Anda di halaman 1dari 11

Nama : Maria Magdalena Citra Dewi

NIM : 12010119140195
Mata Kuliah : Pasar Keuangan

Kelas :A
Dosen : Drs. Raden Djoko Sampurno, M.M.

TUGAS 5

SEJARAH PERKEMBANGAN PASAR MODAL


LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG

Pasar modal dikenal sebagai sumber pendanaan atau permodalan, baik itu untuk perusahaan,
maupun pemerintah Indonesia. Biasanya, sumber dana yang didapat dari pasar modal bisa
dikelola menjadi banyak hal, seperti pengembangan usaha, ekspansi usaha, meningkatkan
modal kerja, untuk pembangunan infrastruktur, hingga mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu Negara.

1. Sejarah Pasar Modal Indonesia

1.1 Masa Kolonial

Sejarah pasar modal Indonesia berawal dari kegiatan jual beli saham dan obligasi yang
dimulai pada abad-19. Meskipun secara resmi pasar modal di Indonesia telah didirikan pada
tahun 1912, tapi sebenarnya transaksi perdagangan Efek sudah dilakukan jauh sebelumnya.
Dilansir dari Kumparan, dalam buku Effectengids disebutkan bahwa transaksi Efek di
Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1880-an.
Buku yang dirilis oleh Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939 itu juga
menyatakan bahwa transaksi Efek tidak memiliki organisasi resmi sehingga catatan
transaksinya pun tidak lengkap. Pada tahun 1878 diketahui bahwa sebuah perusahaan yang
memperdagangkan komuitas dan sekuritas yang pertama di Indonesia akhirnya berdiri.
Perusahaan itu disebut dengan Dunlop & Koff yang rupanya menjadi permulaan dari PT
Perdanas.
Perdagangan efek yang pertama kali dicatat dan dibukukan terjadi di tahun 1892. Pada
saat itu perusahaan perkebunan yang disebut dengan Cultuur Maatschappij Goalpara yang
ada di Batavia melakukan transaksi saham. Perusahaan tersebut diketahui melakukan
penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham-nya.
Kemudian transaksi lain yang terjadi di tahun 1896 juga kembali tercatat. Saat itu harian Het
Centrum dari Djoejacarta merilis prospektus penjualan saham dengan nilai 105 ribu gulden.
Diketahui harga per sahamnya sebesar 100 gulden.
Di zaman penjajahan, sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai
membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana
adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut
terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih
tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial
waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri
secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14
Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel ( asosiasi perdagangan
efek) dan langsung memulai perdagangan. Sebelumnya sudah ada pasar modal di Bombay
(1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo (1878).
Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan
Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang
diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.
Perkembangan pasar modal di Batavia begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lain.
Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1
Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa.

1.2 Masa Perang Dunia I dan II

Pada saat itu Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi dari perusahaan
perkebunan Belanda. Sayangnya, Perang Dunia I pada 1914–1918 memaksa Bursa Efek di
Batavia tutup sementara.
Pada tahun 1929 Indonesia dihadapkan pada resesi ekonomi kembali dikarenakan
pecahnya Perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek
Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh
Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka
kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan
Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara, bank swasta dan para pialang efek. Pada
tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undangundang No 15 Tahun 1952 sebagai Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.
Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena adanya nasionalisasi
perusahaan asing, sengketa Irian Barat dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada akhir
pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal ini menyebabklan tingkatkepercayaan
masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta
tutup kembali.

1.3 Masa Orde Baru

Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap modal
asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan eknomi yang
berkelanjutan. Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama, mengeluarkan Keputusan
Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina
Pasar Modal, serta membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Yang kedua
ialah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1976 tentang penetapan PT
Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go public dengan penyertaan modal
negara Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringan
perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli saham atau bukti
penyertaan modal.
Presiden melalui Keppres RI No. 52 mengaktifkan kembali pasar modal yang kemudian
disusul dengan go publiknya beberapa perusahaan. Sampai dengan tahun 1983, telah tercatat
26 perusahaan yang telah go publik dengan dana yang terhimpun sebesar Rp 285,50 miliar.
Aktifitas go publik dan kegiatan perdagangan saham di pasar modal pada saat itu masih
berjalan sangat lambat, walaupun pemerintah telah memberikan beberapa upaya kemudahan
antara lain berupa fasilitas perpajakan untuk merangsang kegiatan di bursa efek. Beberapa hal
berikut ini merupakan faktor penyebab kurang bergairahnya aktifitas pasar modal:
- Ketentuan laba minimal sebesar 10% dari modal sendiri sebagai syarat go publik
adalah sangat memberatkan emiten;
- Investor asing tidak diijinkan melakukan transaksi dan memiliki saham di bursa
efek; - Batas maksimal fluktuasi harga saham sebesar 4% per hari;
- Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham
yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa efek.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987
merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya
biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.
Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat
untuk memasuki bursa efek.
Pemerintah kemudian mengeluarkan beberapa paket deregulasi untuk merangsang
seluruh sektor dalam perekonomian termasuk aktifitas di pasar modal, antara lain sebagai
berikut:
- Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (atau dikenal dengan PAKDES '87), yang
antara lain berisi tentang penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan
obligasi, penghapusan biaya pendaftaran emisi efek yang ditetapkan oleh Bapepam,
kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari nilai emisi,
penghapusan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan
adanya bursa paralel;
- Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (atau dikenal dengan PAKTO '88), yang antara
lain berisi tentang ketentuan legal lending limit dan pengenaan pajak atas bunga
deposito yang berdampak positip terhadap perkembangan pasar modal;
- Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (atau dikenal dengan PAKDES '88) di mana
pemerintah memberikan peluang kepada swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Beberapa paket kebijaksanaan tersebut telah mampu meningkatkan aktivitas pasar modal
sehingga pada akhir tahun 1990 telah tercatat sebanyak 153 perusahaan publik dengan dana
yang terhimpun sebesar Rp 16,29 triliun.

1.4 Era UU No. 8 Tahun 1995

Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa
kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh
pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undangundang ini dilengkapi dengan peraturan
organiknya, yakni Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Sejarah pasar modal Indonesia mulai mengalami moderenisasi pada tahun 1995, dengan
mulai diberlakukannya sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system
perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-matchkan antara harga jual dan beli
saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan
menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham.
Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa
warkat (bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini
menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.

1.5 Setelah Merger Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya

Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX),
sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ. Pada tanggal 19
September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market information and Automated
Remote Trading (SMART) yang menjadi Sebuah sistem perdagangan yang komprehensif,
terintegrasi dan luas remote yang menyediakan informasi real time dari transaksi yang
dilakukan melalui BES.
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, khususnya Thailand,
Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina, termasuk
Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang asing terhadap nilai dolar.

1.6 Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta Dilebur Menjadi BEI

Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007 dan
pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, Otoritas Jasa
Keuangan juga mulai diperkenalkan.
Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas yakni, diberikannya
kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas. Amanat
yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.
Dari adanya Bursa Efek Indonesia ini, perubahan-perubahan minor memang sering
terjadi, tetapi tidak ada kejadian yang mengharuskan pasar modal tutup hingga berpuluh-
puluh tahun seperti pada masa perang dunia, baik yang pertama maupun kedua.

1.7 Pencapaian BEI sejak tahun 1977 Jumlah Emiten Tercatat

Sampai saat ini, sebanyak 701 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Angka tersebut diproyeksikan masih bisa bertambah secara cepat, apabila
otoritas konsisten mendorong minat perusahaan untuk go public, termasuk memberikan
berbagai macam stimulus.
Apabila BEI konsisten bisa mengundang emiten baru sebanyak 25-35 selama satu
tahun, maka diproyeksikan jumlah emiten yang sebanyak 1.000 bisa tercapai dalam 6-7 tahun
ke depan.

Bertambahnya jumlah emiten tentu akan mendorong penguatan pasar modal Indonesia
secara berkelanjutan. Dengan begitu, pasar saham Indonesia akan semakin dilirik oleh
banyak investor besar, termasuk investor baru. Bahkan tidak menutup kemungkinan
perusahaan dari luar negeri ikut mencatatkan sahamnya di BEI

1.8 Peningkatan Jumlah Investor Pasar Modal

Jumlah investor pasar modal setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Di tahun 2019
terjadi peningkatan jumlah investor yang sangat signifikan. Karena sebelumnya pada 2018
jumlah investor pasar modal adalah 1,6 juta. Lalu di tahun 2019 pertumbuhan investor pasar
modal mencapai 53%. Jumlah investor yang tercatat dalam pasar modal meliputi investor
saham, reksadana, dan surat utang meningkat sebanyak 53% menjadi 2,4 juta SID pada 2019.
Lalu pada kuartal II/ 2020 jumlah investor pasar modal mengalami peningkatan lagi
meskipun pandemi COVID-19. Investor ritel diperkirakan mengalami pertumbuhan rata-rata
100.000 per bulan. Sebanyak 22.000 per bulan dari jumlah tersebut merupakan investor
saham.
Hingga Mei 2020, jumlah single investor identification (SID) mencapai 2,8 juta, atau
telah bertumbuh 13% dari akhir 2019. Sebanyak 1,19 juta SID dari total investor merupakan
investor saham yang telah meningkat 8% sejak akhir 2019.

1.9 Dominasi Milenial di Pasar Modal

Selain itu, investor di pasar modal kini juga didominasi oleh generasi milenial. Rinciannya,
total investor berusia di bawah 30 tahun hampir 45% dari total investor pasar modal.
Sedangkan untuk investor dengan rentan usia 31 tahun hingga 40 tahun sebesar 25% dari
total ivenstor di pasar modal.

Dalam empat tahun terakhir memang investor milenial terus mengalami peningakatan.
Bahkan untuk usia antara 18 hingga 25 tahun jumlahnya meningkat 338% sejak 2016 yang
lalu.

1.10 E-IPO
Bursa Efek Indonesia akan memperkenalkan sistem pencatatan saham perdana secara
elektronik (electronic initial public offering/e-IPO) saat perayaan HUT Pasar Modal ke-43
yang jatuh pada 10 Agustus 2020. implementasi e-IPO akan mulai berlaku bagi penawaran
umum saham 6 bulan sejak POJK berlaku, artinya akan diwajibkan mulai Januari 2021.
OJK mencatat aturan e-IPO dikeluarkan untuk meningkatkan ketersebaran investor,
meningkatkan jumlah investor publik, dan untuk meningkatkan akuntabilitas serta
transparansi dalam penentuan harga penawaran umum. 

2. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga Penunjang adalah institusi penunjang yang turut serta mendukung pengoperasian
Pasar Modal dan bertugas dan berfungsi melakukan pelayanan kepada pegawai dan
masyarakat umum.
Lembaga Penunjang ini terdiri dari Bank Kustodian, Biro Administrasi Efek, Wali
Amanat, dan Pemeringkat Efek.

2.1 Bank Kustodian

Bank Kustodian adalah bank yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan
untuk bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang
berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi Efek, serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Persyaratan dan tata cara pemberian persetujuan bagi bank umum sebagai Kustodian
diatur peraturan pemerintah.

2.2 Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek adalah perseroan yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha
berdasarkan kontrak dengan Emiten untuk pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak
yang berkaitan dengan Efek sebagai Biro Administrasi Efek dan telah mendapat izin dari
Otoritas Jasa Keuangan.

2.3 Wali Amanat

Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek bersifat utang atau
sukuk untuk melakukan penuntutan baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang berkaitan
dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau sukuk tersebut tanpa surat kuasa
khusus.
Kegiatan Perwaliamanatan dilakukan oleh Bank Umum dan Pihak Lain yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah untuk dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali
Amanat. Bank Umum atau Pihak Lain wajib terlebih dahulu terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan. Adapun persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.

2.4 Pemeringkat Efek

Perusahaan Pemeringkat Efek adalah Penasihat Investasi berbentuk Perseroan Terbatas yang
melakukan kegiatan pemeringkatan dan memberikan peringkat. Dalam melaksanakan
kegiatannya, Perusahaan Pemeringkat Efek wajib terlebih dahulu mendapatkan izin usaha
dari Otoritas Jasa Keuangan.
Perusahaan Pemeringkat Efek wajib melakukan kegiatan pemeringkatan secara
independen, bebas dari pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa Perusahaan Pemeringkat
Efek, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pemberian Peringkat. Perusahaan
Pemeringkat Efek dapat melakukan pemeringkatan atas obyek pemeringkatan sebagai
berikut:

 Efek bersifat utang, Sukuk, Efek Beragun Aset atau Efek lain yang dapat
diperingkat;
 Pihak sebagai entitas (company rating), termasuk Reksa Dana dan Dana Investasi
Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pemeringkat Efek wajib berdomisili dan


melakukan kegiatan operasional di Indonesia. Selain itu, Perusahaan Pemeringkat Efek juga
wajib memiliki prosedur dan metodologi pemeringkatan yang dapat dipertanggungjawabkan,
sistematis, dan telah melalui tahapan pengujian serta dilaksanakan secara konsisten dan
bersifat transparan. Selanjutnya, Perusahaan Pemeringkat Efek yang melakukan
pemeringkatan atas permintaan Pihak tertentu, wajib membuat perjanjian pemeringkatan
dengan Pihak dimaksud.

3. Profesi Penunjang Pasar Modal

Profesi Penunjang adalah pihak-pihak yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang
persyaratan dan tata cara pendaftarannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Profesi Penunjang ini terdiri dari Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, dan
Profesi Lain.

3.1 Akuntan
Akuntan adalah pihak yang bertugas menyusun, membimbing, mengawasi, menginspeksi,
dan memperbaiki tata buku serta administrasi perusahaan atau instansi pemerintah.
Data dan informasi yang tercakup meliputi:

a. Nomor Izin Usaha KAP


b. Alamat KAP
c. Nama Pimpinan
d. Kontak / email
e. Daftar Rekan

3.2 Konsultan Hukum

Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain
dalam bentuk konsultasi, dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Data dan informasi yang
tercakup meliputi:

a. Alamat Kantor Konsultan


b. Nama Rekan

3.3 Penilai

Penilai adalah pihak yang memberikan penilaian atas aset perusahaan dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan. Data dan informasi yang tercakup meliputi:

a. Nomor STTD
b. Nomor Izin Usaha
c. Alamat Kantor
d. Jenis Kegiatan Usaha Penilai

3.4 Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan. Data dan informasi yang tercakup meliputi: 
a. Alamat Kantor
b. Wilayah Kerja
c. Nomor STTD
d. Sertifikasi

3.5 Profesi Lain

Profesi Lain adalah pihak jasa profesi lain yang dapat memberikan pendapat atau penilaian
sesuai dengan perkembangan pasar modal di masa mendatang dan terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan.

3.6 Ahli Syariah Pasar Modal

Ahli Syariah Pasar Modal adalah:


1. orang perseorangan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang syariah;
atau
2. badan usaha yang pengurus dan pegawainya memiliki pengetahuan dan pengalaman
di bidang syariah,
yang memberikan nasihat dan/atau mengawasi pelaksanaan penerapan Prinsip Syariah di
Pasar Modal dalam kegiatan usaha perusahaan dan/atau memberikan pernyataan kesesuaian
syariah atas produk atau jasa syariah di Pasar Modal.
Dalam melaksanakan kegiatannya, Ahli Syariah Pasar Modal wajib terlebih dahulu
mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan.
Daftar Refrensi :

1. https://www.sahamok.net/pasar-modal/sejarah-pasar-modal-indonesia/
2. https://glints.com/id/lowongan/sejarah-pasar-modal-indonesia/#.YFgz9a8zbIW
3. https://ajaib.co.id/sejarah-pasar-modal-di-indonesia/
4. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/Pages/Lembaga-dan-Profesi-Penunjang.aspx

Anda mungkin juga menyukai