Anda di halaman 1dari 17

RMK KOPERASI & UMKM

SEJARAH PERTUMBUHAN KOPERASI, PERKEMBANGAN KORERASI DAN


PERJUANGAN KOPERASI SEJAK ZAMAN PENJAJAHAN SAMPAI SEKARANG

Dibuat oleh:
Kelompok 6
Akuntansi F Malam 2019

Ni Wayan Sari Oktaviani (12) 1902622010336


Ni Putu Desy Darmayanti (33) 1902622010357

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2021
A. Timbulnya cita-cita kerajaan dalam pembentukan koperasi
Berawal dari tahun 500-1500 sering disebut Zaman Pertengahan. Pada zaman
itu rakyat kecil keadaannya melarat. Kala itu di Eropa hanya ada 3 golongan
masyarakat, yaitu golongan gereja, golongan bangsawan, dan golongan rakyat jelata.
Kaum gereja merupkan golongan masyarakat yang paling berpengaruh dan
menduduki perana yang sangat penting. Para raja dinobatkan oleh Sri Paus karenanya
raja-raja tunduk kepada Sri Paus dan tidak ada yang berani menentangnya.
Pada Zaman Pertengahan seluruh tanah dalam kerajaan dianggap sebagai
milik raja. Raja meminjamkan tanah yang luas itu kepada mereka yang dianggap
banyak berjasa pada raja. Rakyat tani pada zaman pertengahan ini adalah rakyat yang
melarat miskin habis dihisap tenaganya oleh kaum bangsawan. Kemiskinan rakyat
kecil ini berlangsung berabad-abad sampai zaman kehadiran koperasi.
Koperasi berangkat dari penderitaan rakyat yang merata inilah menimbulkan
gagasan-gagasan untuk membela rakyat dari kesengsaraan. Waktu itu kapitalisme
yang sedang disanjung. Salah satu tokohnya adalah Adam Smith (1723-1790) yang
dalam bukunya The Wealth of Nation mengatakan bahwa kemakmuran individu
merupakan kemakmuran bangsa. Tetapi Thomas Morus dalam bukunya Utopia
menghendaki lain, yaitu adanya masyarakat yang adil dan makmur, tanpa adanya
kemiskinan dan pengangguran dengan usaha bersama. Lain lagi dengan Robert Owen
(1771-1828) menganjurkan di dalam bukunya The New View of Society, system co-
operation untuk menggantikan system bersaing (co=bersama, operation=kegiatan).
Jadi co-operation artinya bekerjasama. Dari kata “co-operation” inilah lahir kata
koperasi. Robert Owen sendiri mendirikan Toko Buruh yaitu suatu usaha bersama
buruh pabrik, sedangkan muridnya Charles Howarth mendirikan Koperasi Konsumsi
(1844).
Di Indonesia, Sistem ekonomi liberal mulai dilaksanakan di Hindia Belanda
(nama Indonesia ketika masih dijajah Belanda) setelah pemerintah kolonial Belanda
menghentikan pelaksanaan ”Cultuur Stelseel” (sistem tanam paksa). Sejak saat ini
para penanam modal/usahawan Belanda berlomba menginvestasikan dananya ke
Hindia Belanda. Bidang-bidang yang menarik bagi mereka untuk dikembangkan
seperti perkebunan, perdagangan dan transportasi dan lain-lain. Beberapa tahun
kemudian investasi besar-besaran yang dilakukan investor Belanda itu membawa
keuntungan yang melimpah bagi mereka. Antara tahun 1867 hingga tahun 1877
mereka berhasil membawa pulang ke negeri Kincir Angin itu sebanyak kurang lebih
15 juta Gulden. Akan tetapi yang diperoleh bangsa Hindia Belanda adalah tidak lain
kemelaratan yang meraja lela atas kehidupan rakyat dimana-mana.
Sejarah awal lahirnya koperasi di Indonesia dipelopori oleh seorang patih di
Karesidenan Puwokerto yang bernama Raden Arya Wiriaatmadja pada tanggal 16
Desember 1895 dengan merintis pendirian suatu bank simpanan yaitu De
Purwokertosche Hulp en Spaarbank der Irlansdche (Bank Bantuan dan Simpanan
Purwokerto). Pendirian bank ini adalah untuk menolong para pegawai negeri yang
terjerat utang dari kaum lintah darat. Usaha Raden Aria ini mendapat dukungan dari
seorang asisten residen Belanda yang bertugas di Purwokerto yaitu E. Sieburgh. Pada
tahun 1988, ide Raden Aria ini diperluas ole De Wolff van Westerrode sebagai
pengganti E. Sieburgh.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memperluas bidang kerja Bank
Penolong dan Penyimpanan sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani di
daerahnya. Untuk menyerasikan nama dan tugasnya, bank tersebut mendapatkan
perubahan nama menjadi Purwokerto Hulp Spaar En Landbouwcrediet atau bank
penolong, penyimpanan dan kredit pertanian, yang dapat dikatakan sebagai pelopor
berdirinya bank rakyat di kemudian hari.
Menurut De Wolf van Westerrede kebiasaaan-kebiasaan yang telah mendarah
daging pada para petani Indonesia (gotong royong, kerja sama) merupakan dasar yang
paling baik untuk berdirinya dengan subur koperasi kredit yang menjadi cita-citanya.
Cita-cita De Wolf sebagai lanjutan dari perintisan pembentukan koperasi kredit oleh
R. Aria Atmadja, untuk mendirikan koperasi kredit model Raiffeisen memang belum
dapat terwujud, akan tetapi sedikit banyak usahanya telah tampak pada bank-bank
desa, lumbung-lumbung desa dan rumah-rumah gadai yang sempat didirikannya di
tanah air kita, yang kesemuanya memang mengembangkan usaha pemberian kredit
kepada para petani dan kaum ekonomi lemah bangsa kita.
Selain dari kegiatan lumbung, bank desa dan bank rakyat yang menyalurkan
pinjaman-pinjaman bentuk padi dan uang kepada petani dan mereka yang ekonomi
lemah, aktivitas penerangan tentang perlunya pembentukan koperasi kepada para
petani dilakukan oleh Departemen  Pertanian atau Departemen Pertanian-Kerajinan
dan Perdagangan, mulai tahun 1935 dilakukan oleh Departemen Perekonomian.
Belum terbentuknya koperasi pada waktu itu, sebab yang utama karena
pemerintahan kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh memperhatikan, politik
pemerintahan kolonial masih memikirkan akibat persatuan rakyat Indonesia yang
terbentuk melalui koperasi.

B. Perjuangan Pembentukan Koperasi Zaman Penjajahan


Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia dan berlangsung
cukup lama menjadikan kondisi umum rakyat amat parah. Kesadaran rakyat terus
meningkat dan seiring dengan itu rakyat mulai angkat senjata untuk mengusir
penjajah. Api perang berkobar dimana-mana di berbagai pulau di seluruh Nusantara
yang dipimpin oleh pahlawan-pahlawan setempat. Akan tetapi perang lokal melawan
kolonial ini kebanyakan mengalami kekalahan dan kegagalan. Keadaan ini makin
menyulitkan kehidupan rakyat. Pemerintah Hindia Belanda tak segan-segan menyiksa
mereka baik fisik maupun mental. Sementara itu para pengijon dan lintah darat
memanfaatkan kesempatan dan keahlian mereka sehingga makin banyak yang terjepit
hutang yang tercekik lehernya.
Bersamaan dengan lahirnya kebangkitan nasional pada tahun 1908, gerakan
Boedi Utomo kembali mencoba memajukan koperasi melalui koperasi rumah tangga
dan koperasi toko, yang kemudian menjadi koperasi konsumsi, yang dalam
perkembangannya kemudian menjadi koperasi batik. Sejak saat inilah arus gerakan
koperasi internasional mulai masuk mempengaruhi gerakan koperasi Indonesia, yaitu
terutama melalui penggunaan sendi-sendi dasar dan prinsip-prinsip Rochdale itu. 
Sendi-sendi dasar demokrasi serta dimensi kesamaan hak mulai dikenal dan
diterapkan. Dan pada tahun 1912, sendi dasar ini juga yang dipakai oleh organisasi
Serikat Islam yang melahirkan koperasi pertama di Indonesia, bersamaan dengan
lahirnya gerakan Kebangkitan Nasional di seluruh pelosok Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, perkembangan koperasi tidak berjalan baik
karena adanya tekanan dan hambatan dari pihak penguasa. Pemerintan Belanda
khawatir tumbuh kembangnya koperasi akan berdampak pada pergerakan perlawanan
rakyat kepada pihak penjajah. Untuk mengantisipasi gerakan tersebut dan agar
perkembangan koperasi tidak meluas,maka pada tahun 1925 Pemerintah Belanda
mengeluarkan undang-undang yang disebut ”Verordening op de Cooperative
Vereenigingen” yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku
untuk segala bangsa.
Dalam praktiknya, undang-undang ini justru bertentangan dengan prinsip
koperasi dan corak hidup rakyat Indonesia, serta membatasi gerakan rakyat untuk
berkoperasi sehingga lahirnya undang-undang ini mendapat kritikan dan tantangan
keras dari kaum nasionalis saat itu. Dikarenakan kuatnya penentangan masyarakat,
pada tahun 1920, atas desakan tokoh-tokoh nasionalis, maka Pemerintah Belanda
membentuk panitia koperasi yang dipimpin oleh Prof. Dr. J.H. Boeke. Tugas panitia
koperasi yaitu mempelajari apakah bentuk koperasi sesuai dengan kondisi Indonesia
atau tidak, mempelajari dan menyiapkan cara-cara mengembangkan koperasi jika
koperasi dipandang tidak cocok untuk rakyat Indonesia, dan menyiapkan undang-
undang koperasi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Untuk itu keanggotaannya
disertakan 3 orang pribumi, antara lain, seorang Bupati dan seorang dari Pengurus
Budi Oetomo.
Berdasarkan kerja panitia yang dipimpin Prof. Dr. J.H. Boeke, dihasilkan dua
keputusan penting yang ditindaklanjuti pemerintah Belanda, yaitu lahirnya undang-
undang baru yang mengatur tentang perkoperasian pada tahun 1927 yang
diperuntukan bagi golonga bumiputra dan dibentuknya jawatan koperasi yang
dimpimpin Prof. Dr. J.H. Boeke di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Namun
setelah lahirnya undang - undang baru tersebut pemerintah Belanda
tidak mencabut undang - undang sebelumnya sehingga terjadi dualisme dalam bidang
pembinaan perkoperasian di Indonesia.
Meskipun kondisi undang-undang di Indonesia demikian, pergerakan dan
upaya bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari kesulitan ekonomi tidak pernah
berhenti. Pada tahun 1929 Partai Nasional Indonesia (PNI) dibawah pimpinan Ir.
Soekarno mengobarkan semangat berkoperasi kepada kalangan pemuda. Pada periode
ini sudah terdaftar 43 koperasi di Indonesia. Pada tahun 1930 dibentuk bagian urusan
koperasi pada Kementrian Dalam Negeri dimana tokoh terkenal masa itu adalah R.M.
Margono.
Setelah Jaepang mendarat di Indonesia tahun 1942, nomenklatur koperasi
berubah menjadi syomin cou jumosyo, sedangkan kantor daerah diganti menjadi
syomin kumiai sodandya. Di jawa, dibentuk panitia susunan perekonomian baru yang
dikemukakan secara muluk-muluk, tidak lain adalah kesengsaraan dan kemelaratan
semata.
Meskipun penjajahan Jepang berlangsung sekitar tiga setengah tahun, namun
penjajahan tersebut menimbulkan malapetaka yang lebih dahsyat. Kekayaan alam
Indonesia dikuras, mereka membeli padi dan bahan pangan lainnya dengan paksaan
dan harga yang ditetapkan secara sewenang-wenang. Pada masa penjajahan Jepang,
koperasi tidak dapat berfungsi sebagaiman mestinya karena koperasi digunakan
sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara Jepang. Koperasi yang
diubah menjadi Kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk keperluan
perang tentara Jepang.

Pada hakekatnya pertumbuhan koperasi di tanah air menghadapi dua macam


rintangan yaitu rintangan yang datang dari luar (eksternal) dan dai dalam (internal)
koperasi itu sendiri yaitu:
a. Rintangan dari luar tubuh koperasi
Rintangan ini merupakan tekanan-tekanan politik pemerintah kolonial dan
sainganberat dari kaum kapitalis.
1. Mengenai tekanan-tekanan politik dari pemerintah kolonial,
dikarenakanpemerintah kolonial kalau tidak terikat oleh politik etisnya, sudah
tentu akanmerintangi tumbuh dan berkembangnya koperasi di tanah air kita.
2. Tentang saingan berat dari kaum kapitalis Belanda dikarenakan mereka
takutterdesak usaha-usahanya oleh gerakan koperasi. Rintangan ini
juga dilakukan oleh pedagang asing (cina) yang telah mendapat kepercayaan
dari pemerintah kolonial.
b. Rintangan dari dalam tubuh koperasi
Rintangan ini berupa hambatan-hambatan yang akan menggagalkan atau sangat
mengikat pertumbuhan dan perkembangan koperasi, yaitu:
1. Kekurangan tenaga yang cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk mengelola koperasi sehingga jalannya dan pengertian koperasi menjadi
kabur.
2. Pada umumnya rakyat kekurangan informasi terutama tentang manfaat-
manfaatberkoperasi, sehingga loyalitas mereka terhadap koperasinya menjadi
luntur.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi kurun waktu mempertahankan


kemerdekaan (1945-1949)
Diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945
membawa semangat baru bagi rakyat Indonesia untuk menghidupkan kembali
koperasi sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat. Semangat baru ini tercermin dalam
pasal 33 UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa koperasi adalah gerakan
ekonomi rakyat Indonesia. Pasal tersebut terutama ayat (1) menjamin berlangsungnya
perkoperasian di negara kita dengan memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan perekonomian rakyat Indonesia.

Semangat berkoperasi yang sesungguhnya telah luntur pada masa ini karena
tugas-tugas pelaksanaan “kumiai” (koperasi yang didirikan oleh pemerintah jepang).
Kemudian mulai timbul kembali pada saat bergeloranya ”Semangat Nilai-nilai
Perjuangan 45”, dimana rakyat bahu-membahu bersama pemerintah untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi. Agar pengembangan koperasi dapat berjalan dengan
lancar maka pada bulan Desember 1946 oleh pemerintah RI diadakan reorganisasi
koperasi dan perdagangan dalam negeri menjadi dua instansi yang terpisah dan berdiri
sendiri. Koperasi dengan tugas- tugas mengurus dan menangani pembinaan gerakan
koperasi, sedangkan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus perdagangan.
Ketahanan rakyat Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah yang
dihadapi dengan semangat kekeluargaan, kegotong royongan untuk mencapai
masyarakat yang dapat meningkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya
berbagai jenis koperasi dengan pesat, koperasi pada kurun waktu ini merupakan alat
perjuangan dibidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Bukti nya pada tahun
1947 tercatat kurang lebih 2500 koperasi yang diawasi oleh pemerintah RI namun
pengawasannya kurang seksama sehingga ada yang mengatakan koperasi-koperasi
yang ada lebih banyak bersifat kuantitas daripada kualitas. Pergerakan koperasi di RI
telah berhasil mewujudkan dua kegiatannya yang akan selau tercatat dalam sejarah
perkoperasian Indonesia yaitu :

1. Koperasi Desa

Gagasan tentang perlu dibentuknya koperasi di desa–desa adalah gagasan dari


Sir Horace Plunkett yang berkebangsaan Inggris sebelumnya beliau
mengembangkannya di India yang terkenal dengan “Multy Purposes Cooperative”
dan beliau berpendapat bahwa “ Dengan Koperasi Desa akan tercapai pertanian yang
lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih baik” (Better
Farming, Better Business, and Better Living) yang merupakan cikal-bakal
terbentuknya KUD (Koperasi Unit Desa) dimana dalam bentuk koperasi ini petani
diharapkan hendaknya bergabung agar dapat tercapainya peningkatan pendapatan
untuk memenuhi segala kebutuhan mereka baik untuk memproduksi atau keperluan
hidup agar tercapai kesejahteraan hidupnya.
Tugas dari Koperasi desa meliputi meningkatkan produksi, pemasaran hasil
produksi secara terpadu, dan mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha tani.
Jika kita hubungkan dengan peranan KUD pada waktu sekarang pada umumnya
petani yang bergabung dalam KUD tingkat kesejahteraan hidupnya adalah lebih baik
karena KUD telah dapat menimbulkan kegairahan kerja untuk meningkatkan produksi
dan para petani dibimbing untuk mengolah lebih lanjut hasil dari pertanian itu untuk
menjadi komoditi perdagangan yang harganya lebih tinggi.

2. Koperasi adalah Alat Pembangunan Ekonomi

Tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947 gerakan koperasi Indonesia


menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres
dan keputusan–keputusan yang dihasilkannya telah memberi warna, bahwa gerakan
koperasi Indonesia merupakan alat perjuangan dibidang ekonomi dan pembangunan
untuk mencapai cita-cita kemerdekaan, keputusannya–keputusan lainnya adalah:

a. Terwujudnya Kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (sentral Organisasi Koperasi


Rakyat indonesia).
b. Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “Berdasar atas azas kekeluargaan dan
gotong royong).
c. Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari koperasi Indonesia”.
d. Diperluasnya pengertian dan Pendidikan tentang perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasinya.

3. Peraturan koperasi Tahun 1949, nomor 179

Undang-Undang/Peraturan Koperasi tahun 1927, Stbl. no. 91 telah ditinjau


kembali ternyata masih banyak diantara ketentuan tersebut yang kurang cocok dengan
kepribadian bangsa Indonesia sehingga diadakan Peraturan Koperasi yang baru yaitu,
Peraturan 1949 nomor 179 yang menyatakan “Koperasi merupakan perkumpulan
orang-orang atau badan–badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada
setiap orang atas dasar persamaan untuk menjadi anggota atau dan menyatakan
berhenti dari padanya, maksud utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu
memajukan tingkat kesejahteraan lahiriah para anggotannya dengan melakukan
usaha-usaha bersama di bidang perdagangan, usaha kerajinan, pembelian/pengadaan
barang–barang keperluan anggota, tanggung-menanggung kerugian yang dideritanya,
pemberian atau pengaturan pinjaman, pembentukan koperasi harus diperkuat dengan
akta (surat yang sah) dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-cara yang
telah ditentukan pemerintah”. Ketahanan rakyat indonesia dalam bidang koperasi
telah menunjukkan keunggulan bangsanya untuk mengatasi atau menanggulangi
kesulitan ekonomi.

D. Pertumbuhan dan Perkembangan koperasi kurun waktu (1950-1965)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi
dibubarkan dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan
disatukannya kembali Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-
jawatan koperasi di Negara-negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya
digabungkan dalam satu bentuk organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam
Negara RI, segala sesuatunya diseragamkan dan disesuaikan dengan semangat dan
nilai-nilai perjuangan 1945, semangat Pancasila dan semangat UUD 1945. Pada kurun
waktu tersebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan di dalam,
situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara sesama
rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang dikarenakan
system liberalisme. Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah dan
mufakat, merusak terjalinnya persatuan antara sesama warga Negara, liberalisme
menimbulkan pengkotak-kotakan dalam masyarakat yang masing-masing
menggunakan cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan segala sesuatu yang menjadi
cita-citanya.
Keanggotaan koperasi yang tidak mengenal perbedaan golongan, aliran, suku, agama
menjadi terpengaruh oleh tindakan para pemimpin gerakan-gerakan politik.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai koperasi dalam kurun waktu 1950-1958 yaitu:
kemajuan dalam bidang pendidikan koperasi (peningkatan refreshing courses bagi
para karyawan jawatan koperasi dan pergerakan koperasi, petugas-petugas melakukan
pendidikan di luarnegeri) serta perkembangan fisik koperasi (baik secara kuantitas
dan kualitas).
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar
1945. Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali sehingga persatuan dan
kesatuan bangsa terjamin dengan baik. Tetapi sangat disayangkan demokrasi
terpimpin dan ekonomi terpimpin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila,
pengertiannya berubah menjadi terpimpin oleh garis-garis pemikiran pribadi Bung
Karno, yang mengakibatkan diktatorisme ataupun otokrasi. Khusus bagi gerakan
koperasi hal ini berarti penyelewengan yang jauh dari jiwa koperasi,urusan intern
perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri pemerintah, kebebasan koperasi
untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.
Pada tanggal 15-17 Juli 1953 terwujudlah pelaksanaan Kongres Besar
Koperasi Seluruh Indonesia II di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang
utusan yang dating mewakili 83 pusat-pusat koperasi dari seluruh Indonesia. Akan
tetapi di antara utusan-utusan itu ada pula yang hanya mewakili organisasi koperasi
yang masih berbentuk panitia.
Di dalam kongres itu beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh
gerakan koperasiturut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain:
1. Prof. Dr. Sumitro Djojohardikusumo (Menteri Perekonomian) tentang ”Fungsi
Koperasi dalam proses pengembangan ekonomi”.
2. Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang ”Perumahan Rakyat”
3. R. Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang ”Undang - undang Koperasi”.
4. Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang ”Pendidikan dan Penerangan
Koperasi”.
5. R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang
”PerluasanTugas Gerakan Koperasi di Indonesia”.

Berdasarkan prasaran-prasaran tersebut di atas serta pendapat para peserta


Kongres, maka Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil
keputusan sebagai berikut:
a) Ke dalam
1. Menyetujui pokok-pokok prasaran Prof. Dr. Sumitro, Iskandar
Tejasukmana, R. Moh.Abiyah Hadiwinoto, Roesli Rahim dan R.S.
Soeria Atmaja.
2. Mendirikan sebuah badan pemusatan pimpinan koperasi untuk seluruh
Indonesia yang dinamakan ”Dewan Koperasi Indonesia”.
3. Mewajibkan ”Dewan Koperasi Indonesia” membentuk sebuah lembaga
pendidikan koperasi untuk mendidik para anggota, pemimpin, pegawai
koperasi serta mendirikansekolah menengah koperasi di tiap-
tiap provinsi.
4. Mengeluarkan harian, majalah, brosur, buku pelajaran koperasi.
5. Membentuk sebuah panitia yang akan memberi saran-saran kepada
pemerintah mengenai Undang-undang Koperasi.
6. Mengusahakan kemudahan pemberian badan hukum.
7. Mengangkat Bung Hatta (Drs. H. Moh. Hatta) sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
8. Memilih Dewan Pimpinan Koperasi Republik Indonesia.

b) Ke luar
1. Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya:
a) Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan
koperasi sebagai sistem dan alat utama untuk mencapai
kemakmuran rakyat bersama, sesuai dengan maksud pasal 38
UUD Sementara RI.
b) Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan
menanam benihperkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah
Dasar).
c) Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan pasal 38
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
d) Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat
terutama di luar Pulau Jawa/Madura.
e) Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
f) Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta
menunjuk Gerakan Koperasi sebagai penyelenggaraan
pembangunan rumah-rumah rakyat.
g) Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada
organisasi koperasi.
2. Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing
mendidik murid-murid menabung secara teratur.
a) Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU
koperasi tahun 1958 no79. untuk merumuskan pola
perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun1959, yang
menetapkan antara lain:
1. Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan
ekonomi terpimpin.
2. Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.
Maka pada tanggal 25-28 mei 1960 di Jakarta telah diadakan
musyawarah kerjakoperasi yang telah diputuskan beberapa
diktum yang berciri pada pola pikir Bung Karno yaitu:
1. Menjadikan manipol USDEK sebagai landasan idiil
koperasi, sehingga segala tindakan koperasi mengikuti
garis yang dikehendaki Bung Karno.
2. Pelaksanaan ekonomi terpimpin merupakan fungsi
koperasi yang berarti perkoperasian dikuasai secara
ketat oleh pemerintahan.
b) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat
perkembangan koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan
Penggerak Koperasi) beranggotakan petugas pemerintahan.
Pemerintah menjadikannnya sebagai penyalur bahan-bahan
pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar,
akan tetapi hal ini dapat mematikan inisiatif koperasi, juga
tidak membawa perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan
dapat menimbulkan penyelewengan penyelewengan
dalam tubuh koperasi.
c) Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960Satu-satunya yang
benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi
padamasa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi.
Kegiatan ini dapat menciptakan insan-insan koperasi yang
bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan bergairah kerja untuk
meningkatkan usaha koperasi.
d) Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan
tujuan untuk lebih menyempurnakan dan atau mensejalankan
perkoperasian nasional dengan garis-garis ekonomi
terpimpinnya Bung Karno. Adapun Munaskop dalam
sidangnya kemudian menghasilkan beberapa keputusan, antara
lain meliputi:
1. Peranan Koperasi Indonesia
2. Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia
Dewan Koperasi Indonesia yang berdiri sejak tahun 1953
dibubarkan dan diganti dengan kesatuan Organisasi Koperasi
(KOKSI). Intervensi intensif pemerintah atas perkoperasian
nasional dapat dilihat melalui susunan organisasi KOKSI yang
diatur Keputusan Presiden No.226 Tahun 1961, yaitu:
1. Gubernur ditunjuk sebagai Ketua KOKSI Daerah
Tingkat I. Bupati/Walikota sebagai Ketua KOKSI
Daerah Tingkat II. Mereka ini bertanggungjawab
terintegrasinya gerakan koperasi nasional
terhadap kebijakan pemerintah.
2. Pada tingkat pusat dibentuk Dewan Nasional dan keanggotaan
Dewan Pimpinan diatur sebagai gabungan antara unsur-
unsur pemerintah, tenaga-tenaga ahli, gerakan koperasi
dan wakil Daerah Tingkat I yang diangkat pemerintah.
 
e) Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata
MUNASKOP II lebih menghancurkan ideologi koperasi
Indonesia yang murni. Bung Karno juga mensahkan UU
koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi
“merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi yang
berfungsi sebagai tempat pesemaian insan masyarakat serta
wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan Pancasila”.
Hal ini sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar
perekonomian.
Munaskop II ini dalam sidangnya mengesahkan sebuah
keputusan yang cukup kontroversial, seperti adanya sebuah
pernyataan tentang Bung Karno yang ditetapkan sebagai Bapak
Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi Indonesi, dan
di samping itu beberapa keputusan lainnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Haluan Gerakan Koperasi Indonesia, antara lain:
a) Landasan idiil Pancasila
b) Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom,
Pancasila, Manipol, Trisakti Tavip, Berdikari),
Dekon dan ketetapan-ketetapan MPRS
c) Amanat dan tulisan PJM Presiden/BPR Bung
Karno
2. Bidang produksi, antara lain:
a) Peningkatan produksi dan mutu (menurut
Manipol dan Dekon): seluruh mata rantai
produksi sudah dikuasai / diatur oleh Koperasi
Produksi sebagai organisasi produsen di bawah
pengawasan / bimbingan Pemerintah.
b) Pembiayaan pada prinsipnya secara swadaya
dan swasembada, tapi jika perlu juga diperoleh
dari pemerintah dan swasta progresif
revolusioner atas petunjuk pejabat.

3. Bidang distribusi, antara lain:


a) Soko guru revolusi (buruh, tani, nelayan,
produsen) Angkatan Bersenjata/fungsional,
pegawai negeri dan pensiun
b) Pegawai badan/lembaga kenegaraan dan perusahaan
negara
c) Golongan ekonomi lemah lainnya
4. Organisasi, antara lain memuat:
a) Penjenisan Koperasi Produksi, Koperasi
Konsumsi dan Koperasi Jasa.
b) Daerah Kerja Jasa.
c) Tingkat-tingkat Organisasi.
d) Alat Perlengkapan Organisasi.
e) Pembinaan Organisasi.
f) Pendidikan
g) Hubungan dengan Orpol/Ormas.
h) Gerakan Koperasi Indonesia perlu segera
dibentuk dengan struktur, aktivitas dan pimpinan
yang mencerminkan kegotong - royongan
nasional progresif revolusioner berporoskan
Nasakom.
i) Pimpinan Gerakan Koperasi Indonesia.
j) Lambang dan lagu akan segera disayembarakan.
5. Rencana kerja 4 tahun: dalam rencana kerja 4 tahun ini mencakup
realisasi Undang-undang Nomor.14/1965, pasal 24 ayat 1
mengenai Gerakan Koperasi Indonesia dan Pembubaran
KOKSI, inventarisasi peningkatan pembinaan
perkumpulan koperasi sesuai Undang - undang Nomor.
14/1965, meningkatkan jumlah kader koperasi,
penyebaran idiologi koperasi melalui mass media,
mengadakan sensus koperasi dan menyelenggarakan
Konperensi Asia Afrika.

E. Perkembangan koperasi era orde baru dan reformasi


Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya
pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan
yang kita kenal dengan sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim
Orde Lama yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam
politik termasuk sejarah hitam kehidupan perkoperasian nasional mencoreng muka
kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diyakini kebenarannya.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan
Soekarno yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan
Pancasila, maka terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan
Soeharto yang melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan
dan badan-badan kemasyarakatan. Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini
membuka peluang dan cakrawala barubagi pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan perkoperasian nasional.
Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12 tahun
1967(tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada tanggal
18 Desember1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi yang baru ini maka
terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi untuk memiliki
landasan pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan semangat
orde baru,berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945, terutama pasal
33 ayat 1.
Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan
pemerintahan sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966),
perbaikan demi perbaikan mulai dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian
untuk dikembalikan sesuai dengan fungsinya yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian
nasional, dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian
Perdagangan melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan
yang terjadi di zaman Orde Lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi
sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan
No.2 tahun 1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang membawahi Departemen
Koperasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur bahwa: koperasi harus
bekerja berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi sebagai alat demokrasi ekonomi
harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi pada Rapat Anggota,
dan seterusnya.
Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:

a. Landasn Idiil : Pancasila


b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1)
UUD1945 serta penjelasannya
c. Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi

Fungsi koperasi, antara lain:


a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasian nasional.
c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d. Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan
ekonomi bangsaIndonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana
perekonomian rakyat.
Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan
Sendi-sendi Dasar Koperasi, yaitu:
a. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara
Indonesia.
b. Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan
demokrasidalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d. Adanya pembatasan bunga atas modal.
e. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
f. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g. Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip
dasar, yaitu percaya pada diri sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
a. Masalah manajemen
b. Masalah modal dan pemupukan modal
c. Masalah pemasaran dan peningkatan produk 
Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Peraturan koperasi No.179 tahun 1949
b. UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
c. PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
d. UU koperasi No.14 tahun 1965
e. UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
f. UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian

Anda mungkin juga menyukai