Dosen Pengampu
Dr. Sa’adah Siddik, M.Si, Ak, CA (SS)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PASCA SARJANA
MAGISTER ILMU EKONOMI
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah ini kami beri judul
“Tinjauan Strategi Perpajakan dan Perencanaan Pajak”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai
penulis dan bagi para pembaca. Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Sa’adah Siddik, M.Si, Ak, CA(SS)., selaku dosen pengasuh.
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………… 1
Kata Pengantar………………………………………………………… 2
Daftar Isi………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. P embayaran / Penyetoran Pajak ……………………………………………….. 5-7
B. P rosedur Pelaporan SPT …………………………………………………………….. 8-15
C. S anksi Pajak ……………………………………………………………………………….. 16-17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
• 1 (satu) jenis pajak,
• 1 (satu) Masa Pajak atau Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak
• 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak PBB atau Surat
Tagihan Pajak PBB, dengan menggunakan 1 (satu) kode akun pajak dan 1 (satu) kode jenis
setoran.
• SSP atau sarana administrasi lain dinyatakan sah, dalam hal telah divalidasi dengan NTPN.
• Bukti Pbk dinyatakan sah dalam hal telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang
untuk menerbitkan Bukti Pbk.
6
Ketentuan tentang batas waktu penyetoran/pelaporan
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau
hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
7
Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
8
Menandatangani serta menyampaikannya KPP tempat terdaftar
2. Wajib Pajak dapat mengajukan izin kepada Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah.
3. Penandatanganan dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama
9
2.3. SANKSI PERPAJAKAN
Berikut jenis sanksi perpajakan serta efek dari sanksi tersebut (dijelaskan secara
bergambar) :
10
Penerbitan STP (Surat Tagihan Pajak)
a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar (Pasal 25)
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
e. PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara tidak lengkap (Pasal 13 ayat (5) UU PPN),
selain:
1. identitas pembeli (Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN)
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan (Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g
UU PPN), dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran
f. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak
g. PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan (Pasal 9
ayat (6a) UU PPN)
Keterlambatan penyetoran
Bunga 2 % maksimal 24 bulan
Keterlambatan pelaporan SPT
Denda
Ditagih menggunakan STP
11
Dihitung dari waktu jatuh tempo pembayaran atau pelaporan sampau dengan tanggal
terbitnya STP dihitung sebulan penuh
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu atau batas waktu
perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar:
• SPT Masa PPh Denda Rp 100.000
• SPT Masa PPN Denda Rp 500.000
• SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Denda Rp 100.000
• SPT Tahunan PPh Badan Denda Rp 1.000.000
12
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. SKPKBT merupakan koreksi
dari SKPKB, dapat diterbitkan jika sudah pernah diterbitkan SKPKB, SKPLB, SKPN.
Diterbitkan jika ada data baru dan dapat diterbitkan lebih dari 1 kali
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut
Kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT itu diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.
13
14
SANKSI PIDANA PERPAJAKAN :
Sanksi pidana diterapkan jika terindikasi adanya tindak pelanggaran meski ada unsur
ketidaksengajaan, ataupun tindak kejahatan yang sengaja dilakukan dalam pembayaran pajak.
Selain itu, sanksi pidana diberikan apabila pelanggaran atau kesalahan berat yang dilakukan
dapat menimbulkan kerugian bagi negara. Pelanggaran dan kejahatan tersebut dapat berupa
ketidakbenaran data, penyembunyian data, pemalsuan data hingga tidak menyetorkan pajak.
Sanksi pidana adalah langkah terakhir pemerintah sebagai upaya penegakan kepatuhan
membayar pajak.
Jenis pelanggaran dan sanksi pidana yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kurungan paling sedikit 3 bulan dan paling lama 1 tahun dengan denda paling sedikit
satu kali dan paling banyak dua kali dari pajak terutang. Sanksi ini diberikan pada
wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT
namun isinya tidak benar sehingga dapat merugikan negara.
2. Pidana penjara paling singkat 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling
banyak 4 kali dari jumlah pajak terutang. Ini diberikan untuk beberapa pelanggaran,
antara lain: Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) atau usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP. Menyalahgunakan tanpa hak
NPWP/PKP Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan namun tidak lengkap
Menolak dilakukan pemeriksaan Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen lain yang dipalsukan Tidak menyelenggarakan pembukuan/pencatatan di
Indonesia Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan/pencatatan Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong sehingga
menimbulkan kerugian negara
3. Dua kali sanksi pidana paling singkat 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan
paling banyak 4 kali dari jumlah pajak terutang. Ini diberikan, apabila wajib pajak
melakukan kembali tindakan pidana perpajakan sebelum lewat satu tahun terhitung
sejak selesainya masa pidana.
4. Sanksi pidana paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun serta denda paling
sedikit 2 kali dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak/bupot/buset
15
pajak. Sanksi ini diberikan untuk beberapa pelanggaran antara lain: Menerbitkan atau
menggunakan faktur pajak, bupot, buset pajak yang tidak berdasarkan data
sebenarnya Menerbitkan faktur pajak namun belum dikukuhkan sebagai PKP
5. Pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp 25 juta, jika wajib
pajak dengan sengaja memberikan keterangan palsu saat pemeriksaan pajak.
6. Pidana kurungan paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp 75 juta, jika wajib
pajak dengan sengaja merusak proses penyelidikan atau pemeriksaan.
7. Pidana kurungan paling lama 1 tahun dengan denda paling banyak Rp 1 miliar, jika
wajib pajak dengan sengaja merahasiakan sesuatu pada saat proses penyelidikan atau
pemeriksaan.
8. Pidana kurungan paling lama 10 bulan dan/atau denda paling banyak Rp 800 juta, jika
wajib pajak dengan sengaja membocorkan rahasia pada saat proses penyelidikan atau
pemeriksaan.
9. Pidana kurungan paling lama kurungan paling lama 1 tahun dengan denda paling
banyak Rp 500 juta, jika wajib pajak dengan sengaja tidak memberikan data dan
informasi yang diminta atau menyalahgunakan data pada saat proses pemeriksaan.
16
BAB III
17
penelitian terdahulu menjadi salah satu
motivasi peneliti dengan pokok masalah :
- (1) apakah kesadaran perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. (2) apakah
sosialisasi perpajakan berpengaruh positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. (3) apakah pelayanan fiskus
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. (4) apakah sanksi
perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
- Adanya saran / masukan untuk subjek
penelitian selanjutnya
- Penjelasan yang mudah dipahami dan
terstruktur
Kekurangan - Pada data responden kuesinoer, keterangan
pada jenis usaha lainnya tidak disebutkan
responden, yang mana hal itu
menyebabkan pada keterangan data
responden menjadi kurang lengkap.
- Dalam kuesioner sanksi perpajakan kurang
menggambarkan secara keseluruhan yang
dirasakan/dialami responden, hanya
berpaku pada jenis dan besaran sanksi saja.
Serta kuesioner pelayanan fiskus hanya
membahas tentang pelayanan yang
diberikan di kantor pelayanan pajak saja,
kurang menggambarkan secara keseluruhan
yakni pelayanan pajak yang diberikan diluar
kantor pelayanan pajak.
- Responden penelitian ini terbatas hanya
menggunakan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang memiliki kegiatan usaha di Kota
Bengkulu, sehingga kurang mewakili dari
keseluruhan Wajib Pajak yang ada di Kota
Bengkulu.
- Ketika melakukan penelitian di kota
Bengkulu, tidak di desain/dibagi secara
merata wilayah responden yang ditemui
merata di kota Bengkulu, hanya terpaut
pada beberapa wilayah saja.
- Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini masih terbatas yaitu
kesadaran perpajakan, sosialisasi
perpajakan, pelayanan fiskus serta sanksi
18
perpajakan yang dapat mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi.
Saran - Pada data responden dalam kuesioner lebih
diperjelas dan dilengkapi seperti pengisian
keterangan lainnya dan lebih baik ditambah
permohonan harap diisi disebelah
kolom/baris pengisian data agar responden
mengisi secara lengkap data yang
diperlukan.
- Penelitian selanjutnya agar dapat
memperdalam pernyataan dalam kuesioner
disetiap variabel. Kuesioner sanksi
perpajakan diperbaiki dan lebih membahas
hal-hal yang dirasakan dan dialami oleh
Wajib Pajak seperti apakah Wajib Pajak
telah menerima sanksi yang sesuai aturan
ketika terlambat melaporkan SPT atau
adanya kelonggaran akan pemberian sanksi
saat lalai menghitung pajak yang terutang
dan sebagainya, tidak hanya mengukur jenis
dan besaran sanksi saja. Kuesioner
pelayanan fiskus juga membahas tentang
pelayanan diluar kantor pelayanan pajak,
agar dapat konsisten pula dengan item
pernyataan kuesioner sosialisasi perpajakan
yang membahas tentang informasi yang
diterima secara tidak langsung yakni melalui
media sosial, website ataupun biilboard.
- Melakukan penelitian dengan
mendesain/membagi pemilihan responden
yang merata disetiap wilayah, tidak terbatas
pada beberapa wilayah saja dan persentase
jumlahnya yang tidak seimbang.
- Memperluas responden pada Wajib Pajak
Orang Pribadi yang mempunyai pekerjaan
bebas atau Wajib Pajak Badan dan tidak
hanya yang berada di Kota Bengkulu.
- Menambahkan variabel independen lain
selain dari kesadaran perpajakan, sosialisasi
perpajakan, pelayanan fiskus, serta sanksi
perpajakan yang dapat mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi,
seperti variabel kepuasan Wajib Pajak
19
3.2. CONTOH KASUS
3.2.1. Pada tanggal 9 November 2016 pengadilan negeri Semarang menjatuhkan vonis
hukuman 7 bulan penjara dengan denda yang harus di bayarkan sebanyak Rp. 11,74
Miliar sebagai akibat dari tindakan direktur perusahaann jasa transportasi melakukan
pelanggaran pajak, pada putusannya hakim menilai bahwa direktur CV. Bumi Raya
tersebut dengan sengaja memberikan data yang tidak benar terkait penyampaian SPT
(Surat Pembertihauan Tahunan) dan juga PPn atau Pajak Pertambahan Nilai. Dari
tindakannya tersebut direktur perusahaan ini harus berurusan dengan pihak berwajib
sebagai akibat dari tindak pidana perpajakan .
Perbuatan curang ini dilakukan oleh direktur perusahaan dengan membuat faktur pajak
yang tidak berdasarkan transaksi ekonomi sebenarnya. Setelah dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut atas tindakan ini, petugas mendapati keterangan dari saksi pihak perusahaan
bahwa tidak ada yang melakukan transaksi jual beri dengan CV. Bumi Raya atas faktur
tersebut. Pelaku terbukti melakukan tindak pidana melanggar pasal 39 ayat (1) huruf c jo
pasal 43 UU No 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang
telah diubah dengan UU RI No. 16 tahun 2000. Fonis hukuman 7 bulan penjara saja
dirasa kurang dalam kasus ini, menurut kami pengadilan harus memberikan sanksi denda
atas pelanggaran yang dilakukan oleh direktur CV. Bumi Raya karena telah merugikan
negara milyaran rupiah. Kurangnya rasa tanggung jawab dan integritas sebagai seorang
direktur mengakibatkan hal ini terjadi, sebagai seorang direktur seharusnya memiliki rasa
tanggung jawab dan integritas khususnya kepada perusahaan dan negara tempat dia
menjalankan usahanya.
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius Amin
Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta
pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di
PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh
perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja
datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan
sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang
berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada
sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci.
20
Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar –
untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak
di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang
menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif. Berdasarkan hasil penyelidikan,
hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak yang dilakukan PT. AAG berpotensi
merugikan keuangan negara hingga Rp. 1,3 Triliun.
Analisa Kasus :
Kasus diatas merupakan kasus transfer pricing yang dilakukan oleh PT. AAG yang
mengakibatkan kerugian negara hamper 1,3 triliun rupiah, terungkapnya kasus penggelapan
pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun
majalah – dan pengungkapan dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi
perkara tersebut tergolong perkara kakap, mustinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai
whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming. Alih-alih memberikan perlindungan,
aparat penegak hukum malah mencoba mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent
didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya,
sempat mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11
tahun penjara. Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra – wartawan Tempo –
disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif
Metta Dharmasaputra dan komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers,
bahkan nyaris diproses secara pidana.Selain itu, pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui
riset di bidang komunikasi publik oleh dosen Fisipol UGM atas pesanan PT AAG – yang
menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar kasus penggelapan pajak tersebut tidak
mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3-ISIP UI – yang melakukan riset serupa atas
pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa pers (pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias
dan keberpihakan yang secara etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai
legitimasi untuk memperkarakan Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut
sebenarnya merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama ini. Kejadian
ini bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi kejadian berulang yang
tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan yang sesungguhnya. Para pengungkap
fakta semacam ini sering mengalami berbagai bentuk kekerasan – intimidasi dan teror, bahkan
diperkarakan secara hukum – baik perdata maupun pidana. Lihat saja misalnya Kasus Udin,
kasus Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita, Kasus Romo Frans Amanue, dan banyak
lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut menjadi alat untuk
membungkam pengungkapan kasus yang sesungguhnya, dalam hal ini dugaan penggelapan pajak
oleh PT AAG.
21
Penyelesaian kasus PT. AAG, berkembangnya wacana mengenai penyelesaian kasus itu di luar
pengadilan, membuat kalangan yang menginginkan tegaknya hukum dan terwujudnya keadilan
tanpa pandang mulu merasa kecewa. Sangat ironis jika para penjahat kelas teri ditangkapi dan
dimasukkan bui, sementara penjahat kerah putih yang mengakibatkan kerugian besar pada negara
justru dibiarkan melenggang karena kekuatan kapitalnya.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Pembayaran dan pelaporan perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat
membantu pemerintah dalam mengelola uang tersebut untuk kepentingan pembangunan dan
pengeluaran negara Indonesia. Dengan melakukan pembayaran dan pelaporan pajak tepat
waktu, artinya kita sebagai masyarakat (Wajib Pajak) sadar, bahwa pentingnya pajak yang
kita bayarkan ke negara adalah untuk kepentingan masyarakat bersama.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29096620/Makalah_Pajak_Sanksi_Pajak_1_
https://www.academia.edu/52074763/Makalah_Perpajakan_Utang_Pajak_C1C020094_
https://sikodokpesek.blogspot.com/2015/10/makalah-perpajakan-pajak-
penghasilan.html
https://news.detik.com/berita/d-3342607/kasus-pajak-direktur-di-semarang-dihukum-7-
bulan-penjara
24