Anda di halaman 1dari 17

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

ERVI KARTIKA (2022100030)


PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

PPh pasal 26 mengatur tentang pemotongan atasa penghasilan


yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib
pajak Luar Negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain bentuk
usaha tetap.

Wajib Pajak : wajib pajak Luar Negeri (baik orang pribadi maupun
badan) selain bentuk usaha tetap yang menerima atau
memperoleh penghasilan.
SUBJEK PPh PASAL 26

 Orang pribadi yang bertempat tingal diluar negei yang menerima


atau memperoleh penghasilan di Indonesia
 Badan yang didirikan atau bertempat tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
OBJEK DAN TARIF PPh PASAL 26
 Dividen
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan utang (premium terjadi apabila surat, obligasi dijual diatas nilai
nominalnya, diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli dibawah nilai
nominalnya)
 Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
 Hadiah dan penghargaan
 Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
 Premi swap (selisih harga satu mata uang yang menjadi lebih mahal
untuk dibeli) dan transaksi lindung nilai lainnya
 Keuntungan karena pembebasan uang

PPh pasal 26 : 20% x Penghasilan Bruto


TUJUAN PPh PASAL 26

Pemerintah sudah mengatur kebijakan mengenai pajak dalam PPh


pasal 26 agar setiap transaksi binis yang berhubungan dengan
Wajib Pajak Luar Negeri bisa memberikan kontribusi bagi
pendapatan negara, dan tentu saja pendapatan negara ini nantinya
akan digunakan untuk kepentingan masyarakat luas dan
pembangunan negara.
CONTOH

 Suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti


sebsesar Rp. 100.000.000 kepada Wajib Pajak luar negeri, subjek
pajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk memotong
Pajak Penghasilan sebesar 20% dari Rp. 100.000.000
 Seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam
perlombaan lari maraton di Indonesia kemudian merebut hadiah
uang maka atas hadiah tersebut dikenakan pemotongan Pajak
Penghasilan sebesar 20%
OBJEK DAN TARIF PPh PASAL 26

Tarif 20% dari perkiraan penghasilan netto :


 Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia, kecuali yang diatur dalam pasal 4 ayat 2 yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri selain BUT di Indonesia
 Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri
 Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 ayat 3C

PPh pasal 26 : 20% dari Perkiraan Penghasilan Netto


OBJEK DAN TARIF PAJAK

Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk


usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

PPh pasal 26 : PKP BUT – PPh terutang x 20%


CONTOH

PKP BUT di Indonesia 2009 Rp. 17.500.000.000


Pajak Penghasilan :
25% x Rp. 17.500.000.000 Rp. 4.375.000.000 (-)
PKP setelah pajak Rp. 13.125.000.000
PPh pasal 26 terutang :
20% x Rp. 13.125.000.000 = Rp. 2.626.000.000

Apabila penghasilan setelah pajak sebesar Rp. 13.125.000.000 tersebut


ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan atau berdasarkan
Peraturan Menkeu, atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.
SYARAT PENANAMAN KEMBALI

 Dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan


yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri
atau peserta pendiri
 Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya
 Tidak mengalihkan penanaman kembali tersebut sekurang-
kurangnya dalam jangka waktu 2 tahun sesudah perusahaan
tempat penanaman dilakukan berproduksi komersiil
SIFAT PEMOTONGAN

Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali :


 Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,
penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis
dengan yang dijalankan atau dilakukn BUT di Indonesia
 Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh
pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang
terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan
yang memberikan penghasilan yang dimaksud
 Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib
Pajak dalam Negeri atau BUT
PRINSIP PEMUNGUTAN PPh PASAL 26

 Tidak ada Tax Treaty , dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% atas
pembayaran penghasilan modal maupun penghasilan usaha (jika
belum lewat time test)
 Ada Tax Treaty :
- Pembayaran penghasilan modal, sesuai tarif tax treaty, kecuali
mempunyai BUT dipungut PPh pasal 23
- Pembayaran pekerjaan bebas, bebas PPh pasal 16 seepanjang
tidak mempunyai BUT di Indonesia atau tidak melebihi time test
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 26

 Membuat bukti potong (rangkap 3)


 Menyetorkan tanggal 10, bulan berikutny sejak saat terutangnya
pajak
 Melaporkan spt masa tanggal 20 bulan berikutnya
PEMOTONG PAJAK

Pemotongan PPh pasal 26 wajib dilakukan oleh :


 Badan pemerintah
 Subjek pajak dalam negeri
 Penyelenggara kegiatan
 Bentuk usaha tetap
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
 Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26
CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26

Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT. Dira Consult. Mike
bertempat tinggal kurang dari 18 hari. Mike sudah beristri, mempunyai
seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mike memperoleh gaji US$ 5.000
sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp. 10.500,- per US$

Penghitungan PPh pasal 26 :


Penghasilan bruto berupa gaji sebulan :
5.000 x Rp. 10.500 Rp. 52.500.000
Penerapan tarif :
20% x Rp. 52.500.000 Rp. 10.500.000
PPh pasal 16 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp. 10.500.000
TERIMAKASIH
1. Mas agus
Apa yang dimaksud dengan premi swap?
2. Mba tia
kriteria usaha yang tergolong dalam BUT ?
3. Mba Yosi
Apakah PPH pasal 26 dapat dikreditkan?

Anda mungkin juga menyukai