Anda di halaman 1dari 3

Peran Mohammad Hatta dalam Perkembangan Koperasi Indonesia

Oleh Dian Anggraeni Putri, 1306377833

Masalah ekonomi merupakan masalah yang penting dalam kelangsungan hidup


manusia. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan manusia seperti sandang, pangan, dan papan
terlihat dari takaran ekonomi. Saat Indonesia dikuasai oleh pemerintah Belanda, kondisi
ekonomi rakyat Indonesia sangat memprihatinkan. Perekonomian rakyat banyak dieksploitasi
oleh Belanda. Hak atas tanah dikuasai dan rakyat Indonesia dipekerjakan melampaui batas
wajar dengan upah yang tidak layak sehingga rakyat tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal ini mengakibatkan rakyat Indonesia banyak yang terjebak hutang oleh
lintah darat. Sistem perekonomian kapitalisme yang Belanda terapkan di Indonesia membuat
rakyat Indonesia hidup miskin dan menderita. Melihat kondisi ini, Mohammad Hatta tergerak
untuk berusaha membangun perekonomian rakyat yang sesuai dengan sistem sosial Indonesia
yang gemar gotong royong dan tolong-menolong.
Mohammad Hatta adalah sosok yang banyak menuangkan pemikirannya untuk
kemajuan bangsa Indonesia, khususnya bidang ekonomi. Beliau lahir di Bukittinggi, 12
Agustus 1902. Ayahnya bernama Haji Mohammad Djamil dan ibunya bernama Siti Saleha.
Mohammad Hatta merupakan keturunan ulama dan saudagar. Beliau suka memperhatikan
peristiwa kehidupan dan tingkah laku disekitarnya. Pelajaran pertama yang didapat
Mohammad Hatta mengenai organisasi dagang berasal dari kakeknya yang biasa beliau
panggil Pak Gaek (Riyadi, 2010). Pak Gaek mengatur usahanya secara efisien dengan
memberikan peran dan tanggungjawab kepada masing-masing karyawannya. Selain itu, Pak
Gaek juga selalu berlaku adil pada setiap karyawannya serta membebaskan karyawannya
untuk membuat keputusan sesuai inisiatif mereka. Kemudian, lahirlah konsep rantau dalam
kegiatan berdagang di Minang yang saat ini seperti konsep koperasi. Konsep rantau ini
menerapkan sistem bagi hasil yang menguntungkan baik bagi pihak pekerja maupun pihak
pemilik modal. Sistem ekonomi ini memberikan inspirasi kepada Mohammad Hatta untuk
mempelajari lebih dalam mengenai gerakan koperasi di negara-negara Eropa yang nantinya
akan diaplikasikan di Indonesia untuk memajukan perekenomian bangsa Indonesia. Koperasi
merupakan suatu organisasi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan.
Mohammad Hatta dalam usahanya untuk mengaplikasikan koperasi di Indonesia
sempat mengalami kegagalan. Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memajukan koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia. Koperasi masih dianggap asing

oleh masyarakat Indonesia pada umumnya karena sistem ekonomi yang berkembang saat itu
adalah sistem ekonomi kolonial. Akan tetapi, Hatta terus berusaha membangun koperasi
dengan mendirikan koperasi-koperasi seperti koperasi konsumsi, koperasi kredit, dan
koperasi produksi. Beliau juga merealisasikan idenya dalam pasal 33 UUD 1945. Perjuangan
Mohammad Hatta dalam bidang koperasi membuat beliau ditetapkan sebagai Bapak Koperasi
Indonesia. Penetapan ini dilakukan oleh peserta kongres saat penyelenggaraan kongres
koperasi di Bandung tanggal 17 Juli 1953. Kongres yang berlangsung di Bandung ini tidak
hanya menetapkan Bapak Koperasi Indonesia, tetapi juga membahas tentang pengembangan
koperasi di Indonesia dan mengubah Sentral Organisasi Koperasi Republik Indonesia
(SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). Tugas dari DKI ini adalah membentuk
Lembaga Pendidikan Koperasi dan mendirikan Sekolah Menengah Koperasi di tiap daerah.
Beberapa alasan penetapan Mohammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
lebih rincinya adalah beliau merupakan orang pertama yang berusaha kuat mengusahakan
konsep koperasi agar dijadikan soko guru perekonomian rakyat Indonesia, menanamkan
dasar koperasi dalam pasal 33 UUD 1945, dan beliau juga terjun secara langsung untuk
membina dan menumbuhkan koperasi (Widjaja, 1988). Menurut Mohammad Hatta agar citacita perekonomian dunia tercapai maka asas kekeluargaan perlu ditingkatkan. Beliau juga
berharap koperasi dapat menyatukan kekuatan yang dapat menumbuhkan potensi ekonomi
pada anggota koperasi pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Koperasi
dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan yang memberikan kesadaran akan kemampuan diri
sendiri dan diperlukannya usaha bersama. Melalui koperasi, rakyat diajarkan untuk percaya
akan kemampuan diri sendiri sehingga mampu berjuang sendiri memperbaiki ekonominya.
Perjuangan Mohammad Hatta dalam perekonomian Indonesia mampu memunculkan
gerakan koperasi di Indonesia. Pergerakan pemuda yang pertama kali menerapkan konsep
koperasi dari Mohammad Hatta adalah Budi Utomo tahun 1908 yang menyediakan keperluan
rumah tangga. Kemudian, Serikat Islam juga mengembangkan koperasi yang bergerak di
bidang keperluan sehari-hari dengan membuka toko-toko koperasi. Mohammad Hatta
mengawali penerapan koperasi dengan mendirikan tiga jenis koperasi, yaitu koperasi
konsumsi, koperasi kredit, dan koperasi produksi (Setiyarini & Wisnu, 2014). Koperasi
konsumsi merupakan koperasi yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan harga murah.
Koperasi kredit merupakan koperasi yang meminjamkan modal hanya kepada anggotanya.
Sedangkan, koperasi produksi merupakan koperasi yang menjual secara bersama hasil
produksi dari anggota. Itulah peran Mohammad Hatta dalam perkembangan koperasi di
Indonesia.

Daftar Pustaka
Riyadi, D.A. (2010). Hatta Hikayat Cinta dan Kemerdekaan. Jakarta: Ki Town House Blok
H.
Widjaja, I.W. (1988). Mengenang Bung Hatta. Jakarta : CV Haji Mas Agung.
Setiyarini, H. & Wisnu. (2014). Pemikiran Mohammad Hatta tentang Ekonomi Koperasi
Tahun 1925-1953. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai