Dibuat oleh:
Kelompok 6
Akuntansi F Malam 2019
Semangat berkoperasi yang sesungguhnya telah luntur pada masa ini karena
tugas-tugas pelaksanaan “kumiai” (koperasi yang didirikan oleh pemerintah jepang).
Kemudian mulai timbul kembali pada saat bergeloranya ”Semangat Nilai-nilai
Perjuangan 45”, dimana rakyat bahu-membahu bersama pemerintah untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi. Agar pengembangan koperasi dapat berjalan dengan
lancar maka pada bulan Desember 1946 oleh pemerintah RI diadakan reorganisasi
koperasi dan perdagangan dalam negeri menjadi dua instansi yang terpisah dan berdiri
sendiri. Koperasi dengan tugas- tugas mengurus dan menangani pembinaan gerakan
koperasi, sedangkan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus perdagangan.
Ketahanan rakyat Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah yang
dihadapi dengan semangat kekeluargaan, kegotong royongan untuk mencapai
masyarakat yang dapat meningkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya
berbagai jenis koperasi dengan pesat, koperasi pada kurun waktu ini merupakan alat
perjuangan dibidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Bukti nya pada tahun
1947 tercatat kurang lebih 2500 koperasi yang diawasi oleh pemerintah RI namun
pengawasannya kurang seksama sehingga ada yang mengatakan koperasi-koperasi
yang ada lebih banyak bersifat kuantitas daripada kualitas. Pergerakan koperasi di RI
telah berhasil mewujudkan dua kegiatannya yang akan selau tercatat dalam sejarah
perkoperasian Indonesia yaitu :
1. Koperasi Desa
b) Ke luar
1. Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya:
a) Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan
koperasi sebagai sistem dan alat utama untuk mencapai
kemakmuran rakyat bersama, sesuai dengan maksud pasal 38
UUD Sementara RI.
b) Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan
menanam benihperkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah
Dasar).
c) Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan pasal 38
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
d) Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat
terutama di luar Pulau Jawa/Madura.
e) Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
f) Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta
menunjuk Gerakan Koperasi sebagai penyelenggaraan
pembangunan rumah-rumah rakyat.
g) Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada
organisasi koperasi.
2. Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing
mendidik murid-murid menabung secara teratur.
a) Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU
koperasi tahun 1958 no79. untuk merumuskan pola
perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun1959, yang
menetapkan antara lain:
1. Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan
ekonomi terpimpin.
2. Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.
Maka pada tanggal 25-28 mei 1960 di Jakarta telah diadakan
musyawarah kerjakoperasi yang telah diputuskan beberapa
diktum yang berciri pada pola pikir Bung Karno yaitu:
1. Menjadikan manipol USDEK sebagai landasan idiil
koperasi, sehingga segala tindakan koperasi mengikuti
garis yang dikehendaki Bung Karno.
2. Pelaksanaan ekonomi terpimpin merupakan fungsi
koperasi yang berarti perkoperasian dikuasai secara
ketat oleh pemerintahan.
b) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat
perkembangan koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan
Penggerak Koperasi) beranggotakan petugas pemerintahan.
Pemerintah menjadikannnya sebagai penyalur bahan-bahan
pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar,
akan tetapi hal ini dapat mematikan inisiatif koperasi, juga
tidak membawa perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan
dapat menimbulkan penyelewengan penyelewengan
dalam tubuh koperasi.
c) Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960Satu-satunya yang
benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi
padamasa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi.
Kegiatan ini dapat menciptakan insan-insan koperasi yang
bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan bergairah kerja untuk
meningkatkan usaha koperasi.
d) Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan
tujuan untuk lebih menyempurnakan dan atau mensejalankan
perkoperasian nasional dengan garis-garis ekonomi
terpimpinnya Bung Karno. Adapun Munaskop dalam
sidangnya kemudian menghasilkan beberapa keputusan, antara
lain meliputi:
1. Peranan Koperasi Indonesia
2. Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia
Dewan Koperasi Indonesia yang berdiri sejak tahun 1953
dibubarkan dan diganti dengan kesatuan Organisasi Koperasi
(KOKSI). Intervensi intensif pemerintah atas perkoperasian
nasional dapat dilihat melalui susunan organisasi KOKSI yang
diatur Keputusan Presiden No.226 Tahun 1961, yaitu:
1. Gubernur ditunjuk sebagai Ketua KOKSI Daerah
Tingkat I. Bupati/Walikota sebagai Ketua KOKSI
Daerah Tingkat II. Mereka ini bertanggungjawab
terintegrasinya gerakan koperasi nasional
terhadap kebijakan pemerintah.
2. Pada tingkat pusat dibentuk Dewan Nasional dan keanggotaan
Dewan Pimpinan diatur sebagai gabungan antara unsur-
unsur pemerintah, tenaga-tenaga ahli, gerakan koperasi
dan wakil Daerah Tingkat I yang diangkat pemerintah.
e) Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata
MUNASKOP II lebih menghancurkan ideologi koperasi
Indonesia yang murni. Bung Karno juga mensahkan UU
koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi
“merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi yang
berfungsi sebagai tempat pesemaian insan masyarakat serta
wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan Pancasila”.
Hal ini sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar
perekonomian.
Munaskop II ini dalam sidangnya mengesahkan sebuah
keputusan yang cukup kontroversial, seperti adanya sebuah
pernyataan tentang Bung Karno yang ditetapkan sebagai Bapak
Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi Indonesi, dan
di samping itu beberapa keputusan lainnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Haluan Gerakan Koperasi Indonesia, antara lain:
a) Landasan idiil Pancasila
b) Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom,
Pancasila, Manipol, Trisakti Tavip, Berdikari),
Dekon dan ketetapan-ketetapan MPRS
c) Amanat dan tulisan PJM Presiden/BPR Bung
Karno
2. Bidang produksi, antara lain:
a) Peningkatan produksi dan mutu (menurut
Manipol dan Dekon): seluruh mata rantai
produksi sudah dikuasai / diatur oleh Koperasi
Produksi sebagai organisasi produsen di bawah
pengawasan / bimbingan Pemerintah.
b) Pembiayaan pada prinsipnya secara swadaya
dan swasembada, tapi jika perlu juga diperoleh
dari pemerintah dan swasta progresif
revolusioner atas petunjuk pejabat.