Anda di halaman 1dari 7

PASAR MODAL

Pasar modal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang terkait dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang terkait dengan sekuritas. Pasar
Modal memberikan berbagai alternatif bagi investor selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di
bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan lain sebagainya. Pasar modal berperan sebagai
penghubung. Pasar modal berperan sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan atau lembaga
pemerintah dengan memperdagangkan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lain-lain. Fungsi
pasar modal (Bruce Lliyd, 1976) adalah untuk secara efisien meningkatkan dan menghubungkan aliran dana
jangka panjang dengan "kriteria pasar" yang akan mendukung pertumbuhan riil perekonomian secara
keseluruhan. Mata uang ini merupakan alat bagi investor untuk melakukan pasar modal

Sejarah

Menurut buku “Effectengids” yang diterbitkan oleh Vereneging voor den Effectenhandel pada tahun 1939,
transaksi sekuritas telah berlangsung sejak tahun 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga
pencatatan transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 dibentuk sebuah perusahaan perdagangan dan
sekuritas yaitu Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas.

Pada tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia menerbitkan prospektus
penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum
Djoejacarta juga menerbitkan prospektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga awal 100
gulden per saham. Namun, tidak ada informasi apakah saham tersebut diperdagangkan. Menurut perkiraan,
yang diperdagangkan adalah  saham yang tercatat di bursa Amsterdam, namun investornya ada di Batavia,
Surabaya, dan Semarang. Bisa dikatakan ini adalah periode awal sejarah pasca-ibu kota Indonesia.

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di
Indonesia. Adapun salah satu sumber dana adalah dari penabung yang sudah dimobilisasi dengan sebaik-
baiknya. Para penabung ini terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya yang penghasilannya jauh lebih
tinggi daripada penghasilan penduduk asli.

Atas dasar inilah, pemerintah kolonial saat itu mendirikan pasar modal. Setelah melakukan persiapan, akhirnya
Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang yang berlokasi di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember
1912 dengan penyelenggara Vereniging voor de Effectenhandel dan segera memulai perdagangan. Di tingkat
Asia, Bursa Efek Batavia merupakan yang tertua keempat yang dibentuk setelah Bombay (1830), Hong Kong
(1847), dan Tokyo (1878). Pada awalnya terdapat 13 anggota bursa (pialang) yang aktif, yaitu: Fa. Dunlop &
Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Penerimaan Adree & Co.; Fa. AW Deeleman; Fa. H. Jul
Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & VD Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & VD
Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Awalnya, bursa ini memperdagangkan saham dan obligasi perusahaan / perkebunan Belanda yang beroperasi di
Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (provinsi dan kota), sertifikat saham untuk perusahaan
Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di Belanda dan sekuritas perusahaan Belanda lainnya.

Meskipun pada tahun 1914 bursa saham di Batavia ditutup karena perang dunia I, namun dibuka kembali pada
tahun 1918. Perkembangan pasar modal di Batavia begitu pesat sehingga menarik masyarakat perkotaan
lainnya. Untuk mengakomodir kepentingan tersebut maka pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1
Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan Bursa Efek. Anggota bursa di Surabaya saat itu adalah: Fa. Dunlop
& Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan Anggota
Bursa di Semarang saat itu adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co,
Fa. Companien & Co, dan Fa. PH Soeters & Co. Hal ini dikarenakan kondisi pasar modal saat itu cukup
menggembirakan yang terlihat dari nilai surat berharga yang tercatat mencapai NIF 1,4 milyar (jika diindeks
dengan harga beras bersubsidi pada tahun 1982 nilainya adalah + Rp. . 7 triliun) dari 250 jenis. efek.

Masa yang menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya
Perang Dunia II (PD II).  Situasi yang memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup lebih
dulu. Kemudian pada tanggal 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Kemudian, pada tanggal 3 Juni,
1952, Bursa Efek Jakarta telah dibuka kembali. Operasi pertukaran pada saat itu dilakukan oleh PPUE (Money
and Securities Trading Union) yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta dan perantara pedagang
efek. Pada tanggal 26 September 1952, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 dikeluarkan sebagai Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Bursa.
Namun, kondisi pasar modal nasional kembali terpuruk akibat nasionalisasi perusahaan asing, sengketa Irian
Barat dengan Belanda, dan inflasi yang tinggi pada akhir pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal
ini menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal merosot tajam, dan otomatis Bursa
Efek Jakarta kembali tutup.

Baru pada masa Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi dengan modal
asing. The  pemerintah lebih terbuka untuk modal asing untuk pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama, menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun
1976 tentang Pembentukan Pasar Modal, pembentukan Badan Pengawas Pasar Modal, dan pembentukan Badan
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM).  Kedua, keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tentang
Penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang go public dengan modal negara Republik Indonesia
sebesar Rp. 50 miliar. Ketiga, memberikan keringanan pajak kepada perusahaan yang go public dan kepada
pembeli saham atau bukti penyertaan modal.

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 hingga 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah
memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menggunakan dana dari bursa. Stagnasi
perkembangan pasar modal selama periode tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain
ketatnya prosedur penerbitan saham dan obligasi, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain
sebagainya. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang mencatatkan saham di BEJ.

Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada awal periode 1987 barulah antusiasme pasar modal
kembali meningkat. Deregulasi, yang pada dasarnya mempermudah dan merangsang minat perusahaan untuk
masuk bursa dan memberikan kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket, yaitu Paket
Kebijakan Desember 1987, Paket Kebijakan Oktober 1988, dan Paket Kebijakan Desember 1988.

Paket Polis Desember 1987 atau yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan
persyaratan proses penerbitan saham dan obligasi, menghilangkan biaya-biaya yang sebelumnya dipungut oleh
Bapepam, seperti biaya pendaftaran penerbitan efek. Kebijakan ini juga menghapus pembatasan fluktuasi harga
saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai opsi bagi emiten yang belum memenuhi
persyaratan untuk masuk bursa.

Kemudian Paket Kebijakan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan untuk sektor perbankan, namun
berdampak pada perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisi ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan
pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif bagi perkembangan pasar
modal. Sebab dengan keluarnya kebijakan ini berarti pemerintah memberikan perlakuan yang sama antara
sektor perbankan dan sektor pasar modal.

Ketiga, Paket Kebijakan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan lebih lanjut
kepada pasar modal dengan membuka peluang bagi sektor swasta untuk menyelenggarakan bursa. Ini
memudahkan investor di luar Jakarta.

Selain ketiga paket kebijakan tersebut, terdapat ketentuan mengenai pembukaan izin bagi investor asing untuk
membeli saham di Bursa Efek Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055 /
KMK.013 / 1989. Penanam Modal Asing adalah diberi kesempatan untuk memiliki saham maksimal 49% di
pasar perdana, serta 49% saham yang tercatat di bursa efek dan paralel. Selanjutnya disusul dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548 / KMK.013 / 1990 sebagaimana telah diubah
kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199 / KMK.010 / 1991. Dalam keputusan tersebut
dijelaskan bahwa tugas Bapepam yang semula bertindak sebagai penyelenggara bursa hanya sebagai
regulator. Selain itu, pemerintah juga telah membentuk lembaga baru seperti PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), Lembaga Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksa dana, dan manajer investasi.

Situasi setelah kebijakan deregulasi sama sekali berbeda. Pasar modal memang menjadi sesuatu yang shock,
karena investasi di bursa berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan yang antri untuk
masuk dalam bursa. Investor dalam negeri juga ramai bermain di pasar saham. Selama tahun 1989 terdapat 37
perusahaan publik dan sahamnya dicatatkan di Bursa Efek Jakarta. Banyak sekali perusahaan yang mencari
dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong menjadi investor. Perkembangan
ini dilanjutkan dengan privatisasi bursa yaitu pendirian PT. Bursa Efek Surabaya, dan pada tanggal 13 Juli 1992
PT. Bursa Efek Jakarta menggantikan peran Bapepam sebagai penyelenggara bursa.

Hasil dari perubahan yang menggembirakan ini adalah tumbuhnya kepercayaan investor terhadap keberadaan
pasar modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dilengkapi
dengan peraturan organiknya yaitu Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Penyidikan di
Bidang Pasar Modal.

Pada tahun 1995 diterapkan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Sistem perdagangan
di lantai bursa yang secara otomatis menyesuaikan harga beli dan jual saham. Sebelum JATS diterapkan,
transaksi dilakukan secara manual. Misalnya, dengan menggunakan "papan" seperti papan untuk memasuki jual
dan harga
beli dari saham. Bursa perdagangan telah berubah menjadi scripless trading, yang merupakan scripless saham p
erdagangan (fisik bukti dari saham kepemilikan). Kemudian seiring dengan kemajuan teknologi, bursa sekarang
ini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.

Pada tanggal 22 Juli 1995, BES melakukan merger dengan Bursa Efek Paralel Indonesia (IPSX), sehingga sejak
saat itu Indonesia hanya memiliki dua bursa: BES dan BEJ.

Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan sistem Informasi Pasar dan Perdagangan Jarak Jauh
Otomatis (S-MART) Surabaya yang menjadi sistem perdagangan jarak jauh yang komprehensif, terintegrasi,
dan ekstensif yang menyediakan informasi waktu nyata dari transaksi yang dilakukan melalui BES.

Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, terutama Thailand, Filipina, Hongkong,
Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan China, termasuk Indonesia. Akibatnya terjadi penurunan nilai
mata uang asing terhadap nilai dolar.

Bursa Efek Jakarta bergabung dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir tahun 2007 dan pada awal tahun 2008
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.

Ketentuan yang dikeluarkan pada periode ini ditandai dengan pemberian kewenangan yang cukup besar dan
luas kepada Bapepam sebagai pengawas. Amanat yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara jelas
menyatakan bahwa Bapepam dapat melakukan penyidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi tindak
pidana di pasar modal.

Struktur

Struktur tertinggi Pasar Modal di Indonesia terletak pada Menteri Keuangan, menunjuk Bapepam
sebagai sebuah lembaga pemerintah yang bertugas memberikan pengawasan bimbingan, regulasi dan sehari-
hari pasar modal dengan tujuan menciptakan tertib, adil , aktivitas pasar modal yang efisien dan melindungi
kepentingan komunitas investor.

Pelaku

Para pelaku utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga pendukung yang terlibat langsung dalam proses
transaksi antar pelaku utama adalah sebagai berikut

• Penerbit 

Perusahaan yang akan menjual sekuritas atau melakukan penerbitan di bursa saham (disebut emiten). Dalam
melakukan penerbitan, emiten memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasa dituangkan dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS), antara lain:

1. Perluasan Usaha, modal yang diperoleh dari investor akan digunakan untuk perluasan lapangan usaha,
perluasan pasar atau kapasitas produksi.  

2. Memperbaiki struktur permodalan, menyeimbangkan modal sendiri dengan modal asing. 

3. Melakukan pemindahan pemegang saham. Transfer dari pemegang saham lama ke pemegang saham baru. 

• Investor 

Investor yang akan membeli atau berinvestasi di perusahaan yang mengeluarkan emisi (disebut
investor). Sebelum membeli sekuritas yang ditawarkan, investor biasanya melakukan riset dan analisis
tertentu. Penelitian ini meliputi bonafiditas perusahaan, prospek bisnis emiten dan analisis lainnya.
Tujuan utama investor di pasar modal antara lain:

a. Mendapatkan dividen. Ditujukan kepada keuntungan dia akan mendapatkan dalam bentuk bunga yang
dibayar oleh penerbit dalam bentuk dari dividen.      

b. Kepemilikan Perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar pula konsesi
(penguasaan) perusahaan tersebut.     

c. Perdagangan. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, harapannya saham justru bisa menambah
keuntungan dari hasil jual beli sahamnya.      

• Lembaga Penunjang 

Fungsi lembaga penunjang antara lain turut serta mendukung operasional pasar modal, sehingga memudahkan
baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal.

• Penjamin Emisi Efek. 

Lembaga yang menjamin penjualan saham / obligasi hingga batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana
yang diinginkan penerbit.

• Perantara perdagangan sekuritas (broker) 

Perantara dalam jual beli surat berharga yaitu perantara antara penjual (emiten)
dan pembeli (investor). Kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain:

a. Berikan informasi tentang penerbit      

b. Menjual sekuritas kepada investor     

 Pedagang Efek (dealer) Berperan sebagai:

Sebuah. Pedagang dalam membeli dan menjual sekuritas      

b. Sebagai perantara dalam jual beli surat berharga     

• Penanggung (penjamin) 

Lembaga perantara antara wali amanat dan wali amanat. Lembaga yang dipercaya investor sebelum
menginvestasikan dananya.

• Pengawas 

Layanan trustee dibutuhkan sebagai wali amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi:

a. Menilai kekayaan penerbit      

b. Analisis kemampuan penerbit     

c. Mengawasi dan mengembangkan emiten      

d. Memberikan nasehat kepada investor dalam hal-hal yang berkaitan dengan emiten     

e. Pantau pembayaran bunga dan pokok obligasi      

f. Bertindak sebagai agen pembayaran       

• Perusahaan sekuritas 

Mengkhususkan diri dalam perdagangan sekuritas yang terdaftar di bursa saham. Kegiatan perusahaan sekuritas
meliputi:

1. Sebagai pedagang sekuritas 

2. Penjamin Emisi Efek 

3. Perantara perdagangan efek 

4. Manajer dana 
• Perusahaan pengelola dana (perusahaan investasi) 

Mengelola sekuritas yang menguntungkan sesuai keinginan investor, terdiri dari 2 unit, yaitu sebagai pengelola
dana dan penyimpan dana.

• Kantor administrasi sekuritas. 

Kantor yang membantu emiten dan investor untuk merampingkan administrasi.

1. Membantu penerbit dalam hal penerbitan 

2. Melaksanakan kegiatan menyimpan dan mengalihkan hak atas saham pemodal 

3. Membantu menyusun daftar pemegang saham 

4. Mempersiapkan korespondensi penerbit kepada pemegang saham 

5. Buat laporan yang diperlukan 

Fungsi

Secara umum fungsi pasar modal adalah sebagai berikut:

• Sebagai sarana penambah modal usaha 

Perusahaan dapat mengumpulkan dana dengan menjual saham ke pasar modal. Saham ini akan dibeli
oleh masyarakat umum, perusahaan lain, institusi, atau oleh pemerintah.

• Sebagai alat distribusi pendapatan 

Setelah jangka waktu tertentu, saham yang telah dibeli akan memberikan dividen (sebagian dari keuntungan
perusahaan) kepada pembeli (pemilik). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap
sebagai alat pemerataan pendapatan.

• Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi 

Dengan tambahan modal yang didapat dari pasar modal maka produktivitas perusahaan akan meningkat.

• Sebagai sarana menciptakan tenaga kerja 

Adanya pasar modal dapat mendorong munculnya dan berkembangnya industri lain yang berdampak pada
terciptanya lapangan kerja baru.

• Sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan negara 

Setiap dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Pendapatan
tambahan melalui pajak ini akan meningkatkan pendapatan negara.

• Sebagai indikator perekonomian negara 

Aktivitas dan volume penjualan / pembelian yang meningkat (padat) di pasar modal menunjukkan bahwa
kegiatan usaha berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Dan sebaliknya.

Manfaat

Untuk penerbit

Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

1. Jumlah dana yang bisa dihimpun sangat besar 

2. Dana ini dapat diterima sekaligus setelah pasar perdana selesai 

3. Tidak ada covenant agar manajemen bisa lebih leluasa dalam mengelola dana / perusahaan 

4. Solvabilitas perusahaan yang tinggi sehingga meningkatkan citra perusahaan 

5. Ketergantungan penerbit pada bank menjadi lebih kecil 


 

Untuk investor Sedangkan bagi investor, pasar modal memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin dari kenaikan
harga saham yang mencapai capital gain 

2. Memperoleh dividen bagi yang memiliki / memegang saham dan bunga mengambang bagi para pemenang
obligasi 

3. Dapat berinvestasi secara bersamaan di beberapa instrumen yang mengurangi risiko 

Institusi dan Struktur Pasar Modal Indonesia

Pasar Modal di Indonesia terdiri dari lembaga-lembaga berikut:

• Badan Pengawas Pasar Modal 

• Saat ini terdapat dua bursa efek: Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya tetapi sejak akhir tahun 2007
Bursa Efek Surabaya bergabung menjadi Bursa Efek Jakarta menjadi Bursa Efek Indonesia.  

• Perusahaan sekuritas 

• Lembaga Kliring dan Penjaminan yang saat ini dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT.
KPEI) 

• Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang saat ini dilakukan oleh PT. PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (PT. KSEI) 

Mekanisme Penawaran Umum (Go Public)

Pada tahap awal, perseroan harus melakukan penawaran umum. Penawaran Umum (go public) adalah kegiatan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh dana dari komunitas investor dengan menjual saham
atau obligasi. Penawaran umum dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada publik sehingga masyarakat
dari semua lapisan masyarakat membeli dan juga memegang saham di perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Dengan go public, perusahaan mendapatkan berbagai keuntungan, diantaranya sebagai berikut:

• Mendapatkan dana yang cukup untuk pengembangan usaha dan memperbaiki struktur permodalan, karena
dana tersebut diterima secara langsung tanpa melalui berbagai tahapan (term).  

• Dengan kepemilikan saham yang tersebar di masyarakat, perusahaan dituntut untuk menjalankan kegiatan
usahanya secara transparan dan profesional sehingga dapat memacu perusahaan untuk berkembang. 

• Membuka peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi melalui kepemilikan saham. 

• Lebih dikenal masyarakat sehingga secara tidak langsung kegiatan promosi juga berjalan. 

Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan dalam proses penawaran umum (go public).

• Tahap persiapan

Perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
untuk membuat kesepakatan antar pemegang saham untuk penawaran umum saham. Setelah menyetujui,
penerbit menentukan penjamin emisi serta lembaga dan dukungan pasar yang meliputi lembaga berikut.

1. Penjamin emisi, adalah pihak yang membantu emiten dalam menerbitkan saham. Tugasnya antara lain
menyiapkan berbagai dokumen, membantu penyusunan prospektus, dan memberikan jaminan penerbitan. 

2. akuntan publik (auditor independen), adalah pihak yang bertanggung jawab atas audit dan memeriksa laporan
keuangan dari calon emiten. 

3. Penilai, yaitu pihak yang menilai aset tetap perusahaan dan menentukan tingkat kelayakannya. 
4. Pendapat hukum membantu dan memberikan pendapat hukum. 

5. Notaris bertugas membuat angka-angka atas perubahan anggaran dasar, akta perjanjian, dan risalah rapat.  

• Tahap Pengajuan untuk Pernyataan Pendaftaran 

Calon penerbit mendaftar di Bapepam dengan disertai dokumen pendukung. Kemudian Bapepam memutuskan
apakah calon emiten memenuhi persyaratan atau tidak.

• Tahap Berbagi Penawaran 

Pada tahap inilah emiten menawarkan sahamnya kepada investor publik melalui agen penjual yang
ditunjuk. Pada tahap ini keinginan investor untuk memiliki saham terkadang tidak terpenuhi. Sebagai contoh,
150 juta saham yang dirilis untuk para pasar primer, sedangkan investor tertarik 250 juta saham. Investor yang
belum mengakuisisi saham dapat membelinya di pasar sekunder setelah saham tersebut tercatat di bursa.

• Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek 

Setelah saham ditawarkan di pasar perdana, barulah saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek
Indonesia. Pencatatan saham dapat dilakukan di bursa efek.

Ketentuan Pencatatan Saham di BEI

Calon emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• Pernyataan Pendaftaran Emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam. 

• Laporan keuangan harus telah diaudit oleh akuntan publik, terdaftar di Bapepam dan
menerima sebuah pendapat wajar tanpa pengecualian untuk tahun fiskal terakhir.   

• Jumlah minimal satu juta saham. 

• Jumlah pemegang saham awal minimal 200 investor yang masing-masing memiliki minimal 500 saham. 

• Memiliki aset minimal Rp. 20 miliar, ekuitas pemegang saham minimum Rp7,5 miliar dan modal disetor
minimum Rp2 miliar. 

• Kapitalisasi minimum setelah penawaran kepada publik adalah Rp. 4 miliar. 

• Khusus untuk calon emiten pabrik, mereka tidak dalam masalah pencemaran lingkungan (hal ini dibuktikan
dengan sebuah sertifikat AMDAL) dan emiten industri calon hutan harus memiliki sertifikat ekolabel (ramah
lingkungan).  

• Calon emiten saat ini tidak sedang dalam sengketa hukum yang dinilai dapat mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan. 

• Khusus untuk emiten di sektor pertambangan harus memiliki izin pengelolaan yang berlaku minimal
15 tahun; memiliki paling sedikit satu kontrak kerja atau kuasa pertambangan atau izin pertambangan
daerah; sekurang-kurangnya salah satu anggota direksi memiliki kemampuan teknis dan pengalaman di bidang
pertambangan; calon meiten sudah memiliki setoran terbukti atau yang setara. 

• Khusus untuk calon emiten yang bidang usahanya memerlukan izin pengelolaan (seperti jalan tol, otoritas
kehutanan) dan harus memiliki izin tersebut minimal 15 tahun.   

Anda mungkin juga menyukai