Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN PERJUANGAN KOPERASI

SEJAK ZAMAN PENJAJAHAN SAMPAI SEKARANG

Dosen Pengampu : Sagung Oka Pradnyawati, SE., M.Si

Oleh :

Kelompok 2

Ni Putu Sintya Ristayanti (01 / 2002622010061)

Ida Ayu Made Adinda Yaswari (02 / 2002622010062)

Luh Putu Diah Pradnyani Utari (22 / 2002622010082)

Ni Kadek Devi Yustina (31 / 2002622010296)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Tahun Ajaran 2021/2022


2.1 Timbulnya Cita – Cita Kerajan dalam Pembentukan Koperasi
Adanya politik Etis Belanda membuktikan adanya beberapa orang Belanda
yang turut memikirkan nasib penderitaan rakyat Indonesia. E. Sieburgh (kepala
daerah purwokerto) dan De Wolf van Westerrede (pengganti Sieburgh) keduanya
banyak kaitannya dengan perintisan koperasi yang perama di Indonesia, yaitu di
Purwokerto. Awalnya didahului oleh Raden Aria Wirjaatmadja yang sangat tertarik
untuk memperbaiki nasib para pegawai negeri di daerahnya yang hidup dalam
keadaan tertekan oleh hutang. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan dari E.
Sieburgh pada tahun 1891 didirikan Bank Penolong dan Penyimpanan di Purwokerto,
yang maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada
tahun 1898, Sieburgh diganti oleh De Wolf van Westerrede, seorang pejabat tinggi
Belanda yang mengharapkan terbentuknya koperasi simpan pinjam untuk para petani.
Langkah pertamanya yaitu memperluas bidang kerja Bank penolong dan
penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani didaerahnya. Untuk
menyerasikan nama dan tugasnya, bank tersebut mendapat perubahan nama menjadi
Purwokerto Hulp Spaar En Landbouwcrediet atau Bank Penolong, Penyimpanan dan
Kredit Pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya Bank Rakyat.
Sebagai seorang yang mendambakan koperasi kredit, berdirinya bank tersebut
belum memuaskan cita-citanya, maka De Wolf mendalami lebih lanjut tentang
kopersai kredit bentuk Raiffeisen. Pada tahun 1900 De Wolf van Westerrede
dibebastugaskan dan selanjutnya dibebani tugas khusus membentuk model Koperasi
Kredit Desa seperti yang diinginkannya. Namun, belum terbentuk koperasi pada
waktu itu dikarenakan pemerintah kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh
memperhatikannya, politik pemerintah kolonial masih memikirkan akibat persatuan
rakyat Indonesia yang terbentuk melalui koperasi.
2.2 Perjuangan Pembentukan Koperasi Zaman Penjajahan
Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia dan berlangsung
cukup lama menjadikan kondisi umum rakyat amat parah. Namun demikian masih
beruntung semangat bergotong royong masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang
makin kuat. Pergerakan nasional untuk mengusir penjajah tumbuh dimana-mana.
Kaum pergerakan pun dalam memperjuangkan, mereka memanfaatkan sektor
perkoperasian ini. Realisasi pembentukan koperasi di tanah air dipelopori oleh Budi
Utomo (sebuah pergerakan kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah pimpinan
Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo), inilah yang menjadi pelopor dalam

1
pembentukan koperasi industri kecil dan kerajinan. Dalam kongres Budi Utomo di
Yogyakarta telah diputuskan bahwa Budi Utomo akan berupaya untu :
a. Memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui bidang pendidikan,
b. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui koperasi-
koperasi yang segera dibentuk.
Sebagai wujud pelaksanaan keputusan kongres tersebut, maka koperasi yang
dibentuk adalah Koperasi Konsumsi dengan nama ”Toko Adil”. Sejak saat inilah arus
gerakan koperasi internasional mulai masuk mempengaruhi gerakan koperasi
Indonesia, terutama melalui penggunaan sendi-sendi dasar dan prinsip-prinsip
Rochdale. Sendi-sendi dasar demokrasi serta dimensi kesamaan hak mulai dikenal
dan diterapkan. Dan pada tahun 1912, sendi dasar ini juga yang dipakai oleh
organisasi Serikat Islam.
Pada tahun 1915 lahirlah undang-undang koperasi yang pertama yang disebut
”Verordening op de Cooperative Vereenigingen”, yakni undang-undang tentang
perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa. Undang-undang Koperasi
ini sama dengan undang-undang koperasi di Nederland pada tahun 1876 (kemudian
diubah pada tahun 1925). Dengan perubahan tahun 1925 ini, peraturan koperasi di
Indonesia juga diubah (Peraturan Koperasi tahun 1933 LN No.108). Adanya peraturan
yang baru ini membuat pergerakan perkoperasian nasional mengalami kesulitan untuk
berkembang. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
1. Anggaran dasar koperasi harus ditulis dalam Bahasa Belanda
2. Pengesahan harus dilakukan oleh notaris
3. Harus diumumkan melalui berita negara yang berbahasa Belanda
Tahun 1920 dibentuklah Cooperative Commissie (Komisi Koperasi) yang
diketuai oleh Prof. Dr. J.H. Boeke. Komisi ini bertugas untuk mengadakan
penyelidikan apakah koperasi ini berfaedah bagi Nederland Indie (Indonesia) serta
bagaimana cara untuk pengembangannya.
Dalam laporannya (1921) komisi tersebut menyimpulkan bahwa, pemerintah
seyogianya aktif membantu pengembangan koperasi dan oleh karena itu kiranya
disusun peraturan perundang-undangan koperasi yang baru. Namun kenyataannya
peraturan perundang-undangan tersebut tidak banyak menolong, gerakan koperasi
tetap kurang baik perkembangannya. Selain itu sangat disayangkan karena
pembentukan koperasi kurang ditunjang dengan persiapan-persiapan yang matang
antara lain:

2
 Penelitian tentang bentuk koperasi yang paling cocok pada waktu itu yang
dapat diterapkan di Indonesia,
 Persiapan mental dan pengetahuan tentang pengelolaan koperasi, sehingga
loyalitas para anggota terasa kurang,
 Pengalaman berusaha sehingga menimbulkan kecurangan-kecurangan.
Sehingga pada akhirnya koperasi konsumsi yang menyandang sebutan “Toko
Adil” itu mengalami kegagalan atau tidak lama hidupnya

Kegagalan yang sama juga dialami oleh Sarikat Dagang Islam (SDI) yang
dilahirkan pada tahun 1911 dengan pimpinan H. Samanhudi, dan pada tahun 1912
berubah nama menjadi Serikat Islam (SI) yang bertujuan untuk mengimbangi dan atau
menentang politik pemerintah kolonial yang telah memberi fasilitas-fasilitas yang
longgar dan menguntungkan para pedagang asing, sedangkan pedagang pribumi
mendapatkan tekanan sehingga sulit berkembang. Sehingga lahirlah toko-toko
koperasi yang mengalami kegagalan setelah beberapa bulan berjalan. Partai Nasional
Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir. Soekarno pada tahun 1929 dalam kongresnya
di Jakarta mengobarkan semangat berkoperasi di kalangan golongan mudanya, di
antara mereka ini kebanyakan telah memahami secara luas tentang perkoperasian
yang bergerak di luar negeri. Pada tahun 1932, Persatuan bangsa Indinesia (PBI) di
Jawa Timur telah berusaha mengembangkan koperasi pertanian (rukun tani). Dengan
dibentuknya koperasi ini diharapkan para petani dapat meningkatkan produksi dan
pendapatannya, serta terhindar dari sistem ijon dan para rentenir. Pada tahun 1963
koperasi-koperasi yang telah ada bergabung dan membentuk nama “Moeder
Centraal”, yang kemudian diubah namanya menjadi Gabungan Pusat Koperasi
Indonesia (GAPKI).

Pada masa penjajahan Jepang ternyata lebih menyedihkan lagi, karena jenis
koperasi yang dianjurkan Jepang yaitu ”Kumiai” hanya merupakan alat mereka untuk
mengelabui rakyat agar secara gotong royong mengumpulkan hasil-hasil produksinya
dengan dalih untuk mengisi lumbung-lumbung paceklik, yang sebenarnya hanya
diperlukan untuk membantu keperluan logistik tentara Jepang.

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi Kurun Waktu Mempertahankan


Kemerdekaan (1945-1949)

3
Mengenai peranan koperasi ini dituangkan secara jelas di dalam pasal 33 UUD
1945 yang pada dasarnya menetapkan koperasi sebagai soko guru perekonomian
Indonesia. Oleh karena itu agar pengembangan koperasi sejalan dengan dan
memenuhi jiwa pasal 33 UUD 1945 tersebut, pada bulan desember 1946 oleh
pemerintah RI telah diadakan reorganisasi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam
Negeri, yang sejak saat tersebut instansi koperasi dan perdagangan di pisah menjadi
instansi yang berdiri sendiri-sendiri. Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan
melonjak cepat. Di Pulau Jawa saja tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang
diawasi pemerintah. Menjamurnya koperasi ketika itu memancing kaum partai untuk
memanfaatkan keberadaan mereka demi tujuan partai. Dan banyak koperasi yang
kemudiaan diperalat oleh para pimpinan partai itu. Ini berarti secara sadar telah
melanggar prinsip-prinsip berkoperasi. Berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin
gerakan koperasi untuk meluruskan keadaan yang menyesatkan itu. Pada akhir tahun
1946 itu gerakan koperasi Jawa Barat sepakat mengadakan konperensi. Pelaksanaan
konperensi yang berlangsung di Ciparay itu berhasil membentuk ”Pusat Koperasi
Primer”.
Pergerakan koperasi di RI telah berhasil mewujudkan tiga kegiatan yang
penting yang selalu akan tercatat dalam sejarah pergerakan koperasi di Republik
Indonesia ini, yaitu:
a) Koperasi desa
Tugas koperasi desa tidak hanya pada satu bidang tetapi juga meliputi
meningkatkan produksi, membimbing pengelolaan hasil produksi, pemasaran
hasil produksi secara terpadu, mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha
tani dan lain sebagainya.
b) Koperasi adalah alat pembangunan ekonomi
Atas dasar keputusan Konperensi Ciparay, Pusat Koperasi Priangan mengambil
prakarsa untuk menyelenggarakan Kongres Koperasi Seluruh Indonesia. Pada
tanggal 11 Juli sampai 14 juli 1947, gerakan koperasi Indonesia dalam
kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Tasikmalaya.
c) Peraturan koperasi tahun 1949 nomor 179
Pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali peraturan perkoperasian
peninggalan kaum colonial yang tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia.
Termasuk diantaranya Undang-undang/Peraturan Koperasi tahun 1927 No.91 dan
menggantinya dengan Peraturan Koperasi tahun 1949 No.179

4
2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi Kurun Waktu (1950-1965)
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi
dibubarkan dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada kurun
waktu tersebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan di dalam,
situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara sesama
rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang dikarenakan
sistem liberalisme. Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah dan
mufakat, merusak terjalinnya persatuan antara sesama warga negara. Kemajuan-
kemajuan yang dicapai koperasi dalam kurun waktu 1950-1958, yaitu kemajuan
dalam bidang pendidikan koperasi (peningkatan refreshing courses bagi para
karyawan jawatan koperasi dan pergerakan koperasi, petugas-petugas melakukan
pendidikan di luar negeri) serta perkembangan fisik koperasi (baik secara kuantitas
dan kualitas).
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar
1945.
1. Kongres Koperasi II
Pada tanggal 15 – 17 Juli 1953 dilaksanaan Kongres Besar Koperasi Seluruh
Indonesia II di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan yang
datang mewakili 83 pusat-pusat koperasi dari seluruh Indonesia. Akan tetapi di
antara utusan-utusan itu ada pula yang hanya mewakili organisasi koperasi yang
masih berbentuk panitia.
Di dalam kongres itu beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh gerakan
koperasi turut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain:
 Prof. Dr. Sumitro Djojohardikusumo (Menteri Perekonomian) tentang ”Fungsi
Koperasi dalam Proses Pengembangan Ekonomi”.
 Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang ”Perumahan Rakyat”
 R. Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang ”Undang-undang Koperasi”.
 Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang ”Pendidikan dan Penerangan
Koperasi”.
 R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang
”Perluasan Tugas Gerakan Koperasi di Indonesia”

5
Berdasarkan saran-saran tersebut, serta pendapat para peserta Kongres, maka
Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil keputusan sebagai
berikut:

1) Ke dalam
 Menyetujui pokok-pokok prasaran Prof. Dr. Sumitro, Iskandar
Tejasukmana, R. Moh. Abiyah Hadiwinoto, Roesli Rahim dan R.S.
Soeria Atmaja.
 Mendirikan sebuah badan pemusatan pimpinan koperasi untuk seluruh
Indonesia yang dinamakan ”Dewan Koperasi Indonesia”.
 Mewajibkan ”Dewan Koperasi Indonesia” membentuk sebuah
lembaga pendidikan koperasi untuk mendidik para anggota,
pemimpin, pegawai koperasi serta mendirikan sekolah menengah
koperasi di tiap-tiap propinsi
 Mengeluarkan harian, majalah, brosur, buku pelajaran koperasi.
 Membentuk sebuah panitia yang akan memberi saran-saran kepada
pemerintah mengenai Undang-undang Koperasi.
 Mengusahakan kemudahan pemberian badan hukum.
 Mengangkat Bung Hatta (Drs. H. Moh. Hatta) sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
 Memilih Dewan Pimpinan Koperasi Republik Indonesia.
2) Ke luar
a. Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya
 Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan
koperasi sebagai sistem dan alat utama untuk mencapai
kemakmuran rakyat bersama, sesuai dengan maksud pasal 38
UUD Sementara RI.
 Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan
menanam benih perkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah
Dasar).

6
 Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan
pasal 38 Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia.
 Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat
terutama di luar Pulau Jawa/Madura.
 Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
 Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta
menunjuk Gerakan Koperasi sebagai penyelenggaraan
pembangunan rumah-rumah rakyat.
 Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada
organisasi koperasi.
b. Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing
mendidik murid-murid menabung secara teratur.
1. Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU koperasi tahun 1958 no
79. untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun
1959.
2. Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat perkembangan
koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak Koperasi)
beranggotakan petugas pemerintahan. Pemerintah menjadikannnya sebagai
penyalur bahan-bahan pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga
pasar, akan tetapi hal ini dapat mematikan inisiatif koperasi, juga tidak membawa
perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan dapat menimbulkan penyelewengan
penyelewengan dalam tubuh koperasi.
3. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 1960
Satu-satunya yang benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi pada
masa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi. Kegiatan ini dapat
menciptakan insan-insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan
bergairah kerja untuk meningkatkan usaha koperasi.
4. Musyawarah Nasional Koperasi ke-1 (MUNASKOP I)

7
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan tujuan untuk lebih
menyempurnakan dan atau mensejalankan perkoperasian nasional dengan garis-
garis ekonomi terpimpinnya Bung Karno.
5. Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata MUNASKOP II lebih
menghancurkan ideologi koperasi Indonesia yang murni. Bung Karno juga
mensahkan UU koperasi nomor 14 tahun 1965.

2.5 Perkembangan Koperasi Era Orde Baru dan Reformasi


Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya
pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan
yang kita kenal dengan sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim
Orde Lama yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan
Soekarno yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan
Pancasila, maka terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto
yang melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-
badan kemasyarakatan. Tampilnya orde baru dalam memimpin negeri ini membuka
peluang dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
perkoperasian nasional. Tentang Undang-undang Koperasi yang baru yaitu Undang-
undang nomor 12 tahun 1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan
oleh Presiden pada tanggal 18 Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan
adanya UU koperasi yang baru ini maka terpenuhilah keinginan masyarakat
khususnya para pecinta koperasi untuk memiliki landasan pokok untuk mengatur
perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan semangat orde baru, berdasarkan
Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, terutama pasal 33 ayat 1. Sejak saat
Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan sesuai dengan
SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi perbaikan mulai
dilakukan, tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai denga
fungsinya yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian
nasional, dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian
Perdagangan melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan

8
yang terjadi di zaman orde lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi
sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan
No.2 tahun 1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang membawahi Departemen
Koperasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur bahwa: koperasi
harus bekerja berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi sebagai alat
demokrasi ekonomi harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi
pada rapat anggota, dan seterusnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/25547686/RMK-SAP-2docx/

http://zetzu.blogspot.com/2010/10/sejarah-pertumbuhan-perkembangan.html

Anda mungkin juga menyukai