Anda di halaman 1dari 9

Perlakuan Akuntansi Pada Saat Likuidasi Persekutuan

Akuntansi Keuangan 2

OLEH :
Kelas Akuntansi C Pagi
Kelompok 2
1. Ni Kadek Gita Ristyandani (08) (2002622010068)
2. Ida Ayu Bintang Mahandirayathi (10) (2002622010070)
3. Ni Komang Dita Octarisa (11) (2002622010071)
4. Aura Dicta Yufira (18) (2002622010078)
5. Anisatul Aisyah (32) (2002622010328)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Perubahan Akuntansi
pada Saat Perubahan Kepemilikan dan Disolusi Persekutuan Akuntansi Keuangan 2” dengan
tepat pada waktunya sesuai dengan apa yang kami harapkan. Terima Kasih juga kami ucapkan
kepada Ibu Dosen yang sudah memberikan kesempatan untuk membuat paper ini, tidak lupa
penulis juga sangat berterima kasih kepada teman – teman yang sudah berkontribusi dalam
pembuatan paper ini sehingga paper ini dapat tersusun dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
kami bisa membuat paper yang lebih baik. Kami berharap semoga paper ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Denpasar, 28 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

PEMBAHASAN.............................................................................................................................1

I. Definisi Likuidasi Dan Perbedaannya Dengan Disolusi........................................................1

II. Proses Likuidasi.....................................................................................................................2

III. Pembayaran Aman Untuk Sekutu..........................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................6

ii
PEMBAHASAN

I. Definisi Likuidasi Dan Perbedaannya Dengan Disolusi


A. Likuidasi
Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha)
secara keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar
semua utang pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para
sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi.
Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis
persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan
mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama
masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat
berakhirnya usaha. Laporan keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan
likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama
masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang
dilakukan melalui pengadilan.

B. Disolusi
Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya
sekutu lama akan mengakibatkan disolusi (pembubaran) persekutuan. Tetapi disolusi
tidak selalu terjadi dengan berhentinya operasi persekutuan atau berhentinya usaha dan
akuntansi persekutuan. Disolusi persekutuan menurut Undang-undang adalah
"perubahan pada hubungan sekutu ketika ada sekutu yang tidak lagi terlibat dalam
menjalankan usaha yang berbeda dengan penyelesaian (winding up) usaha tersebut
(Bagian 29 Undang-undang).
Disolusi persekutuan adalah berubahnya para hubungan sekutu yang
menyebabkan berhentinya persekutuan sebagai entitas hukum. Pada disolusi, entitas
persekutuan bisa berjalan terus jika ada perjanjian baru. Ketika persekutuan secara
hukum resmi disolusi, baik dengan masuknya sekutu baru atau dengan pengunduran diri
atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan baru perlu dibuat untuk
kelanjutan usaha persekutuan.

1
Jadi, dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru,
atau persekutuan bisa juga berhenti atau bubar secara hukum dan secara bisnis.
Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.

II. Proses Likuidasi


Umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal:
1. Mengkonversi aktiva non-kas menjadi kas
2. Mengakui keuntungan dan kerugian serta biaya likuidasi yang timbul selama likuidasi
3. Menyelesaikan seluruh kewajiban
4. Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir modal mereka
Penjelasan umum mengenai proses likuidasi mengasumsikan bahwa persekutuan
mampu membayar hutang-hutangnya, dengan kata lain aktiva yang dimiliki melebihi
kewajiban. Pula diasumsikan bahwa semua sekutu memiliki bagian dalam aktiva bersih
persekutuan, tidak ada hutang yang berasal dari pinjaman kepada sekutu dan seluruh aktiva
dikonversikan menjadi kas sebelum kas didistribusikan kepada sekutu. Aturan dalam
mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas
jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu, jumlah yang dipijam dari sekutu
selain untuk modal dan laba, jumlah yang harus diberikan kepada sekutu kepemilikannya.
Seluruh saldo laba atau rugi dan prive harus ditutup keperkiraan modal sebelum
distribusi dilakukan. Kekayaan persekutuan tidak boleh didistribusikan kepada sekutu yang
memiliki saldo modal negatif. Maka dari itu saldo pinjaman sekutu harus ditutup dengan
saldo modal untuk menentukan jumlah yang dibagikan kepada sekutu.
a) Likuidasi Persekutuan Sederhana
Likuidasi persekutuan yang sederhana mengkonversi seluruh aktiva sekutu mejadi
kas dan mendistribusikan kas kepada sekutu pada penyelesaian akhir persekutuan.
Jumlah kas yang didistribusikan kepada sekutu sama dengan saldo modal masing-
masing setelah seluruh kerugian yang terjadi dari likuidasi diakui. Kerugian selama
likuidasi dibebankan langsung ke-perkiraan modal. Rasio pembagian laba dan rugi
digunakan selama likuidasi kecual jika perjanjian persekutuan menyebutkan metode
pembagian laba dan rugi yang lain selama likuidasi. Jika dalam perjanjian menyebutkan
penyisihan untuk gaji dan bunga, maka rasio pembagian sisa laba dan rugi yang

2
digunakan selama likuidasi. Hal ini dikarenakan keuntungan dan kerugian atas likuidasi
merupakan penyesuaian atas laba sebelumnya yang akan dibagikan dengan rasio
pembagian atas laba sisa, jika telah diakui sebelum disolusi.
b) Saldo Modal Debit dalam Persekutuan Likuid
Dalam melikuidasi persekutuan yang likuid, sumber dana yang tersedia dipakai
untuk membayar kreditur dan sisanya dibagikan unmik sekutu. Tetapi proses likuidasi
hisa saja menghasilkan kerugian yang menyebabkan perkiraan modal sekutu menjadi
bersaldo debit. Jika ini terjadi, sekutu yang memiliki saldo debit tersebut mempunyai
kewajiban terhadap sekutu yang modalnya bersaldo kredit, dan mereka diminta untuk
menggunakan harta pribadi mereka untuk menyelesaikan kewajibannya. Apabila sekutu
yang memiliki saldo debit tidak memiliki harta ppribadi, maka sekuru yang masih
memiliki kekayaan diasumsikan nigi sebesar saldo debit. Kerugian ini dibagi
berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.

III. Pembayaran Aman Untuk Sekutu


Pembayaran aman merupakan distribusi yang bisa dilakukan kepada sekutu dengan
keyakinan bahwa jumlah yang didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber
daya yang didistribusikan tidak perlu dikembalikan kepada sekutu. Umumnya proses
likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas mungkin akan tersedia
untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi sebelum aktiva
nonkus dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk mendistribusikan kas
yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum keuntungan atau
kerugian diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak kas yang bias
didistribusikan secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah
distribusi yang bias dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang
didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak
perlu dikembalikan kepada persekutuan
Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini:
1. Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada
perusahaan), 2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas
harus dipertimbangkan rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman).

3
Selain itu, ketika mengkalkulasi pembayaran yang aman persekutuan juga memegang
sejumlah tertentu kas untuk menutupi biaya likuidasi, kewajiban, yang belum tercatat dan
kontijensi lainnya.

 Penerapan Skejul Pembayaran Aman


Asumsikan persekutuan Budi, Mina, dan Nani sedang dalam proses likuidasi, dan
saldo perkiraan mereka adalah sebagai berikut :
Debit Kredit

Kas Rp. 80.000.000 Pinjaman kepada Nani Rp 20.000.000


Piutang dari Mina Rp. 10.000.000 Modal Budi (50%) Rp. 50.000.000
Tanah Rp. 20.000.000 Modal Mina (30%) Rp. 70.000.000
Bangunan neto Rp 140.000.000 Modal Nani (20%) Rp 110.000.000
Rp. 250.000.000 Rp 250.000.000

Seluruh kewajiban selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu memperkirakan
penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan. Maka dari itu,
mereka sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, diluar Rp. 10.000.000 untuk
menutup biaya dan kontijensi harus didistribusikan secepatnya. Dengan demikian
informasi ini skejul pembayaran aman dipersiapkan untuk menentukan jumlah kas
yang bisa didistribusikan secara aman untuk tiap sekutu.

4
Skedul pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada tabel berikut:
Persekutuan Budi, Mina
dan Nani
Skedul Pembayaran
Aman (Jumlah dalam
ribuan)
Rugi yang Ekuitas Budi Ekuitas Mina Ekuitas Nani
mungkin (50%) (30%) (20%)

Ekuitas sekutu (Modal ± Rp. 50.000 Rp. 60.000 Rp. 130.000


saldo pinjaman)
Rugi yang mungkin atas
aktiva non kas
Nilai buku tanah dan Rp. 160.000 (Rp. 80.000) (Rp. 48.000) (Rp. 32.000)
bangunan
(Rp. 30.000) Rp. 12.000 Rp. 98.000
Rugi yang mungkin atas
kontijensi
Kas yang ditahan untuk Rp. 10.000 (Rp. 5.000) (Rp. 3.000) (Rp. 2.000)
kontijensi
(Rp. 35.000) Rp. 9.000 Rp. 96.000
Rugi yang mungkin dari
Budi
Saldo debet Budi yang
dialokasikan 60:40
Kepada Mina dan Nani Rp. 35.000 (Rp. 21.000) (Rp. 14.000)
Rp. - (Rp. 12.000) Rp. 82.000
Rugi yang mungkin dari
Nani
Saldo debet Mina yang Rp. 12.000 (Rp. 12.000)
dibebankan ke Nani
Rp. - Rp. 70.000

5
DAFTAR PUSTAKA

1) Baker,Valdean C. Lembke.2010.Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta:Richard


E.SalembaEmpat.
2) http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/distribusi-kas.html
3) http://warta-ekonomi.blogspot.co.id/2010/11/rencana-distribusi-kas.html
4) http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/likuidasi-dan-disolusi.html
5) http://yana-anggraini blogspot.co.id/2012/10/likuidasai-bertahap.html

Anda mungkin juga menyukai