PERTEMUAN 3
KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu menjelaskan KUP tentang Surat
Pemberitahuan (SPT), Jenis-jenis SPT, Pelaporan SPT, Sanksi terkait keterlambatan
Pelaporan.
JENIS-JENIS SPT
PELAPORAN SPT
SANKSI TERKAIT
KETERLAMBATAN PELAPORAN
B. URAIAN MATERI
Materi tatap muka ketiga, membahas mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
meliputi jenis-jenis SPT, pelaporan SPT dan sanksi terkait keterlambatan pelaporan.
Materi ini merupakan materi lanjutan KUP materi kedua. 1. Untuk lebih jelasnya mari
simak pembahasannya secara lengkap di bawah ini.
1. Surat Pemberitahuan (SPT)
SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) merupakan salah satu jenis surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk dapat melaporkan perhitungan atau juga pembayaran
pajak, objek pajak atau bukan objek pajak dan atau harta dan sebuah kewajiban
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT juga memuat
suatu informasi seputar jumlah pajak terutang serta pelunasan pajak yang telah
dilakukan dalam periode tertentu. Segala informasi yang dapat dituliskan dalam SPT
2
harus benar, lengkap, dan jelas. Wajib pajak ini juga harus bertanggung jawab atas
segala informasi yang tertera dalam SPT. Jika terdapat suatu informasi yang tidak
sesuai, Ditjen Pajak sebagai suatu penyelenggara dari berbagai kegiatan pajak dapat
meminta suatu keterangan dan pertanggungjawaban pada Wajib Pajak.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada
pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan, pemerintah
mengharuskan seluruh wajib pajak untuk melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Nah, dalam ketentuan tersebut, secara garis besar kita dapat
menyimpulkan fungsi dari SPT adalah:
a. Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik secara
personal maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan dalam jangka
waktu satu tahun;
b. Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan
utama;
c. Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak
maupun bukan objek pajak.
2. e-SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) wajib diisi dalam Bahasa Indonesia oleh Wajib Pajak
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah (Rp), dan
wajib menandatanginnya sebelum diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
terdaftar. Saat ini Anda dapat mengisi SPT secara online yang disebut sebagai e-SPT.
Melapor pajak pun dapat dilakukan baik secara manual mau pun secara elektronik.
Cara manual umumnya memakan waktu lebih lama ketimbang elektronik. Dengan
OnlinePajak Anda mampu melakukan persiapan pelaporan pajak, dari hitung, setor,
dan lapor dengan menggunakan satu sistem pelaporan pajak yang terintegrasi. Anda
tidak perlu mendownload atau melakukan instalasi untuk menggunakan aplikasi ini.
Cukup registrasi dan Anda dapat mengakses sistem OnlinePajak.
Pembayaran dari sebuah pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan beberapa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
dengan jumlah penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp60 juta setahun dan
hanya bekerja pada satu perusahaan, serta formulir 1770 S untuk wajib pajak pribadi
dengan penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta dan bekerja pada dua perusahaan
atau lebih.
7. Prosedur Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Wajib pajak sebagaimana yang sudah diatur, harus juga mengambil sendiri SPT di
tempat yang telah ditetapkan DJP atau juga dapat mengambil dengan cara lain yang
tata cara pelaksanaannya yang diatur berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib pajak yang dapat mengambil SPT dengan cara lain, misalnya dengan
mengakses situs DJP untuk dapat memperoleh formulir SPT tersebut. Setiap wajib
pajak wajib dapat mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan suatu huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah dan juga menandatangani serta menyampaikan ke kantor DJP tempat wajib
pajak terdaftar atau dapat dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP.
Wajib pajak yang sudah mendapatkan sebuah izin dari Menteri Keuangan untuk dapat
menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang yakni selain
Rupiah, wajib untuk dapat menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang sudah diizinkan.
Penandatanganan SPT juga dapat dilakukan secara biasa dengan suatu tandatangan
stempel atau tandatangan elektronik atau digital, yang semuanya memiliki suatu
kekuatan hukum yang sama. Bukti-bukti yang harus dilampirkan dalam sebuah SPT,
antara lain yakni:
Untuk wajib pajak yang akan mengadakan pembukuan yaitu Laporan Keuangan
berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi serta pada keterangan-keterangan lain yang
diperlukan untuk dapat menghitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak. Untuk SPT
Masa PPN sekurang-kurangnya akan memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak atau
jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan juga pada
jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. Untuk wajib pajak yang dapat menggunakan
norma penghitungan yakni pada perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam
tahun pajak yang bersangkutan.
8
c. Wajib Pajak orang pribadi yang akan berstatus sebagai warga negara asing yang
tidak tinggal lagi di wilayah Indonesia.
C. LATIHAN
1. Jelaskan Pengertian SPT?
2. Jelaskan Fungsi dari SPT?
3. Jelaskan proses penggunaan e-SPT?
4. Jelaskan fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak?
5. Apa yang dimaksud dengan masa pajak, tahun pajak, bagian tahun pajak dan pajak
terutang?
6. Jelaskan batas waktu penyampaian SPT?
7. Jelaskan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT?
8. Jelaskan jenis-jenis SPT?
9. Jelaskan formulir dalam pelaporan SPT?
10. Jelaskan bagaimana prosedur penyampaian SPT?
10
D. REFERENSI
1. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Menjadi UndangUndang;
2. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak penghasilan;
3. Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta; penerbit Andi;
4. Resmi, Siti. (2013). Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 7 Buku I. Jakarta: Salemba
Empat;
5. Waluyo. (2005). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.