Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi dan sejarah pasar modal di indonesia


Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (capital market), didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pengertian pasar modal menurut Suad Husnan adalah yang secara formal sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

2.1. Sejarah Pasar Modal Indonesia Sejarah pasarmodal Indonesia sebenarnya telah
cukup lama, sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial hindia belanda mulai
membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai sumber dana
adalah para penabung yang terdiri dari orang belanda dan eropa lainnya yang
penghasilannya jauh lebih besar dari penduduk pribumi dan telah dikelola secara
baik. Atas dasar itulah maka pemerintah belandamendirikan pasarmodal. Setelah
mengadakan persiapan yang matang, maka akhirnya didirikan pasar modal yang
pertama di Indonesia tepatnya di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912
yang bernama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung
memulai aktifitas perdagangannya. Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang
aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop &Kolf; Fa. Gijselman &Steup; Fa. Monod &Co.;
Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette
Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden;
Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. Efek yang diperjual-belikan
adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di
Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dankotapraja), sertifikat
saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di
negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar modal
di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. 10
Untuk menampung minat tersebut, padatanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya
dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Pada saat menjelang terjadi
perang dunia ke-II ketiga bursa tersebut menghentikan aktifitasnya dan dimulai
kembali dengan dibukanya bursa efek di Jakarta pada tahun 1952, namun karena
adanya program nasionalisasi oleh pemerintah pada tahun 1956 aktifitas pasar
modal Indonesiakembaliterhenti. Perkembangan pasar modal Indonesia berlanjut
pada bulan agustus 1977 dengan diaktifkan kembali kegiatan di pasar modal dan
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), sebuah badan pemerintah
dibawah Departemen Keuangan. Namun seiring berjalannya waktu selama 10 tahun
pertama perkembangan bursa relative lambat. Sampai dengan tahun 1988, jumlah
perusahaan yang diberi izin emisi hanya 34 perusahaan dengan nilai keseluruhan
Rp. 1.102,4 milyar. Faktor-faktor yang menyebabkan kurang menariknya iklim
ivestasi di bursa periode ini antara lain karena perlakuan pajak yang tidak
menguntungkan terhadap investasi saham serta pembatasan fluktuasi harga saham.
Pada saat itu pemerintah mengenakan pajak penghasilan atas deviden dan capita
gain, dan sebaliknya tidak mengenakan pajak atas penghasilan bunga deposito. Di
sisi lain deregulasi perbangkan tahun 1983 menyebabkan tingkat suku bunga
deposito menjadi naik, sehingga menyebabkan investasi pada saham tidak menarik
lagi bagi investor. Selain itupemerintah jugamembatasi fluktuasi harga saham
sebesar empat persen per hari dengan tujuan menghindari unsur spekulasi di bursa
sehingga, padahal unsur spekulasi pada bursa efek adalah sesuatu yang wajar. 11
Menyadari hal ini, pemerintah beruaha mendorong kembali pertumbuhan
pasarmodal dengan mengeluarkan berbagi paket deregulasi (paket Oktober 1987,
Desember 1987, Oktober 1988, dan Desember 1988). Yang isinya antara lain,
pemerintah menghapus batas fluktuasi empat persen harga saham perhari pada paket
deregulasi (Oktober 1987), Memberi kelonggaran pada perusahaan yang akan
melakukan go public (Desember 1987), memetapkan pajak yang sama bagi bunga
deposito dan deviden saham sebesar 15% (Oktober 1988), danmenetapkan system
company listing, dimana perusahaan yang telah mencatatkan sebagian sahamnya di
bursa otomatis diperbolehkan menjual semua saham yang disetor penuh (termasuk
saham pendiri) langsung di lantai bursa tanpa melalui penjamin emisi efek
(Desember 1988). Selanjutnya pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan peraturan
tentang swastanisasi Bursa Efek sehingga pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah
PT. BursaEfek Jakarta. Dengan swastanisasi bursa makaperanan BAPEPAM
berubah dari badan yang melaksanakan pasar modal menadi badan yang bertugas
mengawasi pasar modal. Sebenarnya sejak tahun 1987 sudah ada bursa efek swasta,
yaitu Bursa Pararel Indonesia (BPT). Bursa pararel (over the counter market) sangat
diperlukan oleh perusahaan kecil dan menengah serta perusahaan baru yang rugi
tetapi mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan dating. Bursa inimenjadi
jembatan bagi perusahaan yang sudah layak menawarkan sahamnya pada
masyarakat umum tetapi terbentur pada persyaratan sebagai peserta di bursa reguler
seperti BEJ. Perdagangan tidak harus dilakukan di satu lokasi tertentu 12 tetapi
dilakukan melalui suatu jaringan terminal elektronik yang menghubungkan antar
para pedagang efek. Namun seiring berjalannya waktu perkembangan BPI kurang
menggembirakan. Hal ini dapat dilihatdarisedikitnya jumlah emiten yang
mencatatkan sahamnya di BPI dan kecilya volume transaksi perdagangan di BPI.
Setelah berdirinya BPI kemudian muncul Bursa Efek Surabaya (BES) yang
berdiripada bulan Juli 1989. Keberadaan BES diharapkan dapatmemberi manfaat
bagi perkembangan propinsi Jawa Timur di samping dapat meluas sampai Kawasan
Indonesia Timur. Sebagian saham yang diperdagangkan di BEJ juga dapat
dilakukan di BES. Pada tahun 1995, BPI dan BES dikonsolidasikan sehingga
sampai sekarang hanya terdapat dua bursa efek di Indonesia yaitu BEJ dan BES.
Sejak diberlakukakannya berbagai deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah pada
pasar modal tahun 1987, volume perdagangan pada BEJ meningkat drastis. Volume
perdagangan ini menjadi lebih tinggi lagi dengan diterapkannya system
perdagangan otomatis (Jakarta Automated Trading System atau JATS) Pada tahun
1995. JATSmemungkinkan frekuensi perdagangansaham yang lebih besar dan
menjamin perdagangan dapat lebih sewajarnya dan transparan.

2. PENGERTIAN DAN KEUNTUNGAN GO PUBLIC.

Go publik adalah penawaran yang dilakukan oleh suatu


perusahaan agar saham yang dimilikinya dapat dijual dan dimiliki
oleh masyarakat luas dengan cara yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pasar modal yang berlaku dalam
pelaksanaannya.
Perusahaan melakukan go publik biasanya disertai alasan-
alasan tertentu, salah satu alasan umumnya adalah untuk
mendapatkan sumber modal eksternal yang berasal dari
masyarakat.
Perusahaan yang melakukan go public biasanya perusahaan
yang sedang berkembang, oleh sebab itu mereka memerlukan
sejumlah dana untuk mengembangkan usahanya, dan sumber
dana eksternal yang mudah didapat berasal dari pasar modal, oleh
sebab itu, dengan mematuhi peraturan pasar modal perusahaan
yang ingin mendapatkan modal berusaha melakukan go publik.
Banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi tentu dengan
pertimbangan yang matang, salah satulah adalah laporang
keuangan yang baik, semakin baik progres suatu perusahaan,
maka akan dengan mudah bagi perusahaan tersebut mendapatkan
dan dari hadsil penjualan sahamnya di pasar modal.

KEUNTUNGAN PERUSAHAAN GO PUBLIC

Direktur Penilaian Perusahaan BEI  I Gede Nyoman Yetna mengatakan manfaat pertama
bagi perusahaan terbuka adalah mendapatkan pendanaan yang tidak terbatas.

Pendanaan ini nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan
mempercepat pertumbuhan perusahaan.
Manfaat kedua adalah memudahkan ekspansi dan perkembangan perusahaan. Nyoman
memberi contoh beberapa perusahaan keluarga yang kini menjadi besar karena menjadi
perusahaan terbuka.

Manfaat selanjutnya adalah kemudahan mendapat mitra kerja strategis. Dengan adanya
keterbukaan informasi, maka investor dan mitra kerja dapat menemukan perusahaan yang
cocok untuk diajak kerjasama.

KEUNTUNGAN LAINNYA:

1. Meningkatkan nilai perusahaan (company value)

Dengan menjadi perusahaan go publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek


Indonesia, setiap saat publik dapat memiliki data pergerakan nilai perusahaan. Dengan kata
lain, kondisi keuangan perusahaan bisa diakses oleh publik. 

tiap ada peningkatan kinerja operasional dan keuangan, hal itu akan berdampak terhadap
harga saham di Bursa yang mana pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara
keseluruhan.

Peningkatan pada nilai perusahaan tentu akan berpengaruh pada meningkatnya kepercayaan
publik.

Dengan demikian, perusahaan akan lebih mudah untuk menerbitkan surat utang, baik
jangka pendek maupun jangka panjang dengan tingkat bunga yang lebih bersaing. 

Hal ini dikarenakan pada umumnya investor akan lebih menyukai jika perusahaan yang
menerbitkan surat utang tersebut telah dikenal dan memiliki citra yang baik dalam dunia
keuangan.

Selain itu, proses pemberian pinjaman relatif lebih mudah dibandingkan pemberian
pinjaman kepada perusahaan yang belum dikenal, tingkat bunga yang dikenakan juga lebih
rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka yang relatif lebih kecil
dibandingkan credit risk pada perusahaan tertutup.

2. Meningkatkan citra perusahaan

Jika saham telah tercatat di Bursa Efek Indonesia, informasi tentang perusahaan akan sering
diliput oleh media, penyedia data, dan analis di perusahaan sekuritas.

Publikasi secara cuma-cuma tersebut akan meningkatkan citra perusahaan serta


meningkatkan eksposur pengenalan atas produk-produk yang dihasilkan perusahaan. 

Hal ini tentu dapat menciptakan peluang dan pelanggan baru bagi perusahaan.

3. Menumbuhkan loyalitas karyawan perusahaan

Apabila saham perusahaan diperdagangkan di Bursa, karyawan bisa mendapatkan insentif,


misalnya berupa saham. Dengan melibatkan karyawan dalam proses pertumbuhan
perusahaan melalui proses go public, maka rasa memiliki karyawan akan meningkat.

Keterlibatan tersebut juga bisa meningkatkan profesionalisme dan kinerja karyawan. Sebab,
kinerja yang baik akan menyumbang keuntungan bagi perusahaan dan tentu diri mereka
sendiri.

4. Mempertahankan kelangsungan usaha

Perpecahan dalam keluarga pendiri perusahaan sering kali jadi salah satu pemicu
bangkrutnya suatu perusahaan.

Namun dengan menjadi perusahaan go publik akan menjadikan setiap pihak dalam keluarga
dapat memiliki saham perusahaan dalam porsinya masing-masing.

Pemegang saham pendiri juga dapat memercayakan pengelolaan perusahaan kepada pihak
profesional yang kompeten dan dapat dengan mudah mengawasi perusahaan.
Pengawasan ini dilakukan melalui laporan keuangan atau keterbukaan informasi
perusahaan yang diwajibkan oleh otoritas sehingga masalah klise yang sering dihadapi oleh
perusahaan ini bisa dihindari.

5. Insentif pajak

Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib
Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka, perusahaan yang sudah go
public memiliki keuntungan. 

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka bisa mendapat
penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 5 persen lebih rendah dari tarif PPh Wajib
Pajak badan dalam negeri, sepanjang 40 persen sahamnya tercatat dan diperdagangkan di
Bursa dan memiliki minimal 300 pemegang saham.

3. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DAN JAKARTA ISLAMIC IDEKS

4 UNDERWRITER DAN DISELOSURE YANG DIBOLEHKAN DAN YANG TIDAK


DIBOLEHKAN DALAM PASAR MODAL.

UNDERWRITER

Penjamin Emisi Efek (''underwriter'') merupakan salah satu kegiatan pokok dari perusahaan
efek (securities company), yang mengadakan kontrak dengan Emiten (issuer) untuk
melakukan penawaran umum melalui pasar modal bagi kepentingan Emiten. Peran serta
tanggung jawab Penjamin Emisi Efek sangatlah penting dalam melakukan ''due diligent'' di
samping upaya untuk mensukseskan penjualan efek kepada masyarakat investor baik di
dalam maupun di luar negeri, sehingga dana hasil emisi efek yang terhimpun dapat
dimanfaatkan Emiten bagi pengembanan usahanya.
Underwriter memiliki peran sebagai berikut :

1. Mematuhi semua ketentuan yang ada di dalam kontrak penjaminan emisi,

2. Mengungkapkan nya di dalam bentuk prospektus atau dokumen resmi yang di gunakan
oleh perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai saham yang di tawarkan untuk di
jual ke publik, yang bersifat material diantara perusahaan efek dan emiten. Selain peranan
yang di miliki oleh underwriter tersebut, Underwriter juga memiliki tiga sifat yang menjadi
kemungkinan terkait penawaran - penawaran yang di tawarkan oleh pihak Underwriter,
yaitu sebagai berikut :

1. Kemungkinan yang pertama itu adalah Penjaminan secara penuh(full commitment),


dimana jika efek yang di tawarkan didalam penawaran umum tidak habis terjual, maka
Underwriter bertanggung jawab sepenuhnya untuk membeli semua efek tersebut

2. Kemungkinan yang kedua itu adalah Penjualan yang dilakukan dengan kinerja yang
terbaik (best effort commitment ), dimana jika efek yang ditawarkan di dalam
penawaran umum tidak dapat menarik perhatian investor, maka tugas Underwriter
hanya bekerja semaksimal mungkin menawarkan efek tersebut kepada investor.

3. Kemungkinan yang ketiga itu adalah Underwriter hanya bertugas membantu dan
berjaga-jaga terkait penjualan efek (stand by commitment), dimana Underwriter hanya
menjadi pendamping atau partner untuk melakukan penjualan efek yang ditawarkan di
dalam penawaran umum.

DISELOSURE
Di Pasar Modal, informasi adalah segalanya. Tidak ada yang lebih penting dari pada
informasi. Dengan kredo ini, pandangan hidup dan mati industri ini bergantung kepada
informasi adalah benar. Hal ini terjadi, karena dengan dasar informasi investor dapat
menerima atau menolak transaksi efek, sehingga Informasi menjadi salah satu penentu
dalam transaksi permintaan dan penawaran efek di Bursa. Ketidakjelasan informasi
menjadikan investor ragu-ragu untuk menanamkan modalnya. Untuk itu, Undang-undang
No. 8 Tahun 1995 tentang  Pasar Modal (”UUPM”) mengatur keterbukaan informasi dalam
Pasal 1 angka 25 UUPM, yang menetapkan bahwa Prinsip Keterbukaan adalah pedoman
umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada
undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.
Berdasarkan ketentuan ini, maka jelas bahwa UUPM tidak saja melindungi investor saja,
tetapi seluruh pelaku industri di Pasar Modal. Keberpihakan UUPM adalah kepada semua
perlindungannya.
Namun dalam praktek, keterbukaan informasi dapat terjadi menghadapi dilema. Dalam satu
sisi perusahaan publik, berdasarkan UUPM, berkewajiban melakukan keterbukaan
informasi dengan detail dan rinci sebagaimana telah diatur Bab X mengenai Pelaporan dan
Keterbukaan Informasi, Pasal 85 sampai dengan Pasal 89. Kemudian diatur lebih rinci
dalam Keputusan Ketua Bapepam No. : Kep-86/PM/1996 Tanggal : 24 Januari 1996
Peraturan Bapepam No. X.K.1 : Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan
Kepada Publik  dan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No : Kep-82/PM/1996 Tanggal :
17 Januari 1996 Peraturan Bapepam No.  X.M.1 : Keterbukaan Informasi Pemegang Saham
Tertentu. Selain itu diatur lebih lanjut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. : Kep-
306/BEJ/07-2004 Tanggal : 19 Juli 2004 Peraturan No. I-E: Tentang Kewajiban
Penyampaian Informasi, tetapi terdapat ketentuan larangan tidak melakukan, sehingga yang
terjadi pertentangan kewajiban dengan kewajiban Perusahaan Publik dengan ketentuan
UUPM. Perusahaan Publik tidak melakukan keterbukaan informasi di dasari pertimbangan
bahwa informasi itu termasuk kategori rahasia perusahaan. Dalam hal dipaksakan juga
untuk dibuka informasi, maka keterbukaan informasi menjadi asimetris dan bahkan
berlebihan, sehingga keterbukaan informasi terbuka dengan dipenuhi prasangka dan
kesalahan konsistensi di dalam memperkirakan nilai keterbukaan informasi dapat terjadi.
Dengan kontradiksi demikian, menyelaraskannya antara kewajiban Perusahan Publik
dengan kepentingan investor dengan keterbukaan informasinya menjadi jalan tengah
terbaik. Hal ini karena Perusahaan Publik tidak hanya wajib melakukan keterbukaan
informasi, tetapi untuk kepentingannya, harus juga memperhatikan kepentingan internal
yang dapat bertentangan dengan kepentingan pemodal. Menghadapi situasi dilematis ini,
dituntut ada keseimbangan di antara dua kepentingan tersebut. Usaha untuk mendapatkan
titik keseimbangan itu dikenal dengan prinsip yuridis bahwa keterbukaan informasi tidak
semata-mata “full” saja, tetapi juga harus “fair” sehingga menjadi dikenal “full and fair
disclosure”. Full and fair disclosure berarti mengandung dua pengertian. Pertama, full
disclosure adalah untuk informasi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di
Bursa dan dapat mempengaruhi bidang usaha Perusahaan Publik. Informasi apa sajakah
yang seharusnya dibuka adalah dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam beberapa
peraturan yang dikeluarkan Bapepam-LK (sekarang Otoritas Jasa Keuangan). Kedua, fair
disclosure adalah informasi yang tidak bersifat material dan tidak seharusnya diketahui oleh
publik. Untuk itu, maka bidang apa saja yang seharusnya dipublikasikan tidak diketahui
dan tergantung pada bidang usaha apa dari Perusahaan Publik itu sendiri. Namun demikian,
apabila dipandang perlu dan diminta penjelasan oleh otoritas Pasar Modal dapat sajalah
dijelaskan, dengan pembatasan tertentu, yang tidak menyangkut rahasia perusahaan.
Dengan konsep demikian, full and fair disclosure sesungguhnya adalah jembatan dalam
menuju kepatuhan dan kepentingan keterbukaan informasi.
Ketidakjelasan informasi dapat menjadi awal keragu-raguan investor menanamkan modal,
tetapi tidaklah dibenarkan menutup kepentingan Perusahaan Publik, hanya karena demi dan
untuk dapat  memenuhi keterbukaan informasi semata-mata. Keterbukaan informasi
dengan full and fair disclosure langkah menuju titik keseimbangan adalah jawabannya.
Informasi yang terbuka menjadi penting, karena informasi adalah jiwa dari Pasar Modal.
Jiwa berada dalam tataran seberapa besar prinsip keterbukaan informasi itu diatur dan
diimplementasikan. Hal ini disebabkan tanpa adanya suatu prinsip keterbukaan informasi,
Pasar Modal hanya menjadi impian yang tidak mungkin dapat tercapai tujuan dan cita-
citanya. 
4.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-pasar-modal-
menurut-para-ahli.html
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/654/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://investasi.kontan.co.id/news/ini-manfaat-dan-keuntungan-perusahaan-
go-public-menurut-bei
https://lifepal.co.id/media/perusahaan-go-public/#:~:text=Keuntungan
%20menjadi%20perusahaan%20go%20public,-Keuntungan%20yang
%20terutama&text=Melalui%20go%20public%2C%20modal%20yang,memiliki
%20struktur%20permodalan%20yang%20optimal.
https://business-law.binus.ac.id/2017/07/29/full-fair-disclosure-di-pasar-
modal/

Anda mungkin juga menyukai