oleh masyarakat Indonesia pada umumnya karena sistem ekonomi yang berkembang saat itu
adalah sistem ekonomi kolonial. Akan tetapi, Hatta terus berusaha membangun koperasi
dengan mendirikan koperasi-koperasi seperti koperasi konsumsi, koperasi kredit, dan
koperasi produksi. Beliau juga merealisasikan idenya dalam pasal 33 UUD 1945. Perjuangan
Mohammad Hatta dalam bidang koperasi membuat beliau ditetapkan sebagai Bapak Koperasi
Indonesia. Penetapan ini dilakukan oleh peserta kongres saat penyelenggaraan kongres
koperasi di Bandung tanggal 17 Juli 1953. Kongres yang berlangsung di Bandung ini tidak
hanya menetapkan Bapak Koperasi Indonesia, tetapi juga membahas tentang pengembangan
koperasi di Indonesia dan mengubah Sentral Organisasi Koperasi Republik Indonesia
(SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). Tugas dari DKI ini adalah membentuk
Lembaga Pendidikan Koperasi dan mendirikan Sekolah Menengah Koperasi di tiap daerah.
Beberapa alasan penetapan Mohammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
lebih rincinya adalah beliau merupakan orang pertama yang berusaha kuat mengusahakan
konsep koperasi agar dijadikan soko guru perekonomian rakyat Indonesia, menanamkan
dasar koperasi dalam pasal 33 UUD 1945, dan beliau juga terjun secara langsung untuk
membina dan menumbuhkan koperasi (Widjaja, 1988). Menurut Mohammad Hatta agar citacita perekonomian dunia tercapai maka asas kekeluargaan perlu ditingkatkan. Beliau juga
berharap koperasi dapat menyatukan kekuatan yang dapat menumbuhkan potensi ekonomi
pada anggota koperasi pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Koperasi
dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan yang memberikan kesadaran akan kemampuan diri
sendiri dan diperlukannya usaha bersama. Melalui koperasi, rakyat diajarkan untuk percaya
akan kemampuan diri sendiri sehingga mampu berjuang sendiri memperbaiki ekonominya.
Perjuangan Mohammad Hatta dalam perekonomian Indonesia mampu memunculkan
gerakan koperasi di Indonesia. Pergerakan pemuda yang pertama kali menerapkan konsep
koperasi dari Mohammad Hatta adalah Budi Utomo tahun 1908 yang menyediakan keperluan
rumah tangga. Kemudian, Serikat Islam juga mengembangkan koperasi yang bergerak di
bidang keperluan sehari-hari dengan membuka toko-toko koperasi. Mohammad Hatta
mengawali penerapan koperasi dengan mendirikan tiga jenis koperasi, yaitu koperasi
konsumsi, koperasi kredit, dan koperasi produksi (Setiyarini & Wisnu, 2014). Koperasi
konsumsi merupakan koperasi yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan harga murah.
Koperasi kredit merupakan koperasi yang meminjamkan modal hanya kepada anggotanya.
Sedangkan, koperasi produksi merupakan koperasi yang menjual secara bersama hasil
produksi dari anggota. Itulah peran Mohammad Hatta dalam perkembangan koperasi di
Indonesia.
Daftar Pustaka
Riyadi, D.A. (2010). Hatta Hikayat Cinta dan Kemerdekaan. Jakarta: Ki Town House Blok
H.
Widjaja, I.W. (1988). Mengenang Bung Hatta. Jakarta : CV Haji Mas Agung.
Setiyarini, H. & Wisnu. (2014). Pemikiran Mohammad Hatta tentang Ekonomi Koperasi
Tahun 1925-1953. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.