Dosen Pengampu:
NIP. 196509261993031002
Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Fenomena
Akan tetapi tidak sedikit tentangan dan hambatan yang dialami pergerakan
koperasi ini. Kondisi empiris mengungkapkan bahwa banyak sekali koperasi
yang ada di Indonesia tidak dapat mensejahterakan anggotanya bahkan banyak
yang mengalami kegagalan seiring dengan waktu sehingga bubar dengan
sendirinya akibat berbagai faktor.
Koperasi pada waktu itu banyak didirikan dengan fasilitas pemerintah dan
berdiri hanya sebagai prasyarat untuk media penyaluran pupuk, walaupun
secara riil tidak ada anggotanya. Anggota baru masuk mendaftar ketika
koperasi itu berdiri, hal ini tentu bertentangan dengan konsep koperasi, dimana
secara konsep koperasi berdiri berdasarkan kepentingan anggota dan sebelum
berdiri tentunya sudah ada dulu anggota sebagai prasyarat pendiriannya.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui alasan mengapa koperasi di Indonesia kurang
diminati oleh masyarakat.
BAB II
a. Pengertian Koperasi
b. Asas Koperasi
c) Koperasi Konsumsi
d) Koperasi Produksi
c) Koperasi Sekolah
PEMBAHASAN
Secara umum, jika diinventaris maka ada beberapa alasan mengapa koperasi di
Indonesia kurang diminati dilihat dari berbagai sisi sebagaimana berikut:
Pengurus yang dipilih dalam Rapat Anggota (RA) sering kali dipilih
berdasarkan status sosial (baik strata ekonomi ataupun adat) dalam masyarakat
itu sendiri. Dengan demikian pengelolaan koperasi dijalankan dengan kurang
adanya kontrol yang ketat dari para anggotanya. Hal ini disebabkan karena
adanya rasa keengganan dari para anggota itu sendiri.
Kendala modal dari dalam tidak kuat biasanya kurang bisa ditutupi dengan
sumber modal dari luar akibat kurang profesional pengelolaan manajemen
koperasi. Hal ini bisa disebakan karena kurang adanya pengelolaan seperti
pembukuan yang kurang baik ataupun dari segi keuangan koperasi yang kurang
sehat. Akibatnya ketika koperasi itu ingin mengajukan permohonan modal
terhadap pihak luar seperti bank ataupun lembaga keuangan lainnya maka
seringkali ditolak. Sedangkan ketika menumpukan modal dari dalam keuangan
koperasi maka kurang memungkinkan untuk melakukan ekspansi usaha akibat
terlalu sedikitnya tingkat pengembalian yang diperoleh.
Rendahnya etos kerja ini selain berkaitan dengan rendahnya kualitas SDM
juga bisa disebabkan karena kurang adanya rangsangan untuk meningkatkan
gairah kerja para personel yang terlibat dalam kegiatan koperasi sendiri. Secara
organisasi anggota koperasi (yang hanya sebatas sebagai anggota saja) hanya
punya andil dalam pengumpulan modal baik itu berasal dari simpanan pokok,
simpanan wajib atau simpanan lainnya. Namun di sisi lain yang bertanggung
jawab dan banyak mengeluarkan keringat dan pikiran adalah para personel yang
terlibat dalam pengelolaan koperasi mulai dari pengawas, pengurus, ataupun
pengelolanya (manajer).
Sisa Hasil Usaha (SHU) diperoleh dari laba bersih yang dihasilkan dari
kegiatan koperasi. SHU ini selanjutnya akan dipotong dana cadangan yang telah
ditetapkan dalam rapat anggota untuk kepentingan ekspansi kegiatan usaha
koperasi. SHU yang telah dikurangi tadi selanjutnya kan dibagikan kepada para
anggotanya berdasarkan andilnya (modal yang telah disetorkannya).
Dari skema pembagian SHU ini jelas terlihat bahwa personel yang telah
berbuat banyak untuk koperasi (pengawas, pengurus, dan pengelola)
mandapatkan reward (penghargaan) yang lebih rendah daripada para anggota
yang justru lepas tangan dalam pengelolaan koperasi. Skema ini tentunya
memberi dampak negatif bagi semangat kerja orang-orang yang paling berjasa
tadi.
Karena kita sudah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas maka
sewajarnyalah untuk mengoptimalkan penggunaan Teknologi Informasi (TI).
Sebab tidak menutup kemungkinan yang akan bersaing di Indonesia adalah
perusahaanperusahaan besar yang juga menghasilkan produk yang serupa
dengan yang dihasilkan dengan UMKM. Sedangkan UMKM di Indonesia seringkali
menggunakan teknologi turun-temurun yang tidak berkembang sehingga
nantinya akan kalah dengan produk asing baik dari kualitas mapun kuantitasnya.
Sehingga penting sekali untuk memanfaatkan TI baik untuk kepentingan
pengembangan produk maupun pemasarannya. Menurut hasil studi lembaga
riset AMI Partners, hanya 20% UKM di Indonesia yang memiliki komputer.
Hal ini diduga karena rendahnya adopsi TI oleh UKM di Indonesia. Sekali lagi
ini berkaitan dengan SDM dan tentunya juga keterbatasan modal. Berdasar
survei yang dilakukan oleh penulis terhadap UKM di Yogyakarta, alasan UKM
yang belum menggunakan komputer adalah karena tidak merasa butuh (82,2%),
dukungan finansial yang terbatas (41,1%), dan karena tidak memiliki keahlian
untuk menggunakan (4,1%).
Disamping itu terdapat beberapa yang menjadi kendala yang dihadapi koperasi
untuk diminati dimasyarakat antara lain:
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Koperasi kurang diminati oleh masyarakat di Indonesia dikarenakan : SDM
yang ikut terlibat di dalamnya kurang bisa mendukung jalannya koperasi. Dari sisi
keanggotaan, seringkali pendirian koperasi itu didasarkan pada dorongan yang
dipaksakan oleh pemerintah dan pengurus yang dipilih sering kali berdasarkan status
sosial (baik strata ekonomi ataupun adat) dalam masyarakat itu sendiri, konflik
kepentingan dari sisi konsep koperasi, kendala modal yang dimiliki juga menjadi
perkembangan koperasi terhambat, rendahnya etos kerja selain berkaitan dengan
rendahnya kualitas SDM juga bisa disebabkan karena kurang adanya rangsangan
untuk meningkatkan gairah kerja para personel yang terlibat dalam kegiatan
koperasi sendiri, kurang bisa mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi (TI)
baik dalam pengembangan produk maupun pemasaran.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil kesimpulan diatas adalah :
DAFTAR PUSTAKA
A.G. Kartasapoetra, et al. 2007. Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Citra.
Hendrojogi. 2010. Koperasi :Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pres.
Hal. 17
Yakub, Yenni Patriani. 2012. Sejarah Dengan Koperasi. Jakarta Timur: PT. Wadah
Ilmu.