Anda di halaman 1dari 40

Pasar Modal

Sejarah Pasar Modal Indonesia, Dari Masa ke Masa

Secara historis, Sejarah Pasar Modal Indonesia sudah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka,
tepatnya sejak zaman kolonial Belanda. Tetapi terdapat perdebatan mengenai kapan pasar
modal di Indonesia pertama kali muncul. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagaimana
dikutip dalam artikel informasi sejarah dan milestone, Pasar Modal atau Bursa Efek telah hadir
sejak jaman kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar Modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah Kolonial atau VOC.
Sementara, dalam buku yang dirilis oleh Vereeniging Voor Den Effectenhandel berjudul
“Effectengids” dikatakan jika perdagangan efek di Indonesia telah berlangsung sejak 1880,
selain itu perdagangan efek tersebut dilakukan bukan dari organisasi resmi sehingga catatan
transaksi tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan Komunitas
dan Sekuritas, yakni Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas.

Selanjutnya, transaksi saham pada perdagangan efek pertama kali tercatat pada tahun 1892,
yang dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan di Batavia yaitu Cultuur Maatschappij Goalpara.
Dikutip dari Glints (21/04/2021) dituliskan bahwa perusahaan tersebut menjual 400 saham
dengan harga 500 gulden per saham yang beredar. Empat tahun kemudian, Het Centrum juga
merilis prospektus penjualan saham yang memiliki nilai hingga 105 ribu gulden dengan harga
per lembar sahamnya sebesar 100 gulden. Setelah transaksi-transaksi tersebut, pemerintah
Hindia Belanda, yakni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mendirikan bursa efek di
Batavia pada tahun 1912. Ketika itu bursa efek didirikan untuk kepentingan pemerintah
kolonial, sebagai penguasa perdagangan di Asia. VOC membuka bursa efek juga untuk mencari
modal dalam pembangunan perkebunan massal di Indonesia.

Hanya berselang dua tahun, Bursa Efek terpaksa ditutup pada tahun 1914 karena adanya
Perang Dunia I. Pada tahun 1925 Bursa Efek kembali dibuka sekaligus membentuk dua bursa
efek baru di Indonesia, yaitu Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang. Sayangnya kabar
menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena BEI dihadapkan pada Resesi Ekonomi tahun
1929 dan pecahnya Perang Dunia II. Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek
Surabaya dan Semarang ditutup, yang diikuti juga oleh Bursa Efek Jakarta pada 10 Mei 1940.
Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali dibuka oleh
Presiden Soekarno pada 3 Juni 1952. Hingga pada akhirnya keberadaan Bursa Efek kembali
tidak aktif ketika ada program nasionalisasi perusahaan Belanda pada tahun 1956 sampai 1977.
Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan
Efek) yang beranggotakan bank negara, bank swasta dan para Pialang efek. Pada tanggal 26
September 1952 dikeluarkan Undang-undang No. 15 Tahun 1952 sebagai Undang-Undang
Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.q

Pada masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, bursa efek sudah dibuka kembali
pada tahun 1977. Pembukaan bursa efek tersebut ditandai dengan adanya Emiten pertama,
yaitu PT Semen Cibinong. Walaupun begitu, pasar modal saat itu tidak memperoleh tanggapan
positif karena undang-undang yang berlaku saat itu banyak membatasi ruang gerak
perusahaan. Hal tersebut membuat pemerintah melakukan deregulasi terkait peraturan
perundang-undangan pasar modal untuk mempermudah Emiten dan juga investor pada tahun
1987. Pemerintah menggiatkan pasar modal di Indonesia dengan membuka peluang bagi
investor asing dengan batas kepemilikan maksimum sebesar 49%. Pemerintah juga membentuk
lembaga-lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan
Efek Indonesia (KPEI), reksadana, dan manajer investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai
menjadi titik awal dari positifnya pertumbuhan pasar modal di Indonesia.

Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta merger dengan Bursa Efek Surabaya yang kemudian
berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, Otoritas Jasa Keuangan juga
mulai diperkenalkan. Sampai saat ini, sebanyak 701 perusahaan telah mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila BEI konsisten dapat mengundang Emiten baru sebanyak
25-35 selama satu tahun, maka di proyeksikan 1.000 Emiten dapat tercapai dalam enam sampai
tujuh tahun ke depan. Bertambahnya jumlah Emiten tentu akan mendorong penguatan pasar
modal Indonesia secara berkelanjutan. Pasar saham Indonesia akan semakin di lirik oleh banyak
investor besar, bahkan tidak menutup kemungkinan perusahaan dari luar negeri ikut
mencatatkan sahamnya di BEI.

Jumlah investor pasar modal setiap tahunnya juga terus mengalami peningkatan. Seperti yang
dikutip dalam Laman web BEI menunjukkan bahwa sebelumnya pada 2018 jumlah investor
pasar modal adalah 1,6 juta. Lalu di tahun 2019 pertumbuhan investor pasar modal mencapai
53% sehingga jumlah investor yang tercatat dalam pasar modal menjadi 2,4 juta. Pada Mei
2020, jumlah investor mencapai 2,8 juta atau telah tumbuh sebesar 13% dari akhir 2019. Angka
tersebut menunjukkan bawa adanya pandemic COVID-19 tidak menurunkan jumlah investor di
Indonesia.

Pengertian Pasar Modal (Capital Market)

Pasar modal adalah tempat penampungan transaksi finansial yang menggunakan kontrak
jangka panjang.
Pengertian Pasar modal menurut Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 adalah pihak yang
menyediakan dan menyelenggarakan sistem atau sarana guna mempertemukan penawaran
jual dan beli efek dengan tujuan memperdagangkan efek oleh pihak-pihak terkait.

Jenis Produk Pasar Modal

Produk (surat berharga) pasar modal yang lazim diperdagangkan bisa kita kelompokkan
menjadi dua yaitu surat berharga yang berbentuk kepemilikan dan surat berharga yang
berbentuk uang.

Instrumen (produk) yang ditransaksikan dalam pasar modal memiliki jangka waktu lebih dari
satu tahun atau dikenal dengan istilah (long-term instrument). Jadi, beberapa produk yang ada
dalam pasar modal diantaranya yaitu:

1.Saham Biasa (Common Stock)

Pengertian saham biasa adalah tanda kepemilikian atau penyertaan sesorang maupun badan
dalam suatu perusahaan. Ciri-ciri dari saham biasa adalah memiliki hak suara, perusahaan
mendapat keuntungan, dividen medapat keuntungan dna mempunyai hak pembagian kekayaan
usaha apabila perusahaan ternyata bangkrut setelah kewajiban perusahaan dilunasi.

Saah satu jenis saham biasa yaitu Saham unggulan (blue chips) merupakan yang diterbitkan
oleh perusahaan besar dan terkenal yang sudah lama menunjukkan kemampuan dalam
memperoleh keuntungan dan pembayaran deviden.

Contoh dari saham unggulan yaitu: PT HM Sampoerna, PT Telkom Tbk, PT. Gudang Garam Tbk,
dan PT Unilever Tbk.

2. Bukti Right (Right Issue)

Pengertian Right Issue adalah hak untuk membeli saham baru yangdikeluarkan emiten bagi
pemodal. Dikarenakan sebatas hak, maka investor yang terkait tidak diharuskan membelinya.
Dibandingkan dengan deviden yang secara otomatis diterima oleh pemegang saham.

Keuntungan (imbalan) yang diterima oleh pembeli Right Issue adaah sama dengan imbalan
saham yaitu dividend atau capital gain.

Risiko investasi right issue yang dihadapi oleh investor adalah rugi dalam jual beli saham (capital
loss) atau menurunnya deviden per saham.
3. Obligasi (Bonds)

Pengertian obligasi adalah surat pengakuan utang dari perusahaan dengan kesanggupan untuk
mengembalikan pokok utang beserta bunganya secara periodik atau pada waktu yang telah
ditentukan.

Keuntungan obligasi berupa bunga (dikenal dengan istilah kupon) yang bisa dibayarkan
tahunan, semesteran dan bisa juga triwulan. Obigasi juga dimungkinkan mendapatkan capital
gain layaknya saham. Obligasi memiliki perjanjian yang mengikat antara kedua pihak yaitu phak
pemberi pinjaman (penerbit obligasi) dan pihak penerima pinjaman.

Penerbit obligasi akan menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan aturan-aturan yang
ditentukan seperti jatuh tempo pelunasan, bunga yang dibayarkan dan besarnya pokok hutang.

4. Saham Preferens atau Saham Istimewa (Preferred Stock)

Saham preferen adalah saham yang memberikan hak spesial atau hak prioditas pilihan kepada
pemegangnya. Hak apa sajakah itu? Diantaranya seperti hak menukar sahamnya dengan saham
biasa, hak untuk mempengaruhi manajemen dalam pencalonan pengurus, hak untuk
didahulukan mendapatkan deviden, hak untuk mendapat deviden dalam jumlah tetap dan
resiko yang lebih kecil dibandingkan saham biasa.

Dengan kata lain, Saham preferens adalah gabungan dari obligasi dan saham biasa, maksudnya
adalah disamping memiliki karakteristik seperti obligasi, di sisi lain juga mempunyai
karakteristik saham biasa.

5. Waran (Warrant)

Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang telah ditentukan.
Waran biasanya dijual bersamaan dengan surat berharga lain, contohnya obligasi dan saham.
Tujuan diterbitkan waran adalah supaya menarik pemodal untuk membeli saham atau obligasi
yang diterbitkan emiten. Tentu investor akan senang menginvestasikan dananya di bank apabila
keadaan suku bunga tinggi.

6. Reksadana (Mutual Fund)


Reksadana adalah tempat untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan
selanjutnya oleh manajer investasi akan diinvestasikan dalam bentuk kumpulan surat berharga
(portofolio efek).

Keuntungan dari investasi reksadana akan didapat dari tiga sumber pokok yaitu deviden,
peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan capital gain.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) sendiri adalah perbandingan total dari nilai investasi yang dilakukan
manajer investasi dan total volume reksadana yang diterbitkannya.

Perdagangan produk pasar modal di Indonesia dilaksanakan di dua kota yaitu Jakarta (Bursa
Efek Jakarta) dan di Surabaya (Bursa Efek Surabaya). Produk pasar modal yang dijual di bursa
efek harus sudah terdaftar dan memenuhi persyaratan yang berlaku.

Badan atau lembaga yang terlibat di pasar modal

Pasar modal tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak ada pelaku di dalam lembaga ini. Ada
beberapa pihak yang berperan dalam pengembangan kegiatan pasar modal. Siapa sajakah
pihak-pihak yang berkaitan dengan pasar modal? Pihak-pihak yang berkaitan dengan pasar
modal di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pengawas Pasar Modal

Pasar modal seperti halnya perusahaan lainnya perlu dikelola, dibina, diatur, dan diawasi oleh
lembaga tertentu. yang bertugas mengurusi pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam). Kedudukan Bapepam berada di bawah Menteri Keuangan sehingga lembaga ini
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Kegiatan pengawasan dilakukan Bapepam
dengan tujuan menciptakan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efisien, serta melindungi
kepentingan investor dan masyarakat. Bapepam memiliki kewenangan membina, mengatur.
dan mengawasi pasar modal Indonesia. Selanjutnya, apa sajakah tugas dari Bapepam?
Bapepam bertugas membuat peraturan sebagai pedoman pelaku pasar modal dan mengawasi
pelaksanaan peraturan tersebut. Bapepam juga diberi wewenang memberikan sanksi kepada
pelaku usaha di pasar modal jika melakukan pelanggaran.

2. Perusahaan Publik (Emiten)

Emiten merupakan pihak atau badan yang menjual efek (surat berharga) di lantai bursa. Emiten
juga diartikan sebagai pihak yang melakukan emisi di bursa, Emiten akan memperoleh dana di
pasar modal melalui penawaran umum atau investasi langsung (private replacement). Dalam
melakukan penawaran efek, emiten dapat memilih dua jenis instrumen yang bersifat
kepemilikan atau utang. Efek yang bersifat kepemilikan berupa saham, sedangkan efek yang
bersifat utang berupa obligasi.

Emiten dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan publik dan reksadana. Perusahaan
publik merupakan suatu perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh 300 atau lebih pemegang
saham (pesero) dan Jumlah modal yang disetor sebesar tiga miliar rupiah. Dengan demikian,
perusahaan ini dapat dimiliki oleh siapa pun.

Reksadana bertujuan sebagai wadah untuk meng himpun dana dari pemodal atau investor yang
akan diinvestasikan dalam efek oleh manajer investasi. Reksadana merupakan surat berharga
atau investasi campuran yang menggabungkan antara saham dan obligasi.

3. Self Regulatory Organization (SRO)

Self regulatory organization (SRO) merupakan organisasi yang berwenang membuat peraturan
berkaitan dengan aktivitas usahanya. Organisasi ini terdiri atas lembaga-lembaga sebagai
berikut.

a. Bursa Efek

Bursa efek merupakan pihak atau lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
atau sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli dalam perdagangan efek. Bursa efek
menyediakan fasilitas yang berkaitan dengan perdagangan efek. Lembaga ini juga berusaha
memperbaiki teknologi agar proses perdagangan efek berjalan lancar dan efisien. Saat ini bursa
efek yang terdapat di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)

Lembaga kliring dan penjaminan (LKP) merupakan pihak yang menyelenggarakan jasa kliring
dan penjaminan transaksi yang terjadi di lantai bursa. Penyelenggaraan jasa ini bertujuan agar
transaksi dilakukan secara teratur, wajar, dan efisien, Lembaga yang memiliki izin usaha sebagai
LKP dari Bapepam adalah PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT KPEI). LKP memiliki tugas
sebagai berikut.

1) Menyediakan jasa kliring dan penjaminan.

2) Melakukan kliring yang menentukan hak dan kewajiban anggota bursa.

c. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)


Lembaga penyimpanan dan penyelesaians (LPP) merupakan pihak yang menyelenggarakan
kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan elek, dan pihak lainnya. LPP
memiliki fugar mes nyediakan jasa kustodian sentral dan menyelesaikan transakal di buna efek.
Lembaga yang memilik usaha sebagai LPP dari Rapepam adalah PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (PT KSEI)

4. Perusahaan Efek

Perusahaan efek merupakan suatu perusahaan yang bertugas sebagai perantara dalam
perdagangan efek di bursa efek. Perusahaan efek meliputi lembaga penjamin emisi efek,
perantara pedagang efek, dan manajer investasi

a. Penjamin Emist Efek

Penjamin emil efek (underwriter) merupakan

pihak pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan kontak dengan emiten untuk
melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli tisa efek yang
tidak Mengmal Skor Par Modal terjual. Artinya, lembaga ini memberikan jaminan atax
penjualan efek berupa saham atau obligau sampal habis hingga batas waktu tertentu.

b. Perantara Pedagang Efek

Perantara pedagang efek (plalang) merupakan pihak pada perusahaan slek yang melakukan
kegiatan jual beli efek untuk kepentingan diri send atau orang lain Palang atau broker memiliki
tugas sebagai berikut

1) Memberikan informasi mengenal kinerja

2) Melakukan penjualan sirat berharga kepada para investor

c. Manajer Investasi

Manajer investasi merupakan pihak yang memiliki kegiatan usaha mengelola portofolio efek
untuk para nasabahnya. Manajer investasi juga mengelola portofolio investasi kolektif bagi se
kelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan
sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan per undang-undangan.
d. Penasihat Investasi

Penasihat investasi merupakan pihak yang bertugas memberikan nasihat kepada pihak
lainberkaitan dengan penjualan atau pembelian efek.

5. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga ini bertugas mendukung pelaksanaan kegiatan usaha di pasar modal. Lembaga
penunjang pasar modal terdiri atas beberapa pihak sebagai berikut.

a. Biro Administrasi Efek

Biro administrasi efek (BAE) merupakan lembaga yang membantu investor dan emiten untuk
memperlancar administrasinya. Lembaga ini kontak dengan emiten untuk me laksanakan
pencatatan pemilikian efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Apa sajakah tugas
dari BAE di pasar modal? BAE memiliki tugas sebagai berikut.

1) Membantu emiten dalam melakukan emisi atau penjualan efek.

2) Menyimpan dan mengalihkan hak atas saham yang dimiliki investor.

3) Membantu dalam penyusunan daftar pe megang saham.

4) Mencatat pembayaran dividen.

5) Menyusun laporan tahunan bagi emiten.

b. Kustodian

Kustodian merupakan pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya berkaitan
dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen. bunga, dan hak lain, menyelesaian
transaksi efek, serta mewakili pemegang rekening milik nasabahnya. Pihak yang bertindak
sebagai kustodian di pasar modal Indonesia, antara lain LPP. perusahaan efek, dan bank umum
yang mem peroleh persetujuan dari Bapepam.

C. Wali Amanat

Wali amanat merupakan pihak yang bertindak sebagai wakil pemegang efek yang bersifat
utang. Wali amanat berperan penting dalam emisi obligasi. Dalam hal ini yang menjadi amanat
adalah.
Strategi Investasi di Pasar Modal

1. Saran-Saran bagi Investor

Mengingat risikonya yang sangat besar, investor perlu memahami dengan benar proses
berinvestasi di pasar modal. Selain itu, investor perlu mempertimbang kan berbagai saran
sebagai berikut.

a. Investor sebaiknya jangan membeli efek hanya berdasarkan rayuan lewat telepon. Investor
dapat mencari informasi lebih lanjut secara tertulis sebelum memutuskan untuk membeli efek.

b. Investor perlu berhati-hati terhadap bagian pemasaran dari perusahaan efek yang berusaha
merayu untuk mengambil keputusan investasi, baik menjual maupun membeli secara tergesa-
gesa

c. Investor sebaiknya memeriksa kebenaran informasi terhadap efek yang akan dibeli atau
dijual. Perlu diingat apabila investor membeli atau menjual efek berdasarkan informasi orang
dalam (insider information), tindakan tersebut dikategorikan

sebagai tindakan ilegal.

d. Investor perlu mencari nasihat dari pihak yang berkompeten. Hal yang dilakukan jika investor
tidak mengerti informasi yang termuat dalam prospektus atau informasi lainnya.

e. Investor sebaiknya tidak langsung percaya terhadap seseorang atau pihak yang memberikan
jaminan secara pasti akan adanya keuntungan berinvestasi efek.

f. Investor perlu memeriksa referensi dan latar belakang pihak-pihak yang menawarkan efek.
Perlu diingat bahwa kinerja yang baik pada masa dahulu. tidak menjamin kinerja yang sama
pada masa depan.

g. Investor harus berhati-hati dengan instrumen investasi yang kurang likuid. Oleh karena itu.
investor perlu mengerti risiko yang akan terjadi jika berinvestasi di efek terutama berinvestasi
dalam bentuk derivatif.

h. Investor hendaknya berhati-hati dalam berspekulasi.


2. Bagaimana Memilih Instrumen Pasar Modal?

Pemilihan instrumen sesuai keinginan secara tepat dapat menjadi penentu keberhasilan dalam
berinvestasi di pasar modal. Oleh karena itu, calon investor perlu memerhatikan beberapa
faktor sebagai berikut.

a. Jumlah Dana

Dana yang diinvestasikan di pasar modal. Merupakan "dana lebih". Dana investasi tersebut
bukan dana untuk keperluan sehari-hari dan juga bukan dana untuk mencukupi keperluan
mendadak atau darurat.

b. Tujuan Berinvestasi

Investor seharusnya memiliki tujuan ber investasi yang jelas, yaitu apakah investor ingin
memperoleh keuntungan atau tujuan lainnya. Sebaiknya, investor menentukan tujuan dalam
berinvestasi di pasar modal. Bahkan, investor dapat menyusun daftar prioritas tujuan atas
beberapa alternatif tujuan berinvestasi di pasar modal.

c.Tingkat Toleransi terhadap Risiko

Investor yang berinvestasi efek harus siap menanggung besar kecilnya risiko kerugian dalam
mencapai tujuan investasi. Akibatnya, tidak semua orang ingin berinvestasi di pasar modal.
Tingkat toleransi risiko biasanya ditentukan oleh karakter individu tiap-tiap investor, usia,
pekerjaan, kesehatan, dan kekayaan.

d. Jangka Waktu Investasi

Jangka waktu investasi di pasar modal biasa nya dalam jangka panjang. Jangka waktu ini
berkaitan dengan berapa lama investor bersedia menanamkan dananya di pasar modal.

Calon investor perlu memilih instrumen pasar modal yang sesuai dengan keinginannya.
Kemudian, investor mempelajari perusahaan efek yang menerbitkannya. Investor dapat
mempelajari efek melalui prospektus perusahaan dan informasi lain. Apabila investor memiliki
keterbatasan waktu. dan kemampuan dalam menganalisis perusahaan efek, investor dapat
menggunakan jasa profesional untuk menganalisis efek. Laporan analisis tersebut berupa
analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental menekankan pada faktor fundamental
dari emiten, seperti kondisi keuangan, hasil operasional, dan faktor-faktor makro yang dapat
memengaruhi secara signifikan terhadap prospek usaha emiten. Analisis teknikal menekankan
pada perkiraan harga saham atau obligasi pada masa
datang. Perkiraan ini didasarkan pada volume per dagangan saham atau obligasi pada masa
dahulu.

3. Evaluasi Instrumen Pasar Modal

Investasi di pasar modal perlu adanya evaluasi untuk mengetahui kinerja selama periode
tertentu. Kegiatan evaluasi instrumen pasar modal terdiri atas berikut ini.

a. Evaluasi Ekonomi Makro dan Tren Industri

Evaluasi kondisi ekonomi secara makro dan tren industri memegang peran penting dalam
investasi di pasar modal. Kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Contoh nya peraturan perpajakan, tingkat suku bunga. belanja pemerintah, serta tingkat inflasi
yang terjadi dapat memberikan pengaruh yang signifikan ke seluruh industri, dan emiten
(perusahaan efek). Kebijakan tersebut memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap tingkat
pendapatan, pengeluaran. dan laba perusahaan. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat
pengembalian investasi.

b. Membaca Laporan Keuangan Laporan keuangan termuat dalam prospektus dan sebagai
tambahan. Oleh karena itu, emiten diharuskan untuk mempublikasikan laporan keuangan
secara reguler, baik kuartalan, semesteran, dan tahunan di surat kabar. Laporan keuangan pada
perusahaan efek meliputi laporan laba atau rugi. neraca, dan laporan arus kas.

c. Pemeringkatan Efek

Investor dapat memanfaatkan jasa pemeringkat efek

dalam berinvestasi obligasi. Hal ini didasarkan bahwa semua obligasi di pasar modal perlu
diberikan peringkat. Pemeringkat efek memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan
analisis fundamental atas setiap obligasi yang diterbitkan. Pada intinya, pemeringkatan efek
menekankan pada penilaian kemampuan emiten dalam memenuhi kewajibannya.

Modal Ventura dan Anjak Piutang

Sejarah Modal Ventura


Georges Doriot dikenal sebagai penemu dari industri modal ventura. Pada tahun 1946, Doriot
mendirikan American Research and Development Corporation (AR&D), dimana investasinya
pada perusahaan Digital Equipment Corporation adalah sukses terbesar. Pada Tahun 1968
sewaktu Digital Equipment melakukan penawaran sahamnya kepada publik, dan ini
memberikan imbal hasil investasi (return on investment-ROI) sebesar 101% kepada AR&D .

Investasi ARD’s yang senilai $70.000 USD pada Digital Equipment Corporation pada tahun 1957
tersebut telah bertumbuh nilainya menjadi $355 juta USD.

Biasanya juga dianggap bahwa modal ventura yang pertama kali adalah investasi yang
dilakukan pada tahun 1959 oleh Venrock Associates pada perusahaan Fairchild Semiconductor,

Awal mula tumbuhnya industri modal ventura dengan diterbitkannya Undang-undang investasi
usaha kecil (Small Business Investment Act) di Amerika pada tahun 1958 dimana secara resmi
diperbolehkannya Kantor Pendaftaran Usaha Kecil (Small Business Administration (SBA)) untuk
mendaftarkan perusahaan modal kecil untuk membantu pembiayaan dan permodalan dari
usaha wiraswasta di Amerika.

Perusahaan modal ventura di Indonesia diawali dengan pembentukan PT Bahana Pembinaan


Usaha Indonesia (BPUI), sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang sahamnya dimilki oleh
Departemen Keuangan (82,2%) dan Bank Indonesia (17,8%).

Gema nama Bahana memang sempat menggetarkan “dunia keuangan” nusantara. Ketika pada
tahun 1993 salah satu anak usahanya, PT Bahana Artha Ventura (BAV), agresif melebarkan
usaha ke seluruh provinsi, membentuk Perusahaan Modal Ventura Daerah (PMVD). Sasarannya,
usaha kecil menengah (UKM) untuk dibiayai.

Pengertian Modal Ventura

Venture capital atau modal ventura adalah salah satu jenis investasi yang pendanaannya
berbentuk penyertaan modal pada sebuah perusahaan swasta dalam kurun waktu tertentu.

Wujud investasi dari jenis pendanaan ini adalah uang tunai yang diberikan pada pihak
perusahaan, lalu mereka akan memberikan sekumpulan saham pada individu ataupun lembaga
yang memberikan pendanaan. Risiko yang dihasilkan termasuk tinggi, namun mempunyai
timbal balik atau return yang juga tinggi.

Sebelum memutuskan untuk melakukan pendanaan, umumnya para investor sudah memahami
bahwa perusahaan yang didanai tersebut memiliki risiko yang tinggi dan juga tidak memenuhi
standar perusahaan terbuka untuk bisa memperoleh pinjaman dari pihak perbankan.
Modal ventura ini umumnya berasal dari pihak investor yang sudah mapan, baik ataupun
institusi keuangan yang melakukan penghimpunan dana dari beberapa pihak dengan tujuan
untuk berinvestasi.

Biasanya, pernyataan modal di dalamnya akan diberikan pada perusahaan rintisan atau
perusahaan startup.

Dasar Hukum

Pengaturan kegiatan Modal Ventura lebih lanjut diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1251/KMK.13/ Tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
469/KMK.17/1995 tanggal 3 Oktober 1995 tentang Pendirian dan Pemberian Modal Ventura.

Jenis Modal Ventura

Modal ventura itu memiliki jenis yang beragam berdasarkan kriteria-kriteria berbeda, yaitu
berdasarkan cara pemberian bantuan, cara penghimpunan dana, dan kepemilikan.

Berdasarkan cara pemberian bantuan, perusahaan modal ventura itu dapat dibagi menjadi
single tier approach dan two tier approach.

1. Single Tier Approach

Yang dimaksud single tier approach atau pendekatan satu tingkat adalah memberikan bantuan
hanya dalam satu hal saja, biasanya masalah keuangan. Jadi, perusahaan modal ventura itu
memberikan bantuan kepada PPU hanya dalam masalah permodalan saja.

2. Two Tier Approach

Adapun yang dimaksud two tier approach atau pendekatan dua tingkat adalah memberikan
bantuan dalam dua hal, Bantuan yang diberikan perusahaan modal ventura kepada PPU bukan
masalah keuangan saja, tetapi memberikan bantuan dalam hal pengelolaan perusahaan atau
manajemen.

Berdasarkan cara penghimpunan dana, perusahaan modal ventura itu dapat dibagi menjadi
leverage venture capital dan equity venture capital.

1. Leverage Venture Capital


Perusahaan modal ventura jenis leverage venture capital ini menghimpun dananya sebagian
besar dari pinjaman.

2. Equity Venture Capital

Perusahaan modal ventura jenis equity venture capital ini menghimpun dananya sebagian
besar dari modal sendiri.

Berdasarkan kepemilikannya, perusahaan modal ventura itu dapat dibagi menjadi sebagai
berikut.

1. Perusahaan Publik (Public Company)

Perusahaan modal ventura ini merupakan perusahaan publik, artinya perusahaan yang sudah
menjual sahamnya kepada umum (go public),

2. Perusahaan Privat (Private Company)

Perusahaan modal ventura ini merupakan perusahaan swasta yang belum menjual sahamnya
kepada umum. Sahamnya masih dimiliki pribadi atau sekelompok orang.

3. Perusahaan Afiliasi Bank

Perusahaan modal afiliasi bank ini biasanya pemiliknya adalah bank-bank itu sendiri yang
membuka jenis usaha baru, yaitu dalam bentuk modal ventura.

4. Perusahaan Modal Ventura (Konglomerat) Pemilik Dana Besar

Pemilik perusahaan modal ventura jenis ini merupakan konglomerat yang sudah memiliki
banyak perusahaan, tetapi dia, ingin berinvestasi dalam bidang modal ventura ini.

Contoh Modal Ventura

Untuk di Indonesia sendiri, ada beberapa perusahaan modal ventura yang sudah di bangun dan
bisa kita jadikan contoh. Beberapa perusahaan tersebut adalah berikut ini.

1. Cyberagent Venture

Cyberagent Venture adalah perusahaan modal ventura yang berasal dari Jepang yang sudah
melakukan ekspansi ke Indonesia. Bersama dengan East Ventures, kedua perusahaan ini lantas
memberikan suntikan dananya kepada perusahaan startup besar Tokopedia.

2. 500 Startup
500 Startup adalah perusahaan yang sangat terkenal di dunia karena dibangun oleh para
karyawan Facebook, Google dan juga PayPal. Perusahaan ini adalah salah satu investor resmi
Bukalapak.

Manfaat modal ventura

Dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain (2014) karya Totok Budisantoso dan Nuritomo,
dijelaskan manfaat modal ventura, yaitu:

a. Bagi perusahaan pasangan usaha

Manfaat utama yang diperoleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat dijalankannya
kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha telah dipenuhi oleh perusahaan
modal ventura.

Selain itu, ada beberapa manfaat lainnya, yaitu peningkatan kemungkinan berhasilnya usaha,
peningkatan efisiensi kegiatan usaha, dan peningkatan kemampuan pengembangan usaha.

b. Bagi perusahaan modal ventura

Ada dua manfaat yang diperoleh perusahaan modal ventura. Pertama, perusahaan modal
ventura memperoleh balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan oleh perusahaan
pasangan usaha.

Kedua, perusahaan modal ventura membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui


pengembangan usaha terhadap perusahaan yang sedang mengalami kesulitan pembiayaan.

Mekanisme Modal Ventura

Mekanisme modal ventura, pada prinsipnya, merupakan suatu proses yang menggambarkan
arus investasi, yang dimulai dari masuknya pemodal dengan membentuk suatu pool of funds,
proses pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha, sampai proses penarikan kembali
penyertaan tersebut (divestasi). Sebagaimana dijelaskan di atas, pada hakikatnya, modal
ventura adalah kumpulan dana (pool of funds) yang berasal dari investor, dan dikelola secara
profesional untuk diinvestasikan kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Oleh karena
itu, dalam mekanisme modal ventura, paling sedikit ada tiga unsur yang terlibat secara
langsung, yaitu;
Pemilik modal yang menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang dimilikinya. Modal
dari berbagai sumber atau investor tersebut dihimpun dalam suatu wadah atau lembaga
khusus yang dibentuk untuk itu; atau disebut venture capital funds.

Profesional yang mempunyai keahlian dalam mengelola investasi dan mencari jenis investasi
potensial. Profesional ini dapat berupa lembaga yang disebut perusahaan manajemen atau
management venture capital fund company

Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya. Perusahaan yang


dibiayai ini disebut investee company atau perusahaan pasangan usaha.

Di Indonesia, mekanisme modal ventura dengan konsep pemisahan antara

venture capital fund dengan management venture capital company tidakdikenal

dalam aturan perundangan modal ventur. Pada prinsipnya, perusahaan modal ventura yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan, dapat mengelola atau dikelola oleh
perusahaan modal ventura lainnya.

Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan investasi modal ventura dalam mekanisme modal
ventura konvensional, dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal ventura itu sendiri
sebagai badan hukum, atau dengan kata lain, suatu perusahaan modal ventura dapat sebagai
venture capital fund dan dalam waktu yang sama menjadi management venture capital
company. Oleh karena itu kebijakan dan analisis investasi : pelaksanaan monitoring ;
keterlibatan pada manajemen perusahaan pasangan usaha; serta pelaksanaan dalam proses
divestasi, dilakukan oleh perusahaan modal ventura yangbersangkutan.

Mekanisme modal ventura dengan pendekatan venture capital fund company, berbeda dengan
metode pertama, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pelaksanaan semua kebijakan dan
srategi investasi mulai dari analisis, monitoring, sampai pada proses divestasi dan review
merupakan tugas dan tanggung jawab perusahaan manajemen investasi. Semua tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya tersebut didasarkan pada kesepakatan yang telah
diatur dalamm perjanjian kontrak manajemen. Atas tanggung jawabnya tersebut, perusahaan
manajemen mendapatkan contract fee atau management fee dan success fee.

Proses pembiayaan modal ventura dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu :


1. Evaluasi atau negosiasi awal, yaitu evaluasi terhadap permohonan pembiayaan yang diajukan calon
PPU .

2. Pemeriksaan dan evaluasi lanjutan, yaitu evaluasi secara mendalam terhadap rencana usaha yang
diajukan oleh calon PPU;

3. Negosiasi dan penyelesaian akhir, yaitu pemeriksaan dan evaluasi atas calon PPU;

4. Pemantauan, yaitu terhadap kegiatan usaha dan perkembangan PPU, serta

5. Divestasi, dimana PMV melakukan penarikan kembali penyertaannya dengan cara yang tepat dan
lazim.

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA

1. Arah bisnis yang belum jelas, terutama untuk jangka panjang karena kebanyakan PPU masih
berpatokan pada pengalaman masa lalu.

2. Modal kerja yang minim, sehingga perkembangan usaha menjadi lamban, disamping
kurangnya pengetahuan tentang seluk beluk perkreditan maupun pembiayaan.

3.Manajemen yang belum profesional, adanya monitoring yang dilakukan oleh PMV selalu
dicurigai.

4. Kurang tenaga kerja terampil, berakibat produk yang dihasilkan tidak kompetitif.

5. Prospek pasar yang belum jelas (berorientasi produk).

6. Pemasaran kurang gencar dan cenderung cepat puas dengan pasar yang dimiliki.

7. Biaya produk tinggi, akibat kuantitas produk relatif kecil akibat daya serap pasar yang
terbatas.

8. Mutu produk yang masih rendah.

9. Tidak teguh dan kurang ulet dalam menjalankan usaha.

10. Pemanfaatan waktu yang kurang efisien dan efektif.


Anjak Piutang

Sejarah
Dalam sejarah umat manusia, kegiatan anjak piutang sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu
dan pertama kali dipraktekkan di Mesopotamia. Tetapi pada saat itu kegiatan kegiatan anjak
piutang dilakukan dengan cara sederhana, yaitu pihak factor biasanya bertindak sebagai agen
penjualan yang juga sekaligus berperan sebagai pemberi perlindungan kredit.

Selanjutnya, kegiatan anjak piutang diteruskan di wilayah Amerika Utara khususnya pada sektor
industri tekstil yang sampai saat ini masih merupakan salah satu bidang kegiatan usaha utama
anjak piutang. Di negara- negara lain usaha ini masih merupakan industri yang sangat baru,
dimulai sekitar dekade 1970-an. Perusahaan Anjak Piutang di Eropa mengikuti pola
perkembangan usaha Anjak Piutang di Amerika.

Pada akhir abad ke-19, perusahaan-perusahaan anjak piutang meninggalkan profesi sebagai
agen dan mengkonsenterasikan kegiatannya pada pengelolaan kredit bagi klien yang meliputi
menjamin kredit, menagih dan menyediakan dana. Bentuk inilah yang menjadi embrio bisnis
Anjak Piutang modern.

Kegiatan Anjak Piutang pada dasarnya merupakan bidang usaha yang relatif baru di Indonesia.
Eksistensi Kelembagaan Anjak Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket Kebijaksanaan 20
Desember 1988 atau PAKDES 20, 1988 yang diatur dengan KEPPRES No. 61 Tahun 1988 dan
Keputusan Menteri Keuangan NO.172/KMK.06/2002. Pengenalan usaha Anjak Piutang
ditujukan untuk memperoleh sumber pembiayaan alternatif di luar sektor perbankan.

Perusahaan Anjak Piutang bisa didirikan secara independen (berdiri sendiri) atau dapat
dilakukan oleh Multi Finance Company yaitu lembaga pembiayaan yang dapat melakukan
kegiatan usaha secara sekaligus di bidang Anjak Piutang (factoring), sewa guna usaha (leasing),
Modal Ventura (joint venture), kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen

Pengertian

Pengertian umum anjak piutang adalah suatu proses pembiayaan melalui transaksi pembelian
piutang suatu perusahaan. Istilah ini mungkin sedikit asing dikalangan orang awam, khususnya
di kalangan masyarakat non pebisnis. Tapi, jika Anda adalah seorang pebisnis, maka Anda harus
memahami istilah keuangan yang satu ini.

Pada pelaksanaannya, anjak piutang atau invoice factoring akan dibeli oleh investor yang dalam
hal ini bertindak sebagai borrower. Sehingga, seluruh proses penagihan utang sepenuhnya
menjadi kewajiban pihak investor.

Jenis Anjak Piutang

Anjak piutang ini bisa dibagi lagi menjadi 4 jenis, yakni berdasarkan pelayanan, pertanggungan
resiko, berdasarkan bentuk perjanjian, dan juga lingkup kegiatannya. Berikut ini adalah
penjelasan dari ke 4 jenis tersebut.

1. Berdasarkan Pelayanan

Full service Factoring

Jenis anjak piutang yang satu ini akan mampu memberikan jasa anjak piutang secara
menyeluruh, baik itu secara jasa pembiayaan, ataupun non pembiayaan.

Bulk Factoring

Bulk Factoring ini mampu memberikan informasi terkait jasa pembiayaan dan pada saat jatuh
tempo kepada pihak nasabah atau pihak pemilik piutang tanpa memberikan jasa lainnya,
seperti resiko piutang, fee penjualan, dll.

Maturity Factoring

Maturity Factoring adalah jenis anjak piutang yang mampu menyediakan jasa proteksi atas
risiko piutang, dan juga administrasi di dalam penjualan secara menyeluruh.

Finance Discounting

Finance discounting akan menyediakan suatu fasilitas pembiayaan tanpa turut ikut serta dalam
hal menanggung resiko pada piutang yang tidak tertagih. Dalam proses pelaksanaan,
penyediaan dana tunai ketika penyerahan faktur pada pihak investor berjumlah hingga 80%
dari nilai faktur dengan besaran pembiayaan yang sesuai dengan batasan kredit.

2. Berdasarkan Penanggungan Resiko

Recourse Factoring
Resource factoring akan memiliki peraturan bahwa pihak perusahaan investor tidak bisa
mendapatkan tagihannya secara penuh dari pihak debitur atau nasabah, untuk itu dalam hal ini
klien masih memiliki tanggung jawab dalam melunasinya.

Without Recourse Factoring

Berbeda dengan resource factoring, jenis anjak piutang ini akan memberikan seluruh beban
tanggung jawabnya pada pihak investor, sehingga jika pihak nasabah tidak mampu membayar
tagihan secara menyeluruh, maka pihak klien akan terlepas dari risiko gagal bayar.

3. Berdasarkan Perjanjian

Disclosed Factoring

Jenis anjak piutan ini akan memberikan informasi pada nasabah bahwasanya tagihannya sudah
berpindah ke pihak investor.

Undisclosed Factoring

Undisclosed factoring tidak akan memberitahukan pada nasabah tentang peralihan piutang
nya.

4. Berdasarkan Lingkup Kegiatan

Domestic Factoring

Domestic factoring adalah kegiatan yang melibatkan seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan
piutang yang ada pada suatu negara.

Internasional Factoring

Di dalam ruang lingkup kegiatan ini akan melibatkan perusahaan yang berada pada negara yang
berbeda dan memiliki peran sebagai export factor dan juga import factor.

Manfaat Anjak Piutang

Perusahaan yang melakukan proses anjak piutang ini mampu memberikan manfaat untuk
semua pihak, yaitu:
1. Manfaat untuk Investor atau Factor

Pihak investor atau perusahaan anjak piutang akan memperoleh keuntungan dengan bentuk
fee dan biaya lainnya dari pihak klien.

2. Manfaat untuk Klien

Klien akan mendapatkan manfaat berupa pembiayaan, seperti mampu meningkatkan penjualan
dan juga memperlancar arus kas.

Sedangkan dari segi non pembiayaan, maka klien akan mendapatkan manfaat seperti
mendapatkan kemudahan dalam hal penagihan utang, lebih mudah dalam merencanakan,
efisiensi, dan juga meningkatkan kualitas piutang.

3. Manfaat untuk Nasabah atau Debitur

Pihak debitur memiliki kesempatan untuk bisa melakukan pembelian dengan cara kredit, selain
itu hadirnya jasa di dalam administrasi akan mampu memberikan kesempatan pada pihak
nasabah dalam hal melakukan penjualan yang lebih cepat.

Contoh Perusahaan Anjak Piutang yang Aktif di Indonesia

1. Aditama Finance

Aditama finance adalah suatu perusahaan pembiayaan yang menyediakan jasa anjak piutang
dan sewa guna usaha ataupun finance lease. Perusahaan aditama finance mampu memberikan
bantukan untuk solusi pengembangan usaha.

Perusahaan ini pada dasarnya sudah berdiri dari tahun 2001 yang pada waktu itu memiliki
nama PT Arthamas Finance. Lalu, perusahaan ini diambil alih secara resmi oleh PT Asseta
Selindo dan juga PT Kazanah Indexindo yang bergerak pada perusahaan pemegang saham pada
bank index.

Lalu, berubah nama menjadi Aditama Finance yang lebih fokus pada finance lease.

2. SG Finance
SG Finance adalah sebuah perusahaan yang didirikan dari pengambilalihan PT Societe Generale
Consumer Finance Indonesia, suatu lembaga keuangan dari Perancis, oleh perusahaan PT Mitra
Cakrawala International dan Winarman Halim pada tahun 2008 lalu.

Lalu, nama perusahaan itu mulai ganti nama menjadi SG Finance dan terus menggunakan nama
Top finance.

SG Finance adalah perusahaan penyempurna dari seluruh bidang yang melakukan pengelolaan
berbagai macam perusahaan pembiayaan yang sudah terkenal lain.

SG Finance ini akan bersedia melayani pembiayaan pada alat berat, dan sektor pertambangan,
infrastruktur atau perkebunan.

3. PT IFS Capital Indonesia

PT IFS Capital Indonesia adalah perusahaan pembiayaan yang sudah bergerak selama 22 tahun
di Indonesia. PT IFS Capital Indonesia mampu memberikan pengadaan pada jasa leasing untuk
jenis usaha kecil dan menengah serta pada bidang anjak piutang.

4. PT Tifa Finance

DSU adalah sebuah perusahaan yang fokus pada bidang sewa guna usaha, anjak piutang dan
pembiayaan konsumen. Perusahaan yang sudah ada dari tahun 1989 ini berubah nama menjadi
PT Tifa Finance di tahun 1996. Saat ini, Perusahaan ini sudah memiliki dua cabang, yakini di
Jakarta dan juga Surabaya, lalu ada juga kantor perwakilan lain di berbagai daerah, seperti
Samarinda, Makasar, Semarang dan Banjarmasin.

Mekanisme Pembiayaan Perusahaan Anjak Piutang

Prosedur Umum Transaksi Anjak Piutang

Perusahaan anjak piutang menyediakan jasa pembiayaan bagi perusahaan yang mengalami
kesulitan dana. Klien atau perusahaan yang hendak menggunakan jasa tersebut dapat dengan
mudah mengajukan pembiayaan kepada perusahaan anjak piutang. Klien yang hendak
mengajukan pembiayaan kepada perusahaan anjak piutang tidak perlu merasa bingung
terhadap prosedur pengajuannya. Pengajuan pembiayaan kepada perusahaan anjak piutang
memiliki prosedur yang mudah dipraktikkan dan tidak merepotkan.

Secara garis besar, proses transaksi anjak piutang berawal dari klien yang menjual barang
secara kredit untuk jangka waktu pendek atau menengah kepada pelanggan, Kemudian, klien
menerbitkan faktur atas penjualan barang secara kredit tersebut. Pelanggan pun berjanji akan
melunasi faktur tersebut sesuai tanggal jatuh tempo yang tertera pada faktur. Namun, sebelum
tanggal jatuh tempo tersebut, klien terdesak kebutuhan akan uang tunai. Klien pun mencari
alternatif pembiayaan kepada perusahaan anjak pistang. Berikut prosedur umum yang harus
dilakukan klien dan perusahaan anjak piutang dalam melakukan transaksi anjak piutang,

1. Calon klien terlebih dahulu memastikan bahwa perusahaannya benar-benar membutuhkan


pembiayaan dengan cara menjual piutangnya kepada perusahaan anjak piutang.

2. Calon klien memilih perusahaan anjak piutang yang bonafide dan dapat dipercaya.

3. Calon klien menghubungi atau mendatangi perusahaan anjak piutang yang dipilih. Calon klien
meminta informasi secara lengkap tentang perjanjian anjak piutang.

4. Calon klien dan perusahaan anjak plutang menyetujui dan menandatangani perjanjian anjak
plutang. Pada perjanjian

tersebut perusahaan anjak piutang setuju untuk membeli piutang yang dimiliki klien dengan
harga yang telah disepakati.

5. Klien menyerahkan dokumen (invoices), daftar pelanggan, syarat-syarat penjualan, dan


informasi lain atas barang atau jasa kepada perusahaan anjak piutang untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan.

6. Perusahaan anjak piutang melakukan analisis terhadap klien sebagai penjual piutang,
demikian pula terhadap pelanggan. Perusahaan anjak piutang melakukan penelitian terhadap
keterangan-keterangan yang diberikan oleh klien dan memnu tuskan piutang-piutang yang
disetujui ataupun ditolak un tuk dibiayai. Selain itu, perusahaan anjak plutang memberi batasan
minimal nilai faktur (invoices) yang dapat diterima, misalnya sepuluh juta rupiah.

7. Perusahaan anjak piutang melakukan pembayaran kepada klien untuk piutang yang disetujui.

8. Perusahaan anjak piutang dapat melakukan pembayaran sebagian besar dari harga
pembelian jika perjanjian anjak piutang tersebut mengatur mengenai fasilitas pembayaran
awal. Langkah tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam
perjanjian anjak piutang.

9. Klien akan mengirimkan pemberitahuan kepada pelanggan. Yang piutangnya telah dialihkan
jika perjanjian anjak piutang mengatur mengenai pemberitahuan peralihan dari klien kepada
perusahaan anjak piutang.

10. Setelah jatuh tempo, perusahaan anjak piutang akan melaku kan penagihan kepada
pelanggan. Namun, jika perjanjian an jak piutang mensyaratkan klien berkewajiban menagih
piutang kepada pelanggan, klien harus melakukan penagihan atas nama perusahaan anjak
piutang.

11. Setelah mendapatkan pelunasan plutang dari pelanggan, perusahaan anjak piutang
melakukan pembayaran sisa harga pembelian kepada klien.

12. Perusahaan anjak piutang menyerahkan dokumen barang atau jasa berupa dokumen
perjanjian dan penanggungan berkaitan dengan piutang yang telah dilunasi. Berdasarkan
penjelasan mengenai prosedur umum tersebut kita dapat mengetahui bahwa transaksi anjak
piutang dilakukan secara runtut dan berdasarkan aturan tertentu. Sementara, perusahaan
anjak piutang dalam beroperasi hanya menangani piutang atau tagihan yang lancar dan sah.
Perusahaan anjak niutann tidak menangnani piutang yang bermasalah. Oleh karena piutang
tidak menangani piutang yang bermasalah. Oleh karena itu, perusahaan anjak piutang harus
melakukan analisis pada calon klien dengan saksama agar tidak mengalami kerugian.

B. Perjanjian Anjak Piutang

Proses transaksi anjak piutang biasanya diawali dengan negosiasi dan pembuatan perjanjian
antara perusahaan anjak piutang dan klien. Perjanjian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan dan fasilitas yang disediakan perusahaan

anjak piutang. Perjanjian tersebut terdiri atas tiga rangkaian hukum, yaitu subjek hukum, objek
hukum, dan peristiwa hukum atau hubungan hukum. Subjek hukum perjanjian tersebut adalah
klien, pelanggan, dan perusahaan anjak piutang. Objek hukum perjanjian tersebut adalah
piutang itu sendiri, baik dijual, dialihkan, maupun diurus oleh pihak lain. Sementara, peristiwa
hukum perjanjian tersebut adalah perjanjian anjak piutang.
Pada dasarnya perjanjian anjak piutang adalah kesepakatan tertulis antara perusahaan anjak
piutang dan klien. Perjanjian tersebut berisi kesediaan perusahaan anjak piutang untuk
melakukan pembelian atau pengambilalihan serta pengurusan atas tagihan jangka pendek dari
klien dengan persyaratan persyaratan tertentu.

Perjanjian anjak piutang tidak mempunyai standar baku dan lebih disesuaikan dengan
kebutuhan dan kesepakatan para pihak yang terlibat. Berikut ketentuan-ketentuan umum
dalam perjanjian anjak piutang.

1. Harga Jual Beli Piutang

Harga jual beli piutang ditentukan secara tegas dalam sebuah perjanjian anjak piutang. Harga
jual beli tersebut didasarkan atas nilai nominal piutang dikurangi dengan biaya biaya dan
diskon. Selain itu, jika perjanjian anjak piutang mensyaratkan adanya sejumlah dana cadangan,
harga jual beli tersebut harus dikurangi dengan jumlah yang disetujui sebagai dana cadangan
tersebut.

2. Administrasi Anjak Piutang Administrasi anjak piutang merupakan bagian penting untuk jenis
anjak piutang nonfinansial. Dalam perjanjian jasa anjak piutang nonfinansial, terdapat aturan
mengenai ruang lingkup jasa administrasi pengurusan piutang yang dilakukan oleh perusahaan
anjak piutang.

3. Biaya

Perjanjian anjak piutang juga mencantumkan biaya-biaya yang dikenakan perusahaan anjak
piutang kepada klien atas adanya transaksi anjak piutang. Biaya-biaya tersebut antara lain
sebagai berikut.

a. Biaya Administrasi
Biaya administrasi disebut juga anjak piutang charge atau service charge. Besar biaya
administrasi didasarkan atas persentase nilai faktur yang dialihkan kepada perusahaan anjak
piutang. Penentuan besar biaya administrasi juga memperhitungkan volume penjualan klien per
tahun, jumlah pelanggan, jumlah faktur yang dikeluarkan klien, dan risiko kredit pelanggan.
Biaya tersebut biasanya dibayar klien pada saat perjanjian anjak piutang ditandatangani. Biaya
tersebut juga dipotong pada saat penarikan fasilitas dari jumlah harga pembelian yang diberikan
oleh perusahaan anjak piutang.

b. Diskon Diskon adalah potongan harga. Diskon dalam trans aksi anjak piutang adalah potongan
harga yang diberikan oleh klien atas nilai piutang dan merupakan imbalan bagi perusahaan anjak
piutang. Besar diskon disesuaikan dengan kebijakan klien.
c. Provisi
Provisi merupakan imbalan yang diterima perusahaan anjak piutang sehubungan dengan
fasilitas yang diberikan atau diterima oleh klien. Provisi dikenakan berdasarkan persentase
tertentu dari plafon pembiayaan yang telah disetujui oleh perusahaan anjak piutang.
Pembebanannya dapat dilakukan pada setiap perpanjangan fasilitas anjak. piutang.
d. Biaya Pembayaran Awal
Perusahaan anjak piutang biasanya membebankan sejumlah biaya yang besarnya kurang lebih
hampir sama dengan suku bunga bank yang beredar saat itu atas jasa pembayaran awal.
Pembayaran atas biaya tersebut dapat disepakati untuk dilakukan di muka atau di akhir
pembiayaan.
e. Biaya Pembuatan Perjanjian
Biaya pembuatan perjanjian terdiri atas biaya akta. biaya pengacara, dan konsultan hukum yang
timbul sehu bungan dengan pembuatan serta pelaksanaan perjanjian anjak piutang. Biaya
pembuatan perjanjian harus diketa hul oleh kedua belah pihak agar tidak terjadi salah paham.
1. Biaya Meterai
Dálam surat perjanjian dibubuhi meterai agar per janjian tersebut kuat secara hukum. Jika
terjadi perselisih an, surat perjanjian tersebut dapat digunakan sebagai bukti. Biaya meteral
biasanya dibebankan kepada klien.

4. Pembayaran Atas Pembelian Piutang Perjanjian anjak piutang juga menjelaskan tentang aturan
pembayaran atas pembelian piutang. Aturan pembayaran tersebut meliputi cara pembayaran dan waktu
pembayarannya.

a. Cara Pembayaran

Cara pembayaran yang dirundingkan antara perusa haan anjak piutang dan klien adalah cara
pembayaran. yang tidak merepotkan kedua pihak. Cara pembayaran ini dapat dilakukan dengan
cara transfer bank atau Letter of Credit (L/C).

b. Waktu Pembayaran

Dalam perjanjian anjak piutang, perusahaan an jak piutang dan klien juga menetapkan waktu
yang te pat untuk melakukan pembayaran pembelian piutang. Pembayaran dapat dilakukan di
awal dan sisanya dibayar setelah perusahaan anjak piutang mendapat pelunasan dari
pelanggan. Pembayaran dapat dibayar secara ber tahap untuk tiap-tiap piutang yang dari waktu
ke waktu disetujui oleh perusahaan anjak piutang untuk dibiayai. Pembayaran juga dapat
dilakukan di akhir setelah peru sahaan anjak piutang mendapatkan pembayaran piutang dari
pelanggan.
5. Penagihan kepada Pelanggan

Sehubungan dengan pembayaran pembelian piutang, perlu diatur mengenai tata cara penagihan
piutang kepada pelanggan. Penagihan dapat dilakukan oleh perusahaan anjak piutang atau oleh klien
sendiri. Jika perusahaan anjak plutang adalah pihak yang dinyatakan berhak untuk melakukan penagihan
kepada pelanggan, pelanggan sebelumnya harus diberi tahu mengenai adanya pengalihan piutang dari
klien kepada pelanggan.

Pada perjanjian anjak piutang juga harus dinyatakan secara tegas bahwa dalam keadaan apa pun, klien
tidak diizinkan untuk menerima pembayaran atas piutang yang telah dibeli oleh perusahaan anjak
piutang. Jika pelanggan tetap melakukan pembayaran kepada klien padahal sudah diberitahukan
mengenai pengalihan piutang, dalam perjanjian juga harus ditegaskan bahwa semua pembayaran yang
dilakukan oleh pelanggan (baik berupa uang, cek, atau bentuk lain) berada dalam kekuasaan klien atas
dasar pemberian kuasa dan atas nama perusahaan anjak piutang. Selama berada di bawah penguasaan
klien, klien bertanggung jawab.

berada di bawah penguasaan klien, klien bertanggung jawab penuh atas pembayaran tersebut hingga
saat penyetoran kepada perusahaan anjak piutang. Tanggung jawab tersebut termasuk segala manfaat
yang melekat pada pembayaran tersebut. Selanjutnya, jika klien ternyata menolak untuk
mengembalikan pembayaran yang telah dilakukan oleh pelanggan, klien dapat diindikasikan melakukan
tindak pidana penggelapan. Keadaan penguasaan atas dasar pemberian kuasa dan atas nama
perusahaan anjak piutang tersebut juga berlaku jika klien adalah pihak yang dinyatakan berhak untuk
melakukan penagihan kepada pelanggan.

6. Hak Recourse

Hak recourse adalah hak perusahaan anjak piutang untuk menerima pembayaran dari klien jika piutang
yang dialihkan tidak dapat dibayar oleh pelanggan pada saat piutang tersebut jatuh tempo. Perjanjian
anjak piutang perlu menyertakan penjelasan ketentuan mengenai kepemilikan hak recourse pada
perusahaan anjak piutang. Apabila dalam perjanjian menyatakan bahwa perusahaan anjak piutang
mempunyai hak recourse, klien bertanggung jawab penuh atas segala kerugian yang timbul dari piutang
yang dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Tanggung jawab tersebut termasuk kerugian yang
diakibatkan oleh tidak dapat tertagihnya piutang akibat pelanggan dinyatakan pailit (recourse factoring
agreement). Dalam perjanjian anjak piutang, yang perlu diperhatikan dalam pembahasan tentang hak
recourse antara lain sebaga berikut.

a. Apabila sudah ada pemberitahuan mengenai pengambil alihan piutang kepada pelanggan
(notified agreement), perusahaan anjak piutang harus menagih pembayaran kepada pelanggan.
Pada saat pelanggan dinyatakan pailit, perusahaan anjak piutang dapat melaksanakan hak
recourse-nya kepada klien.
b. Apabila belum ada pemberitahua kepada pelanggan (not notified agreement) bahwa plutang
klien terhadapnya telah diambil alih oleh perusahaan anjak piutang kemudian pelanggan
dinyatakan pailit, perusahaan anjak piutang dapat melaksanakan hak recourse-nya terhadap
klien.
c. pabila perusahaan anjak piutang tidak mempunyai hak recourse (without recourse factoring
agreement), perusahaan anjak piutang harus menanggung segala risiko atas piutang tersebut.
Klien juga tidak dapat lagi dimintai pertanggungjawaban untuk membayar kembali piutang yang
telah dijual.
d. Apabila sudah ada pemberitahuan kepada pelanggan bahwa piutang klien terhadapnya telah
diambil alih oleh perusahaan anjak piutang, perusahaan anjak piutang tidak dapat meminta
pertanggungjawaban dari klien untuk melakukan pembayaran atas piutang. Oleh karena itu,
dalam perjanjian anjak piutang perlu diatur suatu me kanisme yang memungkinkan perusahaan
anjak piutang dapat meminta pertanggungjawaban kepada klien (lim ited recourse) jika
pelanggan dinyatakan pailit.
e. Apabila perjanjian anjak piutang tidak mengatur mengenal pemberitahuan pengambilalihan
piutang dari klien oleh perusahaan anjak piutang, harus diatur bahwa jika klien dinyatakan pailit
harus ada pemberitahuan kepada pelanggan. Pelanggan harus diberi tahu bahwa piutang klien
terhadapnya telah diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.
f. Pengecualian atas without recourse anjak piutang dapat dilakukan jika ternyata pelanggan
tidak membayar utangnya kepada perusahaan anjak piutang semata-mata dikarenakan
kesalahan dari klien sehingga pelanggan menolak untuk membayar. Sebagai contoh, adanya
pengiriman barang yang salah atau rusak. Dalam kasus ini, dapat diperjanjikan bahwa klien akan
menanggung kerugian perusahaan anjak piutang atas piutang tersebut.

7. Pemberitahuan Pengalihan Piutang

Perjanjian anjak piutang perlu mencantumkan ketentuan yang jelas bahwa akan dilakukan
pemberitahuan terhadap pelanggan tentang pengalihan piutang dari klien kepada perusahaan anjak
piutang. Langkah tersebut berkaitan erat dengan pembayaran plutang yang dilakukan oleh pelanggan.
Pelanggan tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada piutang selama tidak
dengan pembayaran piutang yang dilakukan oleh pelanggan. Pelanggan tidak mempunyai kewajiban
untuk melakukan pembayaran kepada perusahaan anjak piutang selama tidak ada pemberitahuan
mengenai pengalihan piutang dari klien kepada perusahaan anjak piutang tersebut.

Walaupun demikian, ada pula perjanjian anjak piutang yang tidak mensyaratkan perlunya
pemberitahuan kepada pelanggan tentang pengalihan plutang dari klien kepada perusahaan anjak
piutang. Tidak adanya pemberitahuan tersebut dikarenakan beberapa sebab. Penyebabnya adalah
kekhawatiran berkurangnya bonafiditas klien di mata pelang gannya. Penyebab lain adalah perusahaan
anjak plutang dan klien berkeinginan untuk menjaga perjanjian mereka sebagai perjanjian rahasia.
Untuk anjak piutang yang tanpa adanya pemberitahuan pengalihan piutang, dalam perjanjian anjak
piutang dapat dipersyaratkan bahwa pembayaran pelanggan akan diteruskan oleh klien kepada
perusahaan anjak piutang.

8. Pernyataan dan Jaminan

Pihak perusahaan anjak piutang ataupun klien perlu memperhatikan beberapa ketentuan mengenai
pernyataan dan jaminan yang harus dipenuhi dalam membuat perjanjian anjak piutang. Pernyataan dan
jaminan yang mungkin di nyatakan dalam perjanjian anjak piutang mencakup beberapa hal berikut.

a. Klien harus menjamin bahwa klien adalah pemilik sah dari plutang piutang yang dialihkannya,
walaupun penjualan dilakukan tanpa penanggungan.
b. Klien tidak bertanggung jawab tentang kemampuan membayar pelanggan. Pengecualian
diberikan jika klien telah mengikatkan dirinya untuk bertanggung jawab terhadap piutang
tersebut.
c. Klien harus menjamin bahwa penguasaan piutang oleh perusahaan anjak piutang adalah
bebas dari kemungkinan tuntutan pihak ketiga, termasuk pelanggan. Klien juga harus menjamin
bahwa tidak terdapat cacat-cacat tertentu yang dapat menimbulkan alasan untuk membatalkan
pembelian piutang.
d. Klien harus menjamin akan mengganti kerugian per usahaan anjak piutang terhadap setiap
tuntutan dalam bentuk apa pun. Jaminan tersebut termasuk ongkos ongkos dan biaya hukum
yang diajukan terhadap perusahaan anjak piutang oleh pelanggan atau pihak lain yang
berhubungan dengan barang-barang yang dijual atau jasa-jasa yang dilakukan atau transaksi lain
sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian anjak piutang. Ketentuan ini berlaku bahwa tuntutan
tersebut tidak timbul dikarenakan kelalaian dari perusahaan anjak piutang sendiri (berlaku
untuk perjanjian recourse dan nonrecourse). Klien harus menjamin untuk tidak melakukan
perubahan perjanjian sehubungan dengan transaksi antara klien dan pelanggan yang
memungkinkan kerugian pada perusahaan anjak piutang timbul.
f. Klien harus menjamin bahwa nilai piutang yang dijual kepada perusahaan anjak piutang adalah
benar dan tidak berkaitan dengan utang lain yang dimiliki klien atau anak perusahaannya
terhadap pelanggan.

9. Mekanisme Penyelesaian Sengketa

Mekanisme penyelesaian sengketa yang perlu ditentukan dalam perjanjian anjak piutang adalah
memilih metode penyelesaian sengketa yang mungkin timbul berkaitan dengan perjanjian anjak
piutang, Para pihak yang terlibat dapat memilih untuk menyelesaikan setiap sengketa melalui
pengadilan negeri atau badan arbitrase. Jika pihak-pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan
sengketa melalui pengadilan negeri, sebaiknya pilih pengadilan negeri yang berdomisili tertentu untuk
memudahkan proses penyelesaian. Sementara, Jika pihak-pihak tersebut memilih penyelesaian sengketa
menggunakan arbitrase, harus ditetapkan hukum arbitrase yang dipilih beserta mekanisme pemilihan
arbiter yang dikehendaki.
Leasing

Pengertian leasing secara umum adalah suatu bentuk kegiatan pembiayaan alat atau barang
modal berupa hak opsi atau tanpa hak opsi yang dimanfaatkan untuk nasabah dalam kurun
waktu tertentu, yang mana pembayarannya dilakukan secara dicicil atau angsuran.

Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian leasing adalah suatu bentuk perjanjian yang
dilakukan oleh para pemilik aktiva atau barang dengan nasabahnya. Dalam hal ini, pemilik
aktiva akan disebut sebagai lessor dan pemilik nasabah akan disebut lesseee.

Nantinya, pihak lessor akan menyediakan barang atau modal yang dibutuhkan oleh pihak
lesseee untuk operasional produksi. Sebagai imbalannya, maka pihak lesseee haru melakukan
pembayaran kepada lessor dalam secara dicicil.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Kementerian Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, pengertian


leasing atau sewa guna usaha adalah suatu aktivitas pembayaran berbentuk penyediaan barang
modal untuk sewa guna usaha, hak opsi atau hak tanpa opsi yang dimanfaatkan oleh nasabah
dalam kurun waktu tertentu berdasarkan pembayaran yang dilakukan secara angsuran.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka leasing memiliki delapan elemen utama, yaitu
pembiayaan perusahaan, pembiayaan perusahaan, penyediaan barang-barang modal,
pembayaran jangka waktu tertentu, adanya nilai sisa yang disepakati, adanya hak pilih,
pembayaran secara berkala, adanya pihak lessor, dan adanya pihak lesseee.

Sejarah Perkembangan Leasing

 Sejarah Leasing Jaman Kuno

Kegiatan leasing sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2000 SM oleh bangsa Sumeria. Kala itu,
dokumen leasing dibuat manual dari tanah liat untuk mencatat berbagai bukti leasing yang
meliput peralatan tanah, hak guna tanah dan air, serta hewan ternak.

Lalu, bangsa Nippur yang berada di wilayah tenggara Babylonia mulai mengembangkan
lembaga perbankan dan leasing pada tahun 400 SM. Bangsa tersebut menyediakan berbagai
jasa keuangan yang merepresentasikan kondisi ekonomi dan sosial bangsa Persia, dan
mengutamakan usaha leasing tanah, alat pertanian dan memberikan pinjaman berupa benih
tanaman.

Selanjutnya, peradaban Roma, Mesir, dan Yunani kuno mengenalkan leasing sebagai bentuk
usaha yang menarik dan sebagai suatu cara pembiayaan alat, tanah dan ternak.

 Sejarah leasing jaman modern

Dalam perkembangannya di zaman modern, leasing diperkenalkan oleh Tom M. Clark di


Amerika pada tahun 1850, yaitu ketika pertama kali ia menyewa kereta api. Lalu, The Bell
Telephone Company di tahun 1887 mulai menyewakan telepon pada tiap pelanggannya dengan
menggunakan sistem pembiayaan secara angsuran.

Selanjutnya, perusahaan leasing asal San Fransisco di tahun 1952 mendatangi beberapa
perusahaan yang memproduksi barang untuk menawarkan jasa leasing. Lalu, usaha leasing ini
berkembang pesat ke negara lainnya seperti Jerman, Jepang dan Inggris.

Jenis-Jenis Perusahaan Leasing

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:

1. Independent Leasing Company

Independent leasing company disebut juga dengan lessor independent. Ciri dari perusahaan
leasing ini adalah independent dari supplier sebagai produsen barang. Artinya, perusahaan
leasing juga dapat berfungsi sebagai produsen penyedia barang Dalam menyediakan barang
yang dibutuhkan konsumen, Independent leasing Company dapat membelinya dari berbagai
supplier dan meleasekan kepada konsumen yang membutuhkan pemakaian barang tersebut.
Sebagian besar perusahaan leasing di Indonesia merupakan Independent Leasing Company,
contohnya yaitu Adira. WOM, dan SOF (Summit Oto Finance). Lessor independen dapat pula
memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor
program.

2. Captive Lessor
Captive lessor merupakan jenis perusahaan leasing yang dibuat oleh perusahaan supplier. Pada
keadaan ini, supplier berusaha meningkatkan kemampuan penjualan barang dengan
mendirikan perusahaan leasing. Captive lessor ini sering pula disebut dengan two party lessor.
Pihak pertama terdiri dari perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan
pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang. Perusahaan leasing captive lessor akan
membiayai lessee (konsumen) dalam pembelian produk produk perusahaan induk (supplier).
Yang termasuk captive lessor, di antaranya ACC (Astra Credit Company), BAF (Busan Auto
Finance - Yamaha), dan Indomobil Finance - Suzuki.

3. Lease Broker atau Packager

Lease broker atau packager merupakan jenis perusahaan leasing yang umumnya tidak memiliki
barang untuk dileasekan kepada konsumen Perusahaan leasing jenis ini melakukan usaha
dengan mempertemukan lessee dengan lessor, contohnya yaitu Era, Mentari, Ray White,
Columbia, dan Columbus.

Prosedur Teknis Transaksi Leasing

Sebelumnya telah kita bahas bahwa leasing merupakan suatu perjanjian antara pemilik barang
(lessor) dengan pemakai barang (lessee), Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar
dalam suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara
periodik kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut. Dalam definisi ini
sepertinya: hanya dua pihak yang terkait dalam mekanisme usaha leasing. yaitu lessor dan
lessee. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak pihak yang terlibat selain lessee dan lessor, di
antaranya bank dan supplier

1. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Leasing

Dalam pelaksanaan perjanjian leasing, ada prosedur atau tahapan yang harus dilalui, yaitu
sebagai berikut.

a. Lessee (konsumen) memilih dan menentukan barang yang dibutuhkan serta suplier dari
barang tersebut.
b Lessee mengajukan permohonan leasing kepada lessor dengan mengisi formulir permohonan
yang disediakan lessor dan melengkapi dokumen pelengkap yang dibutuhkan, yaitu sebagai
berikut:

1) Data pribadi pemohon.

2) Surat permohonan kredit.

3) Persetujuan suami atau istri.

c. Lessor melakukan pengecekan barang yang diajukan oleh leasee dan mengevaluasi kelayakan
kredit dengan mensurvei dan menganalisis kemampuan leasee.

d. Lessormenginformasikan syarat dan kondisi untuk mendapatkan persetujuan dari lessee


(lamanya kontrak dan daftar perhitungan.

e. Lessor memutuskan untuk memberikan/tidak memberikan fasilitas leasing kepada leasse.

f. Apabila pemberian fasilitas leasing disetujui, lessee harus menandatangani perjanjian leasing
dan dokumen lain seperti perjanjian asuransi, surat pengakuan utang dengan penyerahan
jaminan secara fidusia, surat pernyatan, dan surat izin pengambilan barang apabila suatu saat
terjadi wanprestasi

g. Perjanjian pembelian barang ditandatangani oleh lessor dan suplier.

h. Suplier mengirimkan barang yang dileasingkan ke tempat lessee, kemudian lessee


menandatangani tanda penerimaan barang.

i. uplier menyerahkan tanda penerimaan barang yang telah ditandatangani lease serta buku
pemilikan kendaraan bermotor (untuk transaksi kendaraan bermotor) kepada lessor

j. Lessor melakukan pembayaran secara cash kepada supplier.

k. Lessee membayar sewa guna secara periodik kepada lessor sesuai dengan perjanjian leasing
Pembayaran angsuran (lease payment) selama masa sewa guna usaha seluruhnya mencakup
pengembalian jumlah yang dibiayai beserta bunga.
2. Dokumen yang Diperlukan

Setiap perjanjian leasing (khususnya leasing kendaraan bermotor) harus dilengkapi oleh
dokumen-dokumen berikut.

a. Surat Pengakuan Utang dengan Penyerahan Jaminan secara Fidusia

b. Surat Perjanjian Pertanggungan Kendaraan Bermotor, yang klausulnya terdiri dari Bentuk
Pertanggungan, Risiko Kerugian yang dijamin oleh Penanggung. Risiko yang tidak Dijamin,
Syarat-syarat Pertanggungan, Pemberitahuan Kehilangan, Ganti Kerugian, Kerugian Total, Ganti
Kerugian Pertanggungan Rangkap Pertanggungan di Bawah Harga. Tindakan Pencegahan,
Laporan Tidak Benar, Hilangnya Hak Ganti Kerugian, Harga yang Sebenarnya, Berakhirnya
Perjanjian, Peralihan Hak Pemilik, Berakhirnya Perjanjian Pertanggungan, Arbitrase, Penutup
Tata Cara Klaim, Ikhtisar Pertanggungan. dan Bukti

c. Data pribadi, pekerjaan, dan alamat yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat.

d. Persetujuan Suami/Isteri.

e. Laporan Survey.

f. Daftar Perhitungan Kredit.

g. Perjanjian Kredit.

h. Surat Pernyataan Angsuran.

i. Surat Pernyataan dan Kuasa.

j. Tanda Penerimaan Penyerahan Kendaraan.

k. Transaction Sheet.

l. aftar Keabsahan Surat-Surat Kendaraan dan Pernyataan.

3. Metode Pembiayaan

Dalam transaksi leasing, terdapat dua metode pembiayaan yang dapat diberikan oleh lessor
kepada lessee. Dua metode pembiayaan leasing itu diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.1169/ KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991. Jadi, kegiatan leasing dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease).

b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease).

a. Finance Lease

Finance lease adalah metode pembiayaan leasing dengan ketentuan perusaahaan leasing
(sebagai lessor) melakukan pembiayaan penyediaan barang yang dibutuhkan oleh konsumen
(sebagai lessee). Barang yang kemudian digunakan oleh lessee masih merupakan hak milik
lessor. Lessee sebagai pengguna barang modal melakukan pemesanan, pemeriksaan, dan
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selanjutnya, leassee
melakukan pembayaran sewa-guna barang secara periodik sesuai perjanjian yang telah
disepakati. Pembayaran yang dilakukan leassee mencakup biaya perolehan barang beserta
bunganya. Bunga yang diperoleh dari pembayaran leassee merupakan pendapatan lessor. Pada
akhir perjanjian sewa, lessee memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut berdasarkan
nilai sisa (residual value).

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa finance lease merupakan
bentuk pembiayaan oleh lessor untuk leasse dengan cara kontrak. Adapun ketentuan finance
leasse, yaitu sebagai berikut:

1) Objek leasing dapat berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur
maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut. Pemilik objek leasing
tersebut adalah lessor.
2) Lesee sebagai pengguna objek lease berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala
sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati.
3) Jumlah yang dibayar merupakan angsuran atau lease payment yang dibayar setiap bulannya
oleh leassee. Angsuran yang dibayar mencakup biaya perolehan barang ditambah dengan
semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang
diinginkan lessor
4) Selama masa perjanjian yang disetujui, lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa
kontrak pemakaian barang tersebut.
5) Biaya pemeliharaan dan risiko lainnya yang berhubungan dengan barang ditanggung oleh
lessee.
6) Pada akhir masa kontrak, leassee memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut sesuai
dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada lessor, atau
memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui bersama.
7) Perpanjangan masa lease dilakukan jika karena alasan ekonomi lessee tak dapat melakukan
pembayaran sesuai perjanjian.

Angsuran pada masa perpanjangan lease umumnya lebih murah daripada angsuran
sebelumnya.

Agar lebih jelas tentang finance lease, kita perlu mengenal ciri cirinya, antara lain sebagai
berikut.

1) Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi.. 2) Barang modal bisa dalam
bentuk barang bergerak atau tidak bergerak.
3) Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya.
4) Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya+ spread.
5) Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak.
6) Biaya pemeliharaan barang ditanggung oleh lessee.
7) Transaksi keuangan,
8) Full pay out.
9) Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value.
10) Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal.

Selanjutnya, Siance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut

1) Direct Financial Lease

Direct financial lease (truelease) merupakan suatu bentuk transaksi leasing, yaitu lessor membeli suatu
barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada
lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang, penentuan supplier, dan harga dilakukan oleh lessee.
Dalam memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi dan/ atau
meningkatkan kapasitas produksinya, lessee mendapatkan pembiayaan dan lessor dengan cara leasing.
Setelah permohonan lessee disetujui oleh lessor, proses pembelian mulai dari order pembelian
dilakukan pihak lessor.

2) Sale and lease back merupakan bentuk transaksi leasing yang dilakukan dengan cara
penjualan barang modal yang dimiliki oleh pihak lessee kepada lessor Barang yang telah dijual
tersebut kemudian dikontrak/disewa kembali oleh pihak lessee. Leasing sewa guna usaha
dilakukan dalam waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak. Transaksi sale and lease back
ini bersifat refinancing. Tujuan dari metode leasing ini pada dasamya adalah untuk
mendapatkan tambahan dana untuk modal kerja.

Metode transaksi leasing sale and lease back dapat menjadi salah satu solusi dalam masalah
impor barang modal perizinan serta pengoperasian terutama dalam hal pengenaan bea masuk
atau pajak. Metode ini merupakan pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah
diperoleh lessee dalam memperoleh barang modal.

3) Leveraged Lease

Leveraged lease merupakan metode pembiayaan dalam finance lease yang digunakan lessor.
Dalam melakukan pembiayaan kepadesse, lessor membutuhkan permodalan yang cukup besar.
Untuk mencukupi kebutuhan dana tersebut, lessor memanfaatkan pihak penyandang dana
(kreditor), seperti bank ataupun lembaga keuangan lainnya.

Leveraged lease dapat dilakukan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pihak kreditorjangka
panjang inilah yang mempunyai persentase terbesar dalam membiayai transaksi leasing (60% -
80% ) Sementara itu, dalam metode direct lease jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor
sebesar 100%.

Dalam metode leveraged lease, lessor bertanggung jawab langsung kepada kreditur (bank)
sebagai penyandang dana. Jaminan dari pembiayaan ini biasanya objek leasing itu sendiri.

4) Syndicated Lease

Syndicated lease merupakan pembiayaan transaksi leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu
lessor untuk membiayai pembelian. suatu objek leasing. Syndicated lease umumnya dilakukan
karena lessor tidak memiliki kemampuan pendanaan yang memadai untuk membiayai suatu
transaksi leasing. Transaksi leasing yang menggunakan metode ini tentunya memerlukan dana
yang cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan lessee yang cukup besar tersebut, beberapa
perusahaan leasing dapat melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing.

Syndicated lease didanai oleh beberapa perusahaan leasing sehingga harus ditunjuk salah satu
lessor yang akan menjadi koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing Leasing yang
bertindak sebagai koordinator tersebut akan melakukan perjanjian kerja sama untuk
membiayai objek leasing.
bertindak sebagai koordinator tersebut akan melakukan perjanjian dengan pihak lessen juga
dengan pihak suppler

5) Cross Border Lease

Cross Border Lease merupakan transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara.
Cross border lease disebut pula sebaga leasing lintas negara atau transaksi leasing
internasional, karena melibatkan pihak-pihak yang berada di dua negara yang berbeda Dalam
metode pembiayan ini, lessor dapat berkedudukan di negara yang berbeda dengan negara
lesse.

Metode cross border lease cukup kompleks dan bersifat khusus Transaksi leasing ini
mengandung cukup banyak risiko bagi lessor karona akan melibatkan mekanisme hukum dan
perpajakan dan masing-masing negara yang bersangkutan Berbagai risiko tersebut biasanya
diatasi dengan melakukan transaksi leasing antara negara oleh afiliasinya atau subsidiary
perusahaan leasing.

alam melindung lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan ketentuan negara asing,
transaksi cross border lease dapat disertai dengan perjanjian penjualan bersyarat, yaitu pihak
lessee diwajibkan membeli barang yang diimasenya pada akhir kontrak

b. Operating Lease

Operating lease adalah metode bembiayaan leasing yang cukup berbeda dengan finance lease.
Perbedaan mendasamya terletak pada opsi kepemilikan pada akhir sewa guna Dalam operating
lease, lessee tidak memiliki hak opal untuk membeli barang yang dileasekan pada akhir masa
kontrak Dalam operating lease, pihak lessor juga memiliki kewajiban dalam membiayai
perawatan barang yang dilasekan

Dalam operating lease, lessor membeli barang modal dan selanjutnya di-leasekan kepada
leassee. Jumlah pembayaran yang dilakukan oleh lesse secara berkala tidak mencakup jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk memperoleh barang modal berikut dengan bunganya.
Oleh karena itu, pada akhir masa kontrak, lessor akan melakukan kembali transaksi operating
leasse, baik pada konsumen yang sama ataupun pada konsumen.

Manfaat Leasing
Ada banyak manfaat leasing yang didapatkan oleh perusahaan. Manfaat leasing adalah sebagai
berikut.

a. Fleksibel

Struktur kontrak dalam leasing bersifat fleksibel. Besar jangka waktu dan pembayaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

b. Tidak diperlukan jaminan

Salah satu manfaat dari leasing adalah tidak diperlukan jaminan dari nasabah atau lessee.
Namun, hak kepemilikan sah atas barang dalam leasing dan pembayaran leasing yang
dihasilkan oleh barang tersebut menjadi jaminan bagi leasing itu sendiri.

c. Pelayanan yang Cepat

Prosedur leasing yang sederhana membuat pelayanan menjadi cepat dalam realisasi
pembiayaan. Jadi, nasabah dapat memperoleh barang yang dibutuhkan dengan cepat dan
mudah.

d. Capital saving

Manfaat lainnya adalah capital saving. Lembaga leasing memberikan pembiayaan sebesar 100%
kepada lessee. Tujuannya agar lessee bisa menggunakan dana tersebut untuk keperluan lain.

e. Pembayaran angsuran sebagai biaya operasional

Pembayaran angsuran dalam leasing dimasukkan ke dalam biaya operasional perusahaan.


Pembayaran dihitung untuk menentukan laba maupun rugi perusahaan. Jadi, penghitungan
berasal dari pendapatan sebelum dikurangi pajak.

f. Pelindung inflasi

Leasing juga bermanfaat untuk menghindari risiko penurunan nilai uang akibat inflasi. Nasabah
akan membayar berdasarkan satuan moneter sebelumnya.

Daftar Pustaka
Karmila. 2017. Seluk-Beluk Pasar Modal. Yogyakarta : KTSP

Kusmayadi, Andri. 2012. Mengenal dan Memahami Perusahaan Modal Ventura. Jakarta Barat :
Multi Kreasi Satudelapan

Nugroho, YP. Ari. 2016. Mengenal Perusahaan Anjak Piutang. Yogyakarta : KTSP

Seteasih, Idey. 2012. Memahami Seluk-Beluk Perusahaan Leasing. Jakarta : Multi Kreasi
Satudelapan

https://www.akseleran.co.id/blog/leasing-adalah/

https://zonaekis.com/sejarah-anjak-piutang/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/22/180106069/modal-ventura-definisi-jenis-
pembiayaan-dan-manfaatnya?
page=all&jxconn=1*1xjl0qp*other_jxampid*MTJ1NEFURUJjNXgtaGFBcFVicnN4NkFGSjZIaVIzRD
g3ZW5OQzR2dnpCYk5vMUFIT0FXLUp6ZzM2WjF1ZWtnRg..#page2

https://accurate.id/bisnis-ukm/modal-ventura-adalah/

https://www.tapkapital.co.id/sejarah-pasar-modal-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai