PENDAHULUAN
Masa Penjajahan
Pada 14 Desember 1912, pemerintah Hindia Belanda mendirikan pasar modal di
Batavia (sekarang Jakarta) yang bernama Vereeniging voor de Effectenhandel atau
Bursa Efek. Awalnya, terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar). Adapun jenis
pasar modal yang diperjualbelikan saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia terjadi
begitu pesat, sehingga berhasil menarik minat kota-kota lainnya. Oleh sebab itu,
Bursa Efek resmi didirikan pada 11 Januari 1925 di Kota Surabaya dan 1 Agustus
1925 di Semarang. Pada masa itu, tujuan Belanda mendirikan pasar modi adalah
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda).
Akan tetapi, menjelang terjadinya Perang Dunia II, perkembangan pasar moda mulai
mengalami hambatan. Bahkan sepanjang periode 1956 hingga 1977, kegiatan pasar
modal sempat terhenti. Barulah pada 10 Agustus 1977, pemerintah Indonesia kembali
mengaktifkan pasar modal, sehingga setiap tanggal 10 Agustus diperingati sebagai
HUT Pasar Modal Indonesia. Kala itu, pasar modal diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. Meskipun sudah aktif kembali, pemerintah hanya memberi izin emisi
terhadap 34 perusahaan saja dengan nilai keseluruhan Rp 1.102,4 milyar. Salah satu
faktor yang menyebabkan kurang minatnya masyarakat untuk berinvestasi kala itu
adalah karena pengeluaran pajak yang tidak menguntungkan. Sebab, pemerintah
mengenakan pajak penghasilan atas dividen dan capital gain, dan sebaliknya tidak
mengenakan pajak atas penghasilan bunga deposito. Menyadari kondisi ini,
pemerintah Indonesia mulai mengeluarkan berbagai paket deregulasi antara tahun
1987-1988, yang isinya adalah pemerintah menghapus batas fluktuasi sebesar empat
persen saham per hari pada paket deregulasi. Selanjutnya, pada 1990, pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa Efek, sehingga pada 4 Desember
1991 berdirilah PT Bursa Efek Jakarta.
Referensi: • Prof. Dr. H. Azhar Affandi, SE., M.Sc, Assoc Prof. Dr. Ir. Sarwani, M.T.
dkk. (2022). Pasar Modal Teori dan Praktek. Surabaya: Cipta Media Nusantara.
Pada masa orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, bursa efek sudah
dibuka kembali pada tahun 1977. Pembukaan bursa efek tersebut ditandai dengan
adanya Emiten pertama, yaitu PT Semen Cibinong. Walaupun begitu, pasar modal
saat itu tidak memperoleh tanggapan positif karena undang-undang yang berlaku saat
itu banyak membatasi ruang gerak perusahaan. Hal tersebut membuat pemerintah
melakukan deregulasi terkait peraturan perundang-undangan pasar modal untuk
mempermudah Emiten dan juga investor pada tahun 1987. Pemerintah menggiatkan
pasar modal di Indonesia dengan membuka peluang bagi investor asing dengan batas
kepemilikan maksimum sebesar 49%. Pemerintah juga membentuk lembaga-lembaga
baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI), reksadana, dan manajer investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut
dinilai menjadi titik awal dari positifnya pertumbuhan pasar modal di Indonesia.
Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta merger dengan Bursa Efek Surabaya yang
kemudian berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, Otoritas
Jasa Keuangan juga mulai diperkenalkan. Sampai saat ini, sebanyak 701 perusahaan
telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila BEI konsisten
dapat mengundang Emiten baru sebanyak 25-35 selama satu tahun, maka di
proyeksikan 1.000 Emiten dapat tercapai dalam enam sampai tujuh tahun ke depan.
Bertambahnya jumlah Emiten tentu akan mendorong penguatan pasar modal
Indonesia secara berkelanjutan. Pasar saham Indonesia akan semakin di lirik oleh
banyak investor besar, bahkan tidak menutup kemungkinan perusahaan dari luar
negeri ikut mencatatkan sahamnya di BEI.
Jumlah investor pasar modal setiap tahunnya juga terus mengalami peningkatan.
Seperti yang dikutip dalam Laman web BEI menunjukkan bahwa sebelumnya pada
2018 jumlah investor pasar modal adalah 1,6 juta. Lalu di tahun 2019 pertumbuhan
investor pasar modal mencapai 53% sehingga jumlah investor yang tercatat dalam
pasar modal menjadi 2,4 juta. Pada Mei 2020, jumlah investor mencapai 2,8 juta atau
telah tumbuh sebesar 13% dari akhir 2019. Angka tersebut menunjukkan bawa adanya
pandemic COVID-19 tidak menurunkan jumlah investor di Indonesia.
Memberikan status yang sama dengan PMDN, bagi PMA yang 51% sahamnya
dijual di pasar modal, atau minimal 51% sahamnya dimiliki oleh
negara/swasta nasional dan dijual melalui pasar modal.
2. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
2. Bagi investor
Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham
tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental
perusahaan yang bersangkutan.
Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek
setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai
tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak
yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian,
pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas.
Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu :
a. Bursa reguler
Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan
Bursa Efek Surabaya (BES)
b. Bursa parallel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang
terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi
dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan
pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para
broker atau dealer.
Pasar Uang berbeda dengan Pasar Modal yang tradingnya dilakukan melalui
Bursa atau Stock Exchange. Pasar Uang sifatnya abstrak, tidak ada tempat khusus
seperti halnya dengan Pasar Modal, transaksi pada Pasar Uang dilakukan secara OTC
(Over The Counter Market) dilakukan oleh setiap peserta (partisipan) melalui Desk
atau Dealing Room masing-masing peserta.
Secara kelembagaan :
1.Menteri keuangan
2.Bapepam – LK
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.edudetik.com/2014/01/makalah-pasar-modal-lengkap.html
https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/03/160000079/sejarah-pasar-modal-di-
indonesia?page=all
https://www.tapkapital.co.id/sejarah-pasar-modal-indonesia/