Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 3

SURAT
PEMBERITAHUAN
DAN PEMBAYARAN
PAJAK
PERPAJAKAN 1

FAHMA IZZATINA
MUHAMAD GHALIB
MUHAMMAD HANIF
FAHMA IZZATINA
SYAFIRA AGNIA LILLA
MUHAMAD GHALIB
TANTI HERWANA
MUHAMMAD HANIF
TANTYO HANTORO YUDO
SYAFIRA AGNIA LILLA
WINI AZYYATI ARIFAH
TANTI HERWANA
TANTYO HANTORO YUDO
WINI AZYYATI ARIFAH
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tugas ini kami susun dengan maksud bukti tertulis dari presentasi yang
akan dilaksanakan di kelas nantinya waktu mengkuti mata kuliah
Perpajakan 1.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada sumber-sumber yang
membantu dan memberi pengarahan untuk menyelesaikan makalah ini.
Sebagai manusia biasa ,kami menyadari makalah ini masih sangat jauh
dari sempurna oleh karena keterbatasan serta pengetahuan yang kami
miliki. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dimasa yang akan datang.
Akhirnya melalui sebuah doa dan harapan semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi para
pembaca semua.

Depok, Februari 2015

1 | Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT).......................................................


2. PROSEDUR PENGISIAN SPT............................................................
3. SANKSI TERLAMBAT ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SPT..................
4. PERPANJANGAN WAKTU PENYAMPAIAN SPT...................................
5. SANKSI AKIBAT PERPANJAGAN SPT................................................
6. PEMBETULAN SPT..........................................................................
7. WP YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT......
8. WP YANG DIKECUALIKAN DARI DENDA KARENA TIDAK
MENYAMPAIKAN SPT......................................................................
9. PEMBAYARAN PAJAK.......................................................................
10.........................................................................PEMINDAHBUKUAN

BAB III KESIMPULAN................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

2 | Page
3 | Page
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang


menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan
wujud dari peran serta masyarakat dalam mendukung pembangunan
maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dan rasa tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara
menjadi sangat dominan. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara,
iuran tersebut berupa uang, bukan barang. Pajak yang dipungut
berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal
balik dari Negara. Pajak yang digunakan untuk biaya rumah tangga yaitu
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang ekonomi. Namun dalam membayar pajak masih
banyak Wajib Pajak yang salah penyetoran, misalnya lebih bayar ( lb )
atau kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP
perlu diberikan Surat pemberitahuan ( SPT ) dan perlu diberi himbauan.

Dewasa ini, banyak dikalangan masyarakat kita yang belum


mengetahui persis apa itu SPT. Hal ini dimungkinkan karena latar
belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga tidak
banyak dari mereka yang tidak tahu apa itu SPT. Jadi dengan adanya
penulisan makalah ini, semoga menjadi pedoman bagi masyarakat untuk
mengetahui SPT dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
yang belum memahami SPT.

1 | Page
PEMBAHASAN

SURAT PEMBERITAHUAN

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak


digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Fungsi SPT adalah

Wajib Pajak PPh

o Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan


mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

pembayaran atau pelunasan pajak yang telah


dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak;

penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau


bukan objek pajak;

harta dan kewajiban;

pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain


dalam 1 (satu) Masa Pajak.

Pengusaha Kena Pajak

o Sebagai sarana untuk melaporkan dan


mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :

2 | Page
pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

pembayaran atau pelunasan pajak yang telah


dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak
lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.

Pemotong/ Pemungut Pajak

o Sebagai sarana untuk melaporkan dan


mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkan.

Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) :


1. SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan
pelaporan atas pembayaran pajak pada masa tertentu
(bulanan). Ada 9 (sembilan) jenis SPT Masa, meliputi SPT Masa
untuk melaporkan pembayaran bulanan: (1) Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21, (2) PPh Pasal 22, (3) PPh Pasal 23, (4) PPh
Pasal 25, (5) PPh Pasal 26, (6) PPh Pasal 4 (2), (7) PPh Pasal
15, (8) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas BArang Mewah (PPnBM) dan (9) Pemungut PPN.
2. SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan untuk pelaporan
tahunan. Ada dua jenis SPT Tahunan, yaitu (1) SPT Tahunan
PPh WP Badan (1771-US), (1771-Rupiah), dan (2) SPT Tahunan
WP Orang Pribadi (OP) (1770), (1770 S), (1770 SS).

PROSEDUR PENGISIAN SPT

Cara mengisi dan penyampaian SPT adalah :

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia


dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
atau dikukuhkan.
2. Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT
dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang
diizinkan.

3 | Page
Pelaporan SPT dalam bentuk online :

A. e-SPT (WP Badan)


B. e-filing (WP Orang Pribadi)

A. Pelaporan dengan e-SPT, Aplikasi e-SPT atau disebut dengan


Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam
menyampaikan SPT.

Kelebihan aplikasi e-SPT adalah sebagai berikut:

a) Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena


lampiran dalam bentuk media CD/disket
b) Data perpajakan terorganisir dengan baik
c) Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan
perusahaan dengan baik dan sistematis
d) Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena
menggunakan sistem komputer
e) Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak
f) Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran
formulir dengan menggunakan sistem komputer.
g) Menghindari pemborosan penggunaan kertas
h) Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang
memakan sumber daya yang cukup banyak

TATA CARA PELAPORAN SPT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMPUTER


(e-SPT)

Dasar Hukum :

KEP - 383/PJ./2002

WP melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer yang


digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya.

Wajib Pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data


perpajakan yang akan dilaporkan, antara lain:

-Data Identitas WP Pemotong/Pemungut dan Identitas WP yang


dipotong/dipungut seperti NPWP, Nama, Alamat, Kode Pos, Nama
KPP, Pejabat Penandatangan, Kota, Format Nomor Bukti
Potong/Pungut, Nomor awal Bukti Potong/ Pungut, Kode Kurs Mata

4 | Page
Uang yang digunakan.
-Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh.
-Faktur Pajak.
-Data perpajakan yang terkandung dalam SPT.
-Data Surat Setoran Pajak (SSP), seperti: Masa Pajak, Tahun Pajak,
tanggal setor, NTPP, kode MAP/KJS, danjumlah pembayaran pajak.
Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi
keuangan/perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data
dari sistem yang dimiliki Wajib Pajak kedalam aplikasi eSPT dengan
mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi eSPT.
Wajib Pajak mencetak Bukti Potong/Pungut dengan menggunakan
aplikasi e-SPT dan menyampaikannya kepada pihak yang
dipotong/dipungut.
Wajib Pajak mencetak formulir Induk SPT Masa PPh dan atau SPT
Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh menggunakan aplikasi eSPT.

Wajib Pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT


Tahunan PPh hasil cetakan aplikasi e-SPT.

Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi


e-SPT dan disimpan dalam media komputer (disket, CD, dsb).

Wajib Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media


elektronik ke KPP dengan membawa formulir Induk SPT Masa
PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah
ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam media
komputer sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Wajib Pajak melaporkan SPT secara elektronik ke KPP dengan
membawa formulir Induk SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan
PPh hasil cetakan eSPT yang telah ditandatangani dengan
membawa Berita Acara Serah Terima Informasi SPT yang dikirim
secara elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku

B. E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan


perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang
realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)
atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT atau pemberitahuan perpanjangan


SPT Tahunan secara elektronik (e-Filing) melalui sarana:

1. Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), berdasarkan Peraturan Direktur


Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2008 tentang Tata Cara

5 | Page
Penyampaian Surat Pemberitahuan dan Penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara
Elektronik (e-Filing) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
sebagaimana telah diubah dengan PER-36/PJ/2013. Jenis surat
pemberitahuan yang dapat disampaikan adalah seluruh jenis SPT
baik masa maupun tahunan dan juga pemberitahuan perpanjangan
SPT tahunan.

2. Situs Pajak, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor


PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Formulir 1770S
atau 1770SS secara e-Filing Melalui Situs Pajak (www.pajak.go.id).
Jenis surat pemberitahuan yang dapat disampaikan adalah SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi formulir 1770S dan 1770SS

Untuk menyampaikan SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT


Tahunan menggunakan e-Filing, Wajib Pajak dapat:

mengunjungi website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)


dan klik pada icon e-Filing atau langsung mengunjungi alamat
efiling.pajak.go.id; atau

mengunjungi halaman penyedia jasa aplikasi (ASP) yang telah


ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

o http://www.pajakku.com

o http://www.laporpajak.com

o http://www.spt.co.id

Wajib Pajak diharuskan memiliki e-FIN sebelum dapat menyampaikan SPT


atau pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara e-Filing. Untuk
memperoleh e-FIN, bagi Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT secara
e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak dapat mengajukan
permohonan e-FIN ke KPP terdekat, sedangkan bagi bagi Wajib Pajak
yang akan menyampaikan SPT secara e-Filing melalui ASP harus
mengajukan permohonan e-FIN ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

SANKSI TERLAMBAT ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

6 | Page
SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan dikenakan sanksi administrasi berupa denda :

1. Rp. 50.000,00 untuk SPT Masa


2. Rp. 100.000,00 untuk SPT Tahunan
Denda keterlambatan menyampaikan SPT adalah :
1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp. 100 ribu;
2. SPT Tahunan PPh Badan Rp. 1 juta;
3. SPT Masa PPN Rp. 500 ribu;
4. SPT Masa Lainnya Rp. 100 ribu.
Ada dua jenis sanksi yang dapat dikenakan kepada wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban menyampaikan SPT, yaitu sanksi administrasi dan
sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa denda dan kenaikan.
Sedangkan sanksi pidana dapat berupa kurungan dan penjara.

A. Sanksi administrasi berupa denda

Sanksi ini diberikan apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka


waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT. Adapun
besaran denda, sebagai berikut:

Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN,

Rp100.000 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya,

Rp1.000.000 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak
badan,

Rp100.000 (seratus ribu rupaih) untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak
orang pribadi.

Pengenaan sanksi ini tidak dilakukan terhadap:

1. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia.

2. Wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan


usaha atau pekerjaan bebas.

3. Wajib pajak orang pribadi yang berstatus warga negara asing yang
tidak tinggal lagi di Indonesia.

4. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di


Indonesia.

7 | Page
5. Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi.

7. Wajib pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur


dengan Peraturan Menteri Keuangan.

8. Wajib pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan, antara lain:

1. Kerusahan massal.

2. Kebakaran.

3. Ledakan bom atau aksi terorisme.

4. Perang antarsuku

5. Kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara


atau perpajakan.

B. Sanksi administrasi berupa kenaikan.

Sanksi ini dapat dikenakan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar (SKP-KB) apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

Jumlah pajak yang dibayar adalah jumlah pajak yang tercantum dalam
SKP-KB ditambah dengan sanksi kenaikan sebesar:

1. 50% (lima puluh persen) dari pajak penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu tahun pajak.

2. 100% (seratus persen) dari pajak penghasilan yang tidak atau


kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.

3. 100% (seratus persen) dari pajak pertambahan nilai barang dan jasa
dan pajak atas barang mewah yang tidak atau kurang dibayar.

C. Sanksi pidana berupa kurungan.

8 | Page
Pasal 38 UU KUP menyebutkan bahwa, Setiap orang yang karena
kealpaannya (a) tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT atau (b)
menyampaikan SPT namun isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

D. Sanksi pidana berupa penjara.

Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyebutkan bahwa, setiap orang


yang dengan sengaja (1) tidak menyampaikan surat pemberitahuan, (2)
menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

PERPANJANGAN WAKTU PENYAMPAIAN SPT


Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan untuk paling lama 2 dua) bulan sejak batas waktu penyampaian
SPT Tahunan dengan cara menyampaikan pemberitahuan Perpanjangan
SPT Tahunan. (Pasal 2 ayat (2) PER-21/PJ./2009)

TATA CARA MENGAJUKAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SPT TAHUNAN


DAN BATAS WAKTU PENYAMPAIANNYA

BAGI WP BADAN ATAU WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN


USAHA/PEKERJAAN BEBAS . (Pasal 4 ayat (1) dan (2) PER-21/PJ./2009)

1. Membuat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara tertulis


(disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) 1770-Y/1771-
Y/1771-$Y , atau dalam bentuk data elektronik (e-SPTy) dan

9 | Page
disampaikan ke KPP sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
berakhir.

2. Wajib menyebutkan alasan perpanjangan dan melakukan


penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak
yang batas waktu penyampaiannya diperpanjang (alasan ini bisa
dimasukkan ke kolom yang tersedia pada 1770-Y atau 1771-Y)

3. Wajib melampirkan:

a. Laporan Keuangan Sementara untuk Tahun Pajak yang bersangkutan


dari Wajib Pajak itu sendiri (bukan Laporan Keuangan Sementara
dari konsolidasi grup);

b. SSP PPh Pasal 29 sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran


pajak yang terutang kecuali ada ijin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran PPh Pasal 29; dan

c. Surat Pernyataan dari Akuntan Publik yang menyatakan audit


Laporan Keuangan belum selesai dalam hal Laporan Keuangan
diaudit oleh Akuntan Publik.

4. Harus ditandatangani oleh WP atau kuasa WP. Dalam hal


Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan ditandatangani oleh Kuasa
Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib dilampiri
dengan Surat Kuasa Khusus.

CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SPT TAHUNAN

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan: (Pasal 12 PMK-


152/PMK.03/2009)

1. Secara langsung (datang langsung ke KPP); Atas penyampaian


Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara langsung ini
diberikan tanda penerimaan surat
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
3. Dengan cara lain, yang meliputi :
a. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan
bukti pengiriman Surat; atau
b. e-Filing.
atas penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
secara e-filing ini diberikan Bukti penerimaan Elektronik.

10 | P a g e
Untuk tata cara penyampaian dan perpanjangan SPT Tahunan secara e-
filing melalui perusahaan tidak saya bahas dulu karena saya kebetulan
belum ernah coba, mungkin kalau ada pengunjung yang mau berbagi
pengalaman tentang ini bisa berbagi disini

WP BOLEH MENYAMPAIKAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN LEBIH DARI 1


KALI

Dalam hal Wajib Pajak belum siap untuk menyampaikan SPT Tahunan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pemberitahuan
Perpanjangan Penyampaian SPT Tahunan yang diajukan sebelumnya,
maka Wajib Pajak masih dapat menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan lagi sepanjang tidak melampaui batas waktu 2
(dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan pasal 3 UU
KUP (Pasal 7 PER-21/PJ./2009)

KEWAJIBAN KPP SETELAH MENERIMA PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SPT


DARI WP

1. Kepala KPP wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak paling lama 7


(tujuh) hari kerja sejak Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
diterima lengkap di KPP menggunakan surat sebagaimana dimaksud
pada Lampiran III PER-21/PJ./2009.

2. Apabila Kepala KPP tidak memberikan pemberitahuan kepada Wajib


Pajak dalam jangka waktu tersebut, maka Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan dianggap diterima:

a. Sesuai dengan pemberitahuan Wajib Pajak dalam hal


Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan tidak melebihi batas
waktu; atau

b. untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan dalam hal


Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan melebihi batas waktu.

Pembetulan SPT

1. WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat


Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT

11 | P a g e
Lebih Bayar paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa, sepanjang
belum dilakukan pemeriksaan.Dalam hal Wajib Pajak membetulkan
sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah
pajakyang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat
Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Masa yangmengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

2. Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum


dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak, terhadap ketidakbenaran perbuatan
Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib
Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran
perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi
administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

3. Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan,


dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau
lebih kecil;

12 | P a g e
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
lebih besar.

WAJIB PAJAK YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN


SPT

a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima
atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU PPh WP dengan
kriteria ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi.

b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha


atau tidak melakukan pekerjaan bebas. WP dengan kriteria ini
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 25.
(UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 3 (8) Jo. 183/PMK.03/2007)

WAJIB PAJAK YANG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN SANKSI


DENDA KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana yang terdapat


dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007, yaitu
sebagai berikut:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;


b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara
asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain.

13 | P a g e
Wajib pajak lain yang dimaksud sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007 pasal 2 ayat 1 adalah wajib
pajak yang tidak menyampaikan SPT dengan keadaan:

a. kerusuhan massal;
b. kebakaran;
c. ledakan bom atau aksi terorisme;
d. perang antarsuku; atau
e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau
perpajakan.

PEMBAYARAN PAJAK
Mekanisme Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Membayar sendiri pajak yang terutang:

a. Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25)


Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan
secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban
Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam satu tahun
pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan
terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran
pajak tersebut setiap bulan.

Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya dari
usaha dan pekerjaan bebas, pembayaran angsuran PPh Pasal 25 terbagi
atas 2 yaitu:

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi


Pengusaha Tertentu (OPPT). Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha penjualan barang baik secara grosir
maupun eceran dan usaha penyerahan jasa, yang mempunyai
satu atau lebih tempat usaha termasuk yang memiliki tempat
usaha yang berbeda dengan tempat tinggal.
Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak OPPT : 0,75% x jumlah
peredaran usaha (omset) setiap bulan dari masing-masing
tempat usaha

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain


Pengusaha Tertentu (OPSPT). Wajib Pajak Orang Pribadi Selain
Pengusaha Tertentu (OPSPT) adalah Orang Pribadi yang

14 | P a g e
melakukan kegiatan usaha tanpa melalui tempat usaha
misalnya sebagai pekerja bebas atau sebagai karyawan.
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak OPSPT : Penghasilan
Kena Pajak x Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh : 12
bulan.
Tarif Pasal 17 ayat (1) a UU PPh adalah :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Paj


Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
di atas Rp 500.000.000,- 30%

b. Untuk Wajib Pajak Badan, besarnya pembayaran Angsuran PPh 25


yang terutang diperoleh dari penghasilan kena pajak dikalikan
dengan tarif PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang
Undang Pajak Penghasilan. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) UU PPh adalah 25%.
Khusus untuk Wajib Pajak badan yang peredaran bruto setahun
sampai dengan Rp 50.000.000.000,- mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf b
dan ayat (2a) UU PPh, yang dikenakan atas penghasilan kena pajak
dari peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-

c. Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak


lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta
PPh Pasal 26).
Pihak lain disini adalah:

Pemberi penghasilan;

Pemberi kerja; atau

Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

Pembayaran Pajak-pajak lainnya:


a. Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) .
Untuk daerah Jakarta dan daerah tertentu lainnya, pembayaran
PBB sudah dapat dilakukan dengan menggunakan ATM di Bank-
bank tertentu.
Tarif PBB terdiri dari 2 tarif yaitu:
- 1/1000 dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-
nya kurang dari Rp1.000.000.000,-

15 | P a g e
- 2/1000, dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-
nya kurang dari Rp1.000.000.000,-

Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang


dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa
meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain
seperti menggunakan mesin teraan.
Meterai tempel yang terutang untuk dokumen yang menyebut
jumlah (kuitansi) di atas Rp 250.000,- sampai dengan Rp1.00.000,-
adalah Rp3.000,-.
Untuk dokumen yang menyebut jumlah di atas Rp1.000.000,- dan
surat-surat perjanjian terutang materai tempel sebesar Rp6.000,-.

PEMINDAHBUKUAN DALAM PAJAK

Tidak ada manusia yang sempurna, pasti adakalanya melakukan


kesalahaan. Didunia perpajakan untuk kesalahan tertentu dapat diatasi
dengan Pemindahbukuan (PBK). Kesalahan yang sering dilakukan PBK
adalah kesalahan dalam menghitung pajak yang menyebabkan kelebihan
dalam pembayaran pajak pada SPT Pajak tertentu seperti PPh Pasal 21,
Pasal 23 dan Pasal 4 ayat 2. Selain itu PBK juga sering dilakukan atas
kesalahan dalam pembuatan SSP Pajak seperti kesalahan dalam
menulisakan kode akun pajak atau pada kode setoran pajak atau
kesalahan dalam menyilang masa pajak yang akan berakibat pada ketidak
cocokan SSP dengan SPT Pajak yang akan dilaporkan.

Dalam web pajak.go.id dijelaskan bahwa Pemindahbukuan adalah


perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang
diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas
nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib pajak lan yang dilakukan untuk
pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan
kenaikan. Pemindahbukukan dilakukan karena adanya kelebihan
pembayaran atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak, atau
karena salah satu kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau untuk
pemecahan setoran wajib pajak atau untuk tujuan lain.

Peraturan mengenai Pemindahbukuan diataur pemerintah dalam


Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/KMK.04/1991 tentang Tata Cara
Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan. Dalam Pasal 3 disebutkan
bahwa pemindahbukuan dilakukan dalam hal:

16 | P a g e
1. Pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak atau
surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan
pembayaran pajak.

2. Pemindahbukuan karena adanya pemberian bunga kepada Wajib


Pajak akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3).

3. Pemindahbukuan karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak


(SSP) yang semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam
Penerimaan Pajak (BPP).

4. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)


baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain.

5. Pemindahbukuan karena adanya pemecahan setoran pajak yang


berasal dari Surat Setoran Pajak.

6. Pemindahbukuan karena adanya pelimpahan Pajak Penghasilan


Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang
Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor
atas dasar inden.

Dalam membuat Surat Pemindahbukuan terdapat 2(dua) surat yang harus


di buat yaitu:

1. Surat Permohonan Pemindahbukuan

2. Surat Pernyataan bahwa SSP tersebut belum dikreditkan

Mengajukan Permohonan Pemindahbukuan karena kekeliruan penyetoran


Pajak Pasal 21 untuk masa pajak Desember 2012 dengan penjelasan
sebagai berikut:

1. Pasal 3 (4) Keputusan Menteri Keuangan No. 88/KMK.04/1991,


menyatakan bahwa pemindahbukuan dapat dilakukan atas
kesalahan pengisian Surat Setoran Pajak (SSP).

17 | P a g e
2. Pada tanggal 10 Januari 2013, kami telah melakukan pembayaran
sebesar Rp. 332.186.777,- (terlampir) atas PPh Pasal 21 Masa
Desember 2012.

3. Alasan kami mengajukan pemindahbukuan adalah dikarenakan


terdapat kesalahan dalam menuliskan kode jenis setoran pajak atas
SSP yang dibayar pada tanggal 10 Januari 2013 untuk pembayaran
PPh 21 Masa Desember. Kode jenis setor yang tercantumkan dalam
SSP adalah 411121 200 (Tahunan PPh Pasal 21), Seharusnya adalah
411121 100 (Masa PPh Pasal 21).

4. Berdasarkan pasal 3 (4) Keputusan Menteri Keuangan No. 88 /


KMK.04 / 1991, Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat
Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun
Wajib Pajak lain

5. Mengacu kepada peraturan tersebut di atas, kami mohon untuk


dilakukannya pemindahbukuan untuk membetulkan kesalahan
pengisian SSP tersebut untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21 Masa
Desember 2012. Kami mohon SSP tersebut dipindahbukukan
dengan perincian di bawah ini:

18 | P a g e
KESIMPULAN
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.SPT berfungsi s ebagai sarana WP untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan untuk paling lama 2 dua) bulan sejak
batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan. (Pasal 2 ayat (2) PER-
21/PJ./2009).apabila WP tidak melakukan pelaporan terhadap SPT maka

19 | P a g e
akan dikenakan sanksi administrasi,sanksi kenaikan dan sanksi
kurungan.ada beberapa WP yang dikecualikan atas penyampaian SPT dan
pengcualian terhadap dikenakannya sanksi karena tidak menyampaikan
SPT. Pemindahbukuan adalah perhitungan dengan kelebihan pembayaran
pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran
pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib pajak lan
yang dilakukan untuk pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda
administrasi dan kenaikan. Pemindahbukukan dilakukan karena adanya
kelebihan pembayaran atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak,
atau karena salah satu kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau
untuk pemecahan setoran wajib pajak atau untuk tujuan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Resmi. Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 7 (Juni 2013)

Undang-undang Perpajakan

www.google.com

20 | P a g e
www.konsultanpajakpro.com

http://3.bp.blogspot.com

http://1.bp.blogspot.com

http://ibiitaxcenter.files.wordpress.com

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai