PEMBAYARAN DAN
HUKUM PAJAK
PELAPORAN PAJAK
Disusun Oleh :
Martatia Angela R (2022100011)
Pembayaran Pajak
Setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jumlah pajak terutang menurut SPT yang disampaikan Wajib Pajak adalah
pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apabila Direktur Jendral Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang tidak benar, maka Direktur Jendral Pajak akan menetapkan jumlah
pajak yang terutang.
Surat Setoran Pajak (SSP)
Adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau bank
BUMN atau BUMD atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan .
Fungsi SSP
Surat Setoran Pajak (SSP) merupakan formulir yang digunakan sebagai sarana untuk
membayar pajak dan merupakan bukti pembayaran pajak
Surat Setoran Pajak (SSP) dapat dibagi menjadi 2 :
a) SSP Standar
Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke Kantor Penerima Pembayaran dan digunakan
sebagai bukti pembayaran
SSP Standar digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak, baik yang bersifat final
maupun yang bukan final, kecuali Setoran Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak atas tanah dan bangunan.
SSP Standar dibuat dalam rangkap 5 yang diperuntukan sebagai berikut :
Saat ini Wajib Pajak dapat melakukan lapor pajak online, dengan cara sebagai
berikut:
1) Masuk ke laman https://djponline.pajak.go.id
2) Login dengan nomor NPWP dan kata sandi yang sudah ada, lalu isikan
kode unik (captcha)
3) Jawab sejumlah pertanyaan yang tersedia sesuai dengan kondisi dan
keadaan WP
4) Isi formulir SPT dengan benar
5) WP akan menerima tanda bukti jika SPT sudah berhasil dilaporkan.
Cara Bayar Pajak Online
Wajib Pajak, kini tidak hanya lapor pajak, tetapi bayar pajak juga bisa dilakukan
secara online. Bayar pajak secara online umumnya dapat menggunakan e-Billing
pada laman DJP Online. Wajib Pajak harus mengikuti langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Log in ke laman djponline.pajak.go.id.
2) Masukkan NPWP, password, dan kode keamanan untuk login ke akun Anda.
3) Selanjutnya pilih menu e-Billing System.
4) Pilih pada menu Isi SSE.
5) Kemudian Anda akan mendapat form Surat Setoran Elektronik (SSE) yang
harus Anda isi.
6) Data pada formulir tersebut akan terisi otomatis. Yang perlu Anda ubah
hanya pada kolom Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun Pajak,
Uraian Pajak yang dibayarkan, dan Jumlah Setoran.
7) Setelah merampungkan pengisian, klik Simpan.
8) Klik pada pilihan Kode Billing.
9) Klik Cetak Kode Billing.
10) Setelah mendapatkan Kode Billing, bayar pajak online lewat bank, kantor
pos, atau ATM yang Anda gunakan. Bisa juga melalui internet banking jika
Anda menggunakan fasilitas tersebut.
b) SSP Khusus
Bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima
Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan
menggunakan mesin transaksi yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Keputusan Dirjen Pajak dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar
dalam administrasi perpajakan.
SSP khusus dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan
kerja sama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak dengan Dirjen Pajak.
SSP khusus dicetak :
Pada saat transaksi pembayaran/penyetoran pajak sebanyak 2 lembar yang
berfungsi sama dengan lembar 1 dan lembar 3 SSP Standar
Terpisah sebanyak 1 lembar yang berfungsi sama dengan lembar 2 SSP Standar
untuk diteruskan ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negera sebagai lampiran
Daftar Nominatif Penerimaan (DNP)
SSP Khusus paling sedikit memuat keterangan :
1) NPWP
2) Nama Wajib Pajak
3) Identitas Kantor Penerima Pembayaran
4) Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/ Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran
5) Masa pajak dan tahun pajak
6) Nomor Ketetapan ( untuk membayar Surat Tagihan Pajak (STP) ,Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
7) Jumlah dan tanggal pembayaran
8) Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan Nomor Transaksi Bank (NTB).
Batas Waktu Pembayaran
Paling lama 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak
Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu,jangka waktu
pelunasan tagihan pajak sesuai ketentuan nomor 5 diperpanjang 2 bulan yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak
SPT Masa : SPT Masa PPh (Pasal 4 ayat 2, 15, 21-23, dan 25-26), PPN,
PPN (bagi Pemungut, Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran), dan
SPT Masa PPnBM
b. Untuk SPT Masa Pasal 21 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 22, SPT Masa PPh Pasal
23 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2, dan SPT Masa PPh Pasal 15 , selain
berisi data tersebut juga berisi tentang :
- Jumlah objek pajak, kecuali untuk SuratPemberitahuan Masa PPh Pasal 25
- Jumlah pajak yang terutang
- Tanggal pembayaran atau penyetoran
Tempat Pengambilan Surat Pemberitahuan :
Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya (Wajib Pajak Badan harus ditandatangani oleh pengurus atau
direksi)
Jika Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa (harus dilampirkan
pada SPT) khusus untuk mengisi dan menandatangani SPT
SPT yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Direktur Jendral
Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk dan Wajib
Pajak diberi bukti penerimaan
Penyampaian SPT dapat dikirim melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat
atau dengan cara lain berdasar peraturan menkeu
Sanksi Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan
Jika Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
atas batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda. Besarnya denda adalah :
1) Sebesar Rp 500.000 untuk Surat Pemberitahuan Masa PPn dan PPnBM
2) Sebesar Rp 100.000 unuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya
3) Sebesar Rp 1.000.000 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh badan
4) Sebesar Rp 100.000 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh orang pribadi
Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Pengenaan Sanksi
Wajib Pajk yang dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi berupa denda
dikarenakan hal – hal berikut :
1) Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
2) Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
3) Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak
tinggal lagi di Indonesia
4) Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia
5) Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha, tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketetntuan yang berlaku
TERIMAKASIH
HUKUM PAJAK
ID: 569203641