Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN KOPERASI DAN UKM

PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA

OLEH

KELOMPOK 3

Dinar Rezky Amalia (A021191016)

Rasman (A021191078)

Amalia Dwi Aprilita (A021191139)

Andi Wafiq Azizah Assahra (A021191187)

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah dan segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah manajemen koperasi dan ukm dengan
sebaik-baiknya. Dalam penyusunan makalah ini merupakan salah tugas
yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Koperasi
dan UKM oleh dosen pengampu Prof. Dr. Cepi Pahlevi,SE,MSi. Makalah
ini kami buat berdasarkan referensi dari Buku Ekonomi Koperasi Prof. Dr.
Jochen Ropke & Ign Sukamidyo.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman atas ikut


serta dalam makalah ini terutama kepada kelompok tiga. Kami berharap
agar makalah ini dapat memberikan manfaat dalam materi ini khususnya
bagi kami sendiri. Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari
teman serta Bapak Dosen Prof. Dr. Cepi Pahlevi,SE,MSi. yang dapat
memberikan motivasi kepada kami guna perbaikan makalah ini di masa
mendatang.

Wassalamualaikum wr.wb

                                 Makassar, 30 Agustus 2021

                                

                                      Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….…i

DAFTAR ISI………………………………………………...……………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..2
C. Tujuan ………………………………………………………………..2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Bagaimana Koperasi di Indonesia Sebelum Merdeka……..……


3
B. Bagaimana Koperasi di Indonesia Setelah
Merdeka…………….4
C. Bagaimana Koperasi Indonesia pada Zaman Orde
Baru……….5
D. Bagaimana Pembangunan
Koperasi……………………………...8
E. Apa Kunci Pembangunan
Koperasi……………………………...14
BAB 3 KESIMPULAN

A. Kesimpulan………..………………………………………………..16
B. Saran………………..………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini


berarti baha dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi
tercapainya kehidupan ekonomi ang sejahtera, baik bagi masyarakat
maupun anggota perkumpulan itu sendiri. Koperasi sebagai perkumpulan
untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan bidang
pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotanya.
Sampai saat ini belum ada dokumen yang menjelaskan kapan
koperasi mulai ada, tetapi yang jelas koperasi telah dikenal lama sekali. Di
daratan eropa dikenal sebagai Historie Cooperative Institutional.
Sedangkan di negara sedang berkemabang disebut sebagai koperasi asli.
Lembaga ini ditandai dengan adanya hubungan antar individu dengan
solidaritas dan kerjasama, serta kekuasaan ekonomi dan cenderung
terbagi secara merata. Gerakan koperasi modern pertama berdiri pada
tanggal 24 oktober 1944 di bagian utara inggris, tepatnya di kota
Rochdale. Koperasi ini bergerak dibidang perdagangan, khususnya
pertokoan yang menyediakan barang barang konsumsi bagi para
anggotanya. Secara singkat dikatakan bahwa suksesnya koperasi yang
didirikan di Rochdale tersebut disebabkan karena dalam mengelolanya
digunakan manajemen dan dikenal dengan “Prinsip Rochdale”,yang
intinya secara garis besar sebagai berikut: bersifat terbuka, demokratis
dalam menghargai jasa anggota, hak anggota yang sama, sangat
mementingkan kepercayaan dan kualitas, selalu memikirkan Pendidikan
bagi anggota, dan memikirkan usaha dengan keadaan.
Koperasi di Indonesia belum mempunyai kemampuan untuk
menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan
koperasi masih menghadapi hambatan structural dalam penguasaan

1
faktor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian, koperasi masih
perlu perhatian pemerintah agar keberadaannya bisa benar-benar sebagai
soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem
perekonomian yang diuangkan dalam UUD 1945.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan topik Perkuliahan yang ke 3, yaitu Bab IV Buku
Manajemen Koperasi Ign. Sukamdiyo, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian tugas ini adalah:
a. Bagaimana Koperasi di Indonesia Sebelum Merdeka?
b. Bagaimana Koperasi di Indonesia Setelah Merdeka?
c. Bagaimana Koperasi Indonesia pada Zaman Orde Baru?
d. Bagaimana Pembangunan Koperasi
e. Apa Kunci Pembangunan Koperasi

C.Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:

f. Untuk mengetahui Koperasi di Indonesia Sebelum Merdeka


g. Untuk mengetahui Koperasi di Indonesia Setelah Merdeka
h. Untuk mengetahui Koperasi Indonesia pada Zaman Orde Baru
i. Untuk mengetahui Pembangunan Koperasi
j. Untuk mengetahui Kunci Pembangunan Koperasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOPERASI DI INDONESIA SEBELUM MERDEKA

Banyak organisasi semacam koperasi yang telah didirikan di negara-


negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Alasannya bahwa
rakyat ingin membebaskan diri dari penderitaan karena tekanan dari para
penjajah. Karena penjajahan, rakyat Indonesia hidup menderita dan
tertindas serta tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti
sandang, pangan, dan papan atau tempat tinggal yang layak huni.
Semuanya ini mengakibatkan kesehatan dan pendidikan belum sempat
mereka pikirkan.

Para pemuka masyarakat, tokoh-tokoh pemuda, dan pemimpin agama


banyak berperan dalam berdirinya koperasi di daerah-daerah yang
bertujuan ingin mengurangi penderitaan mereka dengan cara
melaksanakan secara bersama-sama kegiatan ekonomi, walaupun masih
dalam bentuk yang sederhana. Beberapa tahap penting mengenai
perkembangan koperasi di daerah-daerah akan dikemukakan berikut ini:

 Sekitar tahun 1896, Patih Purwokerto, yaitu R. Aria Wiriaatmadja


mendirikan koperasi kredit seperti model Raiffeisen di Jerman guna
membantu orang miskin, terutama pegawai kecil.
 Pada tahun 1908, Budi Utomo meniupkan angin segar untuk mem-
perbaiki kesejahteraan rakyat melalui koperasi dan pendidikan
dengan mendirikan koperasi rumah tangga.
 Sekitar tahun 1912, Serikat Dagang Islam mempropagandakan
cita-cita toko Koperasi (sejenis waserda KUD).
 Pada tahun 1927, dikeluarkan Undang-Undang No. 23, yaitu
peraturan- peraturan tentang koperasi.

3
 Pada tahun 1929, PNI di bawah pimpinan Ir. Sukarmo
mengobarkan semangat berkoperasi kepada kalangan pemuda.
Pada periode ini sudah terdaftar 439 koperasi di seluruh Indonesia.
 Pada tahun 1930 dibentuk bagian urusan koperasi pada
kementrian Dalam Negeri di mana tokoh yang terkenal masa itu
adalah R.M. Margono Djojohadikusumo.
 Pada tahun 1931 telah berdiri 172 koperasi yang disahkan
pemerintah Belanda.
 Pada tahun 1939 dibentuk Jawatan Koperasi dan Perdagangan
dalam negeri oleh pemerintah.
 Pada tahun 1940, di Indonesia sudah ada 574 koperasi yang
sebagian besar bergerak di pedesaan, yang melayani simpan
pinjam bagi anggotanya.
 Pada tahun 1942 pemerintah Jepang mencabut Undang-Undang
No. 23 dan menggantikannya dengan kumini, yaitu Koperasi model
Jepang yang dalam kenyataannya digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan hasil buni dan barang-barang kebutuhan Jepang.
Akibatnya kepercayaan rakyat terhadap koperasi hilang dan hal ini
merupakan kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di
Indonesia.

B. KOPERASI DI INDONESIA SETELAH MERDEKA

Dengan adanya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun


1945, terutama pasal 33, maka kedudukan hukum koperasi di Indonesia
benar- benar menjadi lebih mantap. Sejak saat itu Moh. Hatta, sebagai
wakil Presiden, secara lebih intensif selalu mempertebal kesadaran untuk
berkoperasi bagi bangsa Indonesia serta inemberikan banyak bimbingan
dan motivasi kepada gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha
dan cara kerja. Atas jasa- jasa beliau terhadap perintisan gerakan

4
koperasi, maka Moh. Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan koperasi
di Indonesia dapat dicatat sebagai berikut:

 Pada tanggal 12 Juli 1947, SOKRI dibentuk dalam Kongres I


Koperasi Indonesia di Tasikmalaya, yang sampai sekarang dikenal
sebagai hari jadi Koperasi di Indonesia.
 Pada tahun 1960 dengan Inpres No. 2, Koperasi ditugaskan
sebagai badan penggerak yang menyalurkan bahan pokok bagi
rakyat. Dengan Inpres No. 3, pendidikan koperasi di Indonesia
ditingkatkan baik secara resmi di sekolah-sekolah mulai dari tingkat
dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi maupurn dengan cara
informal, yaitu melalui siaran media massa, rapat- rapat, dan dalam
berbagai kesempatan yang dapat dipakai untuk memberikan
informasi serta menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.
 Pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh
Indo- nesia (KOKSI).
 MUNASKOP II mengesahkan Undang-undang Koperasi No. 14
tahun 1965 di Jakarta.

C. KOPERASI INDONESIA PADA ZAMAN ORDE BARU

Ketetapan MPRS No. XXIII yang dibuat oleh pemerintah Orde


Baru, merupakan awal dari Gerakan Koperasi di Indonesia dalam
berkiprah lebih bebas lagi, yaitu dengan disusunnya Pola Pembangunan
Koperasi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Setelah
mengalami berbagai penggodokan, maka Undang-undang Koperasi No.
12 pada tahun 1967 ditetapkan sebagai pengganti UU No. 14 Tahun 1965
yang akan dipakai sebagai dasar bagi gerak hidup koperasi sampai tahun
1992.

5
Pada tahun 1968, Direktorat Koperasi Departemen Nakertránskop
RI menyusun bunga rampai tentang peraturan perkoperasian di
Indonesia. Organisasi gerakan Koperasi adalah berbentuk badan hukum
menurut SK Menteri Transmigrasi dan Koperasi No.
64/KPTS/Menstran/69 tertanggal 16 Juli 1969, yaitu tentang pengesahan
Badan Hukum terhadap Badan Kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia.
Realisasi dari Kepmen tersebut adalah dibubarkannya GERKOPIN dan
sebagai penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN)
pada tanggal 9 Pebruari 1970. Khususnya mengenai koperasi jenis KUD,
badan ini mulai dibentuk sejak dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 1973
tentang BUUD dan KUD.

Banyak hal yang telah diputuskan dalam MUNASKOP ke-X pada


tanggal 7 sampai 8 Nopember 1977 di Jakarta untuk menyempumakan
KUD. Salah satu di antaranya adalah bahwa: setelah dikeluarkan
INPRES No. 2 tahun 1978, maka Koperasi Pertanian dan Koperasi Desa
disatukan dalam wadah Koperasi Unit Desa (KUD) (lihat Lampiran 1).
Kedudukan KUD sebagai penghimpun potensi ekonomi pedesaan lebih
mantap dengan dikeluarkannya Inpres No. 4 Tahun 1984 (ihat Lampiran
2). Selain itu juga dengan dikeluarkannya Inmenkop No.
64/inst/M/VI/1988 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan KUD
mandiri.

Agar dapat memperoleh predikat mandiri, maka KUD harus


memenuhi Persyaratan KUD tiga belas syarat berikut:

1. Anggota penuh minimal 25% dari jumlah penduduk yang memenuhi


syarat mengikuti.
2. Volume usaha KUD minimal 60% dari total usaha untuk melayani
anggota.
3. Rapat anggota harus tepat waktunya (paling lambat bulan Februari
tahun anggaran berikutnya).

6
4. Jumlah pengurus maksimal 5 orang, pengawas 3 orang dan
semuanya berasal dari kalangan anggota.
5. Memiliki modal sendiri minimal Rp 5 juta.
6. Hasil audit laporan keuangan harus tanpa kualifikasi.
7. Kewajaran suatu rencana memiliki deviasi 20% (untuk program dan
nonprogram).
8. Mempunyai Rasio Keuangan sebagai berikut: Likuiditas antara
150% - 200% dan Solvabilitas > 100%
9. Perkembangan volume harus proporsional dengan jumlah anggota,
yaitu: Rp 250.000 setahun per orang.
10. Pendapatan kotor minimal dapat menutupi biaya berdasarkan
efisiensi usaha.
11. Sarana usaha yang dikelola sendiri.
12. Tidak ada penyelewengan dan membahayakan KUD.
13. Tidak memiliki tunggakan.
Berdasarkan landasan hukum yang telah diuraikan sebelumnya,
yang semuanya berorientasi dan berlandaskan pada apa yang tertuang di
GBHN, maka dapat dipastikan bahwa perjalanan koperasi di Indonesia
sudah cukup untuk menapak maju pesat lagi, jenis KUD. Dalam PJPT II,
yang menjadi, sasaran bidang ekonomi adalah: menciptakan
perekonomian bersama yang mandiri dan andal sebagai usaha atas dasar
kekeluargaan dan berdasarkan demokrasi. Di sini terlihat - bahwa
peranan koperasi semakin nyata.

Prioritas Pembangunan Lima Tahun yang merupakan penggerak


menetapkan bidang ekonomi sebagai titik utama dari PJPTII. Yang
ditonjolkan untuk bidang koperasi adalah memantapkan sistem dan
kelembagaan Koperasi, mengembangkan kerja sama antar koperasi, dan
mengembangkan kerja sama koperasi dengan BUMN dan BUMS demi
kepentingan tugas luhur Koperasi pada masa yang akan datang.

7
Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentáng perkoperasian. Undang-undang ini
merupakan landasan yang kokoh bagi Koperasi Indonesia di masa yang
akan datang. Pada Lampiran 3 dikutip secara lengkap isi dari Undang-
undang Koperasi yang baru tersebut, terutama pasal-pasalnya. Filosofi,
jiwa, dan semangat koperasi Undang-undang yang baru ini bisa
digambarkan sebagai berikut:

FILOSOFI JIWA DAN SEMANGAT

UNDANG UNDANG KOPERASI

1. HISTORIS
- Hal-hal atau prinsip yang harus dipertahankan
- Hal-hal atau ketentuan yang perlu diperjelas atau dipertegas
- Hal-hal atau ketentuan yang perlu penyempurnaan atau
penyesuaian
- Hal-hal atau ketentuan yang perlu dimuat atau ditampung
sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
2. HUKUM / YURIDIS
- Status koperasi sebagai badan usaha dan badan hukum
- Koperasi memiliki jati diri
3. POLICY / KEBIJAKAN
- Koperasi bagian integral tata perekonomian nasional
- Koperasi membangun diri dan dibangun mandiri
- Pemerintah mendorong, membimbing, dan memberikan
perlindungan kepada koperasi
4. OPERASIONAL
- Koperasi adalah badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat
- Koperasi memperoleh peluang dan kebebasan usaha

8
D. PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA

Sebelum berbicara mengenai faktor-faktor  yang mempengaruhi


pembangunan/ perkembangan koperasi di Indonesia, ada baiknya kita
memahami dulu pengalaman Koperasi di Indonesia. Secara tidak
langsung dengan memahami pengalaman Koperasi ini akan membuka
wawasan tentang pemahaman atas faktor-faktor perkembangan ekonomi
terhadapa perkembangan Koperasi di Indonesia.

Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan


pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai
diperkenalkan.Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu
gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres
Koperasi di Tasikmalaya.Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena
koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman
penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan
kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar.

Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran


bagaimana harus mengembangkan koperasi.Paling tidak dengan dasar
yang kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah
mencatat tiga pola pengembangan koperasi.Secara khusus pemerintah
memerankan fungsi “regulatory” dan “development” secara sekaligus
(Shankar 2002).

Ciri utama pembangunan/perkembangan koperasi di Indonesia adalah


dengan pola penitipan kepada program yaitu :

a.) Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian,


koperasi desa, KUD;
b.) Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan
koperasi fungsional lainnya;

9
c.) Perusahaan baik milik negara maupun swasta dalam koperasi
karyawan.

Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan


kalau ada tidak diberikan tempat semestinya. Selama ini “koperasi” dikem-
bangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis sektor-sektor primer
dan distribusi yang memberikan lapangan kerja  terbesar bagi penduduk
Indonesia.

Bahkan koperasi secara eksplisit ditugasi melanjutkan program yang


kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah bahkan bank
pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola
pengadaan beras pemerintah, TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan
monopoli baru (cengkeh).Sehingga nasib koperasi harus memikul beban
kegagalan program, sementara koperasi yang berswadaya praktis
tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan termasuk para peneliti dan
media masa.Dalam pandangan pengamatan internasional Indonesia
mengikuti lazimnya pemerintah di Asia yang melibatkan koperasi secara
terbatas seperti disektor pertanian

Berikut grafik pembangunan/perkembangan perkoperasian Indonesia


tahun 2006-2010 :

                            

10
Di manapun baik di negara berkembang maupun di negara maju kita
selalu disuguhkan contoh koperasi yang berhasil, namun ada kesamaan
universal yaitu koperasi peternak sapi perah dan koperasi produsen susu,
selalu menjadi contoh sukses dimana-mana. Secara spesial terdapat 
contoh yang lain seperti produsen gandum di daratan Australia, produsen
kedele di Amerika Utara dan Selatan hingga petani tebu di India yang
menyamai kartel produsen. Keberhasilan universal koperasi produsen
susu, baik besar maupun kecil, di negara maju dan berkembang
nampaknya terletak pada keserasian struktur pasar dengan kehadiran
koperasi, dengan demikian koperasi terbukti merupakan kerjasama pasar
yang tangguh untuk menghadapi ketidakadilan pasar. Corak
ketergantungan yang tinggi kegiatan produksi yang teratur dan kontinyu
menjadikan hubungan antara anggota dan koperasi sangat kukuh.

Ada tiga hambatan eksternal utama yang dapat mempengaruhi


perkembangan koperasi , yakni sebagai berikut :

1. Keterlibatan pemerintah yang berlebihan (yang sering kali karena


desakan pihak donor).

11
2. Terlalu banyak yang diharapkan dari koperasi atau terlalu banyak
fungsi yang dibebankan kepada koperasi melebihi fungsi atau
tujuan koperasi sebenarnya.
3. Kondisi yang tidak kondusif, seperti distorsi pasar, kebijakan
ekonomi seperti misalnya kebijakan proteksi yang anti-pertanian,
dan sebagainya.
4. Kurangnya kerjasama pada bidang ekonomi dari masyarakat kota
sehingga koperasi semakin terkucilkan

      Sedangkan, hambatan internal adalah :

1. Termasuk keterbatasan anggota atau partisipasi anggota


2. Kinerja anggotanya yang kurang berkompeten
3. Isu-isu structural
4. Perbedaan antara kepentingan individu dan kolektif
5. Lemahnya manajemen koperasi
6. Rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia
7. Kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup
koperasi
8. Kurangnya Modal Kerja

      Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya


perkembangan Koperasi di Indonesia,antara lain :

a.) Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam
benak orang – orang Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat
dalam pengembangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih
besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan
besar.
b.) Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom
up)tetapi dari atas (top down) ,artinya koperasi berkembang di
indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari

12
dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah.Dalam hal ini
seharusnya, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus
mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi mengerti
akan manfaat dan tujuan dari koperasi. 
c.) Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan
sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota
hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen
seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya
masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari
sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Keadaan seperti ini
tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus,
karena tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya
sendiri terhadap pengurus.
d.) Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di
koperasi koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
e.) Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat
mengapa koperasi Indonesia tidak mengalami kemajuan. Selain
merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan menjadikan
koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu
negara. Seharusnya pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem
pengawasan yang baik, walaupun bentuk dananya hibah yang tidak
perlu dikembalikan. Dengan pengawasan dan bantuan akan
membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu
bersaing.
f.) Prinsip koperasi Rochdale bagian kerjasama dan sukarela serta
terbuka , tidak dijalankan dengan baik di Indonesia, karena koperasi
Indonesia bersifat tertutup dan terjadi pengkotak kotakan.
Keanggotaan koperasi hanya berlaku untuk yang seprofesi saja dan
menyebabkan pergerakan koperasi tidak maksimal, walaupun sudah

13
di bentuk koperasi sekunder tetapi belum mampu menyatukan kerja
sama antar koperasi yang berbeda beda jenis.

Oleh karena karena itu,sebaiknya pengenalan koperasi kepada


masyarakat sebaik dikenalkan sejak dini,agar masyarakat mengerti dan
memahami manfaat dari koperasi sehingga mereka bisa menggunakan
fasilitas-fasilitas yang ada di koperasi dengan baik. Selain itu juga harus
meningkatkan SDM  dengan kualitas yang bagus dan baik dari segi
pengetahuan, kemampuan dan moral para anggotanya.

koperasi memiliki peran yang besar di masyarakat. Jika banyak orang


yang dapat mengambil kemanfaatan koperasi maka ekonomi masyarakat
pun akan kuat. Oleh karena itu tak heran jika koperasi disebut sebagai
soko guru atau tiang utama perekonomian di Indonesia.Meski demikian
koperasi di Indonesia masih banyak kelemahannya.Meskipun juga telah
memiliki beberapa kelebihan.Kita perlu tahu kelebihan dan kelemahan
koperasi di Indonesia.Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat belajar
bagaimana memanfaatkan kelebihannya, dan bagaimana mengatasi
kelemahannya. Hal ini bertujuan agar koperasi benar-benar menjadi
badan usaha yang melindungi dan mengayomi     masyarakat.

 Kelebihan koperasi di Indonesia 


Hal-hal yang menjadi kelebihan koperasi di Indonesia adalah:
a. Bersifat terbuka dan sukarela.
b. Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib tidak
memberatkan anggota.
c. Setiap anggota memiliki hak suara yang sama, bukan
berdasarkan besarnya modal
d. Bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan bukan
sematamata mencari keuntungan.

14
 Kelemahan Koperasi Di Indonesia 
Hal-hal yang menjadi kelemahan koperasi di Indonesia adalah:
a. Koperasi sulit berkembang karena modal terbatas.
b. Kurang cakapnya pengurus dalam mengelola koperasi.
c. Pengurus kadang-kadang tidak jujur.
d. Kurangnya kerja sama antara pengurus, pengawas dan
anggotanya.

E. KUNCI PEMBANGUNAN KOPERASI


Guna meningkatkan kualitas kiperasi diperlukan keterkaitan timbal
balik antara manjemen profesional dan dukungan kepercayaan dari para
anggota. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli
mengenai kunci pembangunan koperasi di Indonesia yaitu:

1. Menurut Ace Partadiredja dosen senior FE-UGM, faktor-faktor yang


menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah tingkat
kecerdasan masyarakat yang masih rendah. Hal ini disebabkan
karena pemerataan pendidikan yang singkat sampai ke pelosok
pedesaan baru dimulai pada tahun 1986. Padahal anggota
koperasi sebagian besar adalah orang dewasa. Keadaan ini
menyebabkan manfaat pendidikan tersebut baru dapat dirasakan
kurang lebih 15 tahun lagi.
2. Menurut Baharuddin (1978), yang menjadi faktor penghambat
dalam pembangunan Koperasi adalah kurangnya dedikasi terhadap
kehidupan koperasi. Artinya, kepribadian serta mental pengurus
dan manajer (termasuk BP) belum berjiwa koperasi (belum berwira-
koperasi) sehingga masih perlu ditingkatkan.
3. Menurut Prof. Wagiono Ismangil, faktor-faktor penghambat
kemajuan koperasi adalah kurangnya kerja sama di bidang
ekonomi dari masyarakat kota. Kerja sama di bidang sosial

15
(gotong royong) memang kuat dan sering ditonjolkan, nanun kalau
sudah menjurus ke arah keuangan, yaitu kerja sama dan bantu
membantu dalam hal usaha, dirasakan masih sangat lemnah.
Padahal kerja sama dalam koperasi merupakan faktor yang sangat
menentukan suksesnya lembaga ekonomi ini. Koperasi yang di
dalamnya tidak ada kerja sama ekonomi antara para anggota
seperti yayasan sosial yang menghamburkan sumber daya dalam
mensejahterakan ekonomi anggotanya.
Menurut Gaay Schwediman, Dekan Fakultas Administrasi Bisnis,
Universitas Nebraska, agar koperasi yang akan datang dapat lebih maju,
manajemen tradisi perlu diganti dengan manajemen modern, yang
memiliki ciri-ciri berikut:

1. Memperlakukan semua anggotanya secara adil.


2. Dengan bangga administrasi yang canggih.
3. Koperasi yang masih kecil dan lemah dapat melakukan merjer agar
menjadi lebih kuat dan sehat (baik keuangan maupun manajemen).
4. Petugas pemasaran koperasi harus agresif, yaitu tidak menunggu
pembeli tetapi bertemu calon pembeli.
5. Pembuatan kebijakan dipusatkan pada sentra-sentra yang layak.
6. Kebijakan penerimaan pegawai berdasarkan kebutuhan, yaitu yang
terbaik bagi kepentingan koperasi.
7. Manajer selalu memperhatikan fungsi perencanaan dan masalah
yang strategis.
8. Memprioritaskan keuntungan tanpa pelayanan yang memuaskan
bagi anggota dan pelanggan lainnya.
9. Memperhatikan manajemen terhadap faktor persaingan eksternal
harus seimbang dengan masalah internal dan selalu
memperhatikan manajemen serta pengawas.
10. Keputusan usaha yang dibuat berdasarkan keyakinan untuk
memperhatikan organisasi dalam jangka panjang.

16
11. Selalu pembinaan dan promosi karyawan. Pendidikan anggota
menjadi salah satu program yang rutin.
BAB 3

KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Alasan organisasi semacam koperasi di dirikan di beberapa negara


berkembang termasuk Indonesia karena rakyat ingin membebaskan diri
dari penderitaan karena tekanan dari para penjajah, rakyat hidup
menderita dan tertindas serta tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.

Koperasi di Indonesia sebelum merdeka berawal dari sekitar tahun


1896 – 1942 dimana pemerintah jepang mencabut UU dan
menggantikannya dengan koperasi model Jepang. Koperasi di Indonesia
setelah merdeka dengan adanya UUD RI 1945, terutama pasal 33,
kedudukan hokum koperasi di Indonesia benar-benar menjadi lebih
mantap. Dan terakhir koperasi pada zaman orde baru, ketetapan MPRS
No XX.III yang dibuat oleh pemerintah orde baru, merupakan awal dari
gerakan koperasi di Indonesia dalam berkiprah secara lebih bebas lagi.

B.Saran

Kita harus menjadikan koperasi yang ada Indonesia ini sebagai


koperasi yang baik dan marilah kita memberi perubahan yang ada untuk
lebih mensejahterkan koperasi Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.

17
Daftar Pustaka

Sukamidyo, I. (1997). Manajemen Koperasi. (A. Dasuki, Ed.) Jakarta:


Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai