Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PERPAJAKAN II

“PPh pasal 26 dan PPh pasal 4 ayat 2”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

INDAH BUNGA OKTAVIA (1701071029)


RINI SURYANI (1701071032)
GITA FIRTASNANDO (1701072009)
DIRGA RAHAYU PUTRI (1701072012)

2C D3 AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI PADANG


Tahun 2019
Pajak penghasilan pasal 26

Pasal 26 undang undang nomor 36 tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima ataupun diperoleh wajib pajak luar
negeri bentuk usaha tetap.

Pemotongan pajak penghasilan pasal 26

Pemotongan pajak penghasilan pasal 26(PPh pasal 26) wajib dilakukan

I. Badan pemerintah
II. Subjek pajak dalam negeri

Penyelengara kegiatan

III. Bentuk usaha tetap

Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut.


i. Premi dibayar tertanggung kepada perusahan asuransi diluar negeri,baik secara
langsung maupun melalu pialang.besarnya perkiraan penghasilan netto 50% dari
penghailan bruto sehimgga:
PPh pasal 26 = 20% x penghasilan netto
= 20% x(50% x penghasilan bruto)
= 10% x penghasilan brto

= 10% x jumlah premi yang dibayar

ii. Premi yang dibyark perusahan asuransi yang berkedudukan diindonesia kepada
perusahan asuransi diluar negeri.besarnya perkiraan 10% dari penghasilan bruto
sehingga:
PPh pasal 26 = 20% x penghasilan netto
= 20% x(10% x penghasilan bruto)
= 2% x penghasilan bruto
= 2% x jumlah premi yang dibayar
iii. Premi yang dibayar perusahaan reasusansi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri , besarnya perkiraan adalah 5% dari
penghasilan bruto sehingga:
PPh pasal 26 = 20% x dari penghasilamn bruto
= 20% x (5% x penghasilan bruto)
= 1% x penghasilan bruto
= 1% x jumlah premi yang dibayar
Contoh:
1. PT ananda merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun 2016
perusahaan mengangsuranskan bangunan bertingkat keperusahaan asuransi diluar
negeri building life inc premi yang dibayar oleh PT ananda kepada building life inc.
sebesar Rp. 1.000.000.000.
Jawab:
PPh pasal 26 yang dipotong oleh PT ananda adalah:
= 20% x 50% x Rp. 1.000.000.000
= Rp. 100.000.000
2. Seperti pada soal 1 pt ananda tidak mengasuransikan bangunanya langsung ke
perusahan luar negeri, tetapi mengaangasurnsikan bngunan yang dimilikinya kepada
asuransi dalam neger yakni perusahaan asuransi Beringin Berjaya sebesar Rp.
750.000.000,untuk mengurangi resiko,beringin jaya mengangsuransikan sbagian
polis asuransinya kepada perusahaan asuransi diluar negeri tower insurance Ltd.
Dengan premi Rp. 500.000.000
Jawab
PPh 26 yang harus dipotong beringin jaya adalah:
= 20% x 10% x Rp. 500.000.000= Rp. 10.000.000

PPh pasal 26 = 20% x ( penghasilan kena pajak-PPh terutang)


Penghitungan ini diterapkan pada bentuk usaha tetap di indonesia yang
penghasilannya tidak di tanamkan kembali diindonesia. Jika penghasilan setelah
dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia,atas penghasilan tersebut
tidak dipotong PPh 26.
Contoh:
Suatu bentuk usaha tetap diindonesia memperoleh penghasilan kena pajak
sebesar RP. 17.500.000.000
PPh pasla 26 dihitung sabagai berikut:
Penghasilan kena pajak = Rp 17.500.000.000
PPh terutang:25% x 17.500.000.000 = Rp. 4.375.000.000 ( - )
Penghasilan setelah dikurangi pajak = Rp.13.125.000.000

PPh pasal 26 yang terutang:


= 20% x Rp. 13.125.000.000 =Rp 2.625.000.000
Jika penghasian setelah dikurangi pajak tersebut dan kembali ditanamkan
diindonesia atas penghasialan sebesar Rp. 13.125.000.000 maka tidak dipotong
PPh pasal 26.
3. Seoran atlet dari finlandia yang ikut mengambil bagian dari perlombaan sepak bola
di Indonesia berhasil meraih juara dan memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp.
350,000,000. Hitunglah pajak atas penghasilan tersebut!
Jawab:
Pph pasal 26 = 20% x Rp. 350,000,000 = Rp. 70,000,000

Sifat pemotongan /pemugutan ,penyetoran,dan pelaporan pajak


penghasilan pasal 26.

Sifat pemotongan/pemungutan PPh pasal 26

Pada prinsipnya,pemotonga pajak atas penghasilan wajib pajak luar negeri


bersifat final,tetapi atas penghasilan berikut ini pemotonga pajak bersifat tidak final
sehingga potongan pajak dapat dikreditkan dan surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan. Berikut adalah penghasialan-penghasialan yang pemotonganya tidak
bersifat final.

a) Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,penjual barang ataupun pemberian
jasa diindonesia yang dilakukan oleh usaha tetap diindonesia.
b) Penghasila berupa deviden;bungan,termasuk premium,diskonto,royalty,sewa, dan
imbalan yang sehubungan dengan jasa,perkerjaan.yang diterima atau diperoleh kantor
pusat,sepanjang terdapat hubungan efektif anata bentuk usaha tetap denga harta atau
kegiatan yang memberikan penghasilan
c) Penghasilan wajib pajak orang pribadi/baddan luar negeri yang berubah status
menjadi wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26


Penghsasilan berikut ini pajak penghasilan pasal 26 pada akhir bulan dilakukan
pembayaran.
a) penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen,bunga termasuk
premium,diskonto,imbalan sehubungan dengan pengembalian utang;royalty,sewa
dan penghsilan sehubungan dengan harta; pengahasilan yang sehubungan dengan
jasa,pekerjaan,dan kegiatan dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun,pension
b) Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.
c) Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar
negeri.

Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26 adalah:

a) Pajak pengahasila pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat lambatrnya
tanggal 10 bulan takwim berikut detelah bulan saat terutang pajak.
b) Pemotongan PPh pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan surat pemberitahuan
masa selambat lambatnya 20 hari setelah masa pajak terakhir.
c) Pemotongan PPh pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh pasal 26
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar pajak penghasilan yang
dipotong.
d) Pemotongan PPh pasal 26 atas penghasilan berupa penghasilan kena pajak sesudah
dikurangi pajak dari semua bentuk usaha tetep di Indonesia,terutang dan harus
dibayar lunsa sembat lambatnya tanggan 25 bulan ketiga setelah pajak berakhir.
PPh pasal 4 ayat 2

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERSIFAT FINAL PASAL 4 AYAT 2 UU


PPh

1. Pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI

Diatur dalam peraturan pemerintah nomor 131 tahun 2000 dan keputusan menteri keuangan
nomor 51/KMK.04/2001

Wajib pajak untuk pph ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta
bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto
sertifikat Bank Indonesia.

Objek pph ini adalah penghasilan berupa bunga atas deposito dan tabungan serta diskonto SBI
termasuk bunga adalah bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang
ditempatkan diluar negeri melalui bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia atau
cabang luar negeri di Indonesia.

Diskonto SBI adalah selisih antara nilai nominal dan harga jual SBI yang dilakukan oleh dana
pension dan bank yang menjual kembali SBI kepada pihak lain yang bukan bank atau kepada
dana pension yang pendiriannya belum disahkan oleh menteri keuangan.

Tariff dasar pengenaan

Wajib pajak tarif Dasar pengenaan pajak


Wajib pajak dalam negeri dan 20% Jumlah bruto bunga deposito
BUT dan tabungan serta diskonto
SBI
Wajib pajak luar negeri selain 20% atau sesuai tarif Jumlah bruto bunga deposito
BUT berdasarkan persetujuan dan tabungan serta diskonto
penghindaran pajak berganda SBI

a. Pemotong PPh
1. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
2. Cabang bank luar negeri Indonesia
3. Bank Indonesia
4. Dana pension dan bank yang menjual kembali sertifikat BI kepada pihak lain
yang bukan bank atau kepada dana pension yang pendiriannya belum
disahkan oleh menteri keuangan.

b. Dikecualikan dari pemotongan PPh


1. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI, sepanjang jumlahnya tidak
melebihi Rp. 7,500,000
2. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
dana pension yan pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 29 UU no 11 tahun 1992 tentang dana pension
4. Bunga tabungan pada bank yang di tunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk
rumah sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun sederhana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk dihuni sendiri.
Ketentuan pengenaan pph final atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI tidak
berlaku terhadap orang pribadi subjek pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam 1
tahun pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP. Dan dapat mengajukan
permohonan restitusi atas pajak yang telah di potong pph final ini.

Contoh soal:

Pada 22 maret 2017, bank BNI membayarkan bunga deposito kepada nasabah. Deposito
berjangka waktu 1 bulan senilai Rp. 500,000,000 bunga 7% setahun.

Jawab:

Maka PPh final yaitu : 20% X 7% X 1/12 X Rp.500,000,000 = Rp.583,333.33

2. pajak penghasilan atas transaksi saham dan sekuritas lainnya

Diatur dalam peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1997 dan keputusan menkeu nomor
282/KMK.04/1997

Saham pendiri adalah saham yang dimiliki oleh pendiri yang diperoleh dengan harga kurang dari
90% dari harga saham pada saat penawaran umum perdana. pendiri adalah orang pribadi atau
badan yang namanya tercatat dalam daftar pemgang saham PT sebelum pernyataan pendaftaran
yang diajukan kepada badan pengawas pasar modal(bapepam) dalam rangka penawaran umum
perdana menjadi efektif.

1. Termasuk dalam saham pendiri adalah:


a. Saham yang diperoleh pendiri dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah
penawaran umum perdana
b. Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri
2. Tidak termasuk saham pendiri adalah:
a. Saham yang diperoleh pendiri dari pembagian dividen dalam bentuk saham
b. Saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana yang berasal dari
pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu(right issue),waran,obligasi,konversi,
dan efek konversi lainnya
c. Saham yang diperoleh pendiri perusahaan reksa dana

Wajib pajak ini adalah transaksi penjualan saham di bursa efek Indonesia. Subjek pajak ini
adalah orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.

Tarif dan dasar pengenaan pajak

Jenis transaksi tarif Dasar pengenaan pajak


Semua transaksi penjualan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi
saham penjualan
Transaksi pemilik saham 0,1% dan tambahan 0,5% Jumlah bruto nilai transaksi
pribadi penjualan, kecuali penjualan
saham pendiri oleh perusahaan
modal ventura ats penyertaan
modal kepadda perusahaan
pasangan usahanya

Tata cara pelunasan

Pelunasan pajak atas transaksi penjualan saham di bursa efek dilakukan dengan
pemungutan/pemotongan oleh penyelenggara bursa efek melalui perantara pedagang efek pada
saat pelunasan transaksi penjualan saham. Penyetoran pajak dilakukan oleh pemotong paling
lambat pada tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham

Contoh soal:

Tuan andi menjual 1000 lembar saham dengan harga Rp. 2500 per lembar. Hitunglah pajak yang
dikenakan atas transaksi penjualan saham!

Jawab :
Pph pasal 4 ayat 2 : 0.1% x 1000 x Rp.2,500 = Rp. 2,500

3. Pajak penghasilan atas bunga obligasi

Diatur dalam peraturan pemerintah nomor 16 tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2013 dan peraturan menkeu nomor
07/PMK.011/2012.

Wajib pajak dari pph ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta
bentuk usaha tetap yang menerima bunga obligasi termasuk diskonto obligasi. Objek pajak ini
adalah penghasilan berupa bunga obligasi termasuk diskonto oblligasi.

Tariff dan dasar pengenaan pajak

Jenis bunga/diskonto Wajip pajak tarif Dasar pengenaan


pajak
Bunga obligasi - Wajib pajak 15% Jumlah bruto bunga
dengan kupon DN dan BUT sesuai dengan masa
- Wajib pajak 20% atau sesuai tariff kepemilikan obligasi
LN selain berdasarkan
BUT persetujuan
penghindaran pajak
berganda
Diskonto obligasi - Wajib pajak 15% Selisih lebih harga
dengan kupon DN dan BUT jual atau nilai nominal
- Wajib pajak 20% atau sesuai tariff di atas harga
LN selain berdasarkan perolehan obligasi
BUT persetujuan tidak termasuk bunga
penghindaran pajak berjalan
berganda
Diskonto obligasi - Wajib pajak 15% Selisih lebih harga
tanpa bunga DN dan BUT jual atau nilai nominal
- Wajib pajak 20% atau sesuai tariff di atas harga
LN selain berdasarkan perolehan obligasi
BUT persetujuan tidak termasuk bunga
penghindaran pajak berjalan
berganda
Bunga dan atau Wajib pajak reksa 5% (tahun 2014 Selisih lebih harga
diskonto obligasi dana yang terdaftar s.d.2020) jual atau nilai nominal
pada badan pengawas 10%(tahun 2021 dan
pasar modal dan seterusnya)
lembaga keuangan

1. Pemotong pph atas penghasilan berupa bunga obligasi adalah:


a. Penerbit obligasi atau custodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk atas bunga
dan atau diskonto yang diterima pemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh
tempo obligasi dan atau
b. Perusahaan efek,diler,atau bank selaku pedagang perantara dan atau pembeli atas
bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi pada saat transaksi
2. Pemotongan pph atas bunga obligasi tersebut tidak berlaku apabila penerima penghasilan
bunga obligasi adalah:
a. Wajib pajak dana pension yang pendiriannya atau pembentukannya telah disahkan
oleh menteri keuangan.
b. Wajib pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia( dikenai pph umum sebagaimana diatur dalm uu pph)

Contoh soal:

PT ABADI memiliki obligasi yang dibelinya dadri PT SUKSES. Obligasi sebanyak 20,000
lembar nominal Rp.15,000 bunga 15% dibayarkan setiap tanggal 30 juni dan 31 desember.
Obligasi tersebut dibeli pada tanggal 1 juli 2015 dengan harga Rp. 18,000 per lembar.

Jawab:

Bunga yang dibayarkan setiap tanggal 3o juni dan 31 desember adalah:


15% x 20,000 x Rp.15,000 x 6/12 = Rp. 22,500,000

Pph final yang dipotong setiap tanggal tersebut adalah:

15% x Rp.22,500,000 = Rp. 3,375,000

4. pajak penghasilan atas hadiah undian


Pajak penghasilan atas hadiah undian ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No 132
tahun 2002 dan Keputusan Dirjen Pajak No Kep. 395/PJ/2001

Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh melalui undian. Hadiah undian dibedakan dengan hadiah lainnya seperti hadiah atau
penghargaan perlombaan dan hadiah sehubungan dengan pekerjaan,jasa, dan kegiatan lainnya.
Hadiah atau penghargaan perlombaan merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan
melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.

Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya adalah hadiah dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lain
yang dilakukan oleh penerima hadiah.

Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan
tertentu.

Wajib pajak dan objek pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menerima hadiah undian

Objek pajak adalah penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
(dapat berupa uang, barang,atau kenikmatan misalnya menginap disuatu hotel berbintang).

Yang tidak termasuk hadiah undian yang dikenakan pajak adalah:

1) Hadiah langsung dalam penjualan barang/jasa sepanjang diberikan kepada semua


pembeli/konsumen akhir tanpa diundi
2) Hadiah yang diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang/jasa

Tarif dan dasar pengenaan


tarif pph = 25% x jumlah bruto hadiah undian

contoh soal

1) PT oke Indonesia menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas kupon-kupon yang


telah dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah senilai Rp 100.000.000. dalam
penarikan undian tersebut nama Donald Odiq yang muncul sebagai penerima hadiah
undian tersebut. Hitung pph pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian yang harus dipotong oleh
PT OKE Indonesia

Jawab:

Pph pasal 4 ayat 2 = 25% x Rp 100.000.000

= Rp 25.000.000

5. pajak penghasilan atas penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan.

Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung pertemuan
termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri, dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak
yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan atau
bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanaan dan
service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan
perjanjian persewaan yang bersangkutan.

Tarif

Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak
badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan
sebagaimana dimaksud di atas adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan
tanah dan atau bangunan.

Pemotong
Pemotongan dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pemerintah, Subjek
Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi,
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang tersebut di atas, PPh
disetor sendiri oleh yang menyewakan.

Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan adalah :

Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut
adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;

Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;

yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Contoh soal:

1) Tuan ananda mempunyai beberapa ruko yang disewakan. Apotek Sehat Farma dan Pusat
Oleh-Oleh Enak menyewa ruko tersebut masing-masing dengan sewa Rp 50.000.000 dan
Rp 25.000.000 untuk tahun 2016. Apotek sehat farma merupakan pemotong pajak dan
pusat oleh-oleh enak bukan pemotong pajak.

Pph atas sewa yang dipotong oleh apotek sehat farma:

10% X Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

Pusat oleh-oleh enak bukan pemotong pajak sehingga pph atas sewa dipotong,dibayar , dan
dilaporkan oleh tuan ananda sebesar:

10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000

6. pajak penghasilan atas penghasilan dari jasa konstruksi

Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Tarif

Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:

2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil;

4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha;

3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;

4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan

6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

Dalam hal Penyedia Jasa adalah bentuk usaha tetap, tarif Pajak Penghasilan tersebut tidak
termasuk Pajak Penghasilan atas sisa laba bentuk usaha tetap setelah Pajak Penghasilan yang
bersifat final.

Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri adalah: jumlah pembayaran,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak Penghasilan di atas; atau jumlah
penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan taril Pajak
Penghasilan di atas dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.

Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran di atas merupakan bagian dari Nilai
Kontrak Jasa Konstruksi.
Pemotong

Pajak Penghasilan yang bersifat final di atas:

dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan
pemotong pajak; atau

disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong pajak.

Contoh Soal

1) Inspektorat kabupaten telah melakukan pembangunan gedung dengan perencana,


pelaksanaan kontruksi masing-masing adalah Burhan dan PT Bangun IndahNilai
perencanaan dan pelaksanaan kontruksi masing-masing Rp 66.000.000 dan Rp
770.000.000. Nilai pembayaran termasuk PPN 10%. Atas pembayaran imbalan jasa
tersebut bendaharawan inspektorat memotong Pph final sbb:

Penyedia jasa Jenis jasa Dasar pengenaan pajak PPH dipotong


burhan Perencanaan kontruksi 100/110 x Rp 66.000.000 4% x Rp 60.000.000
= Rp 60.000.000 = Rp 2.400.000
PT Bangun Pelaksanaan kontruksi 100/110 x Rp 2% x Rp
Indah 770.000.000 700.000.000
=Rp 700.000.000 =Rp 14.000.000

7. pajak penghasilan atas pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan

Pajak Penghasilan atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan atau Bangunan diatur dalam
Peraturan Pemerintah No 48 tahun 1994. Peraturan ini telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah No 34 tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan tanah
dan atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan atau bangunan beserta
perubahannya.

1. Pengertian
Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan tanah dan atau bangunan, meliputi
penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara
lain yang disepakai anatara pihak yang terkait..

Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan atau bangunan beserta perubahannya,
meliputi ;
- Pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada
saat pertama kali ditandatangani, atau
- Pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli
sebelum terjadinya perubahan atau andendum perjanjian pengikatan jual beli, atas
terjadinya perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut.

Wajib Pajak dan Objek Pajak


- Wajib pajak PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli
atas tanah dan atau bangunan.
- Objek pajak PPh ini adalah penghasilan yang diperoleh atau yang diterima orang
pribadi atau badan karena hak atas tanah dan atau bangunan dan perjanjian
pengikatan jual beli atas tanah dan atau bangunan.
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
- Tariff PPh pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dan perjanjian pengikatan
jual beli atas tanah dan atau bangunan adalah
a. 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan selain
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau
Rumah Susun sederhana yang dilakukan wajib pajak yang usaha pokoknya
mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan
b. 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan berupa
Rumah Sederhana atau Rumah Susun sederhana yang dilakukan wajib pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
c. 0% atas pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan kepada pemerintah, atau
badan usaha milik daerah yang mendapat penguasaan khusus dari kepala daerah.
Dasar-Dasar pengenaan pajak untyk PPh atas pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
adalah nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, yaitu ;

a. Nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang dalam hal pengalihan kepada
pemerintah
b. Nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan penraturan
lelang
c. Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan atau bangunan dilakikan dengan jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa,
selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan b
d. Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan atau bangunan dilakikan dengan jual beli tidak dipengaruhi hubungan istimewa,
selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan b. atau
e. Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dilakukan melalui tukar menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati.

Dasar pengenaan pajak atas perjanjian pengikatan jual beli tanah dan atau bangunanadalah
jumlah bruto, yaitu ;

a. Nilai sesungguhnya yang diterima atau diperoleh, dalam pengalihan tanah dan atau
bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa,
atau
b. Nilai seharusnya diterima atau diperoleh, dalam pengalihan tanah dan atau bangunan
dilakukan melalui pengalihan yang dipengaruhi hubungan istimewa

Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan

a. Orang Pribadi atau Badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, wajib menyetor sendiri PPh yang
terutang ke Bank Presepsi atau Kantor Pos sebelum akta, keputusan perjanjian,
kesepakatan, atau risalah lelang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
b. Orang Pribadi yang nilai pengalihan tidak lebih dari Rp 60.000.000 tetapi penghasilan
lainnya dalam satu tahun melebihi PTKP, penyetoran PPh final selambat-lambatnya
akhir tahun pajak bersangkutan
c. Bendahara pemerintah atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar-menukar , pemungut PPh yang terutang dengan menyetor ke Bank
Presepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan SPP sebelum pembayaran kepada
orang pribadi atau badan
d. Orang Pribadi atau Badam membayar sendiri pajak penghasilan, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya
e. Bendahara pemerintah atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar-menukar yang melakukan pemungutan pajak penghasilan wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya
Dikecualikan Dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah penghasilan tidak kena pajak
yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dengan jumlah bruto
penghasilan Rp60.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah
b. Orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
dengan cara hibah, yang ketentuan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri
Keuangan selama hibah tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan usaha, pekerjaan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
c. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dengan cara
hibah, yang ketentuan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Keuangan selama
hibah tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan usaha, pekerjaan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan
d. Pengalihan harta berupa tanah atau bangunan karena waris
e. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan atau bangunan dalam rangka
pembangunan, peleburan yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk
menggunakan nilai buku
f. Orang pribadi atau badan yang melakukan penjanjian harta berupa bangunan dalam
rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, atau pemanfaatan pemanfaatan
barang milik Negara berupa tanah dan atau bangunan
g. Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajakyng melakukan
pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
8. pajak penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkanoleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi

Pajak Penghasilan Atas Bunga simpanan yang Dibayarkanoleh Koperasi Kepada


Anggota Koperasi Orang Pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah No 15 tahun 2009 dan
Peraturan Menteri Keuangan No 112 tahun 2010

Penghasilan berupa bunga simpanan adalah imbalan berupa bunga simpanan yang diterima
anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi orang pribadi pada
koperasi tempatnya menjadi anggota.

Wajib Pajak dan Objek Pajak


Wajib Pajaknya yaitu orang pribadiyang menjadi angota koperasi dan mempunyai simpanan di
koperasi Objek Pajaknya yaitu bunga simpanan yng diterima oleh anggotanya.

1. Tarif dan Dasar Pengenaan Pjak


a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000
b. 10% sari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp240.000
2. Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
Tata cara pemotong, penyetor, dan peapor pajak diatur sebagai berikut ;
a. Koperasi yang membayarkan bunga simpanan kepada anggotanya wajib
melakukan pemotongan PPh sesuai ketentuan yang berlaku
b. Koperasi sebagai pemotong pajak wajib memberikan tanda bukti pemotongan
PPH pasal 4 ayat 2 kepada wajib pajakorang pribadi
c. Pajak penghasilan yang telah dipotong koperasi wajib disetor ke kas
negaramelaui Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
d. Koperasi wajib menyampaikan laporan tentang pemotongan dan penyetotan
pajak penghasilan paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir

Contoh :

KSP Maju Sejahtera memberikan bunga 12% setahun kepada setiap anggota yang
menyimpan dananya di KSP Maju Sejahtera. Pada tangal 25 maret 2016, KSP
membayar bunga simpanan koperasi kepada beberapa anggota, sebagai berikut

Nama Anggota Jumlah Simpanan Bunga PPh


Arin Rp 10.000.000 1/12 * 12% * Rp 10.000.000 -
=Rp 100.000
Buma Rp 20.000.000 1/12 * 12% * Rp 20.000.000 -
=Rp 200.000
Chic Rp 30.000.000 1/12 * 12% * Rp 30.000.000 10% * Rp 300.000
=Rp 300.000 =Rp 30.000
Dodi Rp 40.000.000 1/12 * 12% * Rp 40.000.000 10% * Rp 400.000
=Rp 400.000 =Rp 40.000

9. pajak penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi

Pajak Penghasilan Atas Bunga simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi Kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2009 dan
Peraturan Menteri Keuangan No 111 tahun 2010

Dividen merupakan bagian laba dengan nama dalam bentuk apapun yang diterima oleh
pemegang saham atas kepemilikan saham dalam sebuah perseroam

Wajib Pajak dan Objek Pajak


Wajib Pajaknya adalah orang pribadi dalam negari yang bertindak sebagai pemegang
saham suatu perseroan, pemegang polis suatu asuransi, dan anggota koperasi yang
menerima sisa hasil usaha
Objek Pajaknya yaitu dividen
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Besarnya pajak penghasilan atas dividen yang diterima wajib pajak orang pribadi
adalah 10%
Dasar pengenaan pajaknya yaitu jumlah bruto dividen
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
Tata cara pemotong, penyetor, dan peapor pajak diatur sebagai berikut
a. Pengenaan PPh atas dividen dilakukan melalui pemotongan oleh pihak yang
membayar atau pihak lain yang ditunjuk
b. Pemotongan dilakukan pada saat dividen disediakan untuk dibayarkan
c. Pemotongan PPh wajib memberikan tanda bukti pemotongan pajak kepada wajib
pajak
d. Pemotong PPh wajib menyetor PPh yang dipotong k kas Negara paling Lambat
tanggal 10 bulan berikutnya
e. Pemotong PPh wajib melaporkan PPh yang telah dipotong dan disetor ke kantor
pelayanan pajak paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir
Contoh :

PT ABC membagikan dividen kepada para pemegang saham diantaranya Nurindah yang
memiliki saham sebanyak
100.000 lembar saham
dari total saham beredar
sebanyak 400.000
lembar. Dividen tunai
yang dibagi adala
Rp1.000, PPh yang
dipotong PT ABC yaitu ;

10% * 100.000 *
Rp1.000 =
Rp10.000.000

Dokumen-dokumen yang
digunakan

Anda mungkin juga menyukai