Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevalusi bukti-


bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan
menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (Mulyadi, 2002).
Dalam menyampaikan opininya auditor harus mendapatkan bukti yang
cukup. Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan
yang ketiga yaitu bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keteranga, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna
cukup menunjukkan tidak semua bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat
menggunakan sebagian bukti audit yang disebut dengan sampel.
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI
melalui Standar Profesional Akuntan Publik seksi 350 mendefinisikan sampling
sebagai penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau
kelompok transaksi yang kurang dari 100% dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa
seluruh transaksi yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus
mempertimbangkan manfaat dan biaya karena pertimbangan ini kemudian dalam
profesi dikenal secara luas bahwa sebagian besar bukti diperoleh melalui sampel.
Hall et al. (2002) menyebutkan bahwa pengadilan federal di Amerika Serikat
sesuai dengan federal Judicia Centerd 1994 memutuskan menerima bukti sampel
tergantung dari fakta atau data sample tersebut merupakan “tipe sampel data yang
digunakan oleh ahli dalam bidang tertentu untuk membentuk opini atau menarik
kesimpulan atas subyek tertentu”. Dengan demikian bukti sampel yang dihimpun
oleh auditor layak dijadikan bukti di pengadilan. Dan ini merupakan tantangan
bagi profesi audit untuk meningkatkan kualitas pengambilan sampel. Pada
kenyataannya auditor tidak akan mengetahui apakah sampel yang diambilnya

1
merupakan sampel yang representatif maka auditor maksimal hanya dapat
meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel
yang representatif (Halim, 2001).
Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan
sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement
sampling). Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk
menentukan ukuran sample, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko
sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Selain sampel nonstatistical
auditor dapat juga menggunakan sampling statistik (statistical sampling). Dalam
metode ini auditor menggunaka hukum probabilitas untuk menghitung ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor
untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi
hasilnya, sehingga dpat mengambil keputusan yang lebih akurat.

1.2 Tujuan

1. Apakah yang dimaksud statistical sampling ?

2. Apakah yang dimaksud statistical samping models ?


3. Apakah yang dimaksud attribute sampling models ?
4. Apakah yang dimaksud fixed sample size attribute sampling ?
5. Apakah yang dimaksud stop or go sampling ?
6. Apakah yang dimaksud discovery sampling ?

1.3 Rumusan Masalah

Untuk mempelajari dan memahami poin-poin yang terdapat dalam rumusan


masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. ATTRIBUTE SAMPLING UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN

Seperti disebutkan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, dalam auditnya, auditor
tidak mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan pendapatnya, melainkan
melakukan pengujian (test) terhadap karakteristik sebagian bukti untuk membuat
kesimpulan mengenai karakteristik seluruh bukti.

1. STATISTICAL SAMPLING

Dalam melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti tersebut,


auditor dapat menempuh empat cara :

a. Sample 100%

Dengan memeriksa misalnya semua faktur yang menyangkut jumalah penjualan


di atas Rp. 400.000,-. Jika auditor menggunakan cara pemeriksaan ini, auditor
memilih anggota sampel berdasarkan unsur penting/kunci (jumlah rupiah
penjualan di atas Rp. 400.000,- dianggap penting untuk diperiksa oleh auditor).
Hasil pemeriksaan terhadap faktur yang berisi jumlah penjualan diatas Rp.
400.000,- faktur penjualan yang berisi penjualan Rp. 400.000,- atau kurang,
auditor tidak dapat mengambil kesimpulan mengenai mutunya.

b. Judgement Sample

Auditor memilih anggota sampel berdasarkan pertimbangannya. Sebagai


contoh auditor memilih bulan Juni sampai dengan September sebagi periode
pengujian, dengan pertimbangan dalam bulan-bulan tersebut transaksi yang
bersangkutan dengan penjualan kredit sangat tinggi frekuensinya. Auditor
memeriksa semua faktur penjualan yang dibuat dalam periode pengujian (test
period) tersebut untuk mengetahui efektivitas intern terhadap transaksi
penjualan. Dalam judgement sample ini auditor memilih sampel berdasarkan
pertimbangan auditor dan menganalisis hasil pemeriksaan sampel berdasarkan

3
pertimbangan auditor pula. Pengambilan sampel ini tidak dapat disebut dengan
statistical sample karena hasil evaluasi terhadap anggota sampel tidak dapat
secara matematis diproyeksikan bagi anggota populasi yang tidak diperiksa,
karena sampel yang diambil tidak mewakili anggota populasi (karena faktur
penjualan yang dibuat di luar test period tidak mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel).

c. Representative Sample

Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi.
Dengan cara ini setiap anggota populasi mempunyai kesempatan sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Namun karena evaluasi hasil pemeriksaan
terhadap sampel tidak dilakukan secara sistematis, maka representative sample
tidak dapat disebut sebagai statistical sample.

d. Statistical Sample

Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan
menganalisis pemeriksaan terhadap anggota sampel secara sistematis. Dengan
cara ini, jika dua orang atau lebih auditor menggunaka parameter yang sama
dalam pengambilan sample dengan statistical sample ini, maka semua auditor
tersebut akan menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik.
Dengan kata lain, statistical sample akan menjadi objektivitas hasil evaluasi
terhadap objek yang diperiksa.

Tipe Pengambilan Sample dalam Auditing

Cara Pengambilan
Tipe Sample Contoh Penerapan Sampel Pemilihan Keputusan
Sampel Didasarkan

1. Sample 100% Semua faktur penjualan di atas Unsur kunci Konklusif


Rp. 400.000,- diperiksa oleh
auditor.

2. Judgement Semua faktur penjulana yang Pertimbangan Pertimbangan

4
sample dibuat mulai bulan Juni s.d auditor auditor
September periode pengujian

3. Representative Lima puluh faktur penjualan Acak Pertimbangan


sample yang dibuat dalam tahun yang auditor
diaudit

4. Statistical sample Enam puluh fatur penjualan acak Matematik


yang dibuat dalam 10 bulan
pertama dalam tahun yang
diaudit

2. STATISTICAL SAMPLING MODELS

Statistical sampling models dibagi menjadi dua :

a. Attribute sampling

Atau disebut juga proporsional sampling digunakan terutama untuk menguji


efektitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian).

b. Variabel sampling

Digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun
(dalam pengujian substantif).

3. ATTRIBUTE SAMPLING MODELS

Ada tiga model attribute sampling:

a. Fixed sample size attribute sampling

Model pengambilan sample ini adalah model yang paling banyak digunakan
dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujuklan untuk

5
memperkirakan persetanse terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi.
Misalnya, dengan modil ini auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti
kas keluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak dilampiri dengan bukti
pendukung yang lengkap. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan
pengujian pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor
tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).

b. Stop or go sampling

Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang
terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin.
Model ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan
dalam populasi sangat kecil.

c. Discovery sampling

Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam model ini
auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk menentukan paling tidak
satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya lebih besar
dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk
menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dan unsur pengendalian
intern, dan ketidakberesan yang lain.

4. FIXED SAMPLE SIZE ATTRIBUTE SAMPLING

Prosedur pengambilan sampel dalam fixed sample size attribute sampling :

a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian


intern.

Sebelum auditor melakukan pengambilan sampel, auditor harus secara seksama


menentukan attribute yang akan diperiksa. Attribute adalah karakteristik yang
bersifat kualitatif suatu unsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur
yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian pengendalian, attribute adalah
penyimpanan dari atau tidak adanya unsur tertentu dalam suatu pengendalian

6
intern yang seharusnya ada. Sebagai contoh, dalam siste penjualan kredit,
persetujuan pemberian kredit dari Bagian Kredit merupakan unsur pengendalian
intern untuk mencegah terjadinya penjualan kredit yang tidak
mempertimbangkan kemungkinan tertagihnya piutang. Dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem penjualan kredit tersebut, salah satu attribute
diperiksa oleh auditor adalah tanda tangan persetujuan dari Kepala Bagian
Kredit yang tertera dalam tembusan kredit (credit copy).

b. Penetuan populasi yang akan diambil sampelnya.

Setelah attribute yang akan diuji ditentukan, langkah berikutnya adalah


menentukan populasi yang akan diambil sampelnya. Dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem penjualan kredit tersebut, setelah attribute yang
akan diperiksa ditentukan, yaitu adanya tanda tangan persetujuan kredit oleh
Kepala Bagian Kredit, maka populasi yang akan diambil sampelnya adalah arsip
tembusan surat order pengiriman (cross index file copy). Arsip ini berisi copy
surat order pengiriman yang dilampiri dengan credit copy yang seharusnya
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, yang disusun menurut abjad nama
pembeli, dan yang diselenggarakan oleh Bagian Order Penjualan.

c. Penetuan besarnya sampel

Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dari populasi tersebut
secara statistik, maka auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut
ini :

1) Penentuan tingkat keandalan (reliability level) atau confidence level atau


disingkat R%. Tingkat kendala adalah probabilitas benar dalam
mempercayai efektivitas pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor
memlih R% = 95% berarti bahwa auditor mempunyai 5% untuk
mempercayai suatu pengendalian intern yang sebenarnya efektif. Dalam
pengujian pengendalian, umumnya auditor menggunakan R% = 90%, 95%,
99%.

2) Penaksiran persentase terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran ini


didasarkan pada pengalaman auditor di masa yang lalu atau dengan

7
melakukan percobaan. Dalam hal auditor tidak mempunyai pengalaman
mengenai besarnya tingkat kesalahan dalam populasi, auditor dapat
mengambil 50 lembar surat order pengiriman untuk menaksir tingkat
kesalahan dalam populasi. Misalnya dari pemeriksaan 50 lembar surat order
pengiriman tersebut terdapat 1 lembar yang tidak dilampiri dengan credit
copy yang ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka taksiran tingkat
kesalahan dalam populasi adalah sebesar 2% (1 + 50).

3) Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precision


limit atau DUPL).

4) Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besar


sampel. Tabel penentuan besarnya sampel yang tersedia adalah disusun
menurut R%.

d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi

Setelah ditentukan besarnya sampel sebanyak 100 lembar surat order


pengiriman, timbul masalah mengenai bagaimana menyeleksi 100 lembar dari
2000 lembar surat order pengiriman. Agar setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka auditor
dapat menggunakan tabel angka acak seperti yang tercantum dalam Tabel 9.4.

e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur


pengendalian intern

8
Setelah 100 surat order pengiriman yang memiliki nomor-nomor sesuai dengan
angka acak yang dipilih dari tabel angka acak tersebut diambil dari arsip,
langkah berikutnya adalah memeriksa attribute berupa credit copy yang
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, yang melampiri surat order
pengiriman tersebut. Jika terdapat surat order pengiriman yang tidak dilampiri
dengan credit copy yang telah ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka
hal ini merupakan attribute, yaitu penyimpanan dari unsur pengendalian intern
yang seharusnya ada. Auditor harus mencatat berapa kali auditor menemukan
surat order pengiriman yang tidak melampiri dengan credit copy yang
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit.

f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel

Contoh dari pemeriksaan 100 surat order pengiriman tersebut auditor


menemukan 3 lembar surat order pengiriman tidak dilampiri dengan credit copy
yang ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka auditor tersebut
kemudian menggunakan tabel evaluasi hasil yang memiliki tingkat keandalan
sesuai yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang lalu. Dengan
tabel tersebut auditor dapat menemukan berapa achieved upper precision limit
(AUPL). Pencarian AUPL dilakukan oleh auditor dengan cara sebagai berikut :

1) Ambil Tabel 9.6 Evaluasi Hasil Kendala 95%

2) Dalam kolom Sample Size, cari angka besarnya sampel yang telah dipilih
sebelumnya (dalam contoh ini sample size adalah 100)

3) Dari angla sample size 100 tersebut kemudian pencarian berjalan ke kanan
secara horizontal untuk menemukan angka kesalahan yang dijumpai oleh
auditor dalam pemeriksaan terhadap sampel (dalam contoh ini jumlah surat
order pengiriman yang tidak dilampiri dengan credit copy adalah 3 lembar).

4) Dari angka 3 yang kalau ditarik horizontal ke kiri didapati sample size,
ditarik vertikal ke atas untuk menemukan achieve upper precision limit
(AUPL). Dalam contoh ini AUPL adalah 8%.

9
AUPL ini kemudian dibandingkan dengan DUPL untuk menilai apakah unsur
pengendalian intern tersebut efektif. DUPL yang ditetapkan oleh auditor
tersebut adalah 5%, sedangkan hasil sampel menunjukkan bahwa AUPL adalah
sebesar 8% (lihat gambar 9.3). oleh karena itu, kesimpulannya adalah
pengendalian intern tersebut tidak efektif. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL,
kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksa
merupakan unsur sistem yang efektif.

5. STOP OR GO SAMPLING

Jika auditor menggunaka fixed sample size attribute sampling, kemungkinana


auditor akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan model atrribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling ini, jika
auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah
penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan
sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunkan stop or
go sampling adalah sebagai berikut :

a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan.

Pada tahp ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan
tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima. Tabel yang masih
tersedia dalam stop or go sampling ini menyarankan auditor untuk memilih
tingkat kepercayaan 90%, 95%, atau 99% (lihat tabel 9.8).

10
b. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian untuk
menentukan sampel pertama yang harus diambil.

Setelah tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan,
langkah berikutnya adalah menentukan besarnya sampel minimum yang harus
diambil oleh auditor dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk
Pengujian Pengendalian. Menurut Tabel 9.7, jika pengendalian intern klien baik
auditor disarankan untuk tidak menggunkan tingkat keandalan kurang dari 95%
dan menggunakan desired upper presicion limit (DUPL) lebih dari 5%. Dengan
demikian pada umumnya dalam pengujian pengendalian, auditor tidak pernah
memilih besarnya sampel kurang dari 60.

c. Buatlah tabel stop or go decision.

Setelah besarnya sampel minimum ditentuka, langkah selanjutnya adalah


membuat tabel keputusan stop or go yang disajikan pada Gambar 9.5. Dalam
tabel stop or go decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali.
Umumnya, dalam merancang tabel stop or go decision, auditor jarang
merencanakan pengambilan sampel lebih dari 3 kali.

11
Langkah 1

Pada langkah pertama ini auditor menentukan besarnya sampel minimum


dengan menggunakan Tabel 9.7 seperti yang telah diuraikan diatas. Jumlah
sampel dicantumkan dalam kolom Besarnya Sampel Kumulatif pada baris
Langkah 1. Jika daari pemeriksaan terhadap60 anggota sampel tersebut auditor
tidak menemukan kesalahan, maka auditor menghentikan pengambilan sampel,
dan mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa
adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL (desired
upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat
kesalah sama dengan 0, AUPL dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Confidence level factor at desired reliability


AUPL = For occurence observed
Sample size

Menurut Tabel confidence level factor pada R%=95 dan tingkat kesalahan sama
dengan 0 adalah 3, oleh karena itu, AUPL = 3 + 60 = 5%. Pada tingkat
kesalahan sama dengan 0, DUPL = AUPL, dapat disimpulkan jika kesalahan
yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel sama dengan 0,
maka unsur pengendalian intern klien adalah baik, karena AUPL tidak melebihi
DUPL.

Jika kesalahan yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel


tersebut sama dengan 1, maka confidence level factor pada R% = 95 adalah
sebesar 4,8 (lihat cara pencarian confidence level factor dalam Tabel 9.7 pada
Gambar 9.6)

12
Dengan demikian, jika tingkat kesalahan yang dijumpai dalam sampel sebanyak
1, AUPL = 4,8 + 60 = 8% adalah melebihi DUPL yang ditetapkan sebesar 5%.
Oleh karena AUPL > DUPL, auditor perlu mengambil sampel tambahan.
Sampel tambahan ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

Confidence level factor at desired reliability

Sample size = level


For occurences observed
Desired upper precision limit (DUPL)

Dalam contoh tersebut dia atas besarnya sampel dihitung sebagai berikut : 4,8 +
5% = 96. Angka besarnya sampel ini kemudian dicantumkan dalam tabel
tersebut pada kolom “Besarnya Sampel Kumulatif yang Digunakan” dan baris
“Langkah 2”.

Langkah 3

Jika dalam pemeriksaan terhadapt attribute 96 anggota sampel pada langkah 2


tersebut auditor menemukan 2 kesalahan atau penyimpangan, maka auditor akan
mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga pada langkah ke-3 ini jumlah

13
sampel kumulatif menjadi sebanyak 126. Jika dari 126 anggota sampel tersebut
hanya dijumpai 2 kesalahan, maka achieved upper precision limit (AUPL) = 6,3
+ 126 = 5%. Dengan demikian jika dari 126 anggota sampel tersebut hanya
terdapat kesalahan, auditor akan mengambil kesimpulan bahwa pengendalian
intern klien adalah efektif, dan auditor akan menghentikan pengambilan
sampelnya, karean AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari 126 anggota
sampel tersebut auditor menemukan 3 kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar
6,19% (7,8 + 126). Dalam keadaan ini auditor memerlukan tambahan sampel
sebanyak 156 (7,8 + 5%) dan pindah ke langkah ke-4.

Langkah 4

Jika dalam pemeriksaan attribute 126 anggota sampel pada Langkah 3 tersebut
auditor menemukan 3 kesalahan atau penyimpangan, maka auditor akan
mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga pada langkah ke-4 ini jumlah
sampel kumulatif menjadi sebanyak 156. Jika dari 156 anggota sampel tersebut
hanya dijumpai 3 kesalahan, maka acchived upper presicion limit (AUPL) = 7,8
+ 156 = 5%. Dengan demikian, jika dari 156 anggota sampel tersebut hanya
terdapat 3 kesalahan auditor akan menghentikan pengambilan sampelnya,
karena AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari 156 anggota sampel
tersebut auditor menemukan 4 kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 5,9%
(9,2 + 156). Dalam keadaan ini auditor beralih ke langkah ke 5, yaitu
mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksanya
tidak dapat dipercaya atau auditor dapat menggunakan fixed sample size
attribute sampling sebagai alternatif.

6. DISCOVERY SAMPLING

Umumnya, kondisi yang diperlukan sebagi dasar penggunaan discovery


sampling adalah :

a. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen.

14
b. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini
ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau
kesalahan yang serius dalam laporan keuangan.

Discovery sampling digunakan pula auditor dalam pengujian substantif. Jika


tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan
tersebut.

Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagi berikut :

a. Tentukan attribute yang akan diperiksa.

Attribute yang akan diperiksa harus ditentukan lebih dahulu sebelum discovery
sampling dilakukan. Dalam pengujian pengendalian terhadap sistem pembelian
misalnya, attribute yang diperiksa oleh auditor adalah buku kas keluar yang
dilampiri dengan bukti pendukung yang lengkap (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktor dari pemasok).

b. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya.

Tabel untuk menentukan besarnya sampel disusun dengan besarnya populasi.


Oleh karena ini, setelah attribute ditetapkan, langkah berikutnya adalah
menghitung besarnya populasi. Seperti dalam pengujian pengendalian terhadap
sistem pembelian tersebut, auditor menghitung jumlah seluruh bukti kas keluar
dalam tahun yang diaudit, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar.
Jika bukti kas keluar dalam tahun yang diaudit berjumlah 6.500 lembar, maka
untuk menentukan besarnya sampel auditor harus menggukan tabel yang
disusun untuk besar populasi antara 5.000 sampai dengan 10.000 (lihat tabel
9.11)

c. Tentukan tingkat keandalan.

15
Seperti halnya dengan model attribute sampling yang lain, auditor harus
menentukan tingkat keandalan. Misalnya, dalam contoh tersebut auditor
menerpakan R% = 95

d. Tentukan desired upper precision limit (DUPL)

Auditor kemudian menentukan tingkat kesalah populasi yang masih dapat


diterima. Dalam contoh di atas auditor menerapkan DUPL sebesar 1%.

e. Tentukan besarnya sampel.

Dengan menggunakan discovery sampling yang sesuai dengan besarnya


populasi objek yang akan diperiksa, R%, dan DUPL, maka auditor akan dapat
menentukan besarnya sampel. Dalam contoh di atas, besarnya sampel yang
dicari dalam Tabel 9.11 adalah 3000. Cara mencari besarnya sampel dalam tabel
Discovery Sampling adalah sebagai berikut :

1) Pilih tabel discovery sampling sesuai dengan populasi objek yang diperiksa

2) Lihat kolom yang sesuai dengan DUPL yang telah ditetapkan

3) Dalam kolom DUPL tersebut urutkan ke bawah sampai menermukan angka


yang sesuai dengan R% yang telah ditentukan

4) Dari angka R% tersebut urutkan ke kiri secara mendatar ke kolom sample


size sampai menermukan angka dalam kolom tersebut.

Angka dalam kolom sample size tersebut merupakan angka besarnya sampel.
Pada Gambar 9.7 dilakukan cara pencarian besarnya sampel dengan bantuan
tabel discovery sampling.

16
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.

Jika dari hasil pemeriksaan 300 anggota sampel tersebut tidak menemukan
kesalahan, auditor akan segera mengambil kesimpulan bahwa dengan 95%
keyakinan bahwa kemungkinan terjelek tingkat kesalahan dalam populasi tidak
melebihi 1%. Dengan kata lain, pengendalian intern klien terhadap sistem
pembelian adalah efektif. Di lain pihak, jika auditor menemukan kesalahan satu
atau lebih kesalahan dalam pemeriksaan terhadap anggota sampel, auditor
kemungkinan tidak akan membuat kesimpulan secara statistik mengenai hasil
pemeriksaannya. Jika tujuan pemeriksaan adalah menemukan (dicover)
kesalahan, maka auditor akan menghentikan pemeriksaan terhadap anggota
sampel segera setelah auditor menemukan kesalahan. Langkah berikutnya
umumnya adalah auditor melakukan penelaahan terhadap karakteristik
kesalahan yang ditemukannya tersebut. Jadi, misalnya auditor telah menemukan
kesalahan pada saat auditor memeriksa bukti kas kelluar yang ke sepuluh, maka
auditor akan menghentikan pemeriksaan terhadap anggota sampel yang lain
meskipun jumlah anggot sampel adalah 300 lembar bukti kas keluar. Yang perlu
disadari dalam discovery sampling adalah bahwa auditor bertujuan menemukan
kesalahan dan menilai karakteristik kesalahan tersebut, sehingga auditor akan
menghentikan proses pengambilan dan pemeriksaan sampel begitu auditor
menemukan satu kesalahan di dalamnya. Jika tujuan auditor dalam
menggunakan discovery sampling bukan untuk menemukan kesalahan, dan
17
kemudian menggunakan Tabel 9.4 sampai dengan 9.6 atau Tabel 9.8 untuk
mengevaluasi hasil pemeriksaan samplenya guna memproyeksikan hasil
pemeriksaan terhadat sampelnya ke karakteristik populasinya.

7. Tabel

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Attribute sampling digunakan oleh auditor terutama untuk menguji efektivitas


pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian). Ada tiga model attribute sampling:

1. Fixed sample size attribute sampling

2. Stop or go sampling

3. Discovery sampling

Model pengambilan sampel dalam fixed sample size attribute sampling ditujukan
untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model
ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu
unsur pengawasan intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa
penyimpangan (kesalahan). Prosedur pengambilan sampel dalam fixed sample size
attribute sampling dilakukan sebagai berikut :

1. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian


intern

2. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya

3. Penentuan besarnya sampel

4. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi

33
5. Pemeriksaan terhadapat attribute yang menunjukkan efektivitas unsur
pengendalian intern

6. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sample

Model pengambilan sampel stop or go sampling sering juga disebut dengan decision
attribute sampling yang digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan
dalam populasi sangat kecil. Prodesur yang harus ditempuh oleh auditor dalam
mengguankan stop or go sampling adalah sebagai berikut :

1. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan

2. Gunakan Tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian untuk


menentukan sasmpel pertama yang harus diambil

3. Buatlah tabel stop or go decision

4. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel

Model pengambilan sampel discovery sampling paling cocok digunakan jika tingkat
kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendak (mendekati nol). Discovery
sampling dipakai oleh auditor untudk menemukan kecurangan, pelanggaran yang seriu
dari unsur pengendalian intern dan ketidakberesan yang lain. Prosedur pengambilan
sampel dalam discovery sampling adalah sebagai berikut :

1. Tentukan attribute yang akan diperiksa

2. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya

3. Tentukan tingkat keandalan

4. Tentukan desired upper precision limit

5. Tentukan besarnya sampel

6. Periksa attribute sample

7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel

34
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. AUDITING. Jakarta : Salemba Empat.

http://irmajhe.blogspot.com/2017/05/makalah-audit-sampling.html

35

Anda mungkin juga menyukai