Anda di halaman 1dari 3

Penyakit Kawasaki menurut Kawasaki et al (1974) yang dikutip oleh Advani (2007)

dalam artikelnya yang berjudul Penyakit Kawasaki dan Dampaknya pada Penderita dan
Komunitas merupakan penyakit peradangan akut dengan adanya vaskulitis yang dapat
sembuh sendiri (self-limited) dan banyak menyerang bayi dan anak-anak. Penyakit ini
pertama kali ditemukan oleh seorang Dokter dari Jepang yang bernama Tomisaku Kawasaki
pada tahun 1961. Pasien pertamanya adalah seorang anak berusia 4 tahun yang menderita
demam dengan bercak kemerahan. Pada tahun 1967, Kawasaki menemukan 50 pasien dengan
gejala yang sama seperti pasien sebelumnya dan Kawasaki menegakkan diagnosa, yaitu
mucocutaneus lymph node syndrome. Pada tahun 1974, penyakit tersebut meluas di luar
Jepang. Penyebab penyakit Kawasaki masih belum pasti dan dalam masa penelitian lebih
lanjut. Penyakit Kawasaki diduga diakibatkan oleh infeksi bakteri atau virus dari gejala
demam yang mucul, bercak kemerahan, pembengkakan limfa dan lain sebagainya. Tetapi
berdasarkan kultur bakteri dan virus yang menyerang pada pasien tertuga penyakit Kawasaki,
tidak ditemukannya mikroorganisme utama pada setiap individu yang terinfeksi, sehingga
dugaan bahwa karena infeksi suatu mikrroorganisme tertentu tidak terbukti.
Menurut Brown et al (2001) yang dikutip oleh Budiyanto (2007) dalam Jurnal
Kardiologi Indonesia yang berjudul Problem Jantung pada Penyakit Kawasaki, penyakit
Kawasaki ditandai dengan infeksi atau inflamasi (vaskulitis) pada seluruh pembuluh darah
dan sering disertai dengan aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah mesentrika,
femoralis, illiaka, ginjal, aksila dan brakial. Infeksi yang timbul menyebabkan gangguan pada
sistem imun individu, sehingga terjadi proses inflamasi yang berefek pada pembuluh darah.
Sel-sel yang berperan dalam proses inflamasi tersebut adalah CD68+ monosit/makrofag,
CD8+ limfosit, sel plasma oligoclonal IgA, enzim metaloproteinase, monocyte chemotactic
MCAF/MCP-1 (faktor aktivasi dari monocyte chemotactic), nekrosis tumor alpha (TNF-)
dan interleukin.
Pada stadium awal biasanya akan mengenai arteri besar dan akan memperlihatkan
adanya edema dari sel otot polos. Edema pada sel otot polos tersebut mengalami
pembengkakan sel endotel dan subendotelnya, tetapi lapisan elastis interna masih tetap utuh.
Setelah 7-9 hari setelah serangan pada stadium awal, akan ditemukan neutrofil yang akan
berubah dengan cepat menjadi sel mononuklear besar bersama dengan limfosit dan sel
plasma IgA. Lalu akan terjadi penghancuran pada lapisan elastis interna dan enzim
metaloproteinase (perusak dinding arteri) berperan dalam proses tersebut. Sehingga terjadi
inflamasi aktif yang terjadi beberapa minggu sampai bulan dan menimbulkan jaringan
fibrosis yang progresif dan pembentukan skar. Sejalan dengan waktu, remodeling arteri atau

revaskularisasi dapat terjadi pada penyakit ini ditandai dengan adanya arteritis koroner. Pada
proses tersebut terjadi progresitas stenosis yang disebabkan oleh remodeling aktif dengan
proliferasi intima dan neoangiogenesis. Sehingga menyebabkan lapisan intima lebih menebal
dan kaya akan sel otot polos dan lapisan fibrotik.
Menurut Newburger et al (2004) yang dikutip oleh Budiyanto (2007) Manifestasi Klinis
Penyakit Kawasaki pada Anak, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Demam minimal 5 hari (demam tinggi, tidak respon dengan antimikroba atau antipiretik)
Kelainan mukosa mulut (dry cracked lips, strawberry tongue, eritrema orofaring)
Konjungtivitis bilateral (non-eksudatif, bulbar lebih sering dibanding palpebra atau tarsal)
Bercah kemerahan
Perubahan pada ekstrimitas (eritrema dan edema tangan dan kaki, diikuti dengan
deskuamasi jari tangan dan kaki pada bayi, dan regio perineal pada minggu ke-1 sampai

3)
6. Limfadenopati servikal unilateral (diameter > 1,5 cm)
Gejala-gejala lain yang dapat dijumpai pada Penyakit Kawasaki menurut Ismoedijanto (2011)
dalam artikelnya yang berjudul Demam dan Ruam di Daerah Tropik (Viral Exanthemas in
The Tropic), yaitu:
1. Sistem Kardiovaskuler: aneurysma arteri coronaria, myocarditis, perikarditis, jarang
endokarditis dan aneurysma arteri sistemik
2. Susunan Saraf: gelisah pada bayi, aseptic meningitis, lebih jarang facial palcy
3. Sistem Gastrointestinal: diare, nyeri perut, hepatitis, hydrops gallbladder, jarang adalah
pancreatitis dan obstructive jaundice
4. Sistem Muskuloskeletal: arthritis dan arthralgia
5. Sistem Respiratori: pneumonia interstitialis dan uveitis anterior
Gejala penyakit Kawasaki berdasarkan tingkatan fase menurut Ismoedijanto (2011) dalam
artikelnya yang berjudul Demam dan Ruam di Daerah Tropik (Viral Exanthemas in The
Tropic):
1. Fase Akut (1-2 Minggu)
Demam
Konjungtival injeksi
Perubahan mukosa mulut
Kemerahan dan edema telapak tangan serta kaki
Ruam
Adenopati servikal
Aseptik meningitis
Diare
Miokarditis
Efusi perikardium
Arteritis koronaria
2. Fase Subakut (Berlangsung selama 4 minggu)

Hilangnya febris
Ruam
Limpadenitis servikalis
Anoreksia
Konjungtival injeksi
Perubahan mukosa mulut
Pengelupasan kulit dari ujung-ujung jari tangan dan kaki
Trombositosis
Aneurisma arteri koronaria
Kematian mendadak
3. Fase Konvalescene (6-8 minggu setelah timbulnya panas)
Menghilangnya semua gejala dan tanda keradangan pada pemeriksaan laboratorium
Hilangnya laju endap darah maupun CRP
Referensi:
Budiyanto, N. (2007). Problem Jantung pada Penyakit Kawasaki. No. 4, Vol. 28:285-296.
Jakarta: Jurnal Kardiologi Indonesia.
Advani, Najib. (2007). Penyakit Kawasaki dan Dampaknya pada Penderita dan Komunitas.
No. 4, Vol. 8:127-132. Jakarta: Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRS Dr.Cipto Mangunkusumo.
Ismoedijanto. (2011). Demam dan Ruam di Daerah Tropik (Viral Exanthemas in The
Tropik). Surabaya: Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai