Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya pasar modal merupakan pasar yang sama dengan pasar yang kita lihat,
semacam pasar tradisional. Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal akumulasi dana
yang diarahkan ,untuk meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pengerahan dana guna
menunjang pembiyayaan pembangunan nasional. Pemerintah dalam hal ini telah
menyediakan alat bagi masyarakat untuk ikut serta dalam hal itu, yaitu berupa obligasi.
Selain itu masyarakat juga bisa ikut membeli saham-saham dari perusahaan yang telah go
public sesuai mana perusahaan yang membutuhkan dana. Oleh karena itu pasar modal di
Indonesia berkembang dengan pesat seiring pertambahan industri yang juga semakin banyak
di Indonesia. Perkembangan pasar modal dari tahun ke tahun tersebut dimulai dengan adanya
perubahan yang terdapat didalamnya hingga menghasilkan Bursa Efek Jakarta yang
merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia kemudian bursa efek Surabaya yang
akhirnya menjadi satu bernama bursa efek Indonesia. Aktivitas yang dilakukan sangat banyak
guna membantu para investor dan perusahaan melakukan transaksi ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan
gambaran tentang hal-hal berikut :
1. Sejarah pasar modal di Indonesia
2. Pengaturan pasar modal (regulasi dan regulator) di Indonesia
3. Aktivitas utama di pasar modal Indonesia saat ini
4. Perbandingan pasar modal Indonesia dibanding pasar modal ASEAN

C.TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Mahasiswa mengetahui sejarah dan perkembangan pasar modal Indonesia
2. Mahasiswa mengetahui pengaturan pasar modal
3. Mahasiswa mengetahui aktivitas utama yang ada di pasar modal Indonesia saat ini
4. Mahasiswa mengetahui perbandingan pasar modal indonesia dan ASEAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PASAR MODAL INDONESIA
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam sejarah
Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19.
Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreninging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pasar modal atau bursa efek
telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar
modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa
periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial
kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pada tanggal Desember 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek
di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat setelah
Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktivitas pasar
midal sudah sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-
orang Belanda di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad ke-19
pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di
Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan
sebaik-baiknya. Para penabung terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang
penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah
maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan
persiapan akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia
(Jakarta) pada 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel dan
langsung memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada saat itu adalah saham dan
obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belanda.
Bursa Batavia dihentikan pada perang dunia yang I dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan
menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan
Semarang. Aktivitas ini terhenti pada perang dunia II.
Pada masa orde lama- Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI,
tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah.
Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan
diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak
ditetapkan senagai Undang-undang No. 15 tahun 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun
penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek
(PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank
Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara
mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para
pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum.
Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri terutama
dengan Amsterdam.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa. Hal
ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda
sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga
begara Belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebyut makin parah sejalan
dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia denan Belanda mengenai sengketa Irian
Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia,
sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian disusul dengan
instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu
larangan Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda
yangberoperasi di Indonesia, termasuk semua efek yang bernominasi mata uang Belanda,
makin memperparah perdagangan efek di Indonesia.
Pada tahun 1977, (masa orde baru) bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan.
Unuk merangsang perusahan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas
pajak persetoan sebesar 10%-20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go
public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar midal tidak
dikenakan pajar pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti, dan pajak
kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan
termasuk pasar midal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan pasar midal antara lain
Pakto 27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paker 24
Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-
pokok:
1. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%.
2. Diperkenalkan Bursa Paralel.
3. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang sebelumya
dipungut oleh Bapepam.
4. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public.
5. Saham boleeh diterbitkan atas unjuk.
6. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum ditiadakan.
7. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari
sejak dilengkapinya persyaratan.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta.
Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tahun 2007 bursa efek Jakarta digabungkan
dengan bursa efek Surabaya menjadi bursa efek Indonesia (BEI) hingga sekarang.

B. PENGATURAN PASAR MODAL


Pada pasar modal indonesia BAPEPAM-LK adalah pelaku utama sebagai regulator
karena sebagai lembaga utama yang terkait dengan pasar modal Indonesia. Oleh karena itu
BAPEPAM-LK menurut Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal memiliki tugas
sebagai berikut :
A. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan
diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal
masyarakat umum.
B. Melaksanakan pembinaan dan pengawas terhadap lembaga-lembaga berikut:
a) Bursa efek
b) Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpanan
c) Reksa dana
d) Perusahaan efek dan perorangan
C. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal

Oleh karena itu BAPEPAM-LK selaku pengawas pada pasar modal indonesia memiliki
aturan yang telah ditetapkan baik itu Undang-undang atau keputusan menteri keuangan dan
lain sebagainya.
Berikut adalah beberapa regulasi-regulasi mengenai pasar modal Indonesia yang
terkandung pada :
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
b. Peraturan Pemerintah yang terdiri dari :
a) Perppu No. 4 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Jaring Pengaman
Sistem Keuangan (JPSK)
b) PP No. 12 Tahun 2004
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal
c) PP No. 45 Tahun 1995
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
d) PP No. 46 Tahun 1995
Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal
c. Keputusan Menteri Keuangan yang terdiri dari :
a) Permenkeu Nomor 153/KMK.010/2010
Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek
b) Kepmenkeu Nomor 455/KMK.01/1997
Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal
c) Kepmenkeu Nomor 646/KMK.01/1995
Pemilikan Saham Atau Unit Penyertaan Reksa Dana Oleh Pemodal Asing
d) Kepmenkeu Nomor 645/KMK.01/1995
Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 Tentang
Pasar Modal Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995
d. Peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam-LK terkait dengan pasar modal dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok peraturan sebagaimana tentang Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(LPP), Reksa Dana, Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi,
Lembaga, Penunjang Pasar Modal, Profesi Penunjang Pasar Modal, Emiten dan
Perusahaan Publik, Dokumen Publik dan Laporan ke Bapepam, Pemeriksaan oleh
Bapepam, Sanksi, Peraturan Lainnya.
e. Regulasi Lain Terkait Pasar Modal
a) UU No. 24 Tahun 2004 tentang:
Surat Utang Negara
b) UU No. 25 Tahun 2003 tentang:
Tindak Pidana Pencucian Uang
c) PP No.15 Tahun 1999 tentang:
Bentuk Bentuk Tagihan Tertentu Yang Dapat Dikompensasikan Sebagai Setoran
Saham
d) UU No. 30 Tahun 1999 tentang:
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Modal
e) UU No. 8 Tahun 1997 tentang:
Dokumen Perusahaan
f) Peraturan Menteri Keuangan No.49/PMK.03/2007 tentang:
Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa Asing Dan
Mata Uang Selain Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian SPT PPB

C. AKTIVITAS PADA PASAR MODAL INDONESIA SAAT INI


Aktivitas perdagangan pada pasar modal Indonesia sebagai penghubung antara investor
dan emiten dari tahun ke tahun terus berjalan. Kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek ini terus dipantau oleh lembaga lembaga yang terkait. Menurut data (2014)
yang telah saya dapatkan bursa perdagangan indonesia yang ditutup tahun 2014 membaik.
Meski diwarnai berbagai peristiwa politik maupun ekonomi dalam dan luar negeri, pasar
modal Indonesia tetap mengalami pertumbuhan yang menggembirakan sepanjang 2014.
Kekhawatiran di awal tahun akan adanya koreksi terhadap kinerja pasar modal Indonesia
dikaitkan dengan penyelenggaraan pemilu, serta adanya kebijakan, dan kondisi ekonomi
negara-negara besar seperti Amerika Serikat dengan pengenduran stimulus fiskalnya, dan
Cina dengan perlambatan ekonominya ternyata tidak terbukti. IHSG BEI banyak mengalami
kenaikan atau melonjak dan hanya sedikit dibawah bursa efek philipina. Dalam periode yang
sama, nilai kapitalisasi saham BEI juga tumbuh 19,9%. Pertumbuhan tersebut selain didorong
oleh meningkatnya IHSG BEI, juga karena adanya tambahan 19 emiten baru yang melantai
di bursa dan beberapa aksi korporasi khususnya rights issue yang dilakukan 21 emiten
dengan total nilai keduanya Rp 47,62 triliun. Selain itu, juga terdapat 86 emiten yang
melakukan emisi obligasi korporasi dan sukuk termasuk penawaran umum berkelanjutan
dengan total nilai Rp 48,04 triliun rupiah pada 2014. Hal ini juga diikuti dengan penguatan
pada industri pengolahan investasi dan Penguatan Governance Emiten dan Pasar Modal
Syariah.
Karena industri pasar modal syariah besar sekali potensinya dan lembaga terkait sudah
siap mefasilitasi hal tersebut dengan mengeluarkan enam aturan dasar pasar modal syariah
pada awal 2015.
Pada pasar modal Indonesia terdapat jenis-jenis produk atau efek yang yang dijual
disana, seperti;
i. Reksa Dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan
sebagai modal berinvestasi.
ii. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan
menabung. Imbalan yang akan diperoleh dengan kepemilikan sahma adalah
kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak terhingga.
iii. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa.
Artinya disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik
saham biasa. Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang
tetap seperti bunga obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu
atas hak pembagian dividen.
iv. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang
menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang menerbitkan obligasi.
v. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya,
misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya
dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi atau saham yang disertai
waran memasuki pasar baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan
secara terpisah.
vi. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan
emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini
berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh
pemegang saham. Right issue dapat diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi
ini karena kemampuannya memberikan penghasilan yang sama dengan membeli
saham, tetapi dengan modal yang lebih rendah. Biasanya harga saham hasil right
issue lebih murah dari saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak
untuk membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal
telah melakukan pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang akan
didapat oleh pembeli right issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen
dan capital gain.
Ketika Pasar Modal Indonesia mulai berkembang, otoritas serta praktisi pasar modal
terus mengupayakan peningkatan kegiatan pasar modal.Lembaga yang mengemban misi
besar dalam mengembangkan pasar modal Indonesia ini dituntut membawa akselarasi
pertumbuhan pasar modal. Hal tersebut tentunya juga harus diimbangi oleh perusahaan
public (emiten), sebagai salah satu komponen penting yang menggerakkan pasar modal.
Sejalan dengan itu, maka Emiten harus terus dibina untuk menumbuhkan iklim pasar yang
kondusif dan professional sehingga memberikan motivasi perusahaan swasta lain untuk
masuk pasar modal. Sementara itu jumlah emiten kita sepanjang 5 tahun terakhir rata-rata
bertumbuh 5% per tahun. Per 5 November 2014 ini, jumlah emiten kita telah mencapai 501
emiten, baik emiten saham maupun emiten surat utang korporasi. Meskipun jumlah emiten
tersebut masih termasuk rendah jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN
seperti Malaysia (905) dan Singapura (767), namun pertumbuhan emiten kita tertinggi di
kawasan dibandingkan dengan Singapura (0,1%) dan Malaysia (-1,5%) yang justru
mengalami penurunan pertumbuhan jumlah emiten. Daftar-daftar perusahan go public selaku
emiten dapat dilihat pada situs bapepam ataupun sahamok.com dalam situs tersebut terdapat
nama perusahaan emiten. Hingga saat ini emiten utama pada pasar modal indonesia adalah
perusahaan BUMN kecuali pada perbankan yang mungkin Bank BCA bersaing ketat dengan
Bank BUMN yang telah go public.
D. PERBANDINGAN PASAR MODAL INDONESIA DENGAN ASEAN
ASEAN menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia begitu pula arus perdagangannya
baik itu barang dan jasa ataupun perdagangan pada pasar modal. Beberapa aturan baru pada
integritas pasar modal ASEAN menerapkan perdagangan pasar modal lintas negara, tetapi
baru 3 negara yang menerapkan sistem ini negara tersebut adalah Singapura, Malaysia, dan
Thailand. Alhasil ketiga negara ini menjadi cukup kuat dalam penjualan saham. Indonesia
sendiri belum bisa bergabung dengan aturan tersebut karena terkendala perbedaan standar,
kendala utama dalam hal ini memang terdapat pada perbedaan standar. Contohnya, peraturan
pasar Indonesia mewajibkan emiten untuk memaparkan penggunaan dana hasil penawaran
umum, sementara di Singapura, Malaysia dan Thailand tidak diwajibkan. Selain itu, yang
menjadi kendala adalah peraturan di pasar modal Indonesia ada yang berlandaskan undang-
undang, sehingga ada potensi undangundangnya direvisi. OJK selaku otoritas di industri
keuangan akan mengubah sejumlah peraturan apabila aturan yang ada tidak mengandung
nilai tambah pada negara lain. Maka oleh karena itu perlu ada standarisasi. Halangan lain
adalah perkembangan pasar modal di antar negara ASEAN masih jauh yang perkembangan
pasar modalnya baik adalah Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Sementara lima negara yang lain seperti Brunei, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Myanmar itu
mereka masih jauh. Di sisi lain, integrasi pasar modal yang sudah dilakukan Thailand,
Singapura, dan Malaysia didukung oleh faktor sejarah dan hukum yang diadopsi dari Inggris.
Indonesia mewarisi hukum Belanda yang berbeda dengan hukum Inggris. Sehingga jika
terjadi masalah gagal bayar dan sebagainya, akan menjadi masalah yang cukup berat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasar modal merupakan pasar yang sama dengan pasar yang kita lihat, semacam pasar
tradisional. Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal akumulasi dana yang diarahkan
,untuk meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pengerahan dana guna menunjang
pembiyayaan pembangunan nasional. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka. Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh
Verreninging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak
1880. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pada masa orde lama- Setahun setelah
pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik
Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar
Modal Indonesia. Akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa.
Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda.
Pada tahun 1977, (masa orde baru) bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Pada
tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta.
Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tahun 2007 bursa efek Jakarta digabungkan
dengan bursa efek Surabaya menjadi bursa efek Indonesia (BEI) hingga sekarang.
BAPEPAM-LK adalah pelaku utama sebagai regulator karena sebagai lembaga utama yang
terkait dengan pasar modal Indonesia. Oleh karena itu BAPEPAM-LK menurut Keppres No.
53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal memiliki tugas mengawasi dan membina pasar modal
Indonesia dengan menggunakan aturan-aturan yang ada baik itu dari undang-undang dsb.
BAPEPAM-LK sendiri juga harus membuat perdagangan modal indonesia menjadi lebih kuat
seiring berkembangnya jaman dimana negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan
Thailand sudah melakukan perdagangan modal lintas negara sedangkan Indonesia masih
terkendala perbedaan standar dan aturan. Hal ini harus segera dilakukan persamaan
standarisasi agar kekuatan perdagangan pasar modal ASEAN semakin kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Syahida Noviana, dkk.2011.Pasar Modal.Universitas Negeri Yogyakarta
   Hidayat, Febrial.FHUI.2009.Analisis Terhadap Pasar Modal
Indonesia.Universitas Indonesia.
http://www.bapepam.go.id
http://www.ojk.go.id
http://www.idx.co.id
http://Pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perkembangan_pasar_modal ᄃ
http://www.ojk.go.id/siaran-pers-tutup-perdagangan-bursa-2014-kinerja-pasar-
modal-indonesia-membaik
http://id.wikipedia.org/wiki/Asosiasi_Emiten_Indonesia
http://www.koran-sindo.com/read/976914/150/aturan-integrasi-pasar-modal-
asean-dikaji-1426474560 ᄃ
GAMBARAN UMUM PASAR MODAL DI INDONESIA

Disusun
untuk memenuhi
tugas pengganti
UTS matakuliah
“Analisis Pasar
Modal”

OLEH :
Sony Wicaksono - 120231100064

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN AJARAN 2014-2015

Anda mungkin juga menyukai