Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN,

DAN PERJUANGAN KOPERASI DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Drs. I Made Dana, M.M.

OLEH:
KELOMPOK 2

Putu Ratna Sintha Wati (1907531004/02)


Ni Made Sandyarani Dwi Nantari (1907531031/03)
Ni Kadek Listiani (1907531047/04)

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM E2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
SEMESTER GENAP 2021/2022
PEMBAHASAN MATERI
A. Koperasi Modern Akhir Abad ke-18 (Tahap Awal Revolusi Industri)
Munculnya koperasi modern pada akhir Abad ke-18 disebabkan oleh:
a) Perkembangan ekonomi pasar dan berbagai persyaratan pokok untuk berlangsungnya
proses idustrialisasi serta modernisasi perdagangan dan pertanian yang cepat.
b) Industri mula-mula bercorak padat karya menjadi padat modal dan produksi.
c) Mula-mula berdasarkan pesanan menjadi industri memproduksi untuk kebutuhan pasar
(produksi massal).
d) Perubahan struktur ekonomi yang radikal berdampak pada buruh (masalah
penggangguran, tingkat upah yang rendah, hubungan perburuhan yang kurang baik,
syarat-syarat kerja yang jelek, dan tanpa jaminan sosial).
e) Para pekerja dan pengrajin kecil kalah bersaing dengan perusahaan industri berskala
besar dan petani penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan karena proses
pengintegrasian ke dalam ekonomi pasar yang sedang berkembang.
Prinsip-prinsip koperasi yang dikemukakan oleh Rochdale dijadikan sebagai dasar
kegiatan dari berbagai koperasi di dunia. Adapun prinsip-prinsip tersebut, yaitu:
f) Keanggotaan yang bersifat terbuka (open memberships and voluntary).
g) Pengawasan secara demokratis (democratic control).
h) Bunga yang terbatas atas modal (limited interest of capital).
i) Pembagian SHU yang sesuai dengan jasa anggota (proportional distribution of
surplus).
j) Penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara tunai (trading
in cash).
k) Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama, dan politik (political, rasial,
religious neutrality).
l) Barang-barang yang dijual harus merupakan barang-barang yang asli, tidak rusak atau
palsu (adulted goods forbidden to sell).
m) Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan (promotion of education).
Jerman, Herman Schulze-Delitzsch (1808-1883), Koperasi Kredit Perkotaan, menjadi
sendi-sendi dasar koperasi:
a) Prinsip menolong diri sendiri (self-help).
b) Prinsip pengurus/mengelola sendiri (self-management).
c) Mengawasi sendiri (self-control).
Konsepsi Schulze-Delitzsch dikembangkan Raiffeisen (Mengembangkan koperasi
kredit di Jerman 1862/1863):
a) Pembentukan koperasi-koperasi kredit kecil yang diorganisasi secara sederhana atas
dasar kelompok-kelompok anggota yang jumlahnya kecil tapi saling membutuhkan dan
hidup di satu atau beberapa desa.
b) Pelaksanaan kegiatan koperasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga kehormatan, seperti
guru atau pegawai negeri yang dipercaya anggotanya.
c) Pembentukan modal sendiri perusahaan koperasi, terutama melalui modal yang disetor
dan pembentukan cadangan dari sisa hasil usaha perusahaan koperasi.
d) Kredit hanya diberikan kepada anggota yang sebagian besar adalah petani-petani kecil.
Meskipun demikian, deposito dapat diterima namun bukan dari anggota.
Merujuk kajian historis diatas, pada dasar koperasi harus:
a) Tumbuh dari bawah (rakyat) bukan ditumbuhkan dari atas (pemerintah).
b) Koperasi adalah organisasi independen mengelola usahanya dengan prinsip swadaya
dan manajemen yang demokratis.
c) Anggota adalah pemilik sekaligus pelanggan koperasi.
d) Anggota harus mendapatkan kepuasan akan pelayanan tertentu.
e) Tugas utama koperasi adalah memuaskan kebutuhan anggotanya.
Di negara berkembang peranan pemerintah masih sangat diperlukan karena:
a) Banyak masyarakat yang belum paham benar tentang koperasi.
b) Tingkat pendidikan masih sangat rendah.
c) Informasi yang belum lengkap tentang hakikat koperasi yang sebenarnya.
d) Meskipun demikian, bantuan pemerintah tidak perlu menyebabkan koperasi terus
bergantung pada bantuan. Peranan pemerintah dalam pengembangan koperasi hanya
terbatas pada upaya membangun koperasi yang mandiri (berswadaya).
Dua alasan kenapa pemerintah (promotor) membantu pengembangan koperasi yaitu:
a) Alasan Non Ekonomi: koperasi harus ada (pertimbangan ideologis) meskipun
organisasi koperasi tidak mampu bersaing/kurang menguntungkan dibandingkan
perusahaan nonkoperasi.
b) Alasan Ekonomis: koperasi memiliki potensi dan kelebihan khusus dalam bersaing
dengan perusahaan nonkoperasi.
(1) Koperasi sejak awal permulaan usahanya (koperasi tidak mampu mewujudkan
manfaat yang diharapkan).
(2) Para pesaing non koperasi sejak semula telah berproduksi dengan biaya yang
rendah.
B. Sejarah Koperasi Awal di Indonesia
Koperasi berbentuk Badan Hukum menurut Undang-Undang No.12 tahun 1967
adalah Organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama,
berdasarkan asas kekeluargaan.
Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan
kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai
pada awal Revolusi Industrial di Eropa pada akhir abad 18 dan selama abad 19, sering
disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan
pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul
selama tahap awal Revolusi Industri.
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa koperasi
memiliki fungsi dan peranan antara lain yaitu mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia,
memperkokoh perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta
mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang
sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak.
Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas,
terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan
diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya. Di Indonesia, ide-ide
perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh R. Aria Wira Atmadja yang merupakan
patih di Purwokerto, Jawa Tengah.
Pada tahun 1896 seorang R. Aria Wira Atmaja mendirikan sebuah Bank untuk para
pegawai negeri (priyayi) yang terletak di Purwokerto. Ia terdorong oleh keinginannya untuk
menolong para pegawai yang semakin menderita karena terjerat pinjaman dengan bunga
yang tinggi. R. Aria Wira Atmaja tersebut bermaksud untuk mendirikan koperasi kredit
model seperti di Jerman. Kemudian, cita-cita R. Aria Wira Atmaja tersebut diteruskan oleh
De Wolffvan Westerrode yang merupakan seorang asisten residen Belanda. De Wolffvan
Westerrode berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank
Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan
Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin
menderita karena tekanan para pengijon. Ia juga menganjurkan mengubah Bank tersebut
menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan padi pada musim panen dan memberikan
pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-
lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi.
Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu memiliki berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan koperasi tetapi
Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank–bank desa, rumah
gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu
adalah badan usaha Pemerintah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah. Pada zaman
Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:
(1) Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
(2) Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
(3) Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk
tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan
bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat
peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling
Inlandschhe Cooperative. Ide koperasi kemudian dikembangkan Boedi Oetomo (1908) dan
Serikat Islam (1911).

C. Sejarah Koperasi Setelah Indonesia Memproklamasikan Kemerdekaan


Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad dalam suasana sebagai
negara jajahan tidak memiliki suatu iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhannya.
Sehingga, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dengan tegas
perkoperasian ditulis dalam UUD 1945 oleh Dr. H. Moh. Hatta pada Pasal 33 UUD 1945
ayat 1 beserta penjelasannya bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan asas
kekeluargaan adalah koperasi. Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk
mendistribusikan keperluan masyarakat sehari-hari dibawah Jawatan Koperasi,
Kementerian Kemakmuran. Kemudian, pada tahun 1946 berdasarkan hasil pendaftaran
yang sukarela yang dilaksanakan Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperasi.
Pada saat itu, koperasi dapat berkembang secara pesat sehingga pemerintah bertindak aktif
dalam pengembangan perkoperasian. Selain itu, pemerintah menganjurkan untuk
berdirinya berbagai jenis koperasi dan pemerintah berusaha memperluas dan menyebarkan
pengetahuan terkait koperasi dengan mengadakan kursus-kursus koperasi di berbagai
tempat.
Pada tanggal 12 Juli 1947 diselenggarakan kongres koperasi se-Jawa pertama di
Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut, diputuskan terbentuknya Sentra Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI). Kemudian, tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari
Koperasi serta menganjurkan diselenggarakan pendidikan koperasi di kalangan pengurus,
pegawai dan masyarakat. Selanjutnya, koperasi pertumbuhannya berkembang semakin
pesat, tetapi dengan terjadinya agresi Belanda I dan II serta adanya pemberontakan PKI di
Madiun pada tahun 1948 menyebabkan banyak terjadinya kerugian pada gerakan koperasi.
• Pada tanggal 15–17 Juli 1953 dilangsungkan Kongres Koperasi II yang
diselenggarakan di Bandung. Keputusan yang dihasilkan tersebut antara lain:
1) Merubah Sentra Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan
Koperasi Indonesia (DKI).
2) Mewajibkan DKI membentuk Lembaga Pendidikan Koperasi dan mendirikan
Sekolah Menengah Koperasi di Provinsi-provinsi.
3) Saran kepada pemerintah agar segera diterbitkan UU Koperasi dan mengangkat
Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
• Pada tanggal 1– 5 September 1956 Kongres Koperasi III di Jakarta, menghasilkan:
1) Hal-hal berkaitan dengan kehidupan perkoperasian di Indonesia.
2) Hubungan DKI dengan International Cooperative Alliance (ICA).
• Pada tanggal 15 Juli 1959 Dekrit Presiden, menghasilkan:
1) Pada tahun 1960 Peraturan Pemerintah No. 140 tentang penyaluran bahan pokok
dan penugasan koperasi untuk melaksanakan.
2) Mulai ditumbuhkan koperasi-koperasi konsumsi.
3) Penumbuhan koperasi oleh pemerintah secara massal dan seragam tanpa
memperhatikan syarat-syarat pertumbuhan yang sehat, telah mengakibatkan
pertumbuhan koperasi kurang sehat.
• Tahun 1961 Musyawarah Nasional Koperasi I (Munaskop I) di Surabaya
1) Untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin,
mempolitikkan koperasi (verpolitisering) yang mulai nampak.
2) Dewan Koperasi Indonesia (DKI) diganti Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh
Indonesia (KOKSI) bukan hanya semata-mata organisasi koperasi sendiri
melainkan organisasi koperasi yang dipimpin oleh pemerintah.
• UU Nomor 14 tahun 1965
1) Musyawarah Nasional Koperasi (Munaskop) II di Jakarta untuk melegitimasi
masuknya kekuatan-kekuatan politik dalam koperasi sebagaimana diatur oleh UU
Perkoperasian tersebut.
2) KOKSI menyatakan keluar dari keanggotaan ICA.
• Orde Baru. Pemerintah 18 Desember 1967 menyusun UU koperasi Baru dikenal UU
No.12/1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
1) Secara ideologi, koperasi Indonesia merupakan satu-satunya wadah untuk
menyusun perekonomian rakyat berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan
yang menjadi ciri khas tata kehidupan bangsa Indonesia.
2) Secara organisasi, koperasi Indonesia menjamin adanya hak-hak individu serta
memegang teguh asas-asas koperasi. Rapat anggota merupakan kekuasaan
tertinggi.
• Orde Baru menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap I (25 tahun)
1) Pelita I Pembangunan: koperasi dititik beratkan pada investasi pengetahuan dan
keterampilan orang-orang koperasi, baik sebagai orang gerakan koperasi maupun
pejabat-pejabat perkoperasian.
2) UUD 1945 pasal 33 ayat (1): jiwa koperasi yang mendalam, perlengkapan
pengetahuan dan keterampilan di bidang mental, organisasi, usaha, dan
ketatalaksanaan.
3) Membangun pusat-pusat pendidikan Koperasi (PUSDIKOP) di tingkat pusat dan
juga di tiap ibukota provinsi.
4) 1970 Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) menjamin pinjaman koperasi dari
bank-bank pemerintah.
5) Sejak tahun 1972 dikembangkan penggabungan koperasi-koperasi kecil menjadi
koperasi-koperasi yang besar. Wilayah-wilayah Unit Desa (WILUD) digabung
menjadi organisasi yang besar dinamakan Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan
diganti menjadi KUD (Koperasi Unit Desa) secara ekonomi menjadi besar dan kuat
maka mampu membiayai tenaga-tenaga yang cakap seperti manajer, juru buku, juru
mesin, juru toko, dll. Sehingga dipercaya untuk meminjam uang dari bank untuk
membeli barang-barang produksi yang lebih modern ( mesin gilingan padi, traktor,
pompa air, mesin penyemprot hama, dll).
• 1988 GBHN menetapkan bahwa koperasi dimungkinkan bergerak di berbagai sektor
ekonomi.
1) Sektor pertanian, industri, keuangan, perdagangan, angkutan dan lain-lain.
2) Pola umum pelita kelima menyebutkan bahwa “Dunia usaha nasional yang terdiri
dari usaha negara koperasi dan usaha swasta perlu terus dikembangkan menjadi
usaha yang sehat dan tangguh dan diarahkan agar mampu meningkatkan kegairahan
dan kegiatan ekonomi, serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
memperluas lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
memantapkan ketahanan nasional”.
3) Diperluas kesempatan berusaha serta tumbuh kembangkan swadaya dan
kemampuan berusaha khususnya koperasi, usaha kecil, serta usaha informal dan
tradisional, baik usaha masyarakat pedesaan maupun di perkotaan.
4) Diciptakan iklim usaha yang sehat serta kondisi saling menunjang antara usaha
negara, usaha koperasi, dan usaha swasta, keterkaitan yang salig menguntungkan
dan adil antar golongan ekonomi kuat dan lemah.
• Pola Umum Pelita V
1) Dalam mewujudkan demokrasi ekonomi, koperasi harus makin dikembangkan dan
ditingkatkan kemampuannya serta dibina dan dikelola secara efisien.
2) Koperasi di bidang produksi, konsumsi, pemasaran, dan jasa perlu terus didorong
dan dikembangkan agar tumbuh sehat dan kuat sehingga semakin berakar dan
peranannya makin besar baik bidang pertanian, industri, dan perdagangan
kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat.
3) Prioritas pembinaan 2.000 – 4.000 KUD Mandiri. Agar melayani perkreditan,
penyaluran barang, dan pemasaran hasil produksi.
• UU Koperasi No. 25 Tahun 1992
1) Penyempurnaan UU No. 12 Tahun 1967.
2) Mengedepankan organisasi koperasi sebagai organisasi yang diberikan keleluasaan
dalam kegiatan ekonomi atau bisnis.
• Tahun 1945
Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan Dalam Negeri
dibawah Kementerian Kemakmuran.
• Tahun 1946
Urusan Perdagangan Dalam Negeri dimasukkan pada Jawatan Perdagangan, sedangkan
Jawatan Koperasi berdiri sendiri mengurus soal koperasi.
• Tahun 1947 – 1948
Jawatan Koperasi dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa ini ada suatu
peristiwa yang cukup penting yakni tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi
mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12
Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.
• Tahun 1949
Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di Yogyakarta, tugasnya adalah mengadakan
kontak dengan jawatan koperasi di beberapa daerah lainnya. Tugas pokok yang
dihasilkan, telah melebur Bank dan Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada
tahun yang sama, diundangkan dengan Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli
1949 (SBT. No. 179).
• Tahun 1950
Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta digabungkan dengan Jawatan
Koperasi RIS, berkedudukan di Jakarta.
• Tahun 1954
Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi di bawah pimpinan
oleh Rusli Rahim.
• Tahun 1958
Jawatan Koperasi menjadi bagian dari Kementerian Kemakmuran.
• Tahun 1960
Perkoperasian dikelola oleh Menteri Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan
Masyarakat Desa (Transkopemada), dibawah pimpinan seorang Menteri yang dijabat
oleh Achmadi.
• Tahun 1963
Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap dibawah pimpinan
Menteri Achmadi.
• Tahun 1964
Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan Koperasi dibawah
pimpinan Menteri Achmadi kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi
dibawah pimpinan seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi Amin.
Periode Tahun 1966 – 2004
Pada tahun 1966, Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri dengan dipimpin oleh
Pang Suparto. Kemudian, Departemen Koperasi diubah menjadi Kementerian Perdagangan
dan Koperasi di bawah pimpinan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Direktorat
Jenderal Koperasi dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono. Setahun kemudian mulai diberlakukan
UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian dan Koperasi resmi masuk
dalam jajaran Departemen Dalam Negeri. Akan tetapi pada tahun 1968 koperasi
digabungkan dalam jajaran Departemen Transmigrasi dan Koperasi. Pada tahun 1974
Dirjen Koperasi kembali mengalami perubahan dengan digabung dalam jajaran
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi. Lalu, pada tahun 1978 Direktorat
Jenderal Koperasi masuk dalam Departemen Perdagangan dan Koperasi dengan Drs.
Radius Prawiro sebagai Menterinya. Untuk memperkuat kedudukan koperasi dibentuk
puisi Menteri Muda Urusan Koperasi, yang dipimpin oleh Bustanil Arifin, SH. Sedangkan
Dirjen Koperasi dijabat olh Prof. DR. Ir. Soedjanadi Ronodiwiryo.
Dengan berkembangnya usaha koperasi dan kompleksnya masalah yang dihadapi,
koperasi melangkah maju di berbagai bidang dengan memperkuat kedudukan dalam
pembangunan. Pada Kabinet Pembangunan IV Direktorat Jenderal Koperasi ditetapkan
menjadi Departemen Koperasi, melalui Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1983,
tanggal 23 April 1983. Melalui Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1991, tanggal 10
September 1991 terjadi perubahan susunan organisasi Departemen Koperasi yang
disesuaikan keadaan dan kebutuhan. Pada tahun 1992, diberlakukan UU Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian dan UU Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian dicabut.
Pada tahun 1993 terjadi perubahan nama Departemen Koperasi menjadi Departemen
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Tugas Departemen Koperasi menjadi
bertambah dengan membina Pengusaha Kecil. Hal ini merupakan perubahan yang strategis
dan mendasar karena secara fundamental golongan ekonomi kecil sebagai suatu kesatuan
dan keseluruhan harus ditangani secara mendasar mengingat perekonomian tidak terbatas
hanya pada pembinaan perkoperasian saja. Tahun 1998 terjadi penyempurnaan nama
menjadi Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil sebagai bentuk penyempurnaan kritis
dan strategis karena kesiapan untuk melaksanakan reformasi ekonomi dan keuangan dalam
mengatasi masa krisis saat itu serta menyiapkan landasan yang kokoh bagi Koperasi dan
Pengusaha Kecil dalam memasuki persaingan bebas yang penuh tantangan. Berlanjut di
tahun 1999, terjadi perubahan kembali menjadi Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha
Kecil dan Menengah. Pada tahun 2000 terdapat beberapa perubahan sehingga menjadi
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta dibentuk Badan
Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah. Akan tetapi,
Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dibubarkan
pada tahun 2001. Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan UKM ditetapkan
membawahi setmeneg, 7 deputi, dan 5 staf ahli. Susunan ini berlaku hingga tahun 2004.
Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi yang
otonom, namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan
yang tinggi seperti jasa keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama.
Dengan otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga terdapat
potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat daerah. Pemusatan koperasi di bidang
jasa keuangan sangat tepat untuk dilakukan pada tingkat kabupaten/kota atau “kabupaten
dan kota” agar menjaga arus dana menjadi lebih seimbang dan memperhatikan kepentingan
daerah (masyarakat setempat).

D. Sejarah Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia


Koperasi syariah lahir sejak menjamurnya pendirian beberapa Bailatul Maal
WatTamwiil (BMT) yang pada pertama kali dirintis oleh BMT Bina Insan Kamil pada
tahun 1992. BMT berbasis kegiatan ekonomi kerakyatan dengan falsafah yang sama yaitu
dari anggota oleh anggota untuk anggota, maka berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1992
tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, di mana letak perbedaannya dengan
Koperasi Konvensional (nonsyariah) hanya terletak pada teknis operasionalnya saja.
Koperasi Syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah
halal dan haram dalam melakukan usahanya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2016 jumlah penduduk
Indonesia yang berada dalam kategori miskin mencapai 28,01 juta orang atau sebesar 10,
86%. Oleh karena itu, dibentuklah Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) serta Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) dengan harapan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya pada kalangan masyarakat
menengah kebawah dan mewujudkan keadilan sesuai dengan konsep Islam.

E. Tugas dan Fungsi Kementerian Koperasi dan UMKM


Tugas dan fungsi Kementerian Koperasi dan UKM telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara pasal 552, 553 dan 554, yaitu:
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam menjalankan tugas,
Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah;
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro,
kecil dan menengah;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah; dan
e. Penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah sesuai dengan undang-undang di bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah.
DAFTAR PUSTAKA

Koperasi Eka Citra. 2016. Sejarah dan Perkembangan Koperasi di Indonesia. Diakses dari
https://kopec.co.id/2479-2/ pada 9 Februari 2022 pukul 23:34.
Sofian. 2018. Koperasi Syariah Sebagai Solusi Keuangan Masyarakat: Antara Religiusitas,
Trend, dan Kemudahan Layanan. Prosiding Industrial Research Workshop and
National Seminar: 752-758. https://doi.org/10.35313/irwns.v9i0.1146.
Sumantri, Bambang Agus dan Erwin Putera Permana. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Perkembangan Teori, Praktik, Dan Strategi.
Kediri: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Trisna Dewi, Ni Komang, dkk. 2021. Sejarah Pertumbuhan, Perkembangan dan Perjuangan
Koperasi di Indonesia. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai