggap tidak bertempat tinggal di Indonesia


apabila dibuktikan dokumen resmi yang masih
berlaku sbg penduduk di luar negeri, yaitu:

Green Card, identity card, student card, pengesahan


alamat di luar negeri pada paspor KBRI, surat
keterangan dari KBRI, atau tertulis resmi di paspor
oleh Kantor Imigrasi negara setempat.

WNI yang bekerja di luar negeri lebih dari


183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
merupakan SPLN, dengan syarat
memiliki/menunjukkan dokumen pengenal
resmi sebagai penduduk LN (Ps 12).

183 hari:

ditentukan dengan
menghitung lamanya
Subjek Pajak OP berada
di Indonesia, dapat secara
terus menerus atau
terputus-putus, dan
bagian dari hari dihitung
penuh 1 (satu) hari.

34
3/26/2023

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

12 month Ruler

69

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

70

35
3/26/2023

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

12 month Ruler
71

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

12 month Ruler
72

36
3/26/2023

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

12 month Ruler
73

How to Count Time Test

1 January 2005 1 January 2006 1 January 2007

60 10 30 160 30

12 month Ruler
74

37
3/26/2023

Kasus
1. Bang Ipul (34 tahun) melakukan world touring “konser dangdut
saipul hap hap” selama 150 hari

1. TKI, pulang 5 tahun sekali

1. Christian Bautista,di Indonesia 190 hari, setiap harinya hanya 3 jam


di Indonesia

1. Jonathon Mc Charty, bekerja di EY Indonesia, menandatangani


kontrak untuk 3 tahun

1. Suneo, WN Jepang, berencana bekerja di Indonesia, menyewa


rumah untuk 2 tahun kedepan

Surat Keterangan Domisili


(Certificate of Domicile)

38
3/26/2023

Objek Pajak

OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Pendahuluan:
• Penting untuk memastikan apakah penghasilan yang
diterima adalah Objek PPh.
• Subjek Pajak tertentu, terutang pajak atas Objek Pajak
tertentu.
• Objek Pajak dalam UU PPh:
• Pasal 4 ayat (1), tidak termasuk Pasal 4 ayat (3) untuk SPDN
• Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 26 ayat (4) untuk SPLN BUT
• Pasal 26 ayat (1) dan (2) untuk SPLN non BUT.

78

39
3/26/2023

OBJEK PAJAK BAGI SPDN


Objek Pajak bagi SPDN adalah Penghasilan.
Definisi Penghasilan Makna
setiap tambahan kemampuan • economic income
ekonomis • global income taxation
yang diterima atau diperoleh Wajib Mencakup saat pengakuan penghasilan
Pajak secara cash basis atau accrual basis
baik yang berasal dari Indonesia Mencakup seluruh sumber geografis
maupun dari luar Indonesia penghasilan (worldwide income
principle)
yang dapat dipakai untuk konsumsi Mencakup semua cara pemanfaatan
atau untuk menambah kekayaan (ingat rumus Y=C+S)
Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk Melihat substansi penghasilan
apapun.
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
79

Penghasilan Dari Luar Negeri


Pengertian Worldwide Income Principle:
WPDN terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari
seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri.
Saat penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri:
a. untuk penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut;
b. untuk penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut;
c. untuk dividen (Pasal 18 ayat (2) UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak
pada saat perolehan deviden tersebut ditetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam


menghitung Penghasilan Kena Pajak.
KMK-164/KMK.03/2002

80

40
3/26/2023

OBJEK PAJAK BAGI SPLN Non-BUT

Pasal 26 ayat (1)


a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
Tarif:
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; 20% dari jumlah
e. hadiah dan penghargaan; gross
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang.

Tarif:
20% dari jumlah
neto

81

OBJEK PAJAK BAGI SPLN BUT

• penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut Tarif:
dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai; 25% dari jumlah
• penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan neto
barang, atau
• pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia;
• penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif
antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.

Pasal 26 ayat
(4)

82

41
3/26/2023

OBJEK PAJAK: SPLN


Pemotongan PPh Pasal 26 ayat (2):
1. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham perusahaan di
Indonesia.
Perkiraan penghasilan neto: 25% (KMK-434/KMK.04/1999)
2. Penghasilan dari pengalihan harta perhiasan mewah, berlian, emas,
intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor, kapal
pesiar, dan/ atau pesawat terbang ringan.
Perkiraan penghasilan neto: 25% (PMK No.82/PMK.03/2008)
3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri, perkiraan penghasilan neto:
• 50% bila yang membayar tertanggung,
• 10% bila yang membayar perusahaan asuransi,
• 5% bila yang membayar perusahaan reasuransi.

83

Penerapan P3B
Form DGT-1 dan Form DGT-2

42
3/26/2023

PER-10/PJ/2017
Per-61/PJ/2009 stdd Tentang Tata Cara
Per-24/PJ/2010
Penerapan Persetujuan
Per-62/PJ/2009 stdd Penghindaran Pajak
Per-25/PJ/2010
Berganda

Cara Penerapan P3B di Indonesia

Secara unilateral Indonesia menerapkan 2


cara penerapan P3B:
1. Relief-at source method: P3B
diterapkan oleh WP Pemotong Pajak saat
WPLN menerima penghasilan.
2. Refund method: manfaat P3B diberikan
melalui refund.
Disputes:
Secara bilateral, dilakukan melalui Prosedur
Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedures/MAP) sesuai ketentuan P3B.
Syarat administratif PER-10/PJ/2017 □
(SKD WPLN: Form-DGT 1 atau Form-DGT 2)
86

43
3/26/2023

Cara Penerapan P3B di Indonesia


Relief-
at- Indon Negar
sourc esia aX
e:
PER-10/PJ/2017

SKD
WPLN
Jika
DJP Gagal PMK-
187/PMK.03/2015

Refund Request
Application For MAP
SKD
WPLN
Tax
Office
Request PMK-240/PMK.03/2015
For MAP

MAP: Mutual Agreement Procedures 87

Per-10/PJ/2017

P3B diterapkan oleh WP Pemotong,


apabila:
• Penerima penghasilan bukan Subjek
Pajak dalam negeri Indonesia;
• Persyaratan administratif dan
persyaratan tertentu untuk menerapkan
P3B telah dipenuhi; dan
• Tidak terjadi penyalahgunaan P3B
sesuai

88

44
3/26/2023

Per-10/PJ/2017
SKD WPLN harus memenuhi persyaratan Administratif:
1. Menggunakan Form-DGT 1 atau Form-DGT 2;
2. Diisi dengan benar, lengkap dan jelas dan ditantangani;
3. Disahkan dengan ditandatangani atau diberi tanda
setara oleh Pejabat Berwenang sesuai dengan
kelaziman di negara/yurisdiksi mitra (atau bisa diganti
dengan certificate of residence;
4. Digunakan untuk periode yang tercantum pada SKD
WPLN
5. Disampaikan oleh pemotong/pemungut bersamaan
dengan SPT Masa, paling lambat saat berakhirnya batas
waktu penyampaian SPT Masa untuk masa pajak
terutangnya pajak.
89

Per-10/PJ/2017
Certificate of Residence:
• Menggunakan bahasa Inggris;
•berupa dokumen asli atau fotokopi yang dilegalisasi KPP
salah satu pemotong/pemungut terdaftar;
•Paling sedikit mencantumkan informasi nama WPLN,
tanggal penerbitan, dan tahun pajak berlakunya CoR.
•Mencantumkan nama dan ditandatangani atau diberi
tanda yang setara tanda tangan Pejabat yang Berwenang di
negara/yuridiksi mitra.

90

45
3/26/2023

Per-10/PJ/2017

Formulir SKD WPLN yang diterbitkan DJP:


1. Form-DGT 1: umum
2. Form-DGT 2:
dipakai khusus untuk bank dan WPLN yang menerima
penghasilan melalui Kustodian dari transaksi pengalihan
saham atau obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan
di pasar modal di Indonesia, selain bunga dan dividen,
WPLN Bank; atau WPLN berbentuk dana pensiun.

91
91

Per-10/PJ/2017
SKD WPLN harus memenuhi persyaratan tertentu (DGT-1):
1. Pernyataan bahwa WPLN:
a. motif ekonomi yang relevan terkait pendirian entitas;
b. Kegiatan usaha dikelola oleh manajemen sendiri dan mempunyai kewenangan
cukup;
c. aset tetap dan tidak tetap yang cukup memadai untuk menjalankan kegiatan
usaha
d. pegawai dengan keahlian tertentu yang sesuai;
e. memiliki kegiatan usaha aktif lainnya selain dividen, bunga dan/atau royalti yang
bersumber dari Indonesia.

2. Beneficial Owner, dengan menyatakan:


a. Bagi OP, tidak bertindak sebagai Agen atau Nominee;
b. Bagi Badan, mempunyai kendali, tidak lebih dari 50% penghasilan digunakan
untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain, menanggug risiko atas aset,
modal dan/atau kewajiban yang dimiliki, tidak mempunyai perjanjian baik tertulis
maupun tidak tertulis untuk memberikan sebagian atau seluruh penghasilan
kepada pihak lainnya
92

46
3/26/2023

Per-10/PJ/2017
SKD WPLN harus memenuhi persyaratan tertentu (DGT-2):
Pernyataan bahwa WPLN:
a. Merupakan subjek pajak berdasarkan undang-undang perpajakan di negara
mitra;
b. Tidak bertindak sebagai Agen, Nominee, atau Conduit.

93

Terima Kasih

47
3/26/2023

Sesi 3 dan 4
Pemahaman Tax Treaty (1)
• Struktur Tax Treaty
• Treaty Access
• Permanent Establishment (BUT)
• Independent Personal Services
• Dependent Personal Services

Prinsip Penerapan
Tax Treaty

48
3/26/2023

Interaksi Tax Treaty dengan Domestic Law

Tax Treaty
only restricts
domestic law!

Tax Treaty only restricts

Tax treaty hanya merestriksi dan


tidak memberikan hak pemajakan!

Restriksi baik pada pemajakan di


source maupun residence state

49
3/26/2023

Tax Treaty only restricts –


Case Study R Co.

State R 100%
• S Co, resident dari State S, membayar
dividend kepada perusahaan induknya State S

R Co, resident dari State R.


• Berdasarkan hukum domestik State S, S Co. Dividen

pembayaran dividen kepada


perusahaan induk yang memiliki
penyertaan sebesar minimal 25%, tidak
dipotong pajak.
• Berdasarkan Art. 11 Tax Treaty antara
State R dan S, State S berhak untuk
memajaki dividen yang dibayarkan
kepada R Co sebesar 5%.
• PERTANYAAN: APAKAH STATE S
DAPAT MENGENAKAN PAJAK 5%
ATAS DIVIDEND YANG DIBAYARKAN
S Co KEPADA R Co?

Tax Treaty only restricts –


Case Study R Co.

State R 100%
• S Co, resident dari State S, membayar
dividend kepada perusahaan induknya State S

R Co, resident dari State R.


• Berdasarkan hukum domestik State S, S Co. Dividen

pembayaran dividen kepada


perusahaan induk yang memiliki
penyertaan sebesar minimal 25%, tidak
dipotong pajak.
• Berdasarkan Art. 11 Tax Treaty antara NO!
State R dan S, State S berhak untuk Tax treaty only restricts
memajaki dividen yang dibayarkan domestic law and do not
kepada R Co sebesar 5%. create taxing rights!
• PERTANYAAN: APAKAH STATE S
DAPAT MENGENAKAN PAJAK 5%
ATAS DIVIDEND YANG DIBAYARKAN
S Co KEPADA R Co?

50
3/26/2023

Interaksi Tax Treaty dengan Domestic Law

Understand the
differences of
domestic law’s
and treaty’s
terms!

Domestic vs Treaty Terms


– Case Study
R Co.
State R

State PE
PE
• R Co, resident State R, sebuah perusahaan jual beli
mobil, membuka cabang (dealer) di State PE pada
dua tahun yang lalu.

• Berdasarkan hukum domestik State PE, perusahaan


asing yang membuka cabang (permanent
establishment/PE) di State PE, belum diakui sebagai
PE apabila belum beroperasi lebih dari 5 tahun.
Sehingga penghasilan perusahaan asing tersebut
tidak dipajaki sebelum beroperasi lebih dari 5 tahun.

• Berdasarkan Art. 5 Tax Treaty antara State R dan PE,


suatu fixed place of business diakui sebagai PE Pertanyaan:
apabila telah beroperasi selama sedikitnya 6 bulan. 1. PE?
2. Bagaimana jika sebaliknya?

51
3/26/2023

Interaksi Tax Treaty dengan Domestic Law

Understand the
differences in
characterization
of income!

Difference in
characterization of income R Co.
– Case Study
State R 100%
• S Co, resident dari State S, membayar
technical service fee kepada R Co, resident State S
dari State R.
S Co.
• Berdasarkan hukum domestik State S, Technical
pembayaran technical service fee dikategorikan Service Fee
sebagai pembayaran royalty dan dinakan pajak (100)
sebesar 10% dari nilai bruto royalty.

• Tax treaty State R dan S hampir serupa


dengan OECD model sehingga tidak memiliki Pertanyaan:
klausul khusus terkait technical service. Berapa pajak yang dikenakan di
Namun, Art. 12 Tax Treaty antara State R dan State S atas pembayaran technical
S mengatur bahwa State S berhak untuk service fee?
memajaki royalty yang dibayarkan kepada R
Co maksimum sebesar 20% dari nilai bruto
royalty.

52
3/26/2023

Interaksi Tax Treaty


dengan Domestic Law

Selalu mulai Lupakan


dengan domestic law,
Kesimpulan
aplikasi lalu aplikasikan
domestic law tax treaty

LOGO
INTERAKSI UU PPH DAN P3B

P3B P3B
Start dite- Ya Konflik Ya
Identifikasi rapkan dng UU
Transaksi ? PPh?
Internasional, Tid
seperti: Tid ak
Subjek & Objek ak
Pajak
Perlakuan Pajak
Tentukan menurut P3B, khusus
Perlakuan Pajak Perlakuan Pajak untuk isu yang
menurut UU PPh menurut UU PPh berkonflik.
JALAN TERUS!!!
Ada Ya
PPh
terutang
?
Tidak

Stop

105

53
3/26/2023

Pembagian Hak Pemajakan


Dalam Tax Treaty

Pembagian Hak Pemajakan


● Penghasilan dan kekayaan yang dapat dipajaki tanpa
pembatasan oleh negara sumber (exclusivel taxing
rights)
● Penghasilan dan kekayaan yang sama sekali tidak
boleh dikenakan pajak di negara sumber (relinquished
taxing rights)
● Penghasilan yang dikenai pajak di negara sumber
tetapi dengan pembatasan (limited taxing rights)

54
3/26/2023

LOGO
MODEL DAN STRUKTUR P3B
Pasal Judul Jenis
1 Persons Covered Scope
2 Taxes Covered Scope
3 General Definitions Definisi
4 Resident Definisi
5 Permanent Establishment Definisi
6 Income from Immovable Property Distributive Rule

7 Business Profits Distributive Rule Profits


8 International Shipping & Air Transport Distributive Rule

9 Associated Enterprise Anti-avoidance


10 Dividends Distributive Rule
Passive
11 Interest Distributive Rule
Income
12 Royalties Distributive Rule

13 Capital Gains Distributive Rule

14 Independent Personal Services Distributive Rule


Personal
15 Dependent Personal Services Distributive Rule
Income
16 Directors’ Fees Distributive Rule

1
0

LOGO MODMEOLDEDLADNASNTSRTURKUKTTUURRPP33BB
Pasal Judul Jenis
17 Entertainer & Sportpersons Distributive Rule

18 Pensions Distributive Rule

19 Government Services Distributive Rule

20 Students Distributive Rule

21 Other Income Distributive Rule

22 Capital Distributive Rule

23 A & B Methods for Elimination of Metode menghilangkan pajak berganda


Double Taxation
24 Non Discrimination Lain-Lain
25 Mutual Agreement Procedure Metode menghilangkan pajak berganda
26 Exchange of Information Anti-avoidance
27 Assistance in the collection of Lain-Lain
taxes
28 Members of Diplomatic Lain-Lain
Missions and Consular Post
109 29 Entitlement to Benefits Anti-avoidance

55
3/26/2023

LOGO MODMEOLDEDLADNASNTSRTURKUKTTUURRPP33BB

Pasal Judul Jenis


30 Territorial Extensions Scope
31 Entry Into Force Lain-Lain
32 Termination Lain-Lain

110

LOGO
Karakterisasi Penghasilan Tax Treaty

Ada 15 jenis penghasilan yang diatur dalam treaty dan dapat


dikelompokkan menjadi 3 bagian:
1. Penghasilan dari kegiatan usaha/bisnis:
a. dari pemanfaatan harta tak bergerak (pasal 6)□ could also be
passive income;

b. transportasi laut dan udara pada jalur internasional (Pasal


8);
c. Kegiatan usaha selain diatas yang dilakukan melalui
Bentuk Usaha Tetap (BUT).
2. Penghasilan dari passive income:
a. Dividen (Pasal 10);
b. Bunga (Pasal 11);
c. Royalti (Pasal 12);
11
1
c. Capital gain (Pasal 13)□ could also be business income.

56
3/26/2023

LOGO
Karakterisasi Penghasilan Tax Treaty

3. Penghasilan individu dari:


a. Jasa profesional/independen (Pasal 14);
b. Pekerjaan sebagai karyawan (Pasal 15);
c. Jabatan sebagai Direktur (Pasal 16);
c. Pekerjaan sebagai Artis atau Olahragawan (Pasal 17);
d. Dana pensiun (pasal 18);
e. Jasa Kepemerintahan (pasal 19);
f. Pekerjaan sebagai Siswa/Mahasiswa (Pasal 20);
g. Pekerjaan sebagai Diplomat (Pasal 28).

11
2

LOGO
Struktur PembagianHak Pemajakan

1. Penghasilan dari kegiatan usaha / bisnis = business profits,


berlaku konsep BUT
2. Konsep BUT tidak berlaku bagi kategori penghasilan tertentu yang
telah diatur dalam pasal tersendiri pada treaty;
(penghasilan dari harta tak bergerak, transportasi Jalur
Internasional, Dividen, Bunga, Royalti, dan pengalihan
harta/capital gain, jasa independen)
4. Khusus penghasilan Dividen, Bunga, Royalti yang effectively
connected dengan BUT/fixed base □ konsep BUT kembali berlaku.
5. Penghasilan lain-lain yang tidak dicakup diatas □ diatur pada pasal
Penghasilan Lainnya (Other Income)

11
3

57
3/26/2023

PEMBAGIAN HAK PEMAJAKAN DALAM P3B

Terdapat dalam Pasal 6-22 P3B (OECD Model):


1. Penentuan jenis penghasilan (income
classification/characterization rules),
2. Penentuan sumber penghasilan (source
rules),
3. Penentuan hak pemajakan (distributive
rules).

114

PEMBAGIAN HAK PEMAJAKAN DALAM P3B


Penentuan sumber penghasilan (treaty source rules):
1. Immovable Property: dimana harta berada,
2. Laba usaha dan jasa profesional: bentuk usaha tetap atau tempat
tetap,
3. Transportasi Udara dan Pengoperasian Kapal: negara residen (d/h
tempat efektif manajemen),
4. Dividen, bunga, penghasilan direktur: Negara tempat membayar
penghasilan,
5. Penghasilan direktur: Negara domisili perusahaan yang
mempekerjakan direktur,
6. Pekerjaan, Artis, dan Olahragawan: Negara tempat pekerjaan
dilaksanakan,
7. Gaji dari pemerintah dan Pensiun: Negara tempat membayar
penghasilan,
8. Penghasilan lain-lain: Negara residen.

58
3/26/2023

MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


Membagi hak pengenaan pajak (distributive rule):
1. Negara sumber tidak diperkenankan mengenakan pajak

Contoh: Article 8 Ships and Aircraft P3B RI-Australia


1. Profits from the operation of ships or aircraft derived by a
resident of one of the Contracting States shall be taxable
only in that State.

Makna ayat tersebut:


• Penghasilan dikenakan pajak secara eksklusif di negara domisili.

117

MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


Membagi hak pengenaan pajak (distributive rule):
2. Negara sumber dapat mengenakan pajak tanpa dibatasi
Contoh: Article 6 Income From Immovable Property P3B RI-Kanada
1. Income from immovable property including income from
agriculture or forestry may be taxed in the Contracting State
in which such property is situated.

• Negara sumber dan domisili dapat mengenakan pajak atas


penghasilan tersebut.
• Double tax? Ya, namun dapat dihilangkan karena P3B
menyediakan metode penghilangan pajak berganda (metode
kredit atau pembebasan)

118

59
3/26/2023

MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


Membagi hak pengenaan pajak (distributive rule):
3. Negara sumber dapat mengenakan dengan syarat
tertentu.
Contoh: Article 7 Business Profits P3B RI-Malaysia
1. The profits of an enterprise of a Contracting State shall be taxable
only in that State unless the enterprise carries on business in the
other Contracting State through a permanent establishment situated
therein. If the enterprise carries on business as aforesaid, the profits
of the enterprise may be taxed in the other State but only on so much
thereof as is attributable to that permanent establishment.

• Bila syarat terpenuhi, negara sumber dan domisili dapat


mengenakan pajak. Bila tidak, penghasilan dikenakan pajak secara
eksklusif di negara domisili.

119

MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA


Membagi hak pengenaan pajak (distributive rule):
4. Negara sumber dapat mengenakan pajak dengan
pembatasan.

Contoh: Article 11 Interest P3B RI-Jerman


1. Interest arising in a Contracting State and paid to a resident of the
other Contracting State may be taxed in the Contracting State in
which it arises and according to the laws of that State, but the tax so
charged shall not exceed 10% of the gross amount of the interest if
the recipient is the beneficial owner of the interest.

• Negara sumber dan domisili dapat mengenakan pajak.


• Ketentuan domestik negara sumber dibatasi oleh P3B. Bila
tarif pajak domestik lebih tinggi, P3B berkonflik dengan
ketentuan domestik, namun P3B yang akan berlaku.
120

60
3/26/2023

Step-by-step analysis

Step 1: Aplikasi Domestic Law


Apakah negara-negara yang terlibat hendak
memajaki income? Jika iya, berapa? Sebagai
residence atau non-residence (source) state?
Step 2: Treaty Access
Apakah treaty applicable (Art. 1)? Apakah income
recipient adalah resident satu atau kedua negara Step 3A: Distributive Rule
(Art. 1)? Person (Art. 3)? Resident (Art. 4)? Which Art. Applicable? □Set priority □Check
based on order of priority □Other state may not
tax / other state may tax
Step 3B: Relief
Relief applicable? (if other state may tax)

Step 4: Result
Kesimpulan aplikasi domestic law yang telah/tidak
direstriksi oleh treaty.

2017 OECD Model


Quick Overview:
Article 1: Persons covered
Treaty Access

What is covered as
person?

1. This Convention shall apply to persons who are


residents of one or both of the Contracting States.

Recipient of the
income? Payor? Both?

61
3/26/2023

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 1: Persons covered
Treaty Access

Art. 3 (1) What is covered as person?

a) the term “person” includes an individual, a company


and any other body of persons;
b) the term “company” means any body corporate or
any entity that is treated as a body corporate for tax
purposes;

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 4: Resident
Treaty Access

What is resident of a contracting state?


1. For the purposes of this Convention, the term “resident of a
Contracting State” means any person who, under the laws of
that State, is liable to tax therein by reason of his domicile,
residence, place of management or any other criterion of a
similar nature, and also includes that State and any political
subdivision or local authority thereof as well as a recognised
pension fund of that State. This term, however, does not
include any person who is liable to tax in that State in respect
only of income from sources in that State or capital situated
therein.

62
3/26/2023

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 4: Resident
Treaty Access –
Dual Resident

How if both States claim as Residence State to the same person?

2. Tie-breaker for individual

3. Tie-breaker for person other than individual

Tie-breaker for Individuals (Art. 4(2))


2017 OECD Model
Article 4: Resident

Does the individual have a permanent home available


in one or both States? YES In both states?
NO
NO

Can the State where he has his center of vital interests He/She is a resident of the State
be determined? where his permanent home situated
NO

Does he normally stay (“have an habitual abode”) in He/She is a resident of the State where
only one of the two States? he has his center of vital interests
NO

He/She is a resident of the State where he has an


habitual abode
Is he a national of only one of the two States?
NO

He/She is a resident of the State of which he is a national

Settled through MAP

63
3/26/2023

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 4: Resident
Treaty Access – Case Study

How if both States claim as Residence State to the same person?

3. Tie-breaker for person other than individual

Pre-2017
2017
Place of Effective
MAP
Management

2017 OECD Model


Quick Overview:
Treaty Access – Article 4: Resident
Dual Resident – Case Study

Mauro adalah seorang pengusaha resident Italia. Tiga tahun yang


lalu ia membuka usaha baru di Malta yang mengharuskannya
mengawasi langsung usahanya tersebut. Setiap hari Senin s.d.
Kamis, Mauro akan bekerja dan tinggal di apartemennya di Malta.
Pada Hari Jumat s.d Minggu, Mauro akan pulang dan tinggal
Bersama istri dan anak-anaknya di Italia. Mauro juga aktif pada
kegiatan politik Bersama Partai Italia Bersatu di Italia. Seminggu
sekali ia juga pergi ke gereja tak jauh dari rumahnya di pusat kota
Milan.

64
3/26/2023

2017 OECD Model


Quick Overview:
Treaty Access – Article 4: Resident
Dual Resident – Case Study

Apabila tax treaty antara Italia dan Malta serupa dengan OECD Model 2017,
maka:
a. Berdasarkan treaty, apakah Mauro merupakan resident Italia atau Malta?
b. Apabila di Malta Mauro tidak tinggal di apartemen, namun di hotel yang
telah disewanya selama 3 tahun berturut-turut, apakah jawaban terhadap
poin a akan berubah?
c. Apabila Mauro memiliki pesawat jet pribadi dan setiap hari bekerja di Malta
dan pulang ke Italia pada sore harinya, apakah jawaban terhadap poin a
akan berubah?
d. Apabila istri Mauro ikut menemani Mauro di Malta, namun anak-anak
mereka tetap tinggal di Italia, apakah jawaban terhadap poin a akan
berubah?

2014 OECD Model


Quick Overview:
Treaty Access – Article 4: Resident
Dual Resident – Case Study Dual Co

POEM
State X

State Y
Incorporated

No. State X Domestic Law’s State Y Domestic Law’s Dual


Criteria for Resident Criteria for Resident Resident?
1 incorporated POEM
2 POEM Incorporated
3 POEM POEM
4 Incorporated Incorporated
5 Incorporated and POEM Incorporated and POEM

65
3/26/2023

2014 OECD Model


Quick Overview:
Treaty Access –
Article 4: Resident
Dual Resident – Case Study Dual Co

POEM
State X

State Y
Incorporated

No. State X Domestic Law’s State Y Domestic Law’s Dual


Criteria for Resident Criteria for Resident Resident?
1 incorporated POEM NO
2 POEM Incorporated YES – X
3 POEM POEM NO
4 Incorporated Incorporated NO
5 Incorporated and POEM Incorporated and POEM YES - X

Tax Treaty
Article by Article

66
3/26/2023

PERSONAL SCOPE

❑ P3B hanya berlaku bagi penduduk salah satu atau kedua


negara pihak
❑ Status penduduk mengacu pada hukum domestik masing-
masing negara pihak (Pasal 4 – Resident)
❑ Model Indonesia = UN & OECD Model
❑ Sarana administrasi: Surat Keterangan Domisili (tidak
diatur P3B)

TAXES COVERED

❑ Meliputi pajak penghasilan dan/atau pajak atas modal


(capital gain)
❑ Dapat pula mengatur tentang pajak daerah
❑ Model Indonesia: ‘Pajak Penghasilan’ dan tidak termasuk
pajak daerah
❑ Apabila terjadi perubahan UU, maka perubahan UU
tersebut yang berlaku

67
3/26/2023

GENERAL DEFINITIONS

❑ Definisi terminologi P3B secara umum, mis: person,


international traffic, competent authority, dll
❑ Apabila tidak didefinisikan dalam P3B, maka mengacu
kepada hukum domestik masing-masing
❑ Model Indonesia = UN & OECD Model

RESIDENT

❑ Kriteria penentuan residensi: (i) Orang Pribadi: domisili,


tempat tinggal; (ii) Badan: place of incorporation, place of
management, atau kriteria lain yang sejenis
❑ Merupakan subjek pajak dalam negeri berdasarkan UU
Pajak negara yang bersangkutan
❑ Dual resident:
▪ Kondisi dimana seseorang menurut ketentuan domestik masing-
masing negara dianggap merupakan resident masing-masing negara
▪ Solusi: tie breaker rule
❑ Tie Breaker Rule:
▪ Orang Pribadi:
Permanen home, personal and economic relations
(center of vital interest)
Habitual abode
Citizenship
Mutual Agreement Procedure (MAP)
▪ Badan: tempat efektif manajemen

68
3/26/2023

Bentuk Usaha Tetap


(menurut UU PPh)

PENGERTIAN

• Bentuk usaha tetap (BUT) atau permanent


establishment (PE) adalah istilah dalam perpajakan yang
digunakan untuk menentukan adanya hubungan antara
wajib pajak luar negeri dan negara tempat
kegiatan/usaha dilaksanakan? taxable presence.
• Keberadaan BUT/PE:
– menjadi justifikasi bagi negara untuk mengenakan pajak
kepada WP luar negeri,
– Membuat negara dapat mengenakan perlakuan pajak yang
sama dengan yang dikenakan kepada kegiatan/usaha yang
dilakukan oleh WP dalam negeri (netralitas dan non
diskriminasi)

69
3/26/2023

PENGERTIAN

Pemajakan Atas Subsidiary Company


Negara A Negara B

PPh Badan Withholding PPh Badan


Tax

Perusahaan Subsidiary
Induk Company
Pembayaran Dividen, Bunga,
Royalti

PENGERTIAN

Pemajakan Atas BUT


Negara A Negara B

PPh Badan
PPh Badan

Kantor
Pusat BUT/PE

70
3/26/2023

BUT dibandingkan dengan PMA


BUT PMA (WPDN Badan)
Status hukum perusahaan Tidak berbadan hukum Berbadan hukum PT
Penyertaan Modal Tidak ada Setoran pemegang saham
Objek Pajak Pasal 5 ayat (1) UU PPh Pasal 4 ayat (1) UU PPh
Pengurang Penghasilan Pasal 5 ayat (2) dan (3) Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 UU
Bruto UU PPh PPh

Sisa kerugian tahun-tahun Dapat diperhitungkan Dapat diperhitungkan


sebelumnya
Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 ayat (3) UU PPh Pasal 16 ayat (1) UU PPh
Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) b UU Pasal 17 ayat (1) b UU PPh
PPh
Penghasilan Kena Pajak Branch Profit yang Tidak ada terminologi khusus,
dikurang PPh terutang terutang PPh Pasal 26 distribution to shareholder
ayat (4) (dividend) yang terutang PPh
Pasal 23/26

BUT dibandingkan dengan PT PMA


Bentuk Usaha Tetap PT Penanaman Modal Asing
Foreign Foreign
HQ Luar Parents Luar
Negeri Negeri
Indonesi Indonesi
a a
PMA
BUT/PE (Perseroan
Terbatas)

Expenses
Revenue Revenue Deductible
Pasal 5(1) - Pasal
5(2),5(3)
Pasal 4(1) - Expenses
Branc
h Net
Profit
Profit
- Penghasilan
Kena Pajak
- Penghasilan
Kena Pajak
Pasal 16(3) Pasal 16(1)
PPh PPh
X X
Terutang Terutang
Tarif Pasal 17 Tarif Pasal 17

71
3/26/2023

BUT SEBAGAI SUBJEK PAJAK


Dasar hukum:
1. Pasal 2 ayat (4) huruf a UU PPh:
BUT sebagai subjek pajak luar negeri
(4) Subjek pajak luar negeri adalah :
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
2d.i PInadsaoln2easyiaa;td(5a)nUUPPh:
- Pengertian
- Wujud-wujud BUT

142

BUT SEBAGAI SUBJEK PAJAK


Pengertian BUT:
Bentuk
Pasal 2 ayat (5) UU PPh
usaha

SPLN
OP

SPLN
Badan

Busines
s/activiti
es 143

72
3/26/2023

BUT SEBAGAI SUBJEK PAJAK


Pengertian BUT:
Tempat
Penjelasan Pasal 2 ayat (5) UU PPh
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian usaha
adanya suatu tempat usaha (place of business)
yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung
termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang Bersifat
dan komputer atau agen elektronik atau peralatan permane
otomatis (automated equipment) yang dimiliki, n
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas SPLN OP
usaha melalui internet. Tempat usaha tersebut dan
bersifat permanen dan digunakan untuk Badan
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
atau badan yang tidak didirikan dan tidak
Business/
bertempat kedudukan di Indonesia.
activities
145

BUT SEBAGAI SUBJEK PAJAK


Elemen pokok BUT:
1. tempat usaha (a place of business),
2. yang bersifat permanen,
3. yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan kegiatan
(activities).
Catatan penting:
1. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, hanya yang memperoleh
penghasilan dari menjalankan business atau activities.
2. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan dari
pekerjaan (gaji, upah) atau penghasilan dari modal (bunga, dividen,
sewa, royalti).
3. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan.

146

73
3/26/2023

BUT FISIKATAU AKTIVA: Wujud-wujudBUT


a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan; BUTAGEN:
c. kantor perwakilan; n. orang atau badan yang
d. gedung kantor; bertindak selaku agen yang
e. pabrik; kedudukannya tidak bebas,
f. bengkel;
g. Gudang; BUTASURANSI:
h. Ruang untuk promosi dan penjualan o. Agen atau pegawai dari
i. pertambangan & penggalian sumber alam, perusahaan asuransi yang
j. wilayah kerja pengeboran Migas tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di
k. perikanan, peternakan, pertanian, Indonesia yang menerima
perkebunan, atau kehutanan; premi asuransi ata
BUT
BUT PROYEK: u menanggung risiko di
Indonesia.
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
perakitan;
BUT E-COMMERCE:
p. komputer, agen elektronik,
BUT JASA: atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan
m. pemberian jasa dalam bentuk apapun olehpenyelenggara transaksi
oleh pegawai atau orang lain, sepanjang elektronik untuk menjalankan
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka kegiatan usaha melalui internet.
waktu 12 bulan; 146

Kewajiban Subjektif Pajak BUT

Pasal 2A ayat (3) UU PPh:

Dimulai:
pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia sebagai BUT.

Berakhir:
pada saat tidak lagi menjalankan kegiatan melalui BUT.

74
3/26/2023

OBJEK PAJAK
penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT
FACTUAL tersebut dan dari harta yang dimiliki atau
ATTRIBUTION
1
dikuasai (Pasal 5 ayat (1) huruf a)

penghasilan kantor pusat dari usaha atau


FORCE OF
kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa
ATTRACTION
2 di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia (Pasal 5
ayat (1) huruf b)

penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26


EFFECTIVELY yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
3
CONNECTED sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud. (Pasal 5 ayat (1) huruf c).

Atribusi Faktual: Pasal 5 ayat (1) huruf a

X Corp.
Negara
X
Indone
Income sia
Sales
BUT
Product
Income X Corp.
“X”
Assets

PT PQR

PT ABC

Atribusi Faktual: Objek Pajak BUT dari kegiatan atau harta BUT
tersebut.
150

75
3/26/2023

Force of Attraction: Pasal 5 ayat (1) huruf b

Income X Corp.
Negara
X
Indone
Sales sia
Product BUT
Income
“X” X Corp.
Sales
Product
PT ABC “X”
PT PQR

Force of attraction: penghasilan kantor pusat dari transaksi dengan PT


ABC menjadi objek pajak BUT X Corp.

151

Atribusi karena hubungan efektif: Pasal 5 ayat (1) huruf c

Bilton
Corp.

License
Negara Agreement Royalty &
X fee
Manageme
Indone
nt
sia
Agreement

BUT
PT ABC
Bilton Corp.
Gedung Hotel

Management fee: objek pajak BUT (Pasal 5 ayat (1) huruf a: atribusi
faktual)
Royalty: objek pajak BUT karena terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan lisensi (Pasal 5 ayat (1) huruf c: effectively connected income)
152

76
3/26/2023

PENGURANG PENGHASILAN BRUTO


Biaya yang diperkenankan dalam menghitung PPh BUT (Pasal 5
(2a)yBaiaty(a2-)bdiaayna(y3a)ngUUbePrkPehn)a:andengan penghasilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c boleh dikurangkan dari
penghasilan bentuk usaha tetap.
(3) Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap:
a. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk
dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau
kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan
dibebankan sebagai biaya adalah:
1. royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, atau hakhak lainnya;
2.imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa
lainnya;
3.bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha
perbankan;
153

PENGHITUNGAN PPh
SECARA UMUM:

PEREDARAN Pasal 5 ayat (1) huruf a, b, c


BRUTO memerhatikan Pasal 4 (1)

Pasal 6 (1) dan


PENGURANG Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf g

PENGHASILAN NETO

154

77
3/26/2023

PENGHITUNGAN PPh
DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN:

PEREDARAN Pasal
Pasal 5 ayat
4 ayat (1)(1) memerhatikan
– Pasal
BRUTO Pasal
4 ayat (3) 4 (1)

Pasal 15 diatur lebih lanjut


NORMA PENGHITUNGAN dengan Keputusan/Peraturan
Menteri Keuangan

PENGHASILAN NETO

155

NORMA PENGHITUNGAN
JENIS USAHA PERKIRAAN DASAR HUKUM
PENGHASILAN
NETO
Perwakilan Dagang Asing 1% KMK 634/KMK.04/1994

Pelayaran Luar Negeri 6% KMK 417/KMK.04/1996

Penerbangan Luar Negeri 6% KMK 417/KMK.04/1996

Foreign Drilling Company 15% KMK 628/KMK.04/1991

Asuransi Luar Negeri: KMK 624/KMK.04/1994


premi dr tertanggung 50%
premi dr pers.asuransi 10%
premi dr pers. reasuransi 5%

78
3/26/2023

PENGHITUNGAN PPh
PENGHASILAN NETO

SISA KERUGIAN TAHUN-


TAHUN SEBELUMNYA Pasal 6 ayat (2)

PENGHASILAN KENA PAJAK Pasal 16 ayat (3)

TARIF PPh Pasal 17 ayat (1) huruf b

PPh TERUTANG

PELUNASAN PPh DLM Pasal 20, Pasal 24, Pasal 26


TAHUN BERJALAN ayat (5)

PPh YMH/(LEBIH) DIBAYAR Pasal 28


157

BRANCH PROFIT TAX


Pasal 26 ayat (4) UU PPh:
PENGHASILAN KENA
PAJAK BUT

TARIF PPh PASAL 17 BRANCH PROFIT

TARIF 20%
PPh TERUTANG

BRANCH PROFIT TAX

158

79
3/26/2023

Kasus I: Identifikasi BUT


Love Potions adalah usaha yang dijalankan oleh Mr. Syamsudin
(penduduk Malaysia) untuk menjual minuman berenergi dengan
segmen pasar kalangan muda.
Ia tidak membuka cabang secara resmi dan mempekerjakan
seorang penduduk Indonesia.
Penjualan dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu di sebuah
tempat di kota Sanggau di wilayah Sanggau (dekat perbatasan
Indonesia Malaysia) dengan menempati tempat yang disewa
dari penduduk setempat.
Diskusikan:
Apakah Mr. X mempunyai BUT di negara B?

Kasus II: Identifikasi BUT


PT ABC adalah perusahaan di Indonesia yang didirikan oleh induk
perusahaan yang berkedudukan di Singapura.
PT ABC mempekerjakan karyawan lokal, namun manajemen
berasal dari Singapura (manajemen lapis kedua) yang sedang
dipersiapkan untuk menggantikan manajemen utama di
Singapura.
PT ABC menyediakan ruang kantor dan fasilitas pendukung
lainnya dan membayar jasa manajemen kepada perusahaan
induk. Setiap manajer dibayar oleh perusahan induk secara
transfer bank dan berada di Indonesia kurang dari 183 hari.
Diskusikan:
Konsekuensi perpajakan yang terkait dengan kondisi tersebut.

80
3/26/2023

Kasus III: BUT Jasa

AB Consulting Australia memberikan jasa kepada PT


Margahayu di Indonesia. Bentuk jasa yang diserahkan
dan imbalan yang diterima AB Consulting adalah :
1. Jasa internal audit, dilaksanakan di Indonesia sejak 1
April 2009 s.d. 25 Juni 2009 (86 hari) dengan
imbalan sebesar US$ 100.000, dan
2. Pelatihan manajemen, dilaksanakan di Australia
selama 2 bulan dengan imbalan US$ 300.000 pada
bulan Oktober s.d. November 2009.
Apa konsekuensi perpajakan yang terkait dengan
kedua transaksi tersebut.

Bentuk Usaha Tetap


(menurut Art. 5 P3B)

81
3/26/2023

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B


Article 5 para.1: PRIMARY RULE
Pengertian BUT menurut P3B (UN/OECD Model):
“a fixed place of business through which the
business of an enterprise is wholly or partly
carried on.”

Catatan:
Pengertian di atas penting untuk mengidentifikasi ada
atau tidaknya BUT.
Perlu pengujian untuk menentukan keberadaan BUT.

163

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B

Test 1 • Place of business?

• Fixed: Location
Test 2 Geographical
perspective
• Fixed: Temporal
Test 3 Perspective

Test 4 • Business carried on?

164

82
3/26/2023

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B

Test 5 • In a contracting state?

Test 6 • At the disposal?

Test 7 • Through which?

• Not preparatory and


Test 8 auxiliary activities

165

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B

Article 5 para.3 OECD Model:


BUT Proyek Bangunan, Konstruksi, Instalasi:
- Bangunan, proyek konstruksi dan instalasi
merupakan BUT bila dikerjakan lebih dari 12
bulan,
- Terdapat perbedaan pandangan terkait apakah
BUT Art. 5(3) merupakan bagian dari Art. 5(1).
- Bandingkan P3B RI-Jepang, P3B RI-Singapura.

166

83
3/26/2023

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B

BUT Jasa
Dalam OECD Model, pemberian jasa, termasuk
pemberian konsultasi, tidak menimbulkan BUT
kecuali telah memenuhi elemen Art. 5(1).
UN Model: pemberian jasa, melalui pegawai atau
orang lain, menimbulkan BUT bila dilakukan lebih
dari 6 bulan dalam jangka waktu 12 bulan.
Bandingkan P3B RI-Jepang, P3B RI-Singapura.

167

BENTUK USAHA TETAP MENURUT P3B

Article 5 para.4 OECD Model:


- Mencantumkan kegiatan-kegiatan yang
ditetapkan tidak menimbulkan BUT, dengan
syarat merupakan aktivitas preparatory or
auxiliary.
- Asumsi:
- kegiatan-kegiatan tersebut masih jauh dari
penciptaan laba,
- kesulitan dalam menentukan besarnya penghasilan,
- dapat menciptakan iklim yang baik bagi investasi.

□Amazon 167

84
3/26/2023

Latihan Membaca P3B


X
Corp.
Jepang

Laba Indones
Usaha ia
BUT X
Corp.?

Gunakan P3B RI-Jepang untuk mengetahui hak pemajakan Indonesia, apabila:


1. X mendirikan cabang di Indonesia.
2. X melaksanakan kegiatan konstruksi di Indonesia selama 7 bulan.
3. X memberikan jasa konsultasi di Indonesia yang tidak terkait dengan konstruksi selama
7 bulan.
4. X memberikan jasa pengawasan di Indonesia yang terkait dengan konstruksi selama 5
bulan.
5. X memberikan jasa pengawasan di Indonesia yang terkait dengan konstruksi selama 8
bulan dalam rangka Perjanjian Kerjasama Teknik RI-Jepang.
168

BUT AGEN (2014 OECD Model)


Agen yang dependen adalah BUT, yaitu:
1. A person acting on behalf of the enterprise
2. Authority to conclude contracts
3. In the name of the enterprise
4. The authority is habitually exercises in a CS
5. Other than an independent agent (Art. 5.6)
- no extensive control or detailed instructions by principal
- entrepreneurial risk borne by the agent
- agent acts for a number of principals
- 2017: not only serve closely related entities

6. No auxiliary or preparatory activities 169

85
3/26/2023

BUT AGEN (2017 OECD Model)


Agen yang dependen adalah BUT, yaitu:

NEW Agency PE requirements [Comm. Art. 5-84]:


• concludes contracts, or plays the principal role
leading to the conclusion of contracts that are
routinely concluded without material modification by
the foreign enterprise,
• and these contracts are:
a. either: in the name of the foreign enterprise,
b. or: involving the transfer/use of goods owned by
the foreign enterprise
c.or: involving the provision of services by the
foreign enterprise 170

DIAGRAM ALUR
PEMAJAKAN ATAS LABA USAHA

Laba Usaha

Dapat dipajaki bila ada


BUT
(Pasal 7 ayat (1) P3B)

“NO PE NO TAX”
Terdapat Tida Bila tidak terdapat BUT,
BUT? k penghasilan tidak dapat
(Pasal 5 dikenakan pajak di negara
P3B) sumber.
(Pasal 7 ayat (1) P3B)
Y
a

PPh terutang atas Laba


Laba Usaha dihitung
Usaha dihitung sesuai UU
berdasarkan Pasal 7 P3B
PPh

172

86
3/26/2023

Article 7 P3B
1. Mengatur pembagian hak pemajakan atas laba usaha,
2. Mengatur cara menghitung laba usaha BUT yang akan
dikenakan pajak di negara sumber,
3. Menentukan penghasilan yang dapat diatribusikan kepada BUT
(objek pajak BUT),
4. Menentukan cara menghitung biaya dan kriteria biaya yang
dapat dibebankan (pengurang),
5. Laba usaha ditentukan oleh objek pajak BUT dikurang dengan
pengurang,
6. P3B tidak mengatur tentang besarnya pajak terutang atas laba
usaha. Dengan demikian, tarif pajak diatur sepenuhnya oleh
ketentuan pajak domestik.

173

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 7: Business Profits
Distributive Rule

Art. 7.1 Rule and Exception

Art. 7.2 Profit Attribution to PE

Art. 7.3 Corresponding Adjustment

Art. 7.4 Priority compared to Other Distributive Rules

87
3/26/2023

2017 OECD Model


Quick Overview: Article 7: Business Profits
Distributive Rule
R Co.
State R

State PE
PE
RULE:
Only Residence State may tax

Art. 5
EXCEPTION:
Unless, there is a PE in State PE.
In that case, profit
attributable to the PE
may be taxed by State PE.

PEMBAGIAN HAK PEMAJAKAN DAN PENGATURAN


ATAS OBJEK PAJAK

Ketentuan domestik: Objek Pajak BUT diatur dalam


Pasal 5 ayat (1) UU PPh:
◦ Huruf a: atribusi faktual,
◦ Huruf b: force of attraction
◦ Huruf c: atribusi karena hubungan efektif
Article 7 para.1 P3B mengatur:
◦ Pembagian hak pemajakan,
◦ Objek Pajak BUT
Konflik Objek Pajak BUT: Pasal 5 ayat (1) huruf b UU PPh
dapat berkonflik dengan Article 7 para.1 P3B.

176

88
3/26/2023

Article 7 para.1OECD Model


The profits of an enterprise
...... situated therein. If the Objek Pajak menurut
enterprise carries on P3B:
business as aforesaid, the
profits of the enterprise • Atribusi Faktual,
may be taxed in the other
State but only so much of Apakah Objek Pajak BUT
them as is attributable to menurut UU PPh
that permanent dibatasi oleh P3B?
establishment.

Bagaimana bunyi P3B yang mencakup force of attraction?

177

Article 7 para.1 P3B RI-Kanada


The profits of an enterprise of a Contracting State shall be taxable
only in that State unless the enterprise carries on business in the
other Contracting State through a permanent establishment
situated therein.
If the enterprise carries on or has carried on business as aforesaid,
the profits of the enterprise may be taxed in the other State but
only so much of them as is attributable to that permanent
establishment
or are derived within such other State from sales of goods or
merchandise of the same kind as those sold or from other
business transactions of the same kind as those effected, through
the permanent establishment.
force of
attraction
178

89
3/26/2023

PENGATURAN ATAS BIAYA BUT

Ketentuan domestik: Dalam menghitung laba usaha BUT


dapat dikurangkan:
1. Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan pada
Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c (Pasal 5 ayat (2) UU
PPh),
2. Biaya administrasi kantor pusat yang berkaitan dengan
usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak (Pasal 5 ayat (3)
huruf a UU PPh),

179

PENGATURAN ATAS BIAYA BUT

3. Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan


dibebankan sebagai biaya:
a. royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan
penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya;
b. imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa
lainnya;
c. bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha
perbankan;
(Pasal 5 ayat (3) huruf b UU PPh)
4. Biaya 3M (Pasal 6 ayat (1) UU PPh),
5. Sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya (Pasal 6 ayat (2) UU
PPh),
6. Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g UU PPh.

180

90
3/26/2023

PENGATURAN ATAS BIAYA BUT

Article 7 para.3 OECD Model (2008):


In determining the profits of a permanent establishment, there shall
be allowed as deductions expenses which are incurred for the
purposes of the permanent establishment, including executive and
general administrative expenses so incurred, whether in the State
in which the permanent establishment is situated or elsewhere.

Article 7 para.3 OECD Model (Post-2008):


Biaya tidak diatur secara eksplisit pada batang tubuh Art. 7, namun
ditegaskan dalam commentary bahwa biaya-biaya yang dapat
dikurangkan adalah hak dari masing-masing negara dengan
memperhatikan Art. 24 Non-discrimination.

181

PENGATURAN PENGHITUNGAN LABA USAHA

Ketentuan Domestik:
Tidak ada kriteria khusus,
Objek Pajak BUT (Pasal 5 ayat (1) UU PPh) harus memerhatikan
ketentuan Pasal 4 ayat (1) UU PPh.

Ketentuan P3B:
Terdapat norma dalam pengalokasian laba BUT, yaitu antara BUT
dan Kantor Pusatnya dianggap perusahaan yang terpisah dan
berbeda. Transaksi antara BUT dan Kantor Pusat menerapkan harga
yang wajar. (Art.7 para.2 OECD Model)

182

91
3/26/2023

Independent
Personal Services

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES


(Art. 14 UN Model)

1. Income derived by a resident of a Contracting State in respect of


professional services or other activities of an independent character
shall be taxable only in that State except in the following circumstances,
when such income may also be taxed in the other Contracting State:
a. a. If he has a fixed base regularly available to him in the other
Contracting State for the purpose of performing his activities; in that
case, only so much of the income as is attributable to that fixed
base may be taxed in that other Contracting State; or
b. If his stay in the other Contracting State is for a period or periods
amounting to or exceeding in the aggregate 183 days in any
twelve month period commencing or ending in the fiscal year
concerned; in that case, only so much of the income as is
derived from his activities performed in that other State may be
taxed in that other State.
2. The term “professional services” includes especially independent
scientific, literary, artistic, educational or teaching activities as well as the
independent activities of physicians, lawyers, engineers, architects,
dentists and accountants.

92
3/26/2023

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

Dapat dipajaki di negara sumber (UN Model) dan


tidak diatur (OECD Model)
Indonesia model = UN Model
Syarat:
(i) terdapat tempat tetap (fixed base), atau
(ii) berada di negara sumber lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

Ruang Lingkup:
Pembagian hak pemajakan atas penghasilan individu dari
pemberian jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya
yang dilaksanakan di negara lain.
Pembagian hak pemajakan:
Negara Domisili mempunyai hak pemajakan eksklusif,
kecuali terdapat suatu tempat tetap (fixed base) yang
digunakan untuk menjalankan kegiatan atau lamanya
kegiatan melebihi suatu waktu tertentu,
Negara tempat tetap berada atau negara tempat kegiatan
dilaksanakan mempunyai hak untuk mengenakan pajak.

93
3/26/2023

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

Pengertian tempat tetap (fixed base) sama dengan


pengertian bentuk usaha tetap (permanent establishment),
yang keberadaannya diuji dengan menerapkan 8 jenis test:
OECD Model Tahun 2000: ketentuan Pasal 14 Independent
Personal Services dihapus dan digabungkan dengan Pasal 7
Business Profits. WHY? Export of tangible and service
should be treated the same.

Independent Personal Services- 1

Ms. Gunakan P3B RI-Singapura


Anne

Jelaskan perlakuan pajak atas


fee di Indonesia, apabila
Fee pekerjaan dilaksanakan selama:
Singapura
1. 90 hari,
Indonesia
Menjadi 2. 100 hari, atau
Instruktur
di
3. 190 hari.
Indonesia

PT ABC

94
3/26/2023

Independent Personal Services- 2

Gunakan P3B RI-Singapura


Ani

Jelaskan perlakuan pajak atas


fee di Indonesia, apabila
Fee pekerjaan dilaksanakan selama:
Indonesia
1. 90 hari,
Singapura
Menjadi 2. 100 hari, atau
Konsultan
di
3. 190 hari.
Singapura

SingGo
Pte.Ltd.

Dependent
Personal Services
(income from employment)

95
3/26/2023

DEPENDENT PERSONAL SERVICES


(Art. 15 UN Model or Art. 15 OECD Model)

1. Subject to the provisions of Arts. 16, 18 and 19, salaries, wages


rule and other similar remuneration derived by a resident of a
Contracting State in respect of an employment shall be taxable
exception + only in that State unless the employment is exercised in the other
nexus Contracting State. If the employment is so exercised, such
attribution * remuneration as is derived therefrom may be taxed in that other
State.

2.Notwithstanding the provisions of paragraph 1, remuneration


derived by a resident of a Contracting State in respect of an
employment exercised in the other Contracting State shall be
taxable only in the first-mentioned State if:
a. the recipient is present in the other State for a period or
periods not exceeding in the aggregate 183 days in any twelve
More nexus month period commencing or ending in the fiscal year concerned,
and
b. the remuneration is paid by, or on behalf of, an employer
who is not a resident of the other State, and
c. the remuneration is not borne by a permanent
establishment which the employer has in the other State.

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

Bila pekerjaan dilakukan di negara sumber, penghasilan


terkait pekerjaan tersebut dapat dipajaki di negara sumber
Pengecualian (kumulatif):
i. berada di negara sumber kurang dari 183 hari dalam
12 bulan,
ii. penghasilannya dibayar oleh pemberi kerja yang
bukan penduduk di negara sumber, dan
iii. penghasilannya tidak ditanggung oleh BUT di negara
sumber

96
3/26/2023

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

Ruang Lingkup:
Pembagian hak pemajakan atas penghasilan individu dari
pekerjaan (employment) yang dilaksanakan di negara lain.
Pembagian hak pemajakan:
? Negara Domisili mempunyai hak pemajakan eksklusif,
kecuali pekerjaan dilaksanakan di negara lain (negara
sumber).
? Negara sumber dapat mengenakan pajak, apabila
pekerjaan dilaksanakan di negara tersebut.

Dependent Personal Services-1

Ms. SingGo
Mimi Gunakan P3B RI-Singapura
Pte.Ltd.

Gaji Jelaskan perlakuan pajak atas


gaji dan fee di Indonesia, apabila
Fee pekerjaan dilaksanakan selama:
Singapura
Melakuka 1. 90 hari,
n
Indonesia survey 2. 100 hari, atau
pemasara 3. 190 hari.
n
di
Indonesi a

PT ABC

97
3/26/2023

Dependent Personal Services-2

Wati PT PQR Gunakan P3B RI-Singapura

Gaji Jelaskan perlakuan pajak atas


gaji dan fee di Indonesia, apabila
Fee
pekerjaan dilaksanakan selama:
Indonesia
Melakuka 1. 90 hari,
n
Singapura Jasa 2. 100 hari, atau
Konsultas 3. 190 hari.
i
di
Singapura
Jurong
Pte. Ltd

THANKS!
Any questions? Suggestions?
bobbysavero@gmail.com
bobby.savero@itc-leiden.nl

98

Anda mungkin juga menyukai