Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

A. PENGERTIAN PASAR MODAL ...........................................................................3


B. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA .........................................3
C. MANFAAT PASAR MODAL ................................................................................6
D. LEMBAGA-LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODAL ........................6
E. PROSES PENAWARAN UMUM (GO PUBLIC).................................................. 10
F. PROSES PENCATATAN EFEK DI BURSA EFEK JAKARTA ........................... 16
G. PRODUK-PRODUK DI PASAR MODAL ............................................................ 19
H. STRATEGI INVESTASI DI PASAR MODAL ..................................................... 23
I. PASAR MODAL SYARIAH ................................................................................ 24

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin berkembangnya perekonomian di dunia mengakibatkan


perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang mulai melakukan
transaksi ekonomi melalui berbagai cara, salah satunya adlah dengan
menginvestasikan harta atau uangnya melalui pasar modal. Pasar modal dibentuk
untuk mempermudah para investor mendapatkan asset dan mempermudah
perusahaan menjual asset.

Kehidupan yang semakin kompleks akan mendorong berbagai pihak untuk


mencapai segala sesuatu secara instan, mudah dan terorganisasi. Dalam hal ini,
untuk memepermudah transaksi produk pasar modal maka dibentuk Bursa Efek.
Fungsinya sangat membantu berbagai pihak yang terkait.

Perkembangan pasar modal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.


Dimulai dengan adanya perubahan yang terdapat didalamnya hingga
menghasilkan Bursa Efek Jakarta yang merupakan satu-satunya bursa efek di
Indonesia. Aktivitas yang dilakukan sangat banyak guna membantu para investor
dan perusahaan melakukan transaksi ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan bursa efek di Indonesia?


2. Apakah fungsi bursa efek di Indonesia?
3. Produk apa saja yang ada di pasar modal yang menjadi tujuan para
investor dan perusahaan untuk bertransaksi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PASAR MODAL

Pasar modal (capital modal) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan
merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari
satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek (stock
exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek
yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian efek adalah setiap surat
berharga (sekuritas) yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat pengakuan utang, surat
berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue),
dan waran (warrant).

Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang, yaitu
jangka satu tahun ke atas. Umumnya yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuranssi,
dana pensiun, bank-bank tabungan sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah
dan masyarakat umum.

Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan dengan
instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dan merupakan pasar yang
abstrak. Instrument pasar uang biasanya terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek
seperti sertifikat deposito, commercial papper, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga
Pasar Uang (SPBU).

B. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA

Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada
abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreninging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal Desember 1912,

3
Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia
tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang
sekarang diidentikkan sebagai aktivitas pasar midal sudah sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini
pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang Belanda di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-
besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah
dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa
lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar
itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar midal. Setelah mengadakan persiapan
akhirnya berdiri secara resmi pasar midal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal
14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel (bursa efek) dan langsung
memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan
milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belada. Bursa Batabia dihentikan pada
perang dunia yang pertama dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan menambah jangkauan
aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Aktivitas ini terhenti pada
perang dunia kedua.

Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950,
obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya
kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13
tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan senagai Undang-undang No. 15 tahun 1952, setelah
terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang
dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan
Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara
mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli
obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota
diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam.

Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa. Hal ini
diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga
mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga begara Belanda
meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebyut makin parah sejalan dengan memburuknya
hubungan Republik Indonesia denan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi

4
pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang-undang
Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasonialisasi
Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan Bursa Efek Indonesia untuk
memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yangberoperasi di Indonesia, termasuk
semua efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah perdagangan efek di
Indonesia.

Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar
Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Unuk merangsang perusahan
melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak persetoan sebesar 10%-20% selama
5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli
saham melalui pasar midal tidak dikenakan pajar pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga,
dividen, royalti, dan pajak kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal.

Pada tahun 1988, pemerintah melakuka deregulasi di sektor keuangan dan perbankan
termasuk pasar midal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan pasar midal antara lain Pakto
27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paker 24 Desember 1987
yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok:

a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%.
b. Diperkenalkan Bursa Paralel.
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang sebelumya dipungut
oleh Bapepam.
d. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public.
e. Saham boleeh dierbitkan atas unjuk.
f. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum ditiadakan.
g. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak
dilengkapinya persyaratan.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta.
Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal.

5
C. MANFAAT PASAR MODAL

1. Bagi Emiten

Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar


2. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
3. tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan
4. solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
5. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil

2. Bagi investor

Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada
meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain
2. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang mengambang bagi
pemenang obligasi
3. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko

D. LEMBAGA-LEMBAGA YANG TERLIBAT DI PASAR MODAL

1. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)


Tugas Badan Pengawas Pasar Modal menurut Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang Pasar
Modal adalah :
a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan
diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat
umum.
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawas terhadap lembaga-lembaga berikut:
1) Bursa efek
2) Lembaga kliring, penyelesaian dan penyimpanan
3) Reksa dana
4) Perusahaan efek dan perorangan

6
c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal wajib menetapkan ketentuan bagi
terjaminnya pelaksanaan efek secara ertib dan wajar dalam rangka melindungi pemodal dan
masyarakat berupa:
1) Keterbukaan informasi tentang transaksi efek di bursa efek oleh semua perusahaan efek dan
semua pihak. Ketentuan ini wajib memuat persyaratan kererbukaan kepada Ketua Bapepam dan
masyarakat tentang semua transaksi efek oleh semua pemegang saham utama dan orang dalam
serta pihak terasosiasikan dengannya.
2) Penyimpanan catatan dan laporan yang diberikan oleh pihak telah memperoleh izin usaha, izin
perorangan, persetujuan atau pendaftaran profesi.
3) Penjatahan efek, dalam hal terdapat kelebihan jumlah permintaan pada suatu penawaran umum.
Ketentuan ini tidak mengharuskn diadakannya penerbitan sertifikat dalam jumlah yang kurang
dari jumlah standar yang berlaku dalam perdagangan efek pada suatu bursa efek.

Bapepam dipimpin oleh seorag ketua yang tugas pokoknya adalah memimpin Bapepam
sesuaidengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dan membina aparatur Bapepam
agar berdaya guna dan berhasil guna. Disamping itu Ketua Bapepam bertugas membuat ketentuan
pelaksanaan teknis di bidang pasar modal secara fungsional menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan serta berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.

2. Lembaga Penunjang Pasar Perdana


a. Penjamin Emisi Efek
Tugas penjamin efek antara lain adalah sebagai berikut:
1) Memberikan nasihat mengenai jenis efek yang sebaiknya dikeluarkan, harga yang wajar dan
jangka waktu efek (obligasi dan sekuritas kredit).
2) Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu menyelesaikan tugas
adinistrasi yang berhubungan dengan pengisian dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek,
penyusunan prospektus merancang spesimen efek dan mendampingi emiten selama proses
evaluasi.
3) Mengatur penyelenggaraan emisi (pendistribusian efek dan menyiapkan sarana-sarana
penunjang).

7
b. Akuntan Publik
Tugas akuntan publik antara lain adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapatya.
2) Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
ketentuan-ketentuan Bapepam.
3) Memberikan petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik apabila diperlukan
c. Konsultan Hukum
Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten dan memberikan pendapat dari
sisi hukum tentang keadaan dan keabsahan usaha emiten, yang meliputi anggaran dasar, izin usaha,
bukti kepemilikan atas kekayaaan emiten, perikatan yang dilakukan oleh emiten dengan pihak ketiga,
serta gugatan dalam perkara perdata dan pidana.
d. Notaris
Notaris bertugas membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta perubahan anggaran dasar dan
menyiapkan naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.
e. Agen Penjual
Agen penjual ini umumnya terdiri dari perusahaan pialang (broker/dealer) yang bertugas melayani
investor yang akan memesan efek, melaksanakan pengembalian uang pesanan dan menyerahkan
sertifikat efek kepada pemesan.
f. Perusahaan Penilai
Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan melakukan penilaian kembali
aktivanya. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui beberapa beesarnya nilai wajar aktiva
perusahaan sebagai dasar dalam melakukan emisi melalui pasar modal.
3. Lembaga Penunjang dalam Emisi Obligasi
Dalam emisi obligasi, disamping lembaga penunjang untuk emisi saham juga dikenal
lembaga sebagai berikut:
a. Wali Amanat (Trustee)
Tugas wali amanat antara lain:
1) Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten
2) Melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta kekayaan emiten yang diterima
olehnya sebagai jaminan.
3) Memberikan nasihat yang diperhitungkan oleh emiten.

8
4) Melakukan pengawasan terhadap pelunasan pinjaman pokok beserta bunganya yang harus
dilakukan oleh emiten tepat pada waktunya.
5) Melaksanankan tugas selaku agen utama pembayaran.
6) Mengikuti secara terus-menerus perkembangan pengelolaan perusahaan emiten.
7) Membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten.
8) Memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila diperlukan.
b. Penanggung (Guarantor)
Penanggung bertanggungjawab atas dipenuhinya pembayaran pinjaman pokok obligasi beserta
bunganya dari emiten kepada para pemengang obligasi tepat pada waktunya, apabila emiten tidak
memenuhi kewajibannya.
c. Agen Pembayar (Paying Agent)
Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya dilakukukan setiap dua kali
setahun dan pelunasan pada saat obligasi telah jatuh tempo.
4. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder
Lembaga penunjang pasar sekunder merupakan lembaga yang menyediakan jasa-jasa dalam
pelaksanaan transaksi jual beli di bursa. Lembaga penunjang terdiri dari:
a. Pedagang Efek
Di samping melakukan jual beli efek untuk diri sendiri, pedangang efek juga berfungsi untuk
menciptakan pasar bagi efek tertentu dan menjaga keseimbangan harga serta memelihara likuiditas
efek dengan cara membeli dan menjual efek tertentu di pasar sekunder.
b. Perantara Perdagangan Efek (Broker)
Broker bertugas menerima order jual dan order beli investor untuk kemudian ditawarkan di bursa
efek. Atas jasa keperantaraan ini broker mengenakan fee kepada investor.
c. Perusahaan Efek
Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas (sekurities company) dapat menjalankan saru atau
beberapa kegiatan, baik sebagai penjamin emisi efek (underwriter) , peranraa pedagang efek, manajer
investasi atau penasihat investasi.
d. Biro Administrasi Efek
Yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa
melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagaian hak opsi, emisi
sertifikat, atau laporan tahunan untuk emiten.

9
e. Reksa Dana (Mutual Fund)
Reksadana meripakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana-dana investor yang pada
umumnya diinvestasikan dalam bentuk instrumen pasar modal atau pasar uang oleh manajer
investasi. Atas dana yang dikelola tersebut diterbitkan unit saham atau sertifikat sebagai bukti
keikutsertaan investor pada perusahaan reksadana.

E. PROSES PENAWARAN UMUM (GO PUBLIC)

Penawaran umum adalah kegiaan yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat, berdasarkan tata cara yang diaur oleh undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.
Kegiatan ini lebih populer disebut sebagai go public. Go public dapat menjadi strategi untuk
mendapatkan dana dalam jumlah besar. Dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan ekspansi,
memperbaiki struktur permodalan, dan investasi. Dengan adanya proses penawaraan umum,
perusahaan emiten akan mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan
adanya penawaran umum adalah :

a. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus tanpa melalui termin-termin.
b. Proses untuk melakukan go public relatif mudah sehingga biaya untuk go public juga menjadi
relatif murah.
c. Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk
melakukan pengelolaan dengan lebih profesional.
d. Memberikan kesempatan pada kalangan masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. Dlam hal ini tentu saja juga
menuntut keaktifan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan aktivitas di
pasar modal.
e. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat. Go public dapat menjadi media promosi yang sangat
efisien dan efektif. Selain itu, keuntungan ganda dapat diperoleh oleh perusahaan karena
penyertaan karena penyertaan masyarakat biasanya tidak akan memengaruhi kebijakan
manajemen.

10
Penawaran Umum

Sebelum Emisi Emisi Sesudah Emisi

Inter Pelaporan
BAPEPAM Pasar Pasar
Perusahaan
Primer Sekunder

1. Laporan
1. Rencana go public
1. Penawaran oleh sindikasi Berkala
2. RUPS
penjamin emisi dan agen penjual 2. Laporan
3. Penunjukan
2. Penjatahan kepada pemodal kejadian
Underwriter
3. Penyerahan efek kepada penting
Profesi Penunjang
pemodal dan
Lembaga Penunjang
relevan
4. Mempersiapkan
dokumen
5. Konfirmasi sebagai agen 1. Emiten mencatatkan
penjual oleh penjamin efeknya di bursa
emisi 2. Perdagangan Efek di bursa
6. Kontrak pendahuluan
dengan bursa efek
7. Tanda tangan perjanjian
8. Public Expose 1. Emiten menyampaikan pendaftaran
2. Expose terbatas di Bapepam
3. Tanggapan
Kelengkapan dokumen
Kejalasan informasi
Keterbukaan (hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen)
4. Komentar tertulis dalam waktu 45 hari
5. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif

Gambar 1 Proses Penawaran Umum di Pasar Modal

11
Meski proses untuk go public ini relatif mudah, ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh
pihak emiten agar proses untuk go public ini dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan.
Perencanaan tersebut meliputi perencanaan internal dan eksternal. Perencanaan internal dilakukan
dengan membuat kesepakatan dengan pemegang saham dan manajemen. Perencanaan eksternal
dilakukan dengan menjalin kerja dengan lembaga-lembaga penunjang dan Bapepam.

1. Persiapan dalam Rangka Penawaran Umum


a. Menajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go public.
b. Rencana go public tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan
peruanahan Anggaran Dasar dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
c. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan
kelengkapan dokumen :
1) Penjamin emisi (under writer) untuk menjamin dan membantu emiten dalam proses emisi.
2) Profesi penunjang :
 Akuntan Publik (auditor independen) untuk melakukan audit atas laporan keuangan
emiten untuk dua tahun terakhir.
 Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
 Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan
nilai wajar (sound value) dari aktiva tetap.
 Notaris untuk melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membat akta perjanjian-
perjanjian dalam rangka penewaran umum dan juga noulen-notulen rapat.
3) Lembaga penunjang :
 Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang oblogasi (unuk
emisi obligasi).
 Penanggung (guarantor).
 Biro Administrasi Efek (BAE).
4) Tempat penitipan Harta atau kusodian (custodian).
d. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi.
e. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek di mana efeknya akan dicatatkan.
f. Penandatangan perjanjian-perjanjian emisi.
g. Khusus penawaran obligasi atau efek lainnya yang bersifat utang, terlebih dahulu harus
memperoleh peringkat dari Lembaga Peringkat Efek.

12
h. Menyampaikan pernyataan pedaftaran beserta dokumen-dokumennya kepada BAPEPAM,
sekaligus melakukan ekspose terbatas di BAPEPAM.
2. Tahapan dalam Rangka Penawaran Umum

Proses penawaran umum saham dapat dikelompokkan menjadi empat tahap berikut:

a. Tahap persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan
menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan paa pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah
mendapatkan persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta
lembaga dan profesi penunjang pasr yaitu:
 Penjamin emisi (underwiter). Merupakan pihak yang paling banyak terlibat membantu emiten
dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain:
menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus dan memberikan
penjaminan atas penerbitan.
 Akuntan publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas
laporan keuang calon emiten.
 Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai
wajar dari akviwa tetap tersebut.
 Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
 Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian
dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.

b. Tahap pengajuan Pernyataan Pendaftaran


Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emien menyampaikan
pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal hingga BAPEPAM menyatakan Pernyataan
Pendaftaran menjadi Efektif.

c. Tahap Penawaran Saham


Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham
kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual

13
yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula
bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham dilepas ke
pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluuh investor berjumlah
150 juta saham. Jika invstor tidak mendapatkan sham pada pasar perdana, maka investor tersebut
dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di bursa efek.
d. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham dipasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di bursa
efek, di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ).

3. Persyaratan Pencatatan Saham di BEJ


a. Papan Utama

No. Kriteria
1. Telah memenuhi persyarat umum pencatatan saham.
2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan
operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 36 buln
berturut-turut.
3. Laporan Keuangan telah diaudit 3 tahun buku terakhir, dengan ketentuan Laporan
Keuangan Auditan 2 tahun buku terakhir dan Laporan Keuangan Auditan interim
terakhir (jika ada) memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengcualian (WTP).
4. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih
(net tangible asset) minimal Rp 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah).
5. Jumlah saham yang dimilikai oleh pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali atau Pemegang Saham Minoritas (minority
shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di
Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain
dalam periode 5 (lima) hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-
kurangnya 100.000.000 (seratus juta) saham atau 35% dari modal disetor (mana
yang lebih kecil).
6. Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu) pemenang saham yang
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan;
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang melakukan penawaran umum, maka

14
jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah
penawaran umum perdana.
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka
jumlah peegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan
pencatatan.
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka
jumlah pemegang saham tersebut dihitung berdasarkan rata-rata per bulan
selama 6 (enam) bulan terakhir.

b. Papan Pengembagan

No. Kriteria
1. Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan saham.
2. Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan
operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 12 bulan
berturut-turut.
3. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang mencakup minial 12 bulan
bulan dan Laporan Keuagan Auditan interim terakir (jika ada) memperoleh pendapat
Wajar anpa Pengecualian (WTP).
4. Memiliki Akiva Berwujud Bersih (net itangible asset) minimal Rp 5.000.000 (lima
miliar rupiah).
5. Jika calon emiten mengalami rugi usaha atau belum membukukan keuntugan atau
beroperasi kurang dari 2 tahun, wajib:
 Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak tercatat sudah
memperoleh laba usaha dan laba bersih berdasarkan proyeksi keuangan yang
akan diumumkan di bursa.
 Khusus bagi calon emiten yang bergerak dalam bidang yang sesuai dengan
sifanya usahanya memerlukan waku yang cukup lama untuk mencapai titik
impas (seperti: infrastruktur, perkebuban tanaman keras, konsensi Hak
Pengelolaan Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman Industri (HTI) atau bidang
usaha lain yang berkaitan dengan pelayanan umum, maka berdasrkan

15
proyeksi keuangan calon perusahaan tercatat tersebut selambat-lambatnya
pada akhir tahun buku ke-6 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan
laba bersih.
6. Jumalah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan
pemegang saham pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum
atau perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek lain atau bagi perusahaan publik
yang belum tercatat di bursa efek lain dalam periode 5 (lima) hari bursa sebelum
permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 50.000.000 (lima puluh juta) saham
tau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil).
7. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus) pemenang saham yang
memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan;
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang melakukan penawaran umum, maka
jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah
penawaran umum perdana.
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka
jumlah peegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan
pencatatan.
 Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka
jumlah pemegang saham tersebut dihitung berdasarkan rata-rata per bulan
selama 6 (enam) bulan terakhir.
8. Khusus calon emiten yang ingin melakukan IPO, perjanjian emisinya harus
menggunakan prinsip kesanggupan penuh (full commiment).

F. PROSES PENCATATAN EFEK DI BURSA EFEK JAKARTA

Proses pencatatan efek di BEJ, dilakukan setelah pernyataan efektif oleh Bapepam dan emiten
bersama dengan penjamin emisi telah melakukan penawaran umum, maka:
a. Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke bursa sesuai dengan ketentuan pencatatan efek di
BEJ;
b. BEJ melakukan evaluasi berdasarkan persyaratan pencatatan;
c. Jika memenuhi persyaratan pencatatan, BEJ memberikan surat persetujuan pencatatan;

16
d. Emiten membayar biaya pencatatan;
e. BEJ mengumumkan pencatatan efek tersebut di bursa;
f. Efek tersebut mulai tercatat dan dapat diperdagangkan di bursa.
1. Persyaratan Pencatatan Saham
a. Pernyataan pendaftaran emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam;
b. Laporan Keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat Wajar Tanpa
Kualifikasi (WTK-unqualified opinion) untuk tahun buku terakhir;
c. Minimal jumlah saham yang dicatatkan 1 juta perlembar;
d. Jumlah pemegang saham minimal 200 pemodal (1 pemodal memiliki sekurang-kurangnya 500
saham);
e. Wajib mencatatkan seluruh sahamnya yang telah ditempatkan dan disetor penuh (company
listing), sepanjang tidak bertentangan dengan kepemilikan asing (maksimal 49% dari jumlah
saham yang tercatat di bursa);
f. Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun; pengertian berdiri : telah berdiri pada
suatu tahun buku apabila Anggaran Dasarnya telah memperoleh pengesahan dari Departemen
Kehakiman.
2. Pengertian Beroperasi
a. Perusahaan dianggap telah beroperasi apabila memenuhi salah satu pengertian berikut ini:
Telah memperoleh izin/persetujuan tetap dari BKPM,
Telah memperoleh izin operasional dari Departemen Teknis,
Secara akuntansi telah mencatat laba/rugi operasional,
Secara ekonomis telah memperoleh pendapatan/biaya yang berhubungan dengan operasi pokok.
b. Dalam dua tahun buku terakhir memperoleh laba bersih dari kegiatan operasional;
c. Memiliki minimal kekayaan (aktiva) Rp 20 miliar, modal sendiri Rp 7,5 miliar, dan modal disetor
Rp 2 miliar;
d. Kapitalisasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum sekurang-kurangnya Rp 4
miliar;
e. Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang baik.
3. Persyaratan Pencatatan Obligasi
a. Pernyataan pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh Bapepam;
b. Laporan Keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat Wajar Tanpa
Kualifikasi (WTK) tahun buku terakhir;

17
c. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan minimal Rp 25 miliar;
d. Rentang waktu efektif dengan permohonan pencatatan tidak lebih dari 6 (enam) bulan dan sisa
jangka waktu jatuh tempo obligasi sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun;
e. Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
f. Dua tahun terakhir memperoleh laba operasional dan tidak ada saldo rugi tahun terakhir;
g. Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang baik.
4. Persyaratan Pencatatan Reksa Dana
a. Reksadana tersebut telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan;
b. Pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif oleh Bapepam;
c. Nilai nominal saham reksa dana yang ditawarkan minimal Rp 10 miliar;
d. Jumlah pemegang saham orang/badan minimal 200 pemodal (1 pemodal minimal memiliki 500
saham);
e. Direksi dan manajer investasi memiliki reputasi baik.
5. Persyaratan Pencatatan Waran
a. Waran harus diterbitkan oleh emiten yang sahamnya telah tercatat di bursa;
b. Pernyataan pendaftaran atas waran telah dinyatakan efektif;
c. Setiap waran harus memberikan hak kepada pemegang waran untuk membeli minimal satu saham
atau kelipatannya;
d. Waran yang dinyatakan memiliki masa berlaku minimal 3 tahun dan pelaksanaan hak (konversi)
minimal 6 bulan setelah waran diterbitkan;
e. Harga pelaksanaan hak (konversi) atas waran maksimal 125% dari harga saham terakhir pada hari
saat diputuskannya penerbitan waran oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) emiten;
f. Perjanjian penerbitan waran memuat ketentuan tentang:
 Perlakuan untuk waran yang tidak dikonversi sampai jatuh tempo;
 Perlindungan pemegang waran dari dilusi karena turunnya harga saham akibat keputusan
perusahaan.
g. Harga pelaksanaan waran tidak menyimpang dari yang ditetapkan dalam perjanjian penerbit
waran;
h. Sertifikat waran diterbitkan atas nama.
6. Kewajiban Pelaporan Emiten
Setelah perusahaan go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten sebagai
perusahaan publik, wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian

18
penting kepada Bapepam dan BEJ. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa,
yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat
pemodal melalui pengumuman di lantai bursa maupun melalui papan informasi. Masyarakat dapat
memperoleh langsung informasi tersebut ataupun melalui perusahaan piutang. Hal ini penting karena
sebagai pemodal, terutama pemodal pubik tidak memiliki akses informasi langsung kepada emiten.
Untuk mengetahui kinerja perusahaan, pemodal sangat bergantung pada informasi tersebut. Oleh
karena itu kewajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyebaran informasi agar dapat
sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada pemodal.
G. PRODUK-PRODUK DI PASAR MODAL
1. Reksa Dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan
uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi.
Melalui dana reksa ini nasihat investasi yang baik “jangan menaruh semua telur dalam satu
keranjang” bisa dilaksanakan. Pada prinsipnya investasi pada reksa dana adalah melakukan investasi
yang menyebar pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
Adapun sasaran reksa dana diantaranya adalah pendapatan, pertumbuhan, dan keseimbangan.
Keputusan untuk memilih saham yang memberikan dividen/bunga ada ditangan manajer investasi.
Manajer investasi mempunyai hak untuk mendistribusikan atau tidak dividen/bunga yang
diperolehnya kepada pemodal. Jika prospektusnya menerangkan bahwa dividen/bunga akan
didistribusikan maka dalam waktu tertentu pemodal akan mendapatkan dividen/bunga.
Capital gain akan diberikan oleh reksa dana yang memiliki sasaran pertumbuhan. Pendapatan
ini berasal dari kenaikan harga saham atau diskon obligasi yang menjadi portofolio reksa dana.
Manajer investasi harus berhasil membeli saham pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat
harga tinggi. Selanjutnya manajer investasi akan mendistribusikan pada pemodal. Meski demikian,
pendapatan dari capital gain tergantung kebijakan manajer investasi. Bila manajer investasi dalam
prospektusnya menerangkan akan mendistribusikan capital gain, maka dalam waktu tertentu
pemegang reksa dana akan mendapatkan distribusi capital gain. Ada juga reksa dana yang tidak
mendistribusikan capital gain ini, tapi menambahkannya pada nilai aktiva bersih. Nilai aktiva bersih
adalah perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan manajer investasi dengan total
volume reksa dana yang diterbitkan.
Kemungkinan untuk mendapatkan kenaikan aktiva bersih ini sangat tergantung pada jenis
reksa dana yang dibeli. Reksa dana terbuka akan dibeli kembali dengan harga nilai aktiva bersih baru.
Reksa dana tertutup tidak akan dibeli kembali oleh penerbitnya. Setelah terjadi transaksi di pasar

19
perdana, selanjutnya reksa dana akan diperjualbelikan di pasar sekunder. Harga yang terbentuk
merupakan pertemuan dari permintaan dan penawaran. Harga inilah yang merupakan nilai aktiva
bersih yang baru.
2. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas
tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan menabung. Imbalan yang akan diperoleh dengan
kepemilikan sahma adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak terhingga. Tidak
terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham biasa sangat besar, tetapi tergantung pada
perkembangan perusahaan penerbitnya. Bila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang
besar maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar
pula. Karena laba yang besar tersebut menyediakan dana yang besar untuk didistribusikan kepada
pemegang saham sebagi dividen.
Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli. Ada kaidah-
kaidah yang harus dijalankan untuk mendapat capital gain. Salah satunya adalah membeli saat harga
turun dan menjual saat harga naik.
Saham memberikan kemungkinan penghasilan yang tidak terhingga. Sejalan dengan itu,
risiko yang ditanggung pemilik saham juga relatif paling tinggi. Investasi memiliki risiko yang paling
tinggi karena pemodal memiliki hak klaim yang terakhir, bila perusahaan penerbit saham bangkrut.
Secara normal, artinya diluar kebangkrutan, risiko potensial yang akan dihadapi pemodal hanya dua,
yaitu tidak menerima pembayaran dividen dan menderita capital loss.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Artinya disamping
memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi
misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Biasanya saham
preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang
menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki
didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.
Pilihan untuk berinvestasi pada saham preferen didorong oleh keistimewaan alat investasi ini,
yaitu memberikan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan ada kemungkinan keuntungan tersebut lebih
besar dari suku bunga deposito apabila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar,

20
dan pemegang saham preferen memiliki keistimewaan mendapatkan dividen yang dapat disesuaikan
dengan suku bunga.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik
kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya
memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka. Hanya saja obligasi dapat
diperdagangkan. Obligasi memberikan penghasilan yang tetap, yaitu berupa bunga yang dibayarkan
dengan jumlah yang tetap pada waktu yang telah ditetapkan. Obligasi juga memberikan kemungkinan
untuk mendapatkan capital gain, yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian.
Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi disebabkan oleh sulitnya memperkirakan
perkembangan suku bunga. Padahal harga obligasi sangat tergantung dari perkembangan suku bunga.
Bila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita
kerugian.
Disamping menghadapi risiko perkembangan suku bunga yang sulit dipantau, pemegang
obligasi juga menghadapi risiko kapabilitas (capability risk), yaitu pelunasan sebelum jatuh tempo.
Sebelum obligasi ditawarkan di pasar, terlebih dahulu dibuat peringkat (rating) oleh badan yang
berwenang. Rating tersebut disebut sebagai credit rating yang merupakan skala risiko dari semua
obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal.
Keamanan ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk membayar bunga dan melunasi pokok
pinjaman.
Salah satu varian produk obligasi adalah obligasi konversi. Obligasi konversi, sekilas tidak
ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo
dan memiliki nilai nominal atau nilai pari (par value). Hanya saja obligasi konversi memiliki
keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum
persyaratan untuk melakukan konversi. Misalnya setiap obligasi konversi bisa dikonversi menjadi 3
saham biasa setelah 1 Januari 2005 dengan harga konversi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sama dengan alat investasi yang lain, obligasi konversi tidak ubahnya dengan menabung.
Bedanya, surat tanda menabung tidak dapat diperjualbelikan; sebaliknya obligasi konversi dapat
diperjualbelikan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena mampunya memberikan penghasilan
optimal sebab obligasi konversi bisa digunakan sebagai obligasi atau saham. Bila suku bunga yang
ditawarkan obligasi konversi lebih tinggi dari suku bunga bank atau perusahaan tidak membagikan

21
dividen yang besar, maka pemegang obligasi konversi tidak perlu mengonversikan obligasi
konversinya. Bila diperkirakan emiten berhasil mendapatkan laba yang tinggi sehingga mampu
membagi dividen yang lebih besar daripada bunga obligasi konversi, pemegang obligasi konversi
lebih baik mengonversi obligasinya menjadi saham guna mendapatkan dividen.
Imbalan yang dapat diperoleh pemegang obligasi konversi dapat terdiri bunga (bila
mempertahankan sebagai obligasi), dividen (bila melakukan konversi), capital gain (bila berhasil
menjual obligasinya dengan harga lebih tinggi dari harga perolehannya, atau mendapat diskon saat
membeli. Capital gain juga bisa didapat jika pemegang obligasi konversi melakukan konversi,
kemudian berhasil menjual saham tersebut diatas harga perolehannya).
Risiko yang dihadapi pemegang obligasi konversi adalah kesalahan didalam mengambil
keputusan konversi, antara lain:
 Seandainya pada saat yang ditentukan pemodal menggunakan haknya menukar obligasi
konversi menjadi saham, dan ternyata kondisi menunjukkan suku bunga bank cenderung naik.
 Bila emiten tidak berhasil meraih keuntungan, sehingga tidak membagikan dividen. Dengan
demikian pemodal menghadapi risiko tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh suku
bunga. Seandainya ia tidak menggunakan haknya, maka ia akan memperoleh kesempatan itu.
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan.
Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham.
Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun
setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar baik obligasi, saham maupun waran
dapat diperdagangkan secara terpisah.
Memiliki waran tidak ubahnya menabung. Hanya saja, waran dapat diperjualbelikna. Selain
itu waran dapat ditukar dengan saham. Pilihan terhadap alat investasi ini karena kemampuannya
memberikan penghasilan ganda, terutama waran yang menyertai obligasi. Karena disamping akan
mendapatkan bunga obligasi kelak setelah waran dikonversi menjadi saham akan mendapatkan
dividan dan capital gain.
Pendapatan bunga diperoleh pemodal yang membeli waran yang menyertai obligasi. Dengan
membeli obligasi otomatis pemodal akan mendapatkan bunga. Bahwa obligasi ini disertai waran
yang yang bisa dikonversi menjadi saham di waktu-waktu mendatang, itu tidak mempengaruhi hak
pemodal atas bunga obligasi. Suku bunga obligasi yang disertai waran biasanya lebih rendah dari
suku bunga bank.

22
Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen, terlebih dahulu ia menggunakan waran untuk
membeli saham. Untuk mendapatkan dividen, ia harus bersedia menahan saham dalam waktu yang
relatif lama. Capital gain bisa didapat bila pemegang obligasi yang disertai waran menjualnya
dengan harga yang lebih tinggi dari harga ketika memperolehnya. Capital gain juga bisa didapat jika
pemegang obligasi yang disertai waran mendapatkan diskon pada saa melakukan pembelian. Pada
saat jatuh tempo ia akan mendapatkan pelunasan sebesar harga pari. Capital gain juga bisa didapat
bila setelah melakukan konversi saham biasa, pemodal bisa menjual sahamnya diatas harga
perolehan.
6. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten.
Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham
bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue dapat
diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena kemampuannya memberikan penghasilan
yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan modal yang lebih rendah. Biasanya harga saham
hasil right issue lebih murah dari saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak untuk
membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan
pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right issue adalah
sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.
H. STRATEGI INVESTASI DI PASAR MODAL
Investor harus menyadari bahwa berinvestasi di pasar modal disamping akan memperoleh
keuntungan juga ada kemungkinan akan mengalami kerugian. Strategi dasar investor yang akan
meningkatkan kinerja atau nilai portofolio investasi menjadi lebih baik adalah dengan senantiasa
mengikuti prinsip “Keep your alpha high and your beta low”. Prinsip ini berarti bahwa investor akan
selalu mempertimbangkan berapa tingkat risiko dan keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan
atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor untuk menganalisis berbagai
jenis saham kemudian memilih beberapa saham sesuai dengan kemampuan dana, saham yang dipilih
dan dibeli tersebut merupakan portofolio. Oleh karena itu, bermain di pasar modal tidak memberikan
jaminan untuk mendapatkan capital gain yaitu selisih lebih dari harga beli saham dan harga jual
saham. Dengan demikian bermain di bursa akan sangat mungkin pula investor mengalami capital
loss.
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di bursa efek khususnya
dalam bentuk saham antara lain sebagai berikut:

23
a. Mengumpulkan beberapa jenis saham dalam satu portofolio. Strategi ini dapat memperkecil
risiko investasi karena risiko akan disebar ke berbagai jenis saham.
b. Membeli di pasar perdana dan dijual setelah saham tersebut dicatat di bursa.
c. Beli dan simpan. Strategi ini dapat digunakan apabila investor memiliki keyakinan
berdasarkan analisis bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek untuk
berkembang yang cukup pesat beberapa tahun mendatang sehingga sahamnya diharapkan
akan mengalami kenaikan yang cukup besar pada saat itu.
d. Membeli saham tidur. Saham tidur adalah saham yang jarang atau tidak pernah ada transaksi.
Saham tidur ini bisa disebabkan karena jumlah saham yang dicatatkan terlalu sedikit atau
dikuasai oleh investor institusi dan pemilik saham lama. Dapat pula disebabkan karena
kinerja perusahaan yang bersangkutan kurang baik atau prospek usahanya masih cerah
sehingga kurang mendapat perhatian pemodal.
e. Strategi berpindah dari saham yang satu ke saham yang lain. Investor yang memiliki strategi
in cenderung bersifat lebih spekulatif. Mereka akan cepat-cepat melepas saham-saham yang
diperkirakan harganya akan mengalami penurunan atau buru-buru membeli saham yang
menurut anggapannya akan mengalami kenaikan kurs.
f. Konsentrasi pada industri tertentu. Strategi ini lebih cocok bagi investor yang benar-benar
menguasai kondisi suatu jenis industri sehingga mengetahui prospek perkembangannya
dimasa yang akan datang.
g. Reksa dana (mutual fund). Melakukan investasi dengan membeli unit sertifikat atau saham
yang diterbitkan oleh investment trust. Strategi ini cocok untuk investor yang tidak memiliki
cukup waktu melakukan analisis pasar atau tidak ada akses informasi.
I. PASAR MODAL SYARIAH
1. Sejarah Singkat Industri Syariah

Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan
berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta yang dimiliki (9:33).
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda,”Ketahuilah, Siapa yang memelihara anak
yatim, sedangkan anak yatim itu memiliki harta, maka hendaklah ia menginvestasikannya
(membisniskannya), janganlah ia membiarkan harta itu idle, sehingga harta itu terus berkurang
lantaran zakat”

24
Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus diciptakan suatu sarana
untuk berinvestasi.Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah
satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Institusi pasar modal syariah
merupakan salah satu pengejawantahan dari seruan Allah tentang investasi tersebut

Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan, asuransi dan pasar
modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah yang sangat panjang. Lahirnya Agama Islam
sekitar 15 (lima belas) abad yang lalu meletakkan dasar penerapan prinsip syariah dalam industri
keuangan, karena di dalam Islam dikenal kaedah muamalah yang merupakan kaedah hukum atas
hubungan antara manusia yang di dalamnya termasuk hubungan perdagangan dalam arti yang luas.
Namun demikian, perkembangan penerapan prinsip syariah mengalami masa surut selama kurun
waktu yang relatif lama pada masa imperium negara-negara Eropa.

Pada awalnya prinsip syariah islam diterapkan pada industri perbankan dan Cairo adalah
merupakan negara yang pertamakali mendirikan bank Islam sekitar tahun 1971 dengan nama “Nasser
Social Bank” yang operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser
Social Bank tersebut, kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa bank Islam lainnya seperti
Islamic Development Bank (IDB) dan the Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of
Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977.

Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di luar industri perbankan, juga telah
dijalankan pada industri asuransi (takaful) dan industri Pasar Modal (Pasar Modal Syariah). Pada
industri Pasar Modal, prinsip syariah telah diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan fund
(Reksa Dana). Adapun negara yang pertama kali mengintrodusir untuk mengimplementasikan prinsip
syariah di sektor pasar modal adalah “Jordan dan Pakistan”, dan kedua negara tersebut juga telah
menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syariah. Selanjutnya pada tahun 1978, pemerintah Jordan
melalui Law Nomor 13 tahun 1978 telah mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan
Muqaradah Bond. Ijin penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan
Muqaradah Bond Act pada tahun 1981. Sementara pemerintah Pakistan, baru pada tahun 1980
menerbitkan the Madarabas Company dan Madarabas Ordinance.

25
Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar modal khususnya pada
instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing
perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat
sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat
dikatergorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah islam, seperti :

1. Alkohol;
2. Perjudian;
3. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi;
4. Pornografi;
5. Jasa keuangan yang bersifat konvensional;
6. Asuransi yang bersifat konvensional.

2. Gambaran Pasar Modal Syariah di Indonesia

Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar
modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman
antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka
dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal
Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan
ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal
Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun kegiatan
investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui
instrumen reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi
syariah di pasar modal Indonesia.

Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama
Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh
terutama jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi
berbasis syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk
industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini
adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan
jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan.

26
Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak
industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap
investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Menurut Irfan Syawqy, secara faktual,
pasar modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia, Red) dunia ekonomi modern.

3. Fungsi Pasar Modal Syariah

Menurut metwally (1995, 177) fungsi dari keberadaan pasar modal syariah :

a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis dengan


memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
b. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan
likuiditas
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
4. Karakteristik Pasar Modal Syariah

Karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah (Metwally, 1995, 178-179)
adalah sebagai berikut :

a. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek


b. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan melalui
pialang
c. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa efek diminta
menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan kerugian serta neraca
keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan
d. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap perusahaan dengan
interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
e. Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
f. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST

27
g. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam bursa efek
itu mengikuti standar akuntansi syariah
h. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode perdagangan setelah
menentukan HST
i. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan dengan harga
HST

Bapepam juga telah memberikan perhatian besar kepada pasar modal syariah. Hal itu terlihat
pada pengembangan pasar modal syariah untuk kerja lima tahun ke depan. Rencana tersebut
dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009. Berkembangnya produk pasar
modal berbasis syariah juga merupakan potensi dan sekaligus tantangan pengembangan pasar modal
di Indonesia. Menurut Bapepam, ada dua strategi utama yang dicanangkan Bapepam untuk mecapai
pengembangan pasar modal syariah dan produk pasar modal syariah. Pertama, mengembangkan
kerangka hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis syariah. Yang kedua,
mendorong pengembangan produk pasar modal berbasis syariah. Selanjutnya, dua strategi utama
tersebut dijabarkan Bapepam menjadi tujuh implementasi strategi :

a. mengatur penerapan prinsip syariah


b. menyusun standar akuntansi
c. mengembangkan profesi pelaku pasar
d. sosialisasi prinsip syariah
e. mengembangkan produk
f. menciptakan produk baru
g. meningkatkan kerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI
5. Produk Pasar Modal Syariah
1) Saham Syariah

Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan
dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari
usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan
konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai
kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham
merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua

28
saham yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah.
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:

a. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa
kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.
b. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan
usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun
memenuhi kriteria sebagai berikut:
i. kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan
IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
 perjudian dan permainan yang tergolong judi;
 perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
 perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
 bank berbasis bunga;
 perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
 jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional;
 memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau
jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram
li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat;
 melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);
ii. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan
iii. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total
pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.

2) Sukuk

Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah
(islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata ”sakk” dalam bahasa
Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut : “Efek Syariah berupa sertifikat atau

29
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau
tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas:

a. aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);


b. nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
d. aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan); dan atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)”

Karakteristik Sukuk

Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan obligasi.
Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek.
Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan (underlying
asset). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana
sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa
imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

Jenis Sukuk

Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk, terdiri dari :

1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.


2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe : Sertifikat
kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di
masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas
jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam.
4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah.
6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara’a.
8. Sertifikat musaqa.

30
9. Sertifikat mugharasa.

3) Reksa Dana Syariah

Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana syariah didefinisikan sebagai
reksa dana sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya
tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal. Reksa Dana Syariah sebagaimana
reksa dana pada umumnya merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi,
namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan
penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa Saham pada bulan Juli 1997. Sebagai salah satu instrumen
investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada
umumnya. Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan
proses manajemen portofolio, screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).

Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang


keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

 Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat berharga syariah
lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini berkaitan dengan kemampuan
manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.

 Risiko Likuiditas

Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas sebagian besar unit penyertaan
yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara bersamaan. dapat menyulitkan manajemen

31
perusahaan dalam menyediakan dana tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana
yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.

 Risiko Wanprestasi

Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa dana diasuransikan
kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang
mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak segera membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain
itu, wanprestasi dimungkinkan akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang,
bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB
(Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

 Risiko politik dan ekonomi

Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja
bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki
suatu reksadana.

6. Kendala Pasar Modal Syariah

Menurut Nurul Huda, Pakar Pasar Modal Syariah Pascasarjana UI (2006), dalam
mengembangkan pasar modal syariah di Indoensia, ada beberapa kendala yang dihadapi : antara lain :

a. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimisi pasar modal syariah dari Bapepam atau pemerintah,
misalnya Undang-Undang. Perkembangan keberadaan pasar modal syariah saat ini merupakan
gambaran bagaimana legalitas yang diberikan Bapepam dan pemerintah lebih tergantung dari
permintaan pelaku pasar yang menginginkan keberadaan pasar modal syariah
b. Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah wacana dimana banyak bicara
tentang bagaimana pasar yang disyariahkan. Dimana selama ini praktek pasar modal tidak bisa
dipisahkan dari riba, maysir dan gharar, dan bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal
c. Sosialisasi instrumen syariah di pasar modal perlu dukungan dari berbagai pihak. Karena ternyata
perkembangan pasar modal perlu dukungan berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan
Jakarta Islamic Index dan reksadana syariah kurang tersosialisasi dengan baik sehingga perlu

32
dukungan dari berbagai pihak, khususnya praktisi dan akademisi. Praktisi dapat menjelaskan
keberadaan pasar modal secara pragmatis sedangkan akademisi bisa menjelaskan secara ilmiah

7. Strategi Pasar Modal Syariah

Beradasarkan pada kendala –kendala di atas maka strategi yang perlu dikembangkan :

a. Keluarnya Undang-Undang Pasar modal syariah diperlukan untuk mendukung keberadaan pasar
modal syariah atau minimal menyempurnakan UUPM No 8 Tahun 1995, sehingga dengan hal ini
diharapkan semakin mendorong perkembangan pasar modal syariah
b. Perlu keaktifan dari pelaku bisnis (pengusaha) muslim untuk membentuk kehidupan ekonomi
yang islami. Hal ini guna memotivasi meningkatkan image pelaku pasar terhadap keberadaan
instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah
c. Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang oleh Bapepam untuk mengakomodir
perkembangan instrumen-instrumen syariah dalam pasar modal. Sekaligus merencanakan
keberadaan pasar modal syariah di tanah air.
d. Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal syariah, oleh karena itu dukungan akadmisi
sangat diperlukan guna memahamkan perlunya keberadaan pasar modal syariah.

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar
konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya
yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuranssi, dana pensiun, bank-
bank tabungan sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah
dan masyarakat umum.

Produk yang Terdapat di Pasar Modal

1. Reksa Dana
2. Saham
3. Saham Preferan
4. Obligasi
5. Waran
6. Right Issue

Manfaat Pasar Modal

1. Bagi Emiten

Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

6. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar


7. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
8. tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana/perusahaan
9. solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
10. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil

2. Bagi investor

Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

34
4. nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain
5. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga
yang mengambang bagi pemenang obligasi
6. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi
risiko

Semakin berkembangnya waktu maka muncul prinsip pasar modal baru


yang menggunakan prinsip syariah.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca


untuk memperoleh informasi mengenai Pasar Modal. Namun kami sadar bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan bantuan pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya dengan memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya,
kami tunggu saran dari pembaca.

35
DAFTAR PUSTAKA

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Jakarta: Salemba Empat
http://www.google.com/pasar modal
http://www.google.com/pasar modal syariah

36

Anda mungkin juga menyukai