Anda di halaman 1dari 12

ATTRIBUTE SAMPLING UNTUK PENGUJIAN

PENGENDALIAN
Mata Kuliah: Pengauditan 1
Dosen Pengampu: Dr. I Nyoman Kusuma AMp, SE, MM

Disusun Oleh:
I Wayan Sudiarta (17 / 2002622010077)
I Komang Pradnyana Teguh Wiradharma (28 / 2002622010088)
I Gusti Ngurah Agung Widi Aryawan (29 / 2002622010089)

Kelas C
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2021

1
A. Attribute Sampling Untuk Pengujian Pengendalian
Seperti disebutkan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, dalam auditnya, auditor tidak
mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan pendapatnya, melainkan melakukan
pengujian (test) terhadap karakteristik sebagian bukti untuk membuat kesimpulan mengenai
karakteristik seluruh bukti.
1. Statistical Sampling
Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut, auditor
dapat menempuh empat cara :
a. Sample 100%
Dengan memeriksa misalnya semua faktur yang menyangkut jumlah penjualan di
atas Rp. 400.000,-. Jika auditor menggunakan cara pemeriksaan ini, auditor memilih
anggota sampel berdasarkan unsur penting/kunci (jumlah rupiah penjualan di atas
Rp. 400.000,- dianggap penting untuk diperiksa oleh auditor). Hasil pemeriksaan
terhadap faktur yang berisi jumlah penjualan diatas Rp. 400.000,- faktur penjualan
yang berisi penjualan Rp. 400.000,- atau kurang, auditor tidak dapat mengambil
kesimpulan mengenai mutunya.
b. Judgement Sample
Auditor memilih anggota sampel berdasarkan pertimbangannya. Sebagai contoh
auditor memilih bulan Juni sampai dengan September sebagi periode pengujian,
dengan pertimbangan dalam bulan-bulan tersebut transaksi yang bersangkutan
dengan penjualan kredit sangat tinggi frekuensinya. Auditor memeriksa semua
faktur penjualan yang dibuat dalam periode pengujian (test period) tersebut untuk
mengetahui efektivitas intern terhadap transaksi penjualan. Dalam judgement
sample ini auditor memilih sampel berdasarkan pertimbangan auditor dan
menganalisis hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan auditor pula.
Pengambilan sampel ini tidak dapat disebut dengan statistical sample karena hasil
evaluasi terhadap anggota sampel tidak dapat secara matematis diproyeksikan bagi
anggota populasi yang tidak diperiksa, karena sampel yang diambil tidak mewakili
anggota populasi.
c. Representative Sample
Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi. Dengan
cara ini setiap anggota populasi mempunyai kesempatan sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Namun karena evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel tidak
dilakukan secara sistematis, maka representative sample tidak dapat disebut sebagai
statistical sample.
d. Statistical Sample
Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan
menganalisis pemeriksaan terhadap anggota sampel secara sistematis. Dengan cara
ini, jika dua orang atau lebih auditor menggunakan parameter yang sama dalam
pengambilan sample dengan statistical sample ini, maka semua auditor tersebut

2
akan menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik.

2. Statistical Sampling Models


Statistical sampling models dibagi menjadi dua :
a. Attribute sampling
Atau disebut juga proporsional sampling digunakan terutama untuk menguji
efektitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian).
b. Variabel sampling
Digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun
(dalam pengujian substantif).

3. Attribute Sampling Models


Ada tiga model attribute sampling:
a. Fixed sample size attribute sampling
Model pengambilan sample ini adalah model yang paling banyak digunakan
dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan
persetanse terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Misalnya, dengan modil
ini auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang
terdapat dalam populasi tidak dilampiri dengan bukti pendukung yang lengkap.
Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian
terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan
menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).
b. Stop or go sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu
banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil.
c. Discovery sampling
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam model ini
auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk menentukan paling tidak satu
kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang
diharapkan. Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan
kecurangan, pelanggaran yang serius dan unsur pengendalian intern, dan
ketidakberesan yang lain.

4. Fixed Sample Size Attribute Sampling


Prosedur pengambilan sampel dalam fixed sample size attribute sampling :
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian

3
intern.
Sebelum auditor melakukan pengambilan sampel, auditor harus secara seksama
menentukan attribute yang akan diperiksa. Dalam hubungannya dengan pengujian
pengendalian, attribute adalah penyimpanan dari atau tidak adanya unsur tertentu
dalam suatu pengendalian intern yang seharusnya ada. Sebagai contoh, dalam siste
penjualan kredit, persetujuan pemberian kredit dari Bagian Kredit merupakan unsur
pengendalian intern untuk mencegah terjadinya penjualan kredit yang tidak
mempertimbangkan kemungkinan tertagihnya piutang. Dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem penjualan kredit tersebut, salah satu attribute
diperiksa oleh auditor adalah tanda tangan persetujuan dari Kepala Bagian Kredit
yang tertera dalam tembusan kredit (credit copy).
b. Penetuan populasi yang akan diambil sampelnya.
Setelah attribute yang akan diuji ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan
populasi yang akan diambil sampelnya. Dalam pengujian pengendalian terhadap
sistem penjualan kredit tersebut, setelah attribute yang akan diperiksa ditentukan,
yaitu adanya tanda tangan persetujuan kredit oleh Kepala Bagian Kredit, maka
populasi yang akan diambil sampelnya adalah arsip tembusan surat order
pengiriman (cross index file copy). Arsip ini berisi copy surat order pengiriman yang
dilampiri dengan credit copy yang seharusnya ditandatangani oleh Kepala Bagian
Kredit, yang disusun menurut abjad nama pembeli, dan yang diselenggarakan oleh
Bagian Order Penjualan.
c. Penetuan besarnya sampel
Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dari populasi tersebut secara
statistik, maka auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
1) Penentuan tingkat keandalan (reliability level) atau confidence level atau
disingkat R%. Tingkat kendala adalah probabilitas benar dalam mempercayai
efektivitas pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor memlih R% = 95%
berarti bahwa auditor mempunyai 5% untuk mempercayai suatu pengendalian
intern yang sebenarnya efektif. Dalam pengujian pengendalian, umumnya
auditor menggunakan R% = 90%, 95%, 99%.
2) Penaksiran persentase terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran ini
didasarkan pada pengalaman auditor di masa yang lalu atau dengan
melakukan percobaan. Dalam hal auditor tidak mempunyai pengalaman
mengenai besarnya tingkat kesalahan dalam populasi, auditor dapat mengambil
50 lembar surat order pengiriman untuk menaksir tingkat kesalahan dalam
populasi. Misalnya dari pemeriksaan 50 lembar surat order pengiriman tersebut
terdapat 1 lembar yang tidak dilampiri dengan credit copy yang ditandatangani
oleh Kepala Bagian Kredit, maka taksiran tingkat kesalahan dalam populasi
adalah sebesar 2% (1 + 50).
3) Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precision limit
atau DUPL).
4
4) Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besar sampel.
Tabel penentuan besarnya sampel yang tersedia adalah disusun menurut R%.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi
Setelah ditentukan besarnya sampel sebanyak 100 lembar surat order pengiriman,
timbul masalah mengenai bagaimana menyeleksi 100 lembar dari 2000 lembar surat
order pengiriman. Agar setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka auditor dapat menggunakan tabel
angka acak seperti yang tercantum dalam Tabel 9.4.

e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas


unsur pengendalian intern
Setelah 100 surat order pengiriman yang memiliki nomor-nomor sesuai dengan
angka acak yang dipilih dari tabel angka acak tersebut diambil dari arsip, langkah
berikutnya adalah memeriksa attribute berupa credit copy yang ditandatangani oleh
Kepala Bagian Kredit, yang melampiri surat order pengiriman tersebut. Jika
terdapat surat order pengiriman yang tidak dilampiri dengan credit copy yang telah
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka hal ini merupakan attribute, yaitu
penyimpanan dari unsur pengendalian intern yang seharusnya ada. Auditor harus
mencatat berapa kali auditor menemukan surat order pengiriman yang tidak
melampiri dengan credit copy yang ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel
Contoh dari pemeriksaan 100 surat order pengiriman tersebut auditor menemukan 3
lembar surat order pengiriman tidak dilampiri dengan credit copy yang
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka auditor tersebut kemudian
menggunakan tabel evaluasi hasil yang memiliki tingkat keandalan sesuai yang
digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang lalu. Dengan tabel tersebut
auditor dapat menemukan berapa achieved upper precision limit (AUPL). Pencarian
AUPL dilakukan oleh auditor dengan cara sebagai berikut :
1) Ambil Tabel 9.6 Evaluasi Hasil Kendala 95%.
2) Dalam kolom Sample Size, cari angka besarnya sampel yang telah dipilih

5
sebelumnya (dalam contoh ini sample size adalah 100).
3) Dari angla sample size 100 tersebut kemudian pencarian berjalan ke kanan
secara horizontal untuk menemukan angka kesalahan yang dijumpai oleh auditor
dalam pemeriksaan terhadap sampel (dalam contoh ini jumlah surat order
pengiriman yang tidak dilampiri dengan credit copy adalah 3 lembar).
4) Dari angka 3 yang kalau ditarik horizontal ke kiri didapati sample size, ditarik
vertikal ke atas untuk menemukan achieve upper precision limit (AUPL). Dalam
contoh ini AUPL adalah 8%.
AUPL ini kemudian dibandingkan dengan DUPL untuk menilai apakah unsur
pengendalian intern tersebut efektif. DUPL yang ditetapkan oleh auditor tersebut
adalah 5%, sedangkan hasil sampel menunjukkan bahwa AUPL adalah sebesar 8%
(lihat gambar 9.3). Oleh karena itu, kesimpulannya adalah pengendalian intern
tersebut tidak efektif. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulan yang dapat
diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksa merupakan unsur sistem
yang efektif.

5. Stop Or Go Sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan auditor
akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
model atrribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling, jika auditor tidak
menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu
yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Prosedur yang
harus ditempuh oleh auditor dalam menggunkan stop or go sampling adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan.
Pada tahp ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat
kesalahan maksimum yang masih dapat diterima. Tabel yang masih tersedia dalam
stop or go sampling ini menyarankan auditor untuk memilih tingkat kepercayaan
90%, 95%, atau 99% (lihat tabel 9.8)

6
b. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian untuk
menentukan sampel pertama yang harus diambil.
Setelah tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan,
langkah berikutnya adalah menentukan besarnya sampel minimum yang harus
diambil oleh auditor dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk
Pengujian Pengendalian. Menurut Tabel 9.7, jika pengendalian intern klien baik
auditor disarankan untuk tidak menggunkan tingkat keandalan kurang dari 95% dan
menggunakan desired upper presicion limit (DUPL) lebih dari 5%. Dengan
demikian pada umumnya dalam pengujian pengendalian, auditor tidak pernah
memilih besarnya sampel kurang dari 60.

c. Buatlah tabel stop or go decision.


Setelah besarnya sampel minimum ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat
tabel keputusan stop or go yang disajikan pada Gambar 9.5. Dalam tabel stop or go
decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali. Umumnya, dalam
merancang tabel stop or go decision, auditor jarang merencanakan pengambilan
sampel lebih dari 3 kali

Langkah 1
Pada langkah pertama ini auditor menentukan besarnya sampel minimum

7
dengan menggunakan Tabel 9.7 seperti yang telah diuraikan diatas. Jumlah
sampel dicantumkan dalam kolom Besarnya Sampel Kumulatif pada baris
Langkah 1. Jika daari pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel tersebut auditor
tidak menemukan kesalahan, maka auditor menghentikan pengambilan sampel,
dan mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa
adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL (desired
upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat
kesalah sama dengan 0, AUPL dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Confidencelevel factor at desired reliability for occurrence observed
AUPL =
Sample ¿ ¿ ¿
Menurut Tabel confidence level factor pada R%=95 dan tingkat kesalahan sama
dengan 0 adalah 3, oleh karena itu, AUPL = 3 + 60 = 5%. Pada tingkat
kesalahan sama dengan 0, DUPL = AUPL, dapat disimpulkan jika kesalahan
yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel sama dengan 0,
maka unsur pengendalian intern klien adalah baik, karena AUPL tidak melebihi
DUPL. Jika kesalahan yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota
sampel tersebut sama dengan 1, maka confidence level factor pada R% = 95
adalah sebesar 4,8 (lihat cara pencarian confidence level factor dalam Tabel 9.7
pada (Gambar 9.6).

Dengan demikian, jika tingkat kesalahan yang dijumpai dalam sampel sebanyak
1, AUPL = 4,8 + 60 = 8% adalah melebihi DUPL yang ditetapkan sebesar 5%.
Oleh karena AUPL > DUPL, auditor perlu mengambil sampel tambahan.
Sampel tambahan ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Sample size =
Confidencelevel factor at desired reliability for occurrence observed
Desired upper precision limit DUPL
Dalam contoh tersebut dia atas besarnya sampel dihitung sebagai berikut : 4,8 +

8
5% = 96. Angka besarnya sampel ini kemudian dicantumkan dalam tabel
tersebut pada kolom “Besarnya Sampel Kumulatif yang Digunakan” dan baris
“Langkah 2”.
Langkah 3
Jika dalam pemeriksaan terhadap attribute 96 anggota sampel pada langkah 2
tersebut auditor menemukan 2 kesalahan atau penyimpangan, maka auditor
akan mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga pada langkah ke-3 ini
jumlah sampel kumulatif menjadi sebanyak 126. Jika dari 126 anggota sampel
tersebut hanya dijumpai 2 kesalahan, maka achieved upper precision limit
(AUPL) = 6,3 + 126 = 5%. Dengan demikian jika dari 126 anggota sampel
tersebut hanya terdapat kesalahan, auditor akan mengambil kesimpulan bahwa
pengendalian intern klien adalah efektif, dan auditor akan menghentikan
pengambilan sampelnya, karean AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari
126 anggota sampel tersebut auditor menemukan 3 kesalahan, maka AUPL
menjadi sebesar 6,19% (7,8 + 126). Dalam keadaan ini auditor memerlukan
tambahan sampel sebanyak 156 (7,8 + 5%) dan pindah ke langkah ke-4.
Langkah 4
Jika dalam pemeriksaan attribute 126 anggota sampel pada Langkah 3 tersebut
auditor menemukan 3 kesalahan atau penyimpangan, maka auditor akan
mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga pada langkah ke-4 ini jumlah
sampel kumulatif menjadi sebanyak 156. Jika dari 156 anggota sampel tersebut
hanya dijumpai 3 kesalahan, maka acchived upper presicion limit (AUPL) = 7,8
+ 156 = 5%. Dengan demikian, jika dari 156 anggota sampel tersebut hanya
terdapat 3 kesalahan auditor akan menghentikan pengambilan sampelnya,
karena AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari 156 anggota sampel
tersebut auditor menemukan 4 kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 5,9%
(9,2 + 156). Dalam keadaan ini auditor beralih ke langkah ke 5, yaitu
mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksanya
tidak dapat dipercaya atau auditor dapat menggunakan fixed sample size
attribute sampling sebagai alternatif.

6. Discovery Sampling
Umumnya, kondisi yang diperlukan sebagi dasar penggunaan discovery sampling
adalah :
a. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen
b. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan,
merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang
serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula auditor dalam pengujian substantif. Jika
tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai
9
dampak potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk
tujuan tersebut. Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah
sebagi berikut :
a. Tentukan attribute yang akan diperiksa.
Attribute yang akan diperiksa harus ditentukan lebih dahulu sebelum discovery
sampling dilakukan. Dalam pengujian pengendalian terhadap sistem pembelian
misalnya, attribute yang diperiksa oleh auditor adalah buku kas keluar yang
dilampiri dengan bukti pendukung yang lengkap (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktor dari pemasok).
b. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya.
Tabel untuk menentukan besarnya sampel disusun dengan besarnya populasi.
Oleh karena ini, setelah attribute ditetapkan, langkah berikutnya adalah
menghitung besarnya populasi. Seperti dalam pengujian pengendalian terhadap
sistem pembelian tersebut, auditor menghitung jumlah seluruh bukti kas keluar
dalam tahun yang diaudit, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar.
Jika bukti kas keluar dalam tahun yang diaudit berjumlah 6.500 lembar, maka
untuk menentukan besarnya sampel auditor harus menggukan tabel yang
disusun untuk besar populasi antara 5.000 sampai dengan 10.000 (lihat tabel
9.11)
c. Tentukan tingkat keandalan
Seperti halnya dengan model attribute sampling yang lain, auditor harus
menentukan tingkat keandalan. Misalnya, dalam contoh tersebut auditor
menerpakan R% = 95.
d. Tentukan desired upper precision limit (DUPL)
Auditor kemudian menentukan tingkat kesalah populasi yang masih dapat
diterima. Dalam contoh di atas auditor menerapkan DUPL sebesar 1%.
e. Tentukan besarnya sampel.
Dengan menggunakan discovery sampling yang sesuai dengan besarnya
populasi objek yang akan diperiksa, R%, dan DUPL, maka auditor akan dapat
menentukan besarnya sampel. Dalam contoh di atas, besarnya sampel yang
dicari dalam Tabel 9.11 adalah 3000. Cara mencari besarnya sampel dalam tabel
Discovery Sampling adalah sebagai berikut :
1) Pilih tabel discovery sampling sesuai dengan populasi objek yang diperiksa.
2) Lihat kolom yang sesuai dengan DUPL yang telah ditetapkan.
3) Dalam kolom DUPL tersebut urutkan ke bawah sampai menermukan angka
yang sesuai dengan R% yang telah ditentukan.
4) Dari angka R% tersebut urutkan ke kiri secara mendatar ke kolom
sample size sampai menermukan angka dalam kolom tersebut.
Angka dalam kolom sample size tersebut merupakan angka besarnya sampel. Pada
Gambar 9.7 dilakukan cara pencarian besarnya sampel dengan bantuan tabel discovery
sampling.
10
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.
Jika dari hasil pemeriksaan 300 anggota sampel tersebut tidak menemukan
kesalahan, auditor akan segera mengambil kesimpulan bahwa dengan 95%
keyakinan bahwa kemungkinan terjelek tingkat kesalahan dalam populasi tidak
melebihi 1%. Dengan kata lain, pengendalian intern klien terhadap sistem
pembelian adalah efektif. Di lain pihak, jika auditor menemukan kesalahan satu
atau lebih kesalahan dalam pemeriksaan terhadap anggota sampel, auditor
kemungkinan tidak akan membuat kesimpulan secara statistik mengenai hasil
pemeriksaannya. Jika tujuan pemeriksaan adalah menemukan (dicover)
kesalahan, maka auditor akan menghentikan pemeriksaan terhadap anggota
sampel segera setelah auditor menemukan kesalahan. Langkah berikutnya
umumnya adalah auditor melakukan penelaahan terhadap karakteristik kesalahan
yang ditemukannya tersebut. Jadi, misalnya auditor telah menemukan kesalahan
pada saat auditor memeriksa bukti kas keluar yang ke sepuluh, maka auditor akan
menghentikan pemeriksaan terhadap anggota sampel yang lain meskipun jumlah
anggot sampel adalah 300 lembar bukti kas keluar. Yang perlu disadari dalam
discovery sampling adalah bahwa auditor bertujuan menemukan kesalahan dan
menilai karakteristik kesalahan tersebut, sehingga auditor akan menghentikan
proses pengambilan dan pemeriksaan sampel begitu auditor menemukan satu
kesalahan di dalamnya. Jika tujuan auditor dalam menggunakan discovery
sampling bukan untuk menemukan kesalahan, dan kemudian menggunakan Tabel
9.4 sampai dengan 9.6 atau Tabel 9.8 untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan
samplenya guna memproyeksikan hasil pemeriksaan terhadat sampelnya ke
karakteristik populasinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing 1 Edisi Keenam Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

12

Anda mungkin juga menyukai