Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


(HKI)

Kelompok 2 :

Jeremi Simangunsong (1905091083)


Niawali Halawa (1905091019)
Nurul Aina Munthe (1905091040)
Junita Katarina Ndruru (1905091007)
Elvira Julika Sari Br. Sitepu (1905091079)
Priska Silalahi (1905091075)
Yesi Pratiwi (1905091063)
Fitra Indri Lubis (1905091027)
Rini Yenewa Tarigan (1905091096)
Indriani Lubis (1905091015)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami pada mata
kuliah Hukum Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Hak Kekayaan Intelektual bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lily Nasution SH., MH selaku
dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 26 Oktober 2021

Kelompok 2
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab 1(Pendahuluan)
1.1Latar Belakang........................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3.Tujuan....................................................................................................2
1.4.Manfaat..................................................................................................2
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Bab 2 (Pembahasan)
2.1. Pengertian..............................................................................................3
2.2.Dasar Hukum HaKI di Indonesia...........................................................3
2.3.Macam-macam HaKI.............................................................................4
........................................................................................................................
2.4.Fungsi dan Tujuan HaKI......................................................................12
2.5.Manfaat HaKI.......................................................................................14
2.6.Solusi dari masalah HaKI.....................................................................14

Bab 3 (Penutup)
1.Kesimpulan.............................................................................................18
2.Daftar Pustaka.........................................................................................19
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang atau
sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang
berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu di akui dan
perlu dilindungi, agar ide-ide cemerlang dan kratif yang telah diciptakan tidak
diklaim atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu diperlukan wadah yang dapat
membantu dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebut. Untuk
Tingkat internasional 0rganisasi yang mewadahi bidang H.K.I ( Hak
Kekayaan Intelektual ) adalah WIPO ( World Intellectual Property
Organization).
Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa, maka
dirasakan perlunya perlindungan hukum terhadap hak cipta. Perlindungan
Hukum tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang
lebih baik untuk tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-
undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa
perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru yaitu
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku
12 (dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di
bidang teknologi ( hak paten ) dan kreasi tentang penggabungan antara unsure
bentuk,warna, garis( desain produk industry ) serta tanda yang digunakan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa ( merek ) juga perlu diakui dan
dilindungi dibawah perlindungan hukum . Dengan kata lain Hak atas
kekayaan Intelektual ( HaKI) perlu didokumentasikan agar kemungkinan
dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau
dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


1.    Apa yang dimaksud dengan definisi,etimologi,tata bahasa, doktirn HAKI ?
2. Apa macam – macam HAKI?
3.  Apa fungsi dan tujuan HAKI?
4. Apa manfaat dan Bagaimana cara penyelesaian atau solusi masalah apabila
terjadi HAKI?

1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian HAKI atau H.K.I
2.    Untuk mengetahui macam-macam HAKI
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan HAKI
4. Dan untuk mengetahui manfaat serta solusi dalam penyelesaiaan masalah
dalam HaKI

1.4 Manfaat
Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui bersama bahwa
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
dapat menambah pengetahuan keilmuan terutama di bidang hukum Bisnis dan
semoga keberadaan hukum ini dapat memberi masukan bagi semua pihak.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian HKI
Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul dari kemampuan berfikir atau
olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia. Dalam ilmu hukum, hak kekayaan intelektual merupakan harta
kekayaan khususnya hukum benda (zakenrecht) yang mempunyai objek
benda inteletual, yaitu benda yang tidak berwujud yang bersifat immaterial
maka pemilik hak atas kekayaan intelektual pada prinsipnya dap berbuat apa
saja sesuai dengan kehendaknya.
Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Hak Milik
Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual
Property Rights (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya].
Istilah atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk
pertama kalinya pada tahun 1790. Adalah Fichte yang pada tahun 1793
mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada pada bukunya. Yang
dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku
dalam pengertian isinya.Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak,
Kekayaan, dan Intelektual. Hak adalah pengertian tentang sesuatu hal yang
benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), Kekayaan
merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual.
Intelektual yang dimaksud dalam HAKI adalah kecerdasan, kemampuan
berpikir, berimajinasi, atau hasil dari proses berpikir manusia atau the
creation of human mind.
2.2 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :
 Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (WTO)
 Undang-undang Nomor 10/1995 tentang Kepabeanan
 Undang-undang Nomor 12/1997 tentang Hak Cipta
 Undang-undang Nomor 14/1997 tentang Merek
 Undang-undang Nomor 13/1997 tentang Hak Paten
 Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention
for the Protection of   Industrial Property dan Convention Establishing the
World Intellectual Property Organization
 Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law
Treaty
 Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne
Convention for the Protection of             Literary and Artistic Works
 Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO
Copyrights Treaty

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan Intelektual


(HaKI) dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi yang
memiliki hak atas pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau
produk dapat diperoleh dengan mendaftarkannya ke pihak yang
melaksanakan, dalam hal ini merupakan  tugas dari Direktorat Jenderal Hak-
hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Perundang-
undangan Republik Indonesia.
2.3 Macam – Macam HAKI ( Hak Atas Kekayaan Intelektual)
1)      Hak Cipta
1.1 Sejarah Hak Cipta
Pada jaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani bernama Peh Riad
menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.) dan koma (,). Anaknya bernama
Apullus menjadi pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah Romawi
memberikan Pengakuan, Perlindungan dan Jaminan terhadap karya cipta
ayah nya itu. Untuk setiap penggunaan, penggandaan dan pengumuman atas
penemuan Peh Riad itu, Apullus memperoleh penghargaan dan jaminan
sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut. Apullus ternyata orang yang
bijaksana, dia tidak menggunakan seluruh honorarium yang diterimany.
Honor titik (.) digunakan untuk keperluan sendiri sebagai ahli waris,
sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke pemerintah Romawi sebagai
tanda terima kasih atas penghargaan dan pengakuan terhadap hak cipta
tersebut.

1.2 Pengertian Hak Cipta


Hak cipta merupakan salah satu bagian dari hak kekayaan intelektual di bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Definisi hak cipta dijabarkan pada Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak
Cipta) yang menyebutkan bahwa:
“Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”.
Hak Terkait merupakan hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan
hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga
Penyiaran.Hak Cipta melekat pada produk ciptaan sebagaimana diatur dalam
pasal 40 ayat (1) UU Hak Cipta, antara lain lagu, novel, atau potret.
Sedangkan hak terkait melekat pada produk ciptaan yang disiarkan atau
ditayangkan sehingga produknya meliputi karya pertunjukan, karya rekaman,
atau karya siaran.
Lebih lanjut diterangkan bahwa Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri
dari hak moral dan hak ekonomi, sebagaimana diatur dalam pasal 4 UU Hak
Cipta. Makna hak eksklusif adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi
pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin pencipta. Pemegang Hak Cipta yang bukan pencipta,
hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi.Hak
ekonomi merupakan hak untuk dapat mempergunakan ciptaan dalam tujuan
komersial atau mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Sedangkan hak
moral adalah hak yang bersifat absolut ada pada diri Pencipta.
Mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2021 Tentang Pengelolaan
Royalti Hak Cipta Lagu dan Musik (PP 56/2021) yang baru disahkan oleh
Presiden RI pada 30 Maret 2021 lalu. Dalam PP 56/2021 tersebut dinyatakan
bahwa setiap orang yang melakukan penggunaan secara komersial lagu
dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial harus
membayar royalti kepada pencipta, pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik
hak terkait melalui LMKN (Lembaga Manajemen Kolektif Nasional).
Layanan publik yang dimaksud meliputi seminar dan konferensi komersial,
restoran, kafe, pub, bar, bistro, kelab malam, konser musik, pesawat udara,
bus, kereta api, dan kapal laut, serta pameran, dan bazar. Kemudian juga
bioskop, nada tunggu telepon, bank dan kantor, pertokoan, pusat rekreasi,
lembaga penyiaran televisi, lembaga penyiaran radio, hotel, kamar hotel, dan
fasilitas hotel, dan usaha karaoke.
1.3 Masa berlaku Hak moral dan Hak ekonomi
Hak moral dan hak ekonomi memiliki masa berlaku yang berbeda. Hak moral
berlaku selamanya. Sementara itu, hak ekonomi atas setiap ciptaan bisa saja
berbeda. Glints mengambil contoh untuk ciptaan buku, lagu, drama, dan peta.
Mengacu pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2014, hak cipta untuk berbagai
ciptaan tersebut berlaku selama hidup pencipta. Jika pencipta meninggal, hak
cipta akan terus berlaku selama tujuh puluh tahun setelah pencipta meninggal,
terhitung mulai 1 Januari tahun berikutnya.
1.4. Tujuan Hak Cipta
Tujaun dari Hak cipta ini adalah hak untuk dapat mengaku/mengklaim hasil dari
suatu karya dengan ketentuan serta bukti, suapay benda tersebut kemudian
tidak diklaim, disalahnamakan, diakui oleh pihak lain. Atau lebih
sederhananya tujuan dari hak cipta adalah supaya tidak ada karya atau pun
juga hasil eksperimen seseorang itu dinyatakan bahwa seseorang yang lain
lah penciptanya.
1.5. Ciri-ciri Hak Cipta
Terdapat beberapa ciri-ciri atau karakteristik dari hak cipta, antara lain sebagai
berikut:
 Batas waktu perlindungan ini merupakan seumur hidup serta tambahan
waktu 50 tahun apabila pemegang hak tersebut sudah meninggal dunia.
 Hak cipta tersebut diperoleh dengan secara otomatis, tidak ada kewajiban
untuk kemudian mendaftarkan. Tetapi demi kepentingan pencipta atau
juga pemegang hak cipta surat pendaftaran ciptaan tersebut tetap penting,
yang paling utama apabila terdapat permasalahan hukum mengenai hal
tersebut dikemudian hari. Surat pendaftaran tersebut dapat atau bisa
dijadikan sebagai alat bukti awal untuk kemudian dijadikan penentu siapa
pencipta atau pun juga pemegang hak cipta yang lebih berhak atas suatu
ciptaan.
 Bentuk-bentuk dari pelanggaran, seperti misalnya adanya bagian-
bagiannya yang sudah disalin dengan secara instantif, memiliki kesamaan,
diperbanyak atau juga diumumkan tanpa izin.
 Sanksi pidana yang diberikan apabila kemudian terbukti bersalah
melakukan pelanggaran hak cipta, hukuman yang dikenakan tersebut
maksimal tujuh tahun atau pun juga denda lima milyar rupiah.
 Dilindungi, seperti ciptaal pada bidang musik, buku ceramah, ilmu
pengetahuan,seni tari, program komputer, seni serta sastra, dan lain
sebagainya.
 Kriteria benda atau pun juga hal-hal yang memperoleh perlindungan hak
cipta tersebut hanya ciptaan yang asli.

1.6. Jenis-Jenis Ciptaan yang Dilindungi dan Masa Berlaku Perlindungan


Setiap hasil karya di bidang pengetahuan, seni dan sastra dapat dilindungi negara
melalui hak cipta. Perlindungan ini memiliki masa berlaku yang berbeda-beda
tergantung jenis ciptaan dan jenis hak eksklusif. Untuk hak moral, maka hak
tersebut berlaku tanpa batas waktu. Sedangkan hak ekonomi memiliki batas
waktu perlindungan yang berbeda, tergantung dari jenis ciptaannya,
sebagaimana diatur pada Pasal 58-60 UU Hak Cipta.
a. Ciptaan dengan Hak Cipta Seumur Hidup ditambah 70 Tahun
Perlindungan atas ciptaan yang tercantum dalam Pasal 58 ayat (1) UU Hak Cipta
berlangsung selama pencipta hidup dan akan berlangsung selama 70 tahun
setelah pencipta meninggal. Ciptaan tersebut diantaranya:
 Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
 Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
 Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
 Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
 Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
 Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
 Karya arsitektur;
 Peta; dan
 Karya seni batik atau seni motif lain
b. Ciptaan dengan Hak Cipta selama 50 Tahun
Selanjutnya Pasal 59 ayat (1) UU Hak Cipta menyebutkan jenis ciptaan yang
perlindungannya berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman, antara lain adalah
 Karya fotografi;
 Potret;
 Karya sinematografi;
 Permainan video;
 Program Komputer;
 Perwajahan karya tulis;
 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
 Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
 Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
 Kompilasi ekspresi budaya tradisional
c. Ciptaan dengan Hak Cipta selama 25 Tahun
Pasal 59 Ayat 2 UU Hak Cipta menjelaskan ciptaan berupa karya seni terapan
berlaku selama 25 tahun. Di mana, perlindungan hak cipta berlaku sejak
pertama kali dilakukan pengumuman atas hak tersebut.
d. Ciptaan dengan Hak Cipta Tanpa Batas Waktu
Khusus untuk ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara, maka
perlindungan atas hak cipta akan berlaku tanpa batas waktu.

1.7 Contoh Hak Cipta


 membuat salinan atau pun juga reproduksi ciptaan serta kemudian menjual
hasil salinan tersebut
 mengimpor dan mengekspor ciptaan,
 menciptakan sebuah karya turunan atau pun derivatif atas ciptaan
(mengadaptasi ciptaan),
Ciptaan tersebut bisa atau dapat mencakup drama, puisi, serta juga karya tulis
lainnya, film, kemudian karya koreografis (seperti tari, balet, serta lain
sebagainya), rekaman suara, komposisi musik, gambar, lukisan, patung, foto,
software komputer, siaran radio serta juga televisi.
Apakah Hak Cipta dapat Dialihkan? Dalam hak cipta, hak eksklusif yang dapat
dialihkan kepada pihak lain adalah berupa hak ekonomi atas ciptaan tersebut.
Dengan memiliki hak ekonomi, pencipta atau pemegang hak cipta dapat
memanfaatkan ciptaan tersebut untuk memperoleh keuntungan, antara lain
dengan cara menerbitkan ciptaan, menggandakan dan mendistribusikan
ciptaan, serta melakukan pertunjukan atas ciptaan. Berdasarkan Pasal 16 ayat
(2) UU Hak Cipta, hak cipta dapat dialihkan antara lain karena:
 pewarisan;
 hibah;
 wakaf;
 wasiat;
 perjanjian tertulis; atau
 sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Apabila hak ekonomi tersebut sudah dialihkan seluruhnya ke pihak lain, maka
pencipta atau pemegang hak cipta tidak dapat menggunakan hak ekonomi
tersebut lagi. Selain dapat dialihkan, hak cipta merupakan barang tidak
terwujud yang dianggap sebagai aset sehingga hak cipta juga dapat dijadikan
jaminan, misalnya digunakan sebagai jaminan utang.
1.8 Perbedaan Pengalihan Hak Cipta dan Pemberian Lisensi
Selain pengalihan hak ekonomi atas suatu ciptaan, UU Hak Cipta memberikan
skema lain bagi pihak ketiga untuk dapat melaksanakan hak ekonomi atas
suatu ciptaan tanpa mengalihkan hak tersebut dari pencipta atau pemegang
hak cipta. Skema ini merupakan lisensi, yang diartikan sebagai izin tertulis
yang diberikan oleh pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau
produk hak terkait dengan syarat tertentu.
Pemberian lisensi ini dilakukan dengan perjanjian dan sebagai pemberi lisensi,
pencipta atau pemegang hak cipta dapat memperoleh imbalan yang disebut
dengan royalti. Penentuan mengenai besaran royalti dan tata cara pemberian
royalti dapat diatur dalam perjanjian lisensi antara pencipta atau pemegang
hak cipta dengan penerima lisensi.
Jadi, perbedaan utama antara pengalihan hak cipta dengan pemberian lisensi
terletak pada kepemilikan atas hak tersebut. Dalam pengalihan hak cipta,
maka pencipta atau pemegang hak cipta mengalihkan kepemilikan atas hak
ekonomi yang terdapat pada ciptaan sehingga ia tidak dapat melaksanakan
haknya lagi setelah dialihkan. Sedangkan dalam pemberian lisensi, hak
ekonomi atas ciptaan tersebut hanya dapat digunakan oleh pihak lain
sebagai penerima lisensi tanpa mengalihkan kepemilikan atas hak tersebut.

1.9 Cara Mengajukan Perlindungan Hak Cipta


Untuk mendapatkan perlindungan hak cipta, Anda tidak perlu mengajukan
permohonan kepada Menteri. Karena hak cipta timbul secara otomatis setelah
pencipta membuat jenis ciptaan yang dilindungi berdasarkan UU Hak Cipta.
Namun, Anda dapat mengajukan pencatatan atas ciptaan Anda kepada
Menteri agar Anda memiliki bukti yang kuat sebagai pemegang hak cipta
apabila di kemudian hari ada pihak lain yang melanggar hak cipta Anda.
HAK PATEN
1.1 Definisi Hak Paten
Hak paten adalah hak eksklusif inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi.. Jadi, dengan adanya hak paten, temuan penemu sudah resmi
diakui. Hak Paten dilindungi oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2016
tentang Paten (UU Paten), di mana yang dimaksud dengan paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Unsur utama dari paten adalah invensi, di mana invensi
diartikan sebagai ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
1.2 Jenis-jenis Paten
Hak paten sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu paten dan paten sederhana. Paten
diberikan untuk invensi yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat
diterapkan dalam industri. Sementara itu, paten sederhana diberikan untuk
setiap invensi baru, pengembangan dari produk atau proses yang ada, dan
dapat diterapkan dalam industri.
Jenis-jenis paten dan perbedaannya
No. Keterangan Paten Paten Sederh1
1. Jumlah klaim paten 1 invensi atau lebih1 inve2.
yang merupakan satu
kesatuan invensi
2. Masa perlindungan paten 20 tahun (sejak tanggal10 tahun (sejak tanggal
penerimaan penerimaan permohonan
permohonan paten) p
3. Pengumuman 18 bulan setelah tanggal3 bulan setelah tanggal
permohonan paten penerimaan
4. Jangka waktu mengajukan6 bulan terhitung sejak3 bulan terhitung sejak di
keberatan diumumkan umumk5
5. Hal-hal yang diperiksa Kebaruan,langkah  Kebaruan,Dapat
dalam pemeriksaaninventif,  dapatditerapkan dalam  indu66
subtantif diterapkan dalam
industri
6. Lama pemeriksaan36 bulan terhitung sejak24 bulan terhitung sejak
subtantif tgl penerimaantgl penerimaan
permohonan permohonan pemeriksaan
pemeriksaan subtantif subtant
7. Subyek paten Produk atau proses Produk atau alat
 
Apakah Invensi itu?
Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses
atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
1.3. Tujuan Hak Paten
Hak paten diberikan kepada seseorang atau sekelompok inventor.Tujuannya yaitu
untuk menjaga agar hasil invensi tidak diproduksi atau dijual oleh pihak lain.

1.4. Objek yang Dilindungi


Suatu invensi dapat diberikan perlindungan paten apabila memenuhi persyaratan
tertentu, antara lain:
 Kebaruan, jika pada saat tanggal permohonan paten diterima oleh
Pemerintah, tidak sama dengan teknologi yang pernah ada sebelumnya.
 Mengandung langkah inventif atau merupakan suatu pengembangan dari
produk atau proses yang telah ada.
 Dapat diterapkan dalam industri, jika dapat dilaksanakan dalam industri
sebagaimana diuraikan dalam permohonan yang diajukan.

Adapun berdasarkan Pasal 9 UU Paten, invensi yang tidak dapat diberikan


perlindungan paten mencakup beberapa hal seperti:
 Proses atau produk yang pengumuman, penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, agama, ketertiban
umum, atau kesusilaan.
 Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan.
 Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.
 Makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau
 Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan,
kecuali proses nonbiologis atau proses mikrobiologis.

1.5. Pelanggaran Hak Paten


Seperti yang telah Anda ketahui, hak paten sendiri melindungi suatu invensi dari
orang lain yang berniat menggunakannya tanpa izin dari inventor. Jadi, ketika
Anda menemukan ada orang lain yang menggunakan, menjual, menawarkan,
dan mengimpor invensi tersebut, Anda dapat mengajukan gugatan dan
mengambil tindakan hukum terhadap siapapun yang menggunakan invensi ini
tanpa seizin Anda.

1.6. Masa berlaku


1. Paten memiliki jangka waktu perlindungan selama 20 tahun sejak tanggal
penerimaan permohonan paten dan tidak dapat diperpanjang.
2. Paten sederhana memiliki jangka waktu perlindungan selama 10 tahun sejak
tanggal penerimaan permohonan paten sederhana dan tidak dapat
diperpanjang.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, inventor adalah seorang atau
beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang
dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Invensi sendiri
adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
6. Cara Mengajukan Permohonan Hak Paten
1. Mengajukan permohonan ke kantor Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual (DJKI) secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan mengisi
formulir permohonan yang disediakan dan diketik rangkap 2.
2. Pemohon wajib melampirkan:
a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui konsultan
KI terdaftar selaku kuasa;
b. surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain
yang bukan inventor
c. Perlindungan Paten

1.7 Contoh Hak Paten


1. Hak Paten Atas Auronautika oleh J Habibie
Mungkin Anda akan mengenal seorang J Habibie sebagi mantan presiden
Republik Indonesia, namun prestasi yang diraih oleh J Habibie yaitu
menghitung keretakan pesawat dengan baik, bahkan hingga atom-atomnya.
Tentu prestasi dan penemuan ini akan memberikan manfaat yang sangat banyak,
dan juga akan menjaga keselamatan dalam penerbangan. Sehingga dapat
mengurangi kematian dan biaya perawatan yang harus dilakukan oleh
perusahaan.
2. Hak Paten Atas Cakar Ayam oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo
Sebagai salah satu profesor Indonesia yang menemukan ide berupa teknik
rekayasa yaitu menciptakan pondasi bangunan menggunakan teknik cakar
ayam yang aman pada sampel tanah yang lunak seperti rawa-rawa. Penemuan
ini diakui dan mendapatkan hak paten dari 40 negara tersebut yang bermula
ketika Prof. Dr. Ir. Sedijatmo mendirikan sebuah menara listrik di daerah
Ancol.
3. Hak Paten Atas Alat Pemindai (ECVT) Oleh Warsito
Sebagai warga kota solo yang sudah mendapatkan gelar doktornya di Jepang pada
1997. Warsito menciptakan sebuah alat pemindai tubuh yang diberi nama
Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Alat ini memiliki
kelebihan yaitu bisa dibawa kemana-mana dan mampu mendeteksi bagian
dari keseluruhan otak termasuk bagian dalam tubuh.
4. Hak Paten Atas Destination Biased Pada Apple
Pada perusahan apple mematenkan destination biased yang ada pada aplikasi
apple maps. Untuk mengetahui cara kerjanya kurang lebih sama seperti
Google Maps, yaitu pengguna akan mendapatkan arahan navigasi pada saat
menjalankan aplikasi tersebut. Akan tetapi, ini masih kalah popularitasnya
dengan Google Maps milik Google.
5. Hak Paten Atas Slide to Unlock Pada Apple
Ide teknologi yang kembali diajukan adalah slide to unlock dari perusahaan
raksasa teknologi yaitu Apple. Sebenarnya fitur geser untuk membuka layar
yang terkunci ini merupakan paten yang dimiliki oleh Apple. Namun,
beberapa perangkat telah mengunakan fitur tersebut untuk memudahkan
pengguna.
HAK MEREK
1.1 Definisi Hak Merek
Hak merek adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik merek yang
terdaftar untuk jangka waktu tertentu. Dengan adanya hak ini, pemilik merek
bisa menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya.
Namun, apa definisi merek itu sendiri? Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, hak merek adalah tanda yang
dapat ditampilkan secara grafis gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna, dalam bentuk 2D dan/atau 3D, suara, hologram. Tanda
tersebut digunakan untuk membedakan satu merek dengan merek lainnya.
Secara umum, Pasal 1 angka 5 UU MIG telah mengatur bahwa hak atas merek
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang
terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek
tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Artinya, merek yang sudah terdaftar hanya dapat digunakan (dipakai,
diperbanyak, dijual-belikan ataupun pemakaian lainnya) oleh si pemilik
merek yang terdaftar ataupun pihak lain atas izin berdasarkan perjanjian
secara tertulis sesuai peraturan perundang-undangan untuk menggunakan
merek terdaftar tersebut (lisensi).
1.2 Tujuan Hak Merek
Tujuan utama dari hak merek adalah menghindari adanya pihak lain yang menjual
produk atau jasa dengan kesamaan merek.
1.3.Masa berlaku Hak Merek & sanksi yang dikenakan dalam pelanggaran
Hak merek berlaku 10 tahun dan dapat diperpanjang.
* Sanksi yang Dikenakan dalam Pelanggaran
Penggunaan merek terdaftar tanpa hak yang sah (pengguna merek tersebut bukan
pemilik/pemegang merek atau pemegang lisensi merek) menurut Pasal 100
UU MIG dapat dikenakan sanksi pidana sebagai berikut:
 Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
 Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik
pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
 Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan
kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

A. Pengertian Rahasia Dagang


Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD),
khususnya pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Rahasia Dagang adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.” Sedangkan yang
dimaksud dengan hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang
timbul berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dilihat bahwa Rahasia Dagang adalah
sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan, karenannya harus
dijaga kerahasiaannya. Keberhargaan informasi ini timbul karena informasi
tersebut dapat mendatangkan keuntungan ekonomis kepada perusahaan.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang dan Penyelesaiannya


Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sesuai pula
dengan salah satu ketentuan dalam Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan lampiran
dari Agreement Establishing the World Trade Organization on Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
sebagaimana telah diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1994.
Adanya perlindungan tersebut akan mendorong lahirnya temuan atau invensi
baru yang meskipun diperlakukan secara rahasia, tetap mendapat
perlindungan hukum, baik dalam rangka kepemilikan, penguasaan, maupun
pemanfaatan oleh penemunya. Untuk mengelola administrasi Rahasia
Dagang, pada saat ini pemerintah menunjuk Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk
melakukan pelayanan di bidang  Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun
2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku sejak tanggal 20
Desember 2000. Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000
memberikan lingkup perlindungan Rahasia Dagang yaitu meliputi metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di
bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum.
Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut
bersifat :
 Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui
oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
 Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha
yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara
ekonomi.
 Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para
pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak
dan patut.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan


terhadap hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam
waktu tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak
atas HAKI dapat mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau
menyebarluaskan informasi Rahasia Dagang.
Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan. Untuk mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka amat
diperlukan perlindungan hukum bagi pemilik dan atau pemegang HAKI yang
bersangkutan.
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain
sebagai penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan
tanpa hak Rahasia Dagang. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang
pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak
lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau
Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD ”pemilik hak Rahasia Dagang memiliki
hak untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya,
memberikan lisensi atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial”.  Terhadap pasal tersebut, gugatan yang
kita ajukan dapat berupa gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua
perbuatan. Dan berbeda dengan gugatan HAKI lainnya, gugatan mengenai
perkara Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri.
Berkaitan dengan hal di atas, harus ditentukan pula kapan sebenarnya suatu
perbuatan dikatakan telah melanggar Rahasia Dagang milik orang atau pihak
lain. Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia
memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu juga ada perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia
Dagang yakni apabila :
 Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia
Dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan dan keamanan,
kesehatan atau keselamatan masyarakat
 Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan
Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk
kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal ini
adalah suatu tindakan analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi
tentang suatu teknologi yang sudah ada.
Disamping dapat melakukan upaya gugatan melalui pengadilan, pemilik Rahasia
Dagang atau pihak yang merasa dirugikan dapat menempuh upaya lain yakni
melalui penyelesaian sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa (Pasal 12 UU No. 30 Tahun 2000). Arbitrase adalah cara
penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
suatu perjanjian arbitrase antara para pihak yang bersengketa.

C. Apakah peraturan perundang – undangan sudah dapat mengakomodasi


kepentingan pemiliki maupun pengguna rahasia dagang?
Dalam beberapa hal, ketentuan dalam perundang – undangan memang telah cukup
mengakomodasi, seperti contohnya pasal mengenai pemidanaan. Akan tetapi
beberapa ketentuan lain tampak dibuat secara kurang jelas sehingga
membingungkan masyarakat. Salah satunya adalah Ketentuan tentang
pengecualian terhadap pelanggaran rahasia dagang tersebut seharusnya juga
dilengkapi dengan ketentuan yang secara tegas mengatur tentang
pengungkapan rahasia dagang oleh seseorang di depan sidang pengadilan atas
perintah hakim. Atas perintah hakim, seseorang yang mengungkapkan rahasia
dagang di depan sidang pengadilan seharusnya juga ditetapkan sebagai suatu
kekecualian sehingga yang bersangkutan tidak dianggap telah melakukan
pelanggaran rahasia dagang. Ketentuan Pasal 18 tentang dimungkinkannya
sidang pengadilan berkaitan dengan rahasia dagang bersifat tertutup (atas
permintaan para pihak yang bersengketa) juga tidak secara tegas maupun
tersirat bermaksud mengatur pengecualian di atas.
D. LANDASAN TEORI
Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang yang menimbang:
a. Bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang
mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dengan memberikan
perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sebagai bagian dari Sistem
Hak Kekayaan Intelektual.
b. Bahwa Indonesia telah meratifikasi Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
yang mencakup Agreement an Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undangundang Nomor 7
Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b, perlu dibentuk Undang-undang tentang Rahasia Dagang.

Ketentuan dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang


(UURD), yang menyebutkan bahwa:
1. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena
berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang.
2. Hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang timbul
berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang.

A. Lingkup Rahasia Dagang


a. Subjek Rahasia Dagang adalah pemilik rahasia dagang. Pemilik rahasia
dagang memiliki hak untuk :
1. Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya
2. Memberi lisensi kepada pihak lain atau melarang pihak lain untuk
menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu
kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.
b. Obyek ruang lingkup Rahasia Dagang.
Menurut undang-undang No. 30 Tahun 2000 Pasal 2, obyek ruang lingkup
Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan atau informasi lain di bidang tekhnologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Misalnya Coca-cola menggunakan rahasia dagang yaitu informasi teknik senyawa
untuk melindungi formulanya, bukan paten. Hal ini untuk menghindari
adanya batas waktu. Jika formula dilindungi hak paten maka akan berakhir
paling lama 20 tahun.  Pada saat ini usia Coca Cola sudah lebih dari 100
tahun, hak ini karena formulanya  dilindungi dengan rahasia dagang.  Metode
produksi misalnya teknologi pemrosesan anggur, formula ramuan rokok. Di
bidang lain, misalnya informasi non teknik. Data mengenai pelanggan, data
analisis, administasi keuangan, dll.

c. Lama perlindungan
Beberapa alasan atau keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten
adalah karya intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa
perlindungan yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak serumit dan
semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis lebih luas. Namun, tanpa
batas waktu ini mempunyai syarat yaitu  sebagaimana tercantum dalam Pasal
3 yaitu bahwa rahasia dagang dilindungi bila informasi tersebut masih
bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya
melalui upaya semestinya.

B. Prosedur Perlindungan
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan pendaftaran
(berlangsung secara otomatis), karena undang-undang secara langsung
melindungi Rahasia Dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat
rahasia, bernilai ekonomis dan dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi
Rahasia Dagang yang diberikan.  Lisensi Rahasia Dagang harus dicatatkan ke
Ditjen. HKI - DepkumHAM.

C. Pengalihan Hak dan Lisensi


Hak atas Rahasia Dagang seperti hak atas kekayaan intelektual yang lain,
merupakan benda bergerak tidak berwujud oleh karenanya dapat beralih atau
dialihkan dengan :
a. Pewarisan
b. Hibah
c. Perjanjian Tertulis atau
d. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan Hak Rahasia Dagang wajib didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada
pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pembelian hak (izin)
untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Perjanjian
pemberian lisensi/izin pada pihak lain untuk mempergunakan Rahasia
Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu untuk kepentingan yang
bersifat komersial harus dibuat secara tertulis dan didaftarkan atau dicatatkan
pada Direktorat Jenderal HKI.
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat merugikan
perekonomian di Indonesia atau yang mengakibatkan persaingan usaha tidak  
sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian lisensi menimbulkan kewajiban bagi si penerima lisensi untuk
menjaga kerahasiaannya.

D. Pendaftaran Permohonan Rahasia Dagang


Hak kepemilikan rahasia dagang tidak perlu melalui prosedur pendaftaran, kecuali
pengalihan haknya.

Hak Desain Industri


Pengertian Desain Industri
Menurut UU No. 31 Tahun 2000, Desain Industri dapat diartikan sebagai sebagai
suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna,
atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan
tangan.

Desain Industri yang Mendapatkan Perlindungan


Pada Pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa Hak Desain Industri diberikan untuk
Desain Industri yang baru.
Kemudian pada Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa Desain Industri dianggap baru
apabila pada tanggal penerimaan Desain Industri tersebut tidak sama dengan
pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 2 ayat (3) definisi mengenai pengungkapan
sebelumnya adalah pengungkapan Desain Industri yang sebelum :
 Tanggal penerimaan; atau
 Tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
 Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.
Berdasarkan penjelasan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) terkadang pada
pelaksanaannya banyak pengusaha yang melakukan promosi terlebih dahulu
atas produknya kemudian menjual produknya ke pasaran sebelum Produk
Desain Industrinya tersebut di daftarkan. Sehingga, pemeriksa Desain Industri
dari Kantor HKI biasanya akan menemukan desainnya yang akan
memasarkan produk Desain Industrinya hendaknya terlebih dahulu untuk
mendaftarkan Desain Industrinya tersebut sebelum mengkomersialkan
produknya di pasaran.
Lalu berdasarkan Pasal 3 UU Desain Industri dijelaskan sebagai berikut :
Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam
Industri tersebut :
 Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional
di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi.
 Telah digunakan di Indonesia oleh Pendesain dalam rangka percobaan
dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Berdasarkan Pasal 3 ini, maka pemilik desain atau pendesain diberikan waktu 6
bulan maksimal dari tanggal pertama kali mempublikasikan karyanya dalam
suatu pameran nasional ataupun internasional baik di dalam negeri ataupun di
luar negeri dan digunakan dalam rangka riset oleh pendesainnya, jika akan
mendaftarkan Desain Industrinya tersebut di Kantor HKI. Oleh karena itu,
jika waktunya lebih dari 6 bulan maka akan menyebabkan Desain Industri
tersebut sudah tidak baru dan sudah tidak bisa untuk didaftarkan lagi.
Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri :
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2001 Tentang Desain I ndustri
disebutkan bahwa Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan
untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
Berdasarkan pasal diatas, sebuah Desain Industri yang telah lebih dari 10 tahun,
maka Desain Industrinya tersebut sudah tidak memiliki perlindungannya lagi
(public domain) maka siapapun dapat menggunakan Desain Industrinya
tersebut tanpa memerlukan izin dari pemilik Desainnya.
Pemegang Hak Desain Industri :
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) dinyatakan bahwa yang berhak memperoleh Hak
Desain Industri adalah Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari
Pendesain.
Berdasarkan Pasal diatas, jika perusahaan ingin mendaftarkan sebuah desain
kemasan produk, maka harus ada surat pengalihan Hak dari Pendesain kepada
Perusahaan sebagai pihak yang akan mendaftarkan Desain Industrinya
tersebut. Jika Desain Industri anda akan didaftarkan melalui Jasa Konsultan
Kekayaan Intelektual, maka Konsultan akan memberikan template surat
pengalihan hak (Assignment) untuk ditandatangani oleh pemberi hak
(pendesain) diatas materai 6.000 dan juga ditandatangani oleh penerima hak
(pemohon/perusahaan).
Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) dinyatakan bahwa dalam hal Pendesain terdiri atas
beberapa orang secara bersama, Hak Desain Industri diberikan kepada
mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.
Sebagai contoh jika sebuah desain produk dibuat oleh 3 orang pendesain, maka
ke-3 orang tersebut harus disebutkan namanya sebagai pendesain, namun jika
ada perjanjian lain diantara masing-masing pihak maka bisa saja salah
satunya saja yang disebutkan nama pendesainnya

1. Pengertian Sirkuit Terpadu dan Desain Tata Letak


Pasal 1 angka 1 UU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu mendefenisikansirkuit
terpadu sebagai suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadiyang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satuelemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya salingberkaitan
serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor
yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.Pasal 1 angka 2 UU
Desain Tata letak sirkuit Terpadu mendefenisikandesain tata letak sebagai
kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensidari berbagai elemen,
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta
sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan
tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit
terpadu. Dengan definisi tersebut tergambar bahwa desain tata letak sirkuit
terpadu tidak hanya mencakup perlindungan hukum terhadap sirkuit
terpadu dalam bentuk jadi saja, tetapi juga mencakup bentuk setengah jadi
dengan pertimbangan bahwa bentuk setengah jadi pun masih dapat berfungsi
secara elektronis.679
2. Persyaratan untuk mendapatkan hak Desain Tata Letak SirkuitTerpadu
Agar suatu desain tata letak sirkuit mendapatkan perlindunganhukum, desain
harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia. Desain yang didaftarkan itu mendapatkan perlindungan
hukum harus memenuhi persyaratansubstantif yang ditentukan undang-
undang.Pasal 2 ayat (1) UU Desain Tata Letak Sirkuit terpadu menentukan
bahwa hak desain tata letak sirkuit terpadu apabila desain tersebut
orisinal.Suatu desain tata letak sirkuit terpadu dinyatakan orisinal menurut
ayat (2) pasal di atas jika desain tersebut merupakan hasil karya mandiri
pedesaan.

UNDANG-UNDANG TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT


TERPADU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan :
1. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu
dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya
saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.
2. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi
dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu
Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk
persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
3. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu.
4. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu yang diajukan kepada Direktorat Jenderal.
5. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan.
6. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil
kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut.
7. Pemegang Hak adalah Pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
yaitu Pendesain atau penerima hak dari Pendesain yang terdaftar dalam
Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
8. Menteri adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Kekayaan
Intelektual termasuk Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
9. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
yang berada di bawah Departemen yang dipimpin oleh Menteri.10.Kuasa
adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
10. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah
memenuhi persyaratan administratif.
11. Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian
di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan secara khusus memberikan jasa di
bidang pengajuan dan pengurusan permohonan Paten, Merek, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu serta bidang-bidang Hak Kekayaan Intelektual
lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di
Direktorat Jenderal.
12. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak kepada pihak lain
melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan
pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu yang diberi perlindungan dalam jangka waktu
tertentu dan syarat tertentu.
13. Hari adalah hari kerja.
BAB II
LINGKUP DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
Bagian Pertama
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
yang Mendapat Perlindungan
Pasal 2
1. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan untuk Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang orisinal.
2. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dinyatakan orisinal apabila desain
tersebut merupakan hasil karya mandiri Pendesain, dan pada saat Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang
umum bagi para Pendesain.
Bagian Kedua
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
yang Tidak Mendapat Perlindungan
Pasal 3
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak dapat diberikan jika Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Perlindungan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Pasal 4
1. Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan
kepada Pemegang Hak sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi
secara komersial di mana pun, atau sejak Tanggal Penerimaan.
2. Dalam hal Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu telah dieksploitasi secara
komersial, Permohonan harus diajukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal pertama kali dieksploitasi.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan selama 10
(sepuluh) tahun.
4. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
Bagian Keempat
Subjek Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Pasal 5
1. Yang berhak memperoleh Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah
Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari Pendesain.
2. Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, Hak
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan kepada mereka secara
bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.
Pasal 6
1. Jika suatu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dibuat dalam hubungan
dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak
adalah pihak yang untuk dan/atau dalam dinasnya Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua
pihak dengan tidak mengurangi hak Pendesain apabila penggunaan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan
yang dilakukan dalam hubungan dinas.
3. Jika suatu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dibuat dalam hubungan kerja
atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu itu dianggap sebagai Pendesain dan Pemegang Hak, kecuali jika
diperjanjikan lain antara kedua pihak.
Pasal 7
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapus Hak Pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu dan Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Bagian Kelima
Lingkup Hak
Pasal 8
1. Pemegang Hak memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dimilikinya dan untuk melarang orang
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat
seluruh atau sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pemakaian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk kepentingan
penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari pemegang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
BAB III
PERMOHONAN PENDAFTARAN
DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
Bagian Pertama
Umum
Pasal 9
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan atas dasar Permohonan.
Pasal 10
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat
Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh
Pemohon atau Kuasanya.
3. Permohonan harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;
b. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan Pendesain;
c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;
d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan
melalui Kuasa; dan
e. tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah
pernah dieksploitasi sebelum Permohonan diajukan.
4. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilampiri dengan:
a. salinan gambar atau foto serta uraian dari Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimohonkan pendaftarannya;
b. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui
Kuasa;
c. surat pernyataan bahwa Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya;
d. surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf e.
5. Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon
dengan dilampiri persetujuan tertulis dari para Pemohon lain.
6. Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan
harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa
Pemohon berhak atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
bersangkutan.
7. Ketentuan tentang tata cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
Setiap Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.
Pasal 12
1. Pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik
Indonesia, harus mengajukan Permohonan melalui Kuasa.
2. Pemohon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menyatakan dan
memilih domisili hukumnya di Indonesia.
Pasal 13
Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Bagian Kedua
Waktu Penerimaan Permohonan
Pasal 14
Tanggal Penerimaan adalah tanggal diterimanya Permohonan, dengan syarat
Pemohon telah:
a. mengisi formulir Permohonan;
b. melampirkan salinan gambar atau foto dan uraian dari Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimohonkan; dan
c. membayar biaya Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1).
Pasal 15
1. Apabila ternyata terdapat kekurangan pemenuhan syarat-syarat dan
kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 13,
Direktorat Jenderal memberitahukan kepada Pemohon atau Kuasanya agar
kekurangan tersebut dipenuhi dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal pengiriman surat pemberitahuan pemenuhan kekurangan tersebut.
2. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang
untuk paling lama 1 (satu) bulan atas permintaan Pemohon.
Pasal 16
1. Apabila kekurangan tidak dipenuhi dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal memberitahukan secara
tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa Permohonannya dianggap
ditarik kembali.
2. Dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat
Jenderal tidak dapat ditarik kembali.
Bagian Ketiga
Penarikan Kembali Permohonan
Pasal 17
Permintaan penarikan kembali Permohonan dapat diajukan secara tertulis kepada
Direktorat Jenderal oleh Pemohon atau Kuasanya selama Permohonan tersebut
belum mendapat keputusan.
Bagian Keempat
Kewajiban Menjaga Kerahasiaan
Pasal 18
Selama masih terikat dinas aktif hingga selama 12 (dua belas) bulan sesudah
pensiun atau berhenti karena sebab apa pun dari Direktorat Jenderal, pegawai
Direktorat Jenderal atau orang yang karena tugasnya bekerja untuk dan/atau atas
nama Direktorat Jenderal dilarang mengajukan Permohonan, memperoleh,
memegang, atau memiliki hak yang berkaitan dengan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, kecuali jika pemilikan tersebut diperoleh karena pewarisan.
Pasal 19
Terhitung sejak Tanggal Penerimaan, seluruh pegawai Direktorat Jenderal atau
orang yang karena tugasnya bekerja untuk dan/atau atas nama Direktorat Jenderal
berkewajiban menjaga kerahasiaan Permohonan sampai dengan diumumkannya
Permohonan yang bersangkutan.
Bagian Kelima
Pemberian Hak dan Pengumuman
Pasal 20
1. Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 10, dan Pasal 11
terhadap Permohonan.
2. Terhadap Permohonan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 10, dan Pasal 11, Direktorat Jenderal
memberikan hak atas Permohonan tersebut, dan mencatatnya dalam Daftar
Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu serta mengumumkannya dalam
Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu atau sarana lain.
Pasal 21
Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak dipenuhinya
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), Direktorat Jenderal
mengeluarkan Sertifikat Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Pasal 22
1. Pihak yang memerlukan salinan Sertifikat Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu dapat memintanya kepada Direktorat Jenderal dengan membayar
biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pemberian salinan Sertifikat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.
BAB IV
PENGALIHAN HAK DAN LISENSI
Bagian Pertama
Pengalihan Hak
Pasal 23
1. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat beralih atau dialihkan
dengan:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan.
2. Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak.
3. Segala bentuk pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dicatat dalam Daftar Umum
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu pada Direktorat Jenderal dengan
membayar biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang tidak dicatatkan
dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak berakibat
hukum pada pihak ketiga.
5. Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.
Pasal 24
Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak menghilangkan hak
Pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam sertifikat
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu maupun dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Bagian Kedua
Lisensi
Pasal 25
Pemegang Hak berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian Lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, kecuali jika diperjanjikan lain.
Pasal 26
Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
Pemegang Hak tetap dapat melaksanakan sendiri atau memberi Lisensi kepada
pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8, kecuali jika diperjanjikan lain.
Pasal 27
1. Perjanjian Lisensi wajib dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Perjanjian Lisensi yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu tidak berlaku terhadap pihak ketiga.
3. Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diumumkan
dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Pasal 28
1. Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan
akibat yang merugikan bagi perekonomian Indonesia atau memuat
ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi yang
memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
3. Ketentuan mengenai pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan
Keputusan Presiden.
BAB V
PEMBATALAN PENDAFTARAN
DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
Bagian Pertama
Pembatalan Pendaftaran
Berdasarkan Permintaan Pemegang Hak
Pasal 29
1. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu terdaftar dapat dibatalkan oleh
Direktorat Jenderal atas permintaan tertulis yang diajukan oleh Pemegang
Hak.
2. Pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan apabila penerima Lisensi
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang tercatat dalam Daftar Umum
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak memberikan persetujuan secara
tertulis, yang dilampirkan pada permintaan pembatalan pendaftaran
tersebut.
3. Keputusan pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada:
a. Pemegang Hak;
b. penerima Lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan
dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;
c. pihak yang mengajukan pembatalan dengan menyebutkan bahwa
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah diberikan
dinyatakan tidak berlaku lagi terhitung sejak tanggal keputusan
pembatalan.
4. Keputusan pembatalan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Bagian Kedua
Pembatalan Pendaftaran
Berdasarkan Gugatan
Pasal 30
1. Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat
diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 3 kepada Pengadilan Niaga.
2. Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tentang
pembatalan pendaftaran Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
disampaikan kepada Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari
setelah tanggal putusan diucapkan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Gugatan
Pasal 31
1. Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili tergugat.
2. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan
tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
3. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran gugatan.
4. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan
Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak
gugatan didaftarkan.
5. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan
dan menetapkan hari sidang.
6. Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan
didaftarkan.
7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari
setelah gugatan pembatalan didaftarkan.
8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang
paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
9. Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari
putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan
dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut
diajukan suatu upaya hukum.
10. Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)
wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat
belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.
Pasal 32
Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) hanya dapat dimohonkan kasasi.
Pasal 33
1. Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 diajukan paling
lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan
kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan
mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut.
2. Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang
bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis
yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan
tanggal penerimaan pendaftaran.
3. Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal permohonan kasasi
didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
4. Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) kepada pihak termohon kasasi
paling lama 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
5. Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera
paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima
memori kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan panitera wajib
menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama
2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterimanya.
6. Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi dan/atau
kontra memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada
Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewatnya jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5).
7. Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas permohonan kasasi dan
menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal
permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
8. Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60
(enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh
Mahkamah Agung.
9. Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90
(sembilan puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh
Mahkamah Agung.
10. Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (9)
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari
putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
11. Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi
kepada panitera paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas
permohonan kasasi diucapkan.
12. Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (11) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi
paling lama 2 (dua) hari setelah putusan kasasi diterima.
Pasal 34
Direktorat Jenderal mencatat putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan mengumumkannya
dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Bagian Keempat
Akibat Pembatalan Pendaftaran
Pasal 35
Pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu menghapuskan segala
akibat hukum yang berkaitan dengan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
hak-hak lain yang berasal dari Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Pasal 36
1. Dalam hal pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dibatalkan
berdasarkan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, penerima
Lisensi tetap berhak melaksanakan Lisensinya sampai dengan berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian Lisensi.
2. Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak lagi wajib
meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib
dilakukannya kepada Pemegang Hak yang haknya dibatalkan, tetapi wajib
mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu Lisensi yang
dimilikinya kepada Pemegang Hak yang sebenarnya.
BAB VI
BIAYA
Pasal 37
1. Untuk setiap pengajuan Permohonan, permintaan petikan Daftar Umum
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, permintaan salinan Sertifikat Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu, pencatatan pengalihan Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, pencatatan perjanjian Lisensi Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, serta permintaan lain yang ditentukan dalam Undang-Undang ini
dikenai biaya yang jumlahnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara
pembayaran biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Keputusan Presiden.
3. Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri Keuangan dapat
mengelola sendiri biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 38
1. Pemegang Hak atau penerima Lisensi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, berupa:
a. gugatan ganti rugi; dan/atau
b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8.
2. Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan ke Pengadilan
Niaga.
Pasal 39
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 para pihak
dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa.
Pasal 40
Tata cara gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 33 berlaku secara
mutatis mutandis terhadap gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 41
1. Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik
Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan departemen yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi Hak Kekayaan Intelektual diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu;
b. melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan tindak
pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari para pihak sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatataan dan
dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan/atau barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak
pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; dan/atau
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dalam tugasnya memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan
hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia.
4. Dalam hal penyidikan sudah selesai, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 42
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan salah satu
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, Pasal 19, atau Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00
(empat puluh lima juta rupiah).
3. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
merupakan delik aduan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Hak varietas baru tanaman
Perlindungan Varietas Tanaman adalah perlindungan khusus yang diberikan
negara yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya
dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan
tanaman.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
disahkan Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 20 Desember 2000 di
Jakarta. UU 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
diundangkan oleh Djohan Effendi, Sekretaris Negara Republik Indonesia,
pada tanggal 20 Desember 2000 di Jakarta.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
241. Penjelasan Atas UU 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4043. Agar setiap orang mengetahuinya.
Pengertian varietas secara umum, pada dasarnya sama dengan pengertian varietas
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman, dengan ditambahkan penjelasan tentang
sifat genotipe atau kombinasi genotipe sebagai salah satu unsur karakter dasar
yang membedakan varietas tanaman yang satu dengan varietas lainnya.
Genotipe adalah susunan gen yang menghasilkan karakter tertentu. Penilaian
dilakukan baik terhadap salah satu atau beberapa sifat atau karakter tanaman
yang bersangkutan. Varietas yang apabila diperbanyak tidak mengalami
perubahan adalah varietas tersebut tetap stabil di dalam proses perbanyakan
benih atau propagasi dengan metode tertentu, misalnya produksi benih
hibrida, kultur jaringan, dan stek. Varietas dari spesies tanaman yang dapat
diberi hak PVT adalah semua jenis tanaman, baik yang berbiak secara
generatif maupun secara vegetatif, kecuali bakteri, bakteroid, mikoplasma,
virus, viroid dan bakteriofag. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan
tanaman melalui perkawinan sel-sel reproduksi, sedangkan perbanyakan
vegetatif adalah perbanyakan tanaman tidak melalui perkawinan sel-sel
reproduksi. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam Perlindungan
Varietas Tanaman antara lain:
Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah
perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas
Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Varietas tanaman, yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok
tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau
spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan
apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
Varietas Hasil Pemuliaan adalah varietas yang dihasilkan dari kegiatan
pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman, adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau
kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode
baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian
benih varietas yang dihasilkan.
Pemulia tanaman yang selanjutnya disebut pemulia, adalah orang yang
melaksanakan pemuliaan tanaman.
Benih tanaman, yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman dan/atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman.
Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, yang selanjutnya disebut Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) adalah unit organisasi di lingkungan
Departemen Pertanian yang melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang
PVT.
2. Dasar Hukum
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara
Tahun 1989 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3398)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3680);
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3478);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
tentang Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3556);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3564).
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);
7. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888).
3.Penjelasan Umum UU Perlindungan Varietas Tanaman
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati
yang sangat beragam dan sering dinyatakan sebagai negara yang memiliki
"megabiodiversity".
Keanekaragaman hayati ini adalah rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia, yang merupakan sumber plasma nutfah dan dapat
dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul masa depan yang sangat penting
untuk mendukung pembangunan ekonomi sektor pertanian pada khususnya
dan pembangunan nasional pada umumnya.
Dalam masa pembangunan nasional yang ditandai dengan terjadinya globalisasi di
segala bidang, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan
antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin
erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akam membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya
juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar
domestik. Dinamika perekonomian nasional dan perekonomian global harus
selalu menjadi pertimbangan penting. Situasi perkembangan perekonomian
global akan segera menimbulkan dampak yang nyata atas perekonomian
nasional, termasuk sektor pertanian dalam berbagai kegiatan, mulai dari
kegiatan praproduksi, budidaya, panen, pasca panen, distribusi, dan
perdagangan. 

Pentingnya UMKM Melek Hukum Hak Kekayaan Intelektual


Kesadaran pelaku UMKM masih rendah melindungi kekayaan intelektual
usahanya yang dapat menjadi aset bernilai. Perkembangan usaha mikro, kecil
dan menengah berkembang sangat pesat saat ini. Tidak hanya pelaku usaha
tradisional tapi juga bisnis berbasis teknologi atau startup juga menjamur.
Potensi UMKM tersebut untuk berkembang hingga menjadi bisnis skala besar
juga terbuka lebar. Sehingga, pelaku usaha UMKM harus menyiapkan
berbagai aspek penting agar usahanya berkembang. Salah satu aspek penting
tersebut yaitu memberi perlindungan hukum pada hak kekayaan intelektual
(HKI).
Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki menyayangkan kesadaran pelaku
usaha UMKM masih rendah mengenai HKI padahal dapat menjadi aset tidak
berwujud yang bernilai. Sayangnya pelaku UMKM belum punya kesadaran
lindungi inovasi dan kreatifitasnya. Kekayaan intelektual adalah intangible
asset baik itu hak cipta, merek, indikasi geografis, rahasia dagang maupun
desain. Padahal ini penting buat daya saing UMKM. Kekuatan UMKM bukan
pada kekuatan modal tapi kreativitasnya, ini yang harus dilindungi. salah satu
program kementeriannya yaitu meningkatkan sosialisasi hingga kemudahan
pendaftaran HKI bagi UMKM. Pemerintah beri dukungan untuk terus
sosialisasi bagaimana pentingnya lindungi hak intelektual, sosialisasi,
pendampingan kepada UMKM. Kalau dipandang pendaftaran itu masih sulit,
dan terus mempermudah prosedur pendaftaran, kalau ada tarif mahal, ini
dapat dibicarakan khususnya bagi UMKM ada affirmative policy
(keringanan) agar tidak mahal.
Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkumham), Freddy Harris juga mengakui kesadaran UMKM
melindungi HKI usahanya masih rendah. Dia mengatakan kondisi tersebut
berisiko terjadi sengketa hukum ke depannya. Dia menyoroti saat pandemi
corona virus disease 2019 (Covid-19) terdapat ragam produk dan jasa yang
seharusnya didaftarkan kekayaan intelektualnya di Kemenkumham. UMKM
sebenarnya banyak sekali inovasi tapi dilihat daftaran HKI ternyata enggak
banyak mungkin dianggap susah dan mahal padahal daftarnya sudah online.
pendaftaran HKI di Kemenkumham sudah melalui sistem online sehingga
memudahkan akses pelaku usaha. Sejak awal April sudah online melalui loket
virtual. Sehingga layanan fully online tidak ada fisik dan pembayarannya juga
melalui bank. Selain itu, dia mengatakan pendaftaran HKI menghindari
persaingan usaha tidak sehat dan melindungi konsumen agar tidak keliru
membeli produk.
Pelaku usaha harus memahami perlindungan terhadap HKI sehingga dapat
mencegah terjadinya kerugian saat kekayaan intelektualnya diakui pelaku
usaha lain. Dia juga menjelaskan pendaftaran HKI juga dapat memudahkan
proses pengalihan, lisensi, investasi bahkan penawaran saham publik atau
initial public offering (IPO). Pelaku juga menambahkan pelaku usaha juga
harus menyadari jangka waktu berlaku pendaftaran HKI tersebut khususnya
merek. Dia menjelaskan masa berlaku merek selama 10 tahun dan dapat
diperpanjang. Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka
waktu 10 tahun sejak tanggal permohonan pendaftaran merek yang
bersangkutan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Secara definisi, HKI adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual
Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang
menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada
intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
Kemenkumham secara garis besar membagi HKI dibagi dalam dua bagian
yaitu:
1. Hak Cipta (copyright).
2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup
paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark),
penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition), desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of
integrated circuit) dan rahasia dagang (trade secret).

Arti Hak Kekayaan Intelektual Bagi Startup dan Usaha Kecil Menengah
Memulai bisnis dan menjalankannya tanpa memperhitungkan perlindungan
terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah sebuah kesalahan. Hal
tersebut dapat membuat karya ataupun kreasi para entrepreneur bersangkutan
dapat dicuri dengan mudah. Oleh karena itu, pada masa awal memulai
bisnisnya, mereka seharusnya sudah memberikan perlindungan HKI-nya,
sebab HKI sejatinya dapat menjadi aset berharga yang bisa menyelamatkan
perusahaan di masa-masa sulit.
HKI sejatinya adalah hak yang muncul dari hasil oleh pikir atau kreasi manusia
yang pada akhirnya menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna
bagi manusia. Sederhananya, HKI ini dapat diartikan sebagai hak untuk
menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.
Dalam dunia bisnis, HKI bisa menjadi elemen penting karena dapat memberikan
keunggulan berkompetisi ketika bermain di pasar yang dibidik bagi
pemiliknya. Bahkan, tak menutup kemungkinan pula HKI ini dapat menjadi
pemicu untuk memunculkan berbagai inovasi baru bagi perusahaan yang pada
akhirnya dapat menguntungkan publik juga perusahaan itu sendiri.
Secara garis besar sesungguhnya HKI ini masih dapat dibagi ke dalam dua
kategori, yakni Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Cipta sendiri
biasanya diperuntukkan untuk melindungi karya di bidang seni, sastra, dan
ilmu pengetahuan. Di sisi lain Hak Kekayaan Industri, mencakup
perlindungan Paten, Merek, Desain Industri, Rahasia Dagang dan Desain tata
letak sirkuit terpadu.
Ketika memulai bisnis, salah satu elemen penting yang menjadi pertimbangan
seharusnya adalah memberikan perlindungan terhadap HKI yang terkait
dengan bisnis tersebut. Adalah sebuah langkah yang keliru jika perlindungan
HKI baru diurus ketika bisnis sudah mulai tumbuh besar. Dengan demikian,
aset-aset penting perusahaan menjadi tidak terlindungi dari pembajakan
pihak-pihak tak berwenang.
Oleh sebab itu, bagi mereka yang baru memulai, seperti Startup dan UKM,
perlindungan HKI di tahap awal bisnisnya seharusnya menjadi pertimbangan
awal, karena HKI tersebut dapat menjadi pedang sekaligus perisai mereka.
Perisai karena HKI akan melindungi dari serbuan kompetitor atau pemilik
modal besar juga pembajakan. Pedang karena HKI adalah hak monopoli yang
diakui dan tak melanggar ketentuan persaingan usaha dan bisa digunakan
untuk melarang pihak lain menggunakan HKI tersebut tanpa seijin
pemiliknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perlunya pemahaman terhadap perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual
(HKI), terutama yang terkait dengan hasil karya Desain. Sebagaimana
diketahui bahwa di era sekarang ini, industri kreatif tumbuh dimanamana
tidak terkecuali produk desain, yang sesungguhnya menuntut perlindungan
akan kepemilikan hasil karya secara formal. Pada titik inilah perlunya
pemahaman mengenai HKI sebagai antisipasi dari kemungkinan
penyalahgunaan atau pemanfaatan yang tidak berhak dari ide-ide kreatif yang
dihasilkan, meskipun hasil karya tersebut belum pada posisi yang bernilai saat
itu. Memasuki millennium baru, HKI menjadi isu penting dalam berbagai
forum, baik dalam forum nasional, regional maupun internasional. Hal ini
terkait dengan munculnya berbagai pelanggaran yang merugikan secara ide
maupun materi terhadap pemilik hak dan wewenang pencipta maupun
pemegang hak cipta. Jika dikaitkan dengan produk Desain, maka hal ini akan
jauh lebih rumit dan variatif karena konsep dan nilai karya desain tidak hanya
berfokus pada produk akhirnya, tetapi mulai dari perencanaan, proses, bahan,
ukuran, warna, produk bahkan kegunaannya menjadi bagian yang rentan
terhadap pencurian ide, sehingga secara konseptual, sesungguhnya sudah
berada pada tahap awal potensi penyalahgunaan. Karena itu, buku ini
diharapkan dapat memberikan dasar-dasar pemahaman akan HKI bagi upaya
melindungi ide dan karya kreatif khususnya di bidang desain. Buku ini jauh
dari sempurna dan senantiasa terbuka untuk mengadaptasi perkembangan
terkini dengan membuka diri dari kritik dan saran yang kondusif demi
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan desain.
3.2 SARAN
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, maupun
sumber daya manusianya, karena itulah banyak penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh para ilmuwan yang berasal dari Indonesia, hal ini membuat
banyaknya penemuan dan karya tulis yang membuat kita bangga karena
semua itu dihasilkan oleh bangsa kita.Hal inilah yang menyebabkan
banyaknya pembajakan karya-karya itu, baik oleh bangsa Indonesia sendiri
maupun oleh pihak asing, sehingga hal ini membuat semua pihak geram atas
perbuatan para pembajak terhadap karya-karya itu.Karena itulah Pemerintah
Pusat seharusnya bertindak tegas pada masalah HKI ini, karena pentingnya
perlindungan HKI bagi pemiliknya sangat penting bagi kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan di Indonesia, dengan cara membuat rancangan
Undang-undang HKI yamg baru dan sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
https://glints.com/id/lowongan/perbedaan-hak-cipta-paten-dan-merek/
#.YXlpViUj-Ec
https://pendidikan.co.id/pengertian-hak-cipta/
https://fh.unair.ac.id/kekayaan-intelektual/seri-diskusi-pkki-copyright-101-
mengenali-hak-cipta-di-indonesia-melalui-undang-undang-nomor-28-tahun-2014/
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/25/123247469/hak-cipta-
pengertian-fungsi-hukum-pendaftaran-dan-pelanggarannya
https://lifestyle.kontan.co.id/news/apa-yang-dimaksud-dengan-hak-cipta-inilah-
penjelasannya?page=all
https://www.harmony.co.id/blog/bagaimana-cara-mendapatkan-hak-paten-untuk-
bisnis-anda
https://pse.ugm.ac.id/389/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d0e659bb32ac/jika-
terdapat-merek-terdaftar-dalam-foto-yang-digunakan/
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-32-2000-desain-tata-letak-sirkuit-terpadu
Masnun, M. A. (2020). MENGGAGAS PERLINDUNGAN HUKUM USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH ATAS HAK DESAIN INDUSTRI DI
INDONESIA. Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, 11(2), 016-
024.
Simanjuntak, Y. N. (2006). Hak Desain Industri (Sebuah Realitas Hukum dan
Sosial). Srikandi.
https://www.google.com/search?channel=nrow5&client=firefox-b-
d&q=hki+umkm
https://www.google.co.id/amp/s/www.jogloabang.com/pustaka/uu-29-2000-
perlindungan-varietas-tanaman%3famp
https://dik.ipb.ac.id/pvt/
https://www.academia.edu/9636307/Makalah_Rahasia_Dagang
umkmhttps://www.jogloabang.com/pustaka/uu-32-2000-desain-tata-letak-sirkuit-
terpadu
file:///C:/Users/azizi/Downloads/ISI%20KOmplet-2_hal%20453.pdf

Anda mungkin juga menyukai