Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PASAR MODAL DI INDONESIA

Mohammad Alfin Syaiful I (1232100003)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Ery Chusnul Aldi (1232100029)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Mohammad Ricko Kurniawan (1232100045)

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

PENDAHULUAN

Masa Penjajahan
Pada 14 Desember 1912, pemerintah Hindia Belanda mendirikan pasar modal di
Batavia (sekarang Jakarta) yang bernama Vereeniging voor de Effectenhandel atau
Bursa Efek. Awalnya, terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar). Adapun jenis
pasar modal yang diperjualbelikan saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia terjadi
begitu pesat, sehingga berhasil menarik minat kota-kota lainnya. Oleh sebab itu,
Bursa Efek resmi didirikan pada 11 Januari 1925 di Kota Surabaya dan 1 Agustus
1925 di Semarang. Pada masa itu, tujuan Belanda mendirikan pasar modi adalah
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda).
Akan tetapi, menjelang terjadinya Perang Dunia II, perkembangan pasar moda mulai
mengalami hambatan. Bahkan sepanjang periode 1956 hingga 1977, kegiatan pasar
modal sempat terhenti. Barulah pada 10 Agustus 1977, pemerintah Indonesia kembali
mengaktifkan pasar modal, sehingga setiap tanggal 10 Agustus diperingati sebagai
HUT Pasar Modal Indonesia. Kala itu, pasar modal diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. Meskipun sudah aktif kembali, pemerintah hanya memberi izin emisi
terhadap 34 perusahaan saja dengan nilai keseluruhan Rp 1.102,4 milyar. Salah satu
faktor yang menyebabkan kurang minatnya masyarakat untuk berinvestasi kala itu
adalah karena pengeluaran pajak yang tidak menguntungkan. Sebab, pemerintah
mengenakan pajak penghasilan atas dividen dan capital gain, dan sebaliknya tidak
mengenakan pajak atas penghasilan bunga deposito. Menyadari kondisi ini,
pemerintah Indonesia mulai mengeluarkan berbagai paket deregulasi antara tahun
1987-1988, yang isinya adalah pemerintah menghapus batas fluktuasi sebesar empat
persen saham per hari pada paket deregulasi. Selanjutnya, pada 1990, pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa Efek, sehingga pada 4 Desember
1991 berdirilah PT Bursa Efek Jakarta.
Referensi: • Prof. Dr. H. Azhar Affandi, SE., M.Sc, Assoc Prof. Dr. Ir. Sarwani, M.T.
dkk. (2022). Pasar Modal Teori dan Praktek. Surabaya: Cipta Media Nusantara.

MASA ORDE LAMA


Pada tahun 1925 Bursa Efek kembali dibuka sekaligus membentuk dua bursa efek
baru di Indonesia, yaitu Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang. Sayangnya
kabar menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena BEI dihadapkan pada
Resesi Ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II. Keadaan yang semakin
memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup, yang diikuti juga
oleh Bursa Efek Jakarta pada 10 Mei 1940. Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia,
Bursa Efek Jakarta dibuka kembali dibuka oleh Presiden Soekarno pada 3 Juni 1952.
Hingga pada akhirnya keberadaan Bursa Efek kembali tidak aktif ketika ada program
nasionalisasi perusahaan Belanda pada tahun 1956 sampai 1977. Operasional bursa
pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang
beranggotakan bank negara, bank swasta dan para Pialang efek. Pada tanggal 26
September 1952 dikeluarkan Undang-undang No. 15 Tahun 1952 sebagai Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.

MASA ORDE BARU

Pada masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, bursa efek sudah
dibuka kembali pada tahun 1977. Pembukaan bursa efek tersebut ditandai dengan
adanya Emiten pertama, yaitu PT Semen Cibinong. Walaupun begitu, pasar modal
saat itu tidak memperoleh tanggapan positif karena undang-undang yang berlaku saat
itu banyak membatasi ruang gerak perusahaan. Hal tersebut membuat pemerintah
melakukan deregulasi terkait peraturan perundang-undangan pasar modal untuk
mempermudah Emiten dan juga investor pada tahun 1987. Pemerintah menggiatkan
pasar modal di Indonesia dengan membuka peluang bagi investor asing dengan batas
kepemilikan maksimum sebesar 49%. Pemerintah juga membentuk lembaga-lembaga
baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI), reksadana, dan manajer investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut
dinilai menjadi titik awal dari positifnya pertumbuhan pasar modal di Indonesia.

Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta merger dengan Bursa Efek Surabaya yang
kemudian berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, Otoritas
Jasa Keuangan juga mulai diperkenalkan. Sampai saat ini, sebanyak 701 perusahaan
telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila BEI konsisten
dapat mengundang Emiten baru sebanyak 25-35 selama satu tahun, maka di
proyeksikan 1.000 Emiten dapat tercapai dalam enam sampai tujuh tahun ke depan.
Bertambahnya jumlah Emiten tentu akan mendorong penguatan pasar modal
Indonesia secara berkelanjutan. Pasar saham Indonesia akan semakin di lirik oleh
banyak investor besar, bahkan tidak menutup kemungkinan perusahaan dari luar
negeri ikut mencatatkan sahamnya di BEI.
Jumlah investor pasar modal setiap tahunnya juga terus mengalami peningkatan.
Seperti yang dikutip dalam Laman web BEI menunjukkan bahwa sebelumnya pada
2018 jumlah investor pasar modal adalah 1,6 juta. Lalu di tahun 2019 pertumbuhan
investor pasar modal mencapai 53% sehingga jumlah investor yang tercatat dalam
pasar modal menjadi 2,4 juta. Pada Mei 2020, jumlah investor mencapai 2,8 juta atau
telah tumbuh sebesar 13% dari akhir 2019. Angka tersebut menunjukkan bawa adanya
pandemic COVID-19 tidak menurunkan jumlah investor di Indonesia.

ERA KEBANGKITAN PASAR MODAL


Paket Enam Mei (Pakem) 1986 :

 Memberikan status yang sama dengan PMDN, bagi PMA yang 51% sahamnya
dijual di pasar modal, atau minimal 51% sahamnya dimiliki oleh
negara/swasta nasional dan dijual melalui pasar modal.

Paket Desember 1987 (PAKDES 87) :

 Penyederhanaan prosedur dan persyaratan emisi efek.

 Investor asing diperkenankan membelisaham perusahaan yang telah go public.

 Pengenalan saham atas unjuk.

 Memberikan kesempatan bagi perusahaan yang baru dan belum memperoleh


laba mencari modal di pasar modal melalui bursa paralel.

 Penghapusan pembatasan fluktuasi kurs 4% per hari.

Paket Oktober (Pakto) 1988 :

 Pengenaan pajak terhadap bunga deposito

 Ketentuan Legal Lending Limit yang membetasi kredit pada nasabahnya.

 Ada ketentuan Capital Adequacy Ratio bagi bank

Pada 16 Juni 1989:


Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

Pada 13 Juli 1992:

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.


Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

Pada bulan September 1996 :


Bursa Efek Surabaya memperkenalkan sistem S-MART (The Surabaya Market
Information and Automated Remote Trading) yang memungkinkan terlaksananya
perdagangan jarak jauh.

Pada tahun 2000:

Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar


modal Indonesia.·

Pada akhir 2007:

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Pada awal 2008 :

Berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

MANFAAT PASAR MODAL


1. Bagi Emiten

Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar

2. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai

3. tidak ada convenantsehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan


dana/perusahaan

4. solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan

5. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil

2. Bagi investor

Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan


tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain

2. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga


yang mengambang bagi pemenang obligasi

3. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang


mengurangi risiko.
JENIS JENIS PASAR MODAL

Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :

1) Pasar Perdana ( Primary Market )

Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham
tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental
perusahaan yang bersangkutan.

Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan.


Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan
memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga
digunakan untuk melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga
saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang,
tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.

2) Pasar Sekunder ( Secondary Market )

Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara


investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu
selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus
dicatatkan di bursa.

Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek
setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai
tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.

Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak
yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian,
pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas.
Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu :

a. Bursa reguler

Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan
Bursa Efek Surabaya (BES)

b. Bursa parallel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang
terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi
dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan
pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para
broker atau dealer.

Pasar Uang berbeda dengan Pasar Modal yang tradingnya dilakukan melalui
Bursa atau Stock Exchange. Pasar Uang sifatnya abstrak, tidak ada tempat khusus
seperti halnya dengan Pasar Modal, transaksi pada Pasar Uang dilakukan secara OTC
(Over The Counter Market) dilakukan oleh setiap peserta (partisipan) melalui Desk
atau Dealing Room masing-masing peserta.

Alasan kenapa pasar uang dibutuhkan dalam sistem perekonomian adalah


banyaknya perusahaan serta individu yang mengalami arus kas yang tidak sesuai
antara inflows dan outflows. Misalnya, perusahaan melakukan penagihan dari klien
pada periode tertentu dan pada waktu yang lain ia harus mengeluarkan uang untuk
menutupi biaya operasionalnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut (perusahaan pada saat kasnya mengalami


defisit), maka perusahaan tersebut sementara dapat memasuki pasar uang sebagai
peminjam dengan mencari lembaga keuangan atau pihak lain yang memiliki surplus
(kelebihan) dana. Selanjutnya, pada saat perusahaan tersebut mengalami surplus dana,
maka perusahaan tersebut menjadi kreditor dalam pasar uang untuk memperoleh
pendapatan daripada membiarkan dananya tak terpakai atau idle.

Kebutuhan akan adanya pasar uang dilatarbelakangi adanya kebutuhan untuk


mendapatkan sejumlah dana dalam jangka pendek atau yang sifatnya harus segera
dipenuhi. Dengan demikian pasar uang merupakan sarana alternatif, khususnya bagi
lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-
peserta lainnya, baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun
dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya.

Pasar uang juga merupakan sarana pengendali moneter (secara tidak


langsung) oleh otoritas moneter dalam melaksanakan operasi terbuka, karena di
Indonesia pelaksanaan operasi pasar terbuka oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia
dilakukan melalui pasar uang dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai instrumennya.

ORGANISASI PASAR MODAL

Secara kelembagaan :

1.Menteri keuangan

2.Bapepam – LK

3.Self Regulation Organization (SRO)

 Bursa efek ( BEI ).


 Lembaga kliring dan penjamin (PT. KPEI)

 Lembaga penyimpan dan penyelesaian (PT. KSEI ).

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.edudetik.com/2014/01/makalah-pasar-modal-lengkap.html

https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/03/160000079/sejarah-pasar-modal-di-
indonesia?page=all

https://www.tapkapital.co.id/sejarah-pasar-modal-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai