PPH PASAL 26
Pengertian PPh 26
PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar
negeri dari Indonesia selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dari badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri.
Meski PPh Pasal 23/26 merupakan sama-sama pajak penghasilan yang dikenakan untuk
jenis penghasilan yang diterima dalam bentuk dividen hingga keuntungan yang diperoleh
karena pembebasan utang, namun perbedaan dari PPh 23/26 ini adalah terletak pada subjek
atau orang yang dikenakan pajak ini.
Siapa Subjek Pajak yang Dikenakan PPh 26?
Masih sesuai dengan pengertian PPh Pasal 26 di atas, maka seorang individu atau
perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai wajib pajak luar negeri atau subjek yang
dikenakan PPh 26 adalah:
Pengoperasian Usaha di Indonesia
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak
didirikan atau berada di Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Memperoleh Penghasilan dari Indonesia
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak
didirikan atau berada di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia tidak melalui menjalankan usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Pun demikian, juga ada objek yang dikecualikan atau tidak dikenakan pemotongan PPh
Pasal 23 maupun PPh Pasal 26.
Pemotongan PPh Pasal 23 dikecualikan atas penghasilan dari berikut ini:
1. Penghasilan yang dibayar atau berulang kepada bank
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
operasional
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
5. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
6. Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
Pemotong atau Pembuat Bukti Potong PPh 26
Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran, seperti gaji, bunga, dividen,
royalti dan sejenisnya kepada wajib pajak Luar Negeri, wajib memotong pajak penghasilan
pasal 26 atas transaksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PPh 26 ini.
Besar Tarif PPh 26
Tarif umum untuk PPh pasal 26 adalah 20%.Akan tetapi jika mengikuti perjanjian
pajak (tax treaty) atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), maka tarif dapat
berubah, sesuatu ketentuan yang berlaku.
Pengenaan tarif pajak penghasilan pasal 26 ini juga didasarkan dari DPP atau jumlah bruto
penghasilan. Besar tarif PPh 26 ditetapkan sebesar:
Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Jumlah Bruto
Tarif 20 persen dari jumlah bruto yang dikenakan atas:
Dividen
Bunga (termasuk premium, diskonto, insentif terkait jaminan pembayaran pinjaman)
Royalti, sewa, dan pendapatan lain terkait penggunaan aset/harta
Imbalan/insentif terkait jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Premi swap dan transaksi lindung lainnya
Perolehan keuntungan dari penghapusan utang
Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Perkiraan Penghasilan Neto
Tarif 20 persen dari perkiraan penghasilan neto ini dikenakan atas:
1. Penghasilan dari laba bersih atas pendapatan dari penjualan aset di Indonesia dengan
nilai lebih dari Rp10 juta untuk setiap jenis transaksi berupa: perhiasan mewah, berlian,
emas, intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil dan motor, kapal pesiar
dan pesawat terbang ringan.
Besarnya perkiraan penghasilan neto ini untuk penjualan harta dengan jumlah
persentase sebesar 25% dari harga jual.
72
2. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang
pada perusahaan asuransi di luar negeri. Besar perkiraan penghasilan neto untuk premi
asuransi dan reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah:
0% dari jumlah premi yang dibayarkan, atas premi asuransi yang dibayar
tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun
melalui pialang
10% dari jumlah premi yang dibayarkan, atas premi yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di
luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang
5% dari jumlah premi yang dibayarkan, atas premi yang dibayarkan oleh perusahaan
reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar
negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang
3. Pengalihan atau penjualan saham. Besarnya perkiraan penghasilan neto ini 25% dari
harga jual.
Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Laba Bersih Penjualan atau Pengalihan Saham
Perusahaan
Laba bersih penjualan atau pengalihan saham perusahaan ini adalah antara perusahaan
media atau perusahaan tujuan khusus yang didirikan. Atau bertempat di negara yang
memberikan perlindungan pajak yang memiliki hubungan khusus untuk suatu entitas atau
BUT didirikan di Indonesia
Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi
Pajak dari BUT di Indonesia
Tarif PPh 26 dari penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari BUT di Indonesia
ini adalah yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu
BUT di Indonesia.
Pengenaan tarif ini dikecualikan atas penghasilan tersebut jika penghasilan itu ditanamkan
kembali di Indonesia dengan syarat:
Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi
PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan
di Indonesia sebagai pendiri atau peserta Pendiri
Dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari
tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut
Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud
pada angka, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte
pendiriannya paling lama 1 tahun sejak perusahaan tersebut didirikan
Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-kurangnya 2
tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersial
Tarif PPh 26 sebesar 0% hingga kurang dari 20%
Tarif ini diberlakukan untuk negara-negara yang berada dalam perjanjian pajak (tax treaty)
dengan Indonesia yang dikenal sebagai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
Contoh Perhitungan PPh Pasal 26
Perhitungan didasarkan pada dasar pengenaan pajaknya. Berikut beberapa contoh
perhitungan PPh 26 untuk jenis-jenis objek pajaknya:
Contoh Perhitungan PPh 26 atas Hadiah
Pak Kelik seorang atlet dari Malaysia. Ia mengikuti lomba lari maraton di Indonesia dan
berhasil meraih juara dengan hadiah uang tunai sebesar Rp200.000.000. Karena hadiah
yang diterima itu merupakan objek PPh 26 dengan tarif 20%, berikut perhitungannya: